Anda di halaman 1dari 7

Program Studi D3 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Kusuma Husada
2020

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Paru Dalam Pemenuhan


Kebutuhan Aman Dan Keselamatan

Melyavany Desintha Rahmadani1*, Noor Fitriyani2


1
Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
2
Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email : melyavanyrahma@gmail.com

Abstrak

Kanker adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal.
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen terutama rokok. Salah satu
penatalaksanaan pada pasien kanker paru yang mengalami kecemasan dengan cara pemberian
teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progresif dapat meringankan kecemasan,
insomnia, stress. Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan
keperawatan pada pasien kanker paru dalam pemenuhan kebutuhan aman dan keselamatan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus.
Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien kanker paru dengan diagnosa
keperawatan ansietas berhubungan dengan krisis situasional. Hasil studi kasus ini menunjukkan
bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien kanker paru dalam pemenuhan kebutuhan
aman dan keselamatan dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan memberikan teknik
teknik relaksasi otot progresif selama 3 hari berturut-turut didapatkan hasil terjadi penurunan
tingkat kecemasan dari kecemasan sedang dengan skor SRAS 58 menjadi kecemasan ringan
dengan skor SRAS 34. Rekomendasi tindakan relaksasi otot progresif pada pasien kanker paru
untuk menurunkan kecemasan.

Kata kunci: Kanker Paru, Relaksasi otot progresif, Kecemasan


Nursing Study Program of Diploma 3 program
Faculty of Health Sciences
University of Kusuma Husada Surakarta
2020

NURSING CARE ON PULMONARY CANCER PATIENTS IN


FULFILLMENT OF SAFE AND SECURE NEEDS

Melyavany Desintha Rahmadani1*, Noor Fitriyani2


1
Student of D3 Nursing Study Program, University of Kusuma Husada Surakarta
2
Nursing lecturer at University of Kusuma Husada Surakarta

Email: melyavanyrahma@gmail.com

Abstract

Cancer is a neoplasm in the growth of new abnormal tissue. Lung cancer is the
uncontrolled growth of cancer cells caused by several carcinogens, especially cigarettes.
One of the treatments for lung cancer patients who experience anxiety is the provision
of progressive muscle relaxation techniques. Progressive muscle relaxation techniques
can relieve anxiety, insomnia, and stress. The purpose of this case study is to determine
the description of nursing care in lung cancer patients in meeting the needs for safety
and security. This type of research is descriptive with a case study approach. The
subject was a lung cancer patient with anxiety associated with a situational crisis. The
results of nursing care study in lung cancer patients in fulfilling safe and secure needs
with progressive muscle relaxation techniques for three consecutive days revealed a
decrease in anxiety levels from moderate anxiety (SRAS score 58) to mild anxiety
(SRAS score 34). Recommended: progressive muscle relaxation technique is useful for
reducing anxiety in lung cancer patients.

Keywords: Pulmonary Cancer, Progressive muscle relaxation, Anxiety


PENDAHULUAN ditinggalkan, gangguan harga diri, serta
Kanker adalah neoplasma pada kecemasan (Potter & Perry, 2010).
jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru Penatalaksanaan pada pasien
yang abnormal. Kanker paru adalah kanker paru yang mengalami ansietas
pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak berhubungan dengan krisis situsional dapat
dapat terkendali dalam jaringan paru yang dilakukan secara farmakologis dan non
dapat disebabkan oleh sejumlah farmakologis. Salah satu penatalaksanaan
karsinogen terutama rokok (Yasmara, dkk, non farmakologis pada pasien kanker paru
2017). dengan pemberian teknik relaksasi otot
Penyakit kanker paru merupakan progresif (SIKI, 2018).
penyakit yang memiliki tingkat morbiditas Mekanisme relaksasi otot progresif
yang tinggi hampir di seluruh dunia. Kasus dengan cara mengaktivasi kerja sistem
kanker paru pada tahun 2010 menurut saraf parasimpatis dan memanipulasi
National Cancer Institute (NCI) hipotalamus melalui pemusatan pikiran
dilaporkan sebanyak 1,61 juta angka kasus untuk memperkuat sikap positif sehingga
baru serta 1,38 juta angka kematian karena rangsangan stres terhadap hipotalamus
kanker paru (Kemenkes, 2015). Prevalensi berkurang (Moyad & Hawks, 2009).
kanker di Indonesia mencapai 1,79 per Teknik relaksasi otot progresif
1000 penduduk, naik dari tahun 2013 dapat menurunkan kecemasan dari system
sebanyak 1,4 per 1000 penduduk. saraf otonom dan pusat untuk
Berdasarkan data dari Globocan tahun meningkatkan aktivitas parasimpatik.
2018, angka kejadian tertinggi di Indonesia Teknik ini efektif dalam mengurangi
untuk laki-laki adalah kanker paru, yaitu ketegangan otot di tubuh, perubahan
19,4 per 100.000 penduduk dengan rata- aktivitas sistem saraf simpatik termasuk
rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk penurunan denyut nadi, tekanan darah,
(Riskesdas 2019). fungsi neuroendokrin pada pasien yang
Kanker paru ditandai dengan nyeri mengalami kecemasan (Helen, 2015).
dada, batuk, mengi atau napas berbunyi Hasil penelitian dari Rustandi, dkk
ngik-ngik, dahak bercampur darah, (2018), pemberian relaksasi otot progresif
peradangan atau sumbatan pada paru-paru. pada pasien kanker paru terdapat
Pembengkakan atau pembesaran kelenjar perbedaan signifikan skor rerata
getah bening dalam dada di daerah paru- kecemasan sebelum dan rerata setelah
paru (Anies, 2019). Salah satu tindakan diberikan teknik relaksasi otot progresif
yang dapat dilakukan untuk memperlambat yaitu skor rerata pre test sebesar 66,67
pertumbuhan sel kanker adalah menunjukkan kecemasan berat, sedangkan
kemoterapi. Hal ini menyebabkan adanya skor rerata post test sebesar 47,78
efek samping yaitu efek fisiologis dan menunjukkan kecemasan sedang.
psikologis. Efek fisiologis kemoterapi
antara lain: rambut rontok, mudah lelah, METODE
mengalami pendarahan, mual, muntah dan Rancangan studi kasus ini
nyeri perut. Efek psikologis kemoterapi menggunakan metode pendekatan studi
antara lain: stress, rasa takut akan kasus. Subjek penelitian yang diteliti
kematian, takut menjadi beban, takut sebanyak 1 subjek dengan kriteria pasien
dengan diagnosa medis Kanker paru.
Fokus studi kasus ini adalah pasien kanker homogen pada lobus superior segmen
paru dengan ansietas. Tempat posterior suspek massa paru kiri.
pengambilan studi kasus dilakukan di Menurut Mutaqqin (2014) Kanker
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan paru berisiko 10 kali lebih tinggi dialami
waktu pengambilan kasus dimulai pada perokok berat dibandingkan dengan bukan
tanggal 26 Februari sampai 28 Februari perokok. Peningkatan faktor resiko ini
2020. Pengumpulan data yaitu dengan berkaitan dengan riwayat jumlah merokok
wawancara, observasi dan studi dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang
dokumentasi. digunakan setiap hari dikali jumlah tahun
merokok) serta faktor saat mulai merokok
HASIL DAN PEMBAHASAN (semakin muda individu memulai
Hasil pengkajian diperoleh data merokok, semakin besar resiko terjadinya
subjektif bahwa pasien datang ke RSUD kanker paru). Para pekerja yang
Dr. Moewardi untuk menjalani kemoterapi berhubungan atau lingkungannya
yang ke-2. Pasien mengatakan nyeri pada mengandung asbes ± 10 kali lebih besar
dada kiri dengan skala 4 terasa hilang dari masyarakat umum.
timbul seperti tertimpa benda berat, batuk Pada pasien kanker paru untuk
dan merasa cemas karena khawatir dengan memperlambat pertumbuhan sel kanker
kesehatannya saat ini yang semakin perlu dilakukan pembedahan, kemoterapi,
menurun. Pasien mengatakan bekerja di radioterapi, dan terapi-terapi lainnya. Ada
bengkel sebagai tukang las. Pasien beberapa efek samping dari kemoterapi
mengatakan merokok sejak usia 15 tahun, yaitu efek fisiologis dan psikologis. Efek
belum pernah memiliki riwayat penyakit fisiologis dari kemoterapi antara lain:
paru sebelumnya. Sedangkan pada data rambut rontok, mudah lelah, mengalami
obyektif pasien tampak meringis menahan perdarahan, kulit menjadi hitam dan
sakit, gelisah, dengan wajah menunjukkan kering, serta gatal-gatal, mual, muntah dan
ketegangan dan gugup. nyeri perut. Efek psikologis dari
Hasil pengkajian pada pola kemoterapi antara lain stress, rasa takut
mekanisme koping pasien mengatakan akan kematian, takut menjadi beban, takut
merasa cemas dan kawatir atas keadaannya ditinggalkan, ketidakmampuan dan
saat ini yaitu perubahan kesehatannya gangguan harga diri, serta kecemasan
yang semakin menurun. (Potter & Perry, 2010).
Hasil pengkajian tanda- tanda vital Berdasarkan Standart Diagnosa
TD: 130/90 mmHg, N: 100x permenit, Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa
RR: 20x permenit, S:36,7oC, pada keperawatan yang ditegakkan pada pasien
pemeriksaan fisik paru pengembangan kanker paru dalam pemenuhan kebutuhan
dada kanan lebih besar daripada kiri, vocal aman dan keselamatan yaitu ansietas
fremitus dada kanan lebih besar daripada berhubungan dengan krisis situasional
kiri, hasil perkusi sonor di paru kanan dan dibuktikan dengan wajah tegang, gelisah,
redup di paru kiri, hasil auskultasi sulit tidur, frekuensi nadi meningkat.
terdengar suara ronchi pada lobus superior Intervensi keperawatan studi kasus
segmen posterior. Hasil pemeriksaan ini yang berfokus pada diagnosa ketiga
radiologi pada paru-paru terdapat opasitas ansietas berhubungan dengan krisis
situasional dibuktikan dengan wajah
tegang, gelisah, sulit tidur, frekuensi nadi Sesi 2 44 40
meningkat dengan tujuan setelah Hari ke-3 Sesi 1 39 38
dilakukan tindakan keperawatan selama Sesi 2 37 34
3x24 jam masalah ansietas dapat teratasi
dengan kriteria hasil: pola gelisah dan Berdasarkan data tabel diatas dapat
tegang menurun, pola tidur membaik, disimpulkan adanya penurunan tingkat
verbalisasi khawatir akibat kondisi yang kecemasan dari hari pertama sampai
dihadapi menurun. dengan hari ketiga. Hasil studi kasus yang
Berdasakan tujuan dan kriteria dilakukan di RSUD Dr. Moewardi
hasil tersebut intervensi keperawatan yang Surakarta diketahui bahwa sesudah
dilakukan berdasarkan Standart Intervensi dilakukan intervensi keperawatan dengan
Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu memberikan terapi relaksasi otot progresif
pertama mengkaji tingkat kecemasan. dengan waktu ±15 menit selama 3 hari
Kedua monitor ketegangan otot, frekuensi berturut-turut dan dilakukan 2 kali dalam
nadi, tekanan darah, suhu. Ketiga satu hari. Intervensi ini dilakukan mulai
mendemonstrasikan dan melatih teknik hari pertama sampai dengan hari ketiga
relaksasi. Keempat menganjurkan maka didapatkan hasil pengukuran tingkat
mengulangi dan melatih teknik. kecemasan pada pasien mengalami
Hasil evaluasi yang telah dilakukan penurunan dari skor 58 menunjukkan
selama 3 hari. Hari pertama sebelum kecemasan sedang menjadi skor 34
dilakukan tindakan relaksasi otot progresif menunjukkan kecemasan ringan.
didapatkan data pengukuran tingkat Hasil penelitian ini sejalan dengan
kecemasan dengan SRAS dari skor 58 dan penelitian Rustandi, dkk (2018), bahwa
menurun menjadi skor 51. Hari kedua pemberian relaksasi otot progresif pada
didapatkan hasil pengukuran dari skor 50 pasien kanker paru terdapat perbedaan
menurun menjadi skor 40. Hari ketiga signifikan skor rerata kecemasan sebelum
didapatkan hasil pengukuran tingkat dan rerata setelah diberikan teknik
kecemasan dari sebelum dilakukan relaksasi otot progresif yaitu skor rerata
tindakan relaksasi otot progresif dari skor pre test sebesar 66,67 menunjukkan
39 menurun menjadi skor 34 sesudah kecemasan berat, sedangkan skor rerata
dilakukan tindakan relaksasi otot post test sebesar 47,78 menunjukkan
progresif, dapat dilihat seperti pada tabel kecemasan sedang.
dibawah ini: Hasil Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian dari Nova & Tumanggor
Tabel 4.2 Evaluasi tingkat kecemasan (2018) menyatakan bahwa terdapat
Tn. P dengan SRAS (Zung-Self Rating penurunan tingkat kecemasan pada pasien
Anxiety Scale) kanker payudara sebelum melakukan
terapi relaksasi otot progresif sebagian
Hari Sesi Skor SRAS besar pasien mengalami kecemasan sedang
Pre Post dan berat, setelah melakukan terapi
Hari ke-1 Sesi 1 58 55 relaksasi otot progresif terjadi penurunan
Sesi 2 53 51 tingkat kecemasan sebagaian besar
Hari ke-2 Sesi 1 50 46 menjadi kecemasan ringan. Didapatkan
hasil rata-rata tingkat kecemasan sebelum DAFTAR PUSTAKA
pemberian teknik relaksasi otot progresif
yaitu 25,92 pada kelompok intervensi dan Anies. (2019). Ensiklopedia Kedokteran
26,46 pada kelompok kontrol, sedangkan Populer. Kanker. Yogyakarta:
As-Ruzz Media.
rata-rata tingkat kecemasan sesudah terapi
relaksasi otot progresif yaitu 15,62 pada Kementrian Kesehatan Republik
kelompok intervensi dan 27,08 pada Indonesia. (2015). Data dan
kelompok kontrol. Informasi Kesehatan: Situasi
Menurut penelitian (Yuniarti dan Penyakit Kanker. Jakarta:
Rahmawati, 2018) menyatakan ada Kementrian Kesehatan
penurunan yang signifikan setelah Republik Indonesia
dilakukan relaksasi otot progresif untuk
Kementrian Kesehatan Republik
menurunkan kecemasan sedang ke ringan Indonesia. (2015). Pedoman
atau berat ke sedang, didapatkan hasil Nasional Pelayanan
yakni sebelum dilakukan relaksasi otot Kesehatan: Kanker Paru.
progresif terdapat 11 orang (36,7%) Jakarta: Kementrian Kesehatan
mengalami kecemasan ringan, 13orang Republik Indonesia
(43,3%) mengalami kecemasan sedang dan
Moyad, M. and Hawks, J.H. (2009)
6 orang mengalami kecemasan berat.
Complementary and
Setelah dilakukan relaksasi otot progresif Alternative Therapies. In:
terdapat penurunan yakni 12 orang (40%) Dalam Black, J.M. and Hawk,
mengalami kecemasan ringan, 15 orang J.H., Eds., Medical Surgical
(15%) mengalami kecemasan sedang dan 3 Nursing: Clinical Management
orang (10%) mengalami kecemasan berat. For Positive Outcomes, 8th
Edition, Elsevier Saunders.
Penelitian ini menyatakan bahwa latihan
relaksasi otot progresif dilakukan selama Muttaqin, Arif. (2014). Buku Ajar Asuhan
30 minggu dengan durasi 15-20 menit Keperawatan Klien Dengan
untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengelolaan asuhan keperawatan Nova R.R & Tumanggor R.D. (2018).
Pengaruh Terapi Relaksasi
pada pasien kanker paru dalam pemenuhan
Otot Progresif Terhadap
kebutuhan aman dan keselamatan dengan Tingkat Kecemasan Pasien
masalah keperawatan ansietas, tindakan Kanker Payudara di RSUP
yang dilakukan adalah pemberian teknik Haji Adam Malik, Medan.
relaksasi otot progresif dengan durasi 2 Universitas Sumatera Utara:
kali dalam sehari dalam waktu ±15 menit Talenta Published
selama 3 hari didapatkan hasil terjadi
PPNI. (2016). Standar Diagnosis
penurunan tingkat kecemasan dari skor 58 Keperawatan Indonesia:
menunjukkan kecemasan sedang menjadi Definisi dan Indikator
skor 34 menunjukkan kecemasan ringan. Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:
Rekomendasi tindakan terapi relaksasi otot DPP PPNI
progresif efektif dilakukan pada pasien
kanker paru dengan ansietas.
PPNI. (2018). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI

PPNI. (2018). Standart Intervensi


Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta
Selatan: DPP PPNI

Riskesdas. (2019). Laporan Nasional


Riskesdas 2018. Jakarta:
Lembaga Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
(LBP)

Rustandi B., Pitono A.J. & Rahmad, M.N.


(2018). Pengaruh Terapi
Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Nilai Kecemasan
Pada Pasien CA Paru yang
Sedang Menjalani Kemoterapi
Di RS. Dr. H.A. Rotinsulu Kota
Bandung. Bandung: Jurnal
Keperawatan Aisyiyah

World Health Organization. (2018).


International Agency for
Research on Cancer, diakses
16 januari 2020,
https://who.int/cancer/PRGlob
ocanFinal.pdf

Yasmara, D., Nursiswanti & Arafat, R.


(2017). Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah:
Diagnosis NANDA-I 2015-
2017, Intervensi NIC, Hasil
NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai