Anda di halaman 1dari 23

LANGKAH LANGKAH PENGURANGAN

RESIKO CIDERA KARENA PASIEN JATUH

1. Evaluasi lingkungan kerja terhadap fasilitas, alat, sarana dan prasarana yang berpotensi
menyebabkan pasien cidera karena jatuh
A. Pengajuan Pemberian pengaman pada samping tempat tidur
B. Pengajuan Pemberian tanda resiko pasien jatuh padatempat tidur pasien dan pintu
kamar
C. Pengajuan Penerangan yang maksimal
D. Pengajuan Pemberian lantai karet pada kamar mandi pasien
E. Pengajuan Pemberian handrail pada kamar mandi pasien
F. Pengajuan Penambahan sabuk pada meja operasi
G. Pengajuan Pemberian pengaman pada brankart / Brankart yang sesuai standart
H. Pengajuan Kursi roda Standart
2. Pelaporan pada atasan atas temuan resiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien cidera
3. Pengajuan penerapan scoring dan pemasangan gelang tanda resiko sebagai asesmen awal
untuk mengidentifikasi resiko pasien jatuh
4. Sosialisasi Program Pengurangan resiko pasien jatuh
5. Penerapan asesmen resiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan skala (Skala
Humpty Dumpty untuk pasien anak, Skala Risiko Jatuh Morse (MSF) untuk pasien
dewasa, dan skala sydney pada pasien geriatric.
6. Pengajuan pelatihan penerapan asesmen resiko pasien jatuh
PELAYANAN PASIEN DENGAN
RESIKO TINGGI

No. Dokumen NO. Revisi: Halaman :


RUMAH SAKIT 00 1/4
H.L. MANAMBAI
ABDULKADIR
Tgl .Terbit : Ditetapkan
Direktur RS H.L. Manambai Abdulkadir
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Made Sopan Pradnya Nirartha, M.Biomed, Sp.B


NIP: 19781028 200604 1 023

PENGERTIAN Prosedur kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi ulang serta


mengambil tindakan pada pasien yang mempunyai resiko jatuh di
bangsal rawat inap.
TUJUAN Untuk meminimalisasi kejadian pasien jatuh di bangsal rawat inap di
Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso.
KEBIJAKAN 1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
2. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan (ASKEP) kepada
pasien harus berdasarkan SOP yang tersedia.
PROSEDUR A. Pasien Dengan Resiko Jatuh
1. Dokter dan perawat melakukan screening pada setiap pasien
yang masuk rawat inap dengan resiko jatuh dengan gejala
sebagai berikut, antara lain : penurunan kesadaran, kelemahan
anggota gerak, kejang, riwayat penggunaan alkohol, riwayat
penggunaan obat psikotropika.
2. Perawat memberi tanda resiko jatuh pada rekam medis pasien.
3. Perawat menempatkan pasien dengan resiko jatuh pada bed
yang memiliki pengaman di samping kanan – kiri pasien.
4. Perawat memastikan pengaman dapat berfungsi dengan baik.
5. Perawat memastikan bahwa bel pemanggil perawat berfungsi
dengan baik dan dapat dijangkau oleh pasien.
6. Perawat menempatkan pasien dengan resiko jatuh di ruangan
yang mudah diawasi oleh perawat.
7. Perawat memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga
pasien dengan resiko jatuh untuk tidak mengubah posisi
pengaman tanpa seizin perawat.
8. Perawat melakukan pemantauan terhadap pasien dengan
resiko jatuh secara berkala sesuai kondisi pasien.
9. Perawat menyampaikan informasi kepada perawat yang
bertugas selanjutnya pada pergantian shift.
B. Pasien Lainnya
Dokter/perawat mengevaluasi ulang seluruh pasien rawat inap bila
ditemukan resiko jatuh seperti di atas maka dilakukan langkah
sesuai prosedur A.2 sampai A.8
UNIT TERKAIT Instalansi Rawat Inap

Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


A

No. Dokumen No. Revisi Halaman


O

RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

PENGERTIAN Prosedur pengambilan tindakan untuk mengurangi atau


menghilangkan resiko pasien jatuh yang teridentifikasi

TUJUAN Menekan atau menghilangkan angka kejadian tidak diharapkan saat


pasien dalam masa perawatan di rumah sakit

KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011


Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Kebijakan direktur
PROSEDUR 1. Penambahan tempat tidur yang mempunyai penghalang /
pengaman disamping tempat tidur.
2. Tersedia restrain dan alat dressing yang sesuai dengan jumlah
pasien.
3. Obat-obatan ( perawat melihat efek samping obat yang
memungkinkan terjadinya jatuh)
4. Penglihatan menurun ( perawat dapat tetap menjaga daerah yang
dapat menyebabkan jatuh menggunakan kacamata, sehingga
pasien dapat berjalan sendiri, misalnya pada malam hari.
5. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
6. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh
misalnya misalnya terlalu banyak furniture, daerah yang gelap,
dan sedikit hidarasi ( perawat menganjutkan untuk minum 6-8
gelas perhari ).
7. Mengorientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan
sistem komunikasi yang ada
8. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
9. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam
hari
10. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
11. Anjurkan memakai alas kaki yang tidak licin
UNIT TERKAIT 1. Unit Rawat Inap
A

O
ASESMEN RESIKO PASIEN JATUH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

PENGERTIAN Prosedur kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi serta mengambil


tindakan pada pasien yang mempunyai resiko jatuh di rumah sakit
Bhayangkara Bondowoso.

TUJUAN Menilai dan menilai kembali resiko secara berkala setiap pasien
resiko jatuh, dan mengambil tindakan untuk mengurangi atau
menghilangkan resiko yang teridentifikasi.

KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011


Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2.
PROSEDUR A. Persiapan
1. Format SKALA MORSE (Dewasa/Lansia) dan SKALA
HUMTY DUMTY (Anak)
2. Alat Tulis
B. Pelaksanaan
1. Ucapkan Salam

2. Pastikan Identitas Pasien


3. Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah

4. Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda

5. Tanyakan / Kaji : Menggunakan Skala Morse (Dewasa),Skala


Humpty Dumpty (Anak), Skala Sydney

- Riwayat Jatuh

- Diagnosa sekunder >2 Diagnosa Medis

- Alat bantu yang digunakan

- Terpasang infus / tidak

- Gaya berjalan

- Status Mental

6. Simpulkan resiko pasien kedalam resiko tidak beresiko, resiko


sedang dan resiko Tinggi

7. Pemberian tanda pasien resiko jatuh

8. Tawarkan bantuan kembali “ Apakah masih ada yang dapat


saya bantu?”

9. Ucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh

UNIT TERKAIT 1. Unit Gawat Darurat


2. Unit Rawat Inap

PEMASANGAN GELANG TANDA RESIKO


A

PASIEN JATUH
O
No. Dokumen No. Revisi Halaman

RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh


PENGERTIAN Pasien yang telah selesai dilakukan indentifikasi resiko jatuh
diberikan pemasangan gelang resiko dan pemberian tanda resiko
jatuh

TUJUAN Untuk mempermudah identifikasi pasien resiko jatuh selama masa


perawatan di Rumah Sakit

KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011


Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Semua pasien rawat inap yang beresiko jatuh (resiko jatuh sedang
dan tinggi) harus dipasangkan gelang kuning
p e n a n d a r e s i k o  jatuh
3. Penilaian resiko jatuh dan pemasangan gelang resiko jatuh
dilakukan oleh perawat
PROSEDUR A. Persiapan
1. Gelang Identitas Resiko Jatuh (Gelang Kuning)
2. Alat Tulis
B. Pelaksanaan
1. Siapkan gelang identitas risiko jatuh (gelang berwarna kuning)
2. Isi label gelang dengan identitas pasien dan tingkat risiko jatuh
(nama, nomor rekam medis dan tingkat risiko jatuh)sesuai
berkas rekam medis pasien
3. Ucapkan salam “ Selamat pagi/siang/malam,Bapak/Ibu
4. Sebutkan Peran Anda
“ Saya.......(Nama), saya sebagai perawat penanggung jawab
perawatan Bapak/Ibu saat ini ”
5. Jelaskan maksud dan tujuan
UNIT TERKAIT 1. UGD
2. Rawat Inap

O
INTERVENSI PASIEN JATUH RESIKO SEDANG

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

PENGERTIAN Tatalaksana yang diberikan kepada pasien dengan resiko jatuh


Sedang

TUJUAN Pengambilan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko


pasien jatuh yang teridentifikasi

KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor


1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko jatuh.


2. Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda
pasien resiko jatuh.
3. Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada tempat tidur dan
pasien (warna kuning).
4. Beri tanda resiko pasien jatuh pada pintu kamar pasien.
5. Tingkatkan observasi  bantuan yang sesuai saat ambulasi.
6. Keselamatan lingkungan: gunakan penerangan yang cukup
malam hari; posisi tempat tidur rendah; terpasang penghalang
tempat tidur; serta roda tempat tidur harus selalu terkunci.
7. Monitor kebutuhan pasien, Keluarga menemani pasien yang
berisiko jatuh. Bila tidak ada keluarga, pasien diminta untuk
menekan bel bila membutuhkan bantuan.
8. Edukasi perilaku untuk mencegah jatuh kepada pasien dan
keluarga pasien dengan menempatkan standing akrilik
edukasi jatuh di meja, samping tempat tidur pasien
9. Gunakan alat bantu jalan (Walker, Handrail)
10. Anjurkan pasien menggunakan alas kaki yang tidak licin
11. Lakukan penilaian ulang resiko jatuh bila ada perubahan
kondisi atau pengobatan.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
A

O
INTERVENSI PASIEN JATUH RESIKO TINGGI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

PENGERTIAN Tatalaksana yang diberikan kepada pasien dengan resiko tinggi


pasien jatuh

TUJUAN Pengambilan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko


pasien jatuh yang teridentifikasi

KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor


1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning. Pasang tanda


peringatan risiko jatuh warna merah pada bed pasien
2. Lakukan Intervensi pasien  jatuh resiko sedang.
3. Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detil
seperti analisa cara berjalan sehingga dapat ditentukan intervensi
spesifik seperti menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan
untuk membantu mobilisasi.
4. Pasien ditempatkan dekat nurse station.
5. Handrail  kokoh dan mudah dijangkau pasien.
6. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin, serta
anjuran menggunakan tempat duduk  di kamar mandi saat pasien
mandi.
7. Dampingi pasien bila ke kamar mandi, jangan tinggalkan sendiri
di toilet, pintu kamar mandi jangan dikunci.
8. Lakukan penilaian ulang resiko jatuh tiap shif atau setiap 8 jam
UNIT TERKAIT 1. Unit Rawat Inap
Prosedur Pencegahan Resiko Pasien Jatuh
A

O Di Kamar Operasi
No. Dokumen No. Revisi Halaman

RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

PENGERTIAN Tatalaksana yang diberikan kepada pasien untuk meminimalisir


resiko pasien jatuh di kamar operasi

TUJUAN 1. Pengambilan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan


resiko pasien jatuh di kamar operasi
2. Angka kejadian tidak diharapkan dapat ditekanSS
KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan (ASKEP) kepada pasien
harus bedasarkan SOP yang tersedia
PROSEDUR 1. Pastikan identitas pasien
2. Timbang terima sebelum pasien masuk kamar operasi pada
perawat ruangan tentang kondisi pasien meliputi (status
neurologis pasien,obat-obatan yang digunakan).
3. Jelaskan prosedur operasi
4. Bantu pasien saat naik meja operasi
5. Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko jatuh
6. Temani Pasien sampai saat dimulainya prosedur operasi
7. Pasang sabuk pengaman meja operasi pada pasien setelah
Anastesi dilakukan
8. Lakukan prosedur standart memindahkan pasien setelah
selesai operasi
9. Timbang terima setelah operasi dilakukan pada transpoter
tentang kondisi pasien meliputi (status neurologis pasien,obat-
obatan yang digunakan).
UNIT TERKAIT Kamar Operasi
A
Prosedur Memindahkan Pasien Dari Brankart ke Tempat Tidur
Pasien
O
No. Dokumen No. Revisi Halaman

RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

PENGERTIAN Tatalaksana yang diberikan kepada pasien dengan memindahkan


pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh
melakkukan sendiri, atau tidak sadar dari tempat tidur ke brankar
yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat

TUJUAN Membantu memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan


atau keterbatasan

KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor


1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
PROSEDUR A. Persiapan
1. Kereta Dorong / Brankart Pasien
B. Pelaksanaan
1. Memberi tahu pasien maksud dan tujuan
2. Menempatkan kereta dorong sedemikian rupa sehingga
bagian kepala pasien membentuk sudut 90 ⁰ dengan bagian
kaki tempat tidur
3. Perawat – perawat yang akan mengangkat pasien berdiri
Berjejer di sebelah pasien, masing – masing 3 orang perawat
berdiri menurut tingginya ( yang tinggi berdiri dibagian
kepala dan yang terpendek berdiri dibagian kaki pasien )
4. Perawat memajukan masing – masing kaki kiri sedikit ke
depan
5. Menyusupkan tangan perawat kebawah leher, punggung,
bokong, paha, dan kaki dengan telapak tangan menghadap
keatas sampai mencapai sisi kiri pasien, rapatkan telapak
tangan perawat ke badan pasien dengan sedikit menekan
untuk menahan agar pasien tidak terlepas / jatuh
6. Perawat yang berdiri dibagian kepala memberi aba – aba
dan dengan serentak pasien di angkat, kemudian pasien atau
klien ditempelkan kedada membentuk sudut 45° lalu
perawat harus melangkahkan kaki menuju ke tempat tidur
secara teratur dan hati – hati, letakkan pasien perlahan –
lahan ke tempat tidur
7. Merapikan pasien
8. Mencuci tangan

UNIT TERKAIT 1. Petugas Transpoter


2. Perawat Instalansi Rawat Inap

Prosedur Memindahkan Pasien Dari Kursi Roda


A

Ke Tempat Tidur
No. Dokumen No. Revisi Halaman
O

RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

PENGERTIAN Tatalaksana yang diberikan kepada pasien dengan memindahkan


pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak bisa
melakukan sendiri dari kursi roda ke tempat tidur pasien

TUJUAN Membantu memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan


atau keterbatasan untuk mencegah/mengurangi resiko pasien jatuh

KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor


1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Memberi tahu pasien maksud dan tujuan
2. Kursi roda ditempatkan sejajar dengan tempat tidur
3. Mengunci roda kursi roda, bagian belakang kursi roda ditahan
oleh seorang perawat
4. Melipat menyampingkan tempat kaki kursi beroda agar kaki
pasien tidak terhalang waktu berdiri didepan kursi beroda
5. Perawat berdiri didepan pasien
6. Kedua tangan perawat memegang pinggang pasien dan kedua
tangan pasien memegang bahu perawat
7. Membantu pasien berdiri dan keluar dari kursi beroda
8. Memegang pinggang pasien dengan tangan kanan dan tangan kiri
pasien memeluk bahu kiri perawat
9. Memegang tangan kiri pasien dengan tangan kiri
10. Menuntun pasien sampai ke sisi tempat tidur dengan
melangkahkan kaki secara teratur ( kalau pasien mulai
melangkahkan kaki kirinya, perawat melangkahkan kaki kirinya )
kemudian mambantu pasien membelakangi tempat tidur
11. Mendudukkan pasien di sisi tempat tidur
12. Menahan punggung pasien dengan tangan kanan dan tangan kiri
membantu mengangkat kedua kaki pasien deletakkan di atas
tempat tidur, lalu di baringkan / ditidurkan
13. Merapikan pasien
14. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT 1. RAWAT INAP
2. UGD
3. BKIA
4. RAWAT JALAN

O
Prosedur Memindahkan Pasien

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RS BHAYANGKARA
BONDOWOSO

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh

PENGERTIAN Adalah memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan,


keterbatasan, tidak boleh melakkukan sendiri, atau tidak sadar dari
tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang
perawat

TUJUAN Memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya


pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dll.)

KEBIJAKAN 1. Pasal 8 PERMENKES RI Nomor


1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Ikuti protokol standar


2. Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat
terhadap tempat tidur
3. Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat
tidur/pasien
4. Silangkan tangan pasien ke depan dada
5. Tekuk lutut anda , kemudian masukkan tangan anda ke bawah
tubuh pasien
6. Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan
bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang dan panggul pasien, sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki.
7. Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan
pindahkan ke brankar.
8. Atur posisi pasien, dan pasang pengaman.
9. Lengkapi akhir protokol

UNIT TERKAIT 1. UGD


2. RAWAT INAP
3. RAWAT JALAN
4. BKIA

Profil Indikator
Judul Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamanan
Tujuan Tergambarnya kejadian pasien jatuh
Definisi operasional Terjadinya pasien jatuh saat masa perawatan di rumah sakit :
1. Tidak ada proses asesmen pasien resiko jatuh
2. Pasien jatuh saat proses memindahkan pasien
3. Pasien jatuh tanpa sepengetahuan petugas/perawat
4. Adanya fasilitas rumah sakit yang menyebabkan pasien jatuh
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah pasien RAWAT INAP yang disurvei dikurangi jumlah pasien
yang mengalami kejadian jatuh saat masa perawatan di rumah sakit
denumerator Jumlah pasien RAWAT INAP yang disurvei
Sumber data ( inklusi Survey
dan eksklusi )
Standar 100 %
PJ pengumpulan Data/ Kepala instalasi rawat inap
PIC

Skala Resiko Jatuh Humpty Dumty


Nama : No. Reg :

Tanggal :

Parameter Kriteria Nilai Score


< 3 tahun 4  
3 – 7 tahun 3  
Usia
7 – 13 tahun 2  
≥ 13 tahun 1  
Laki-laki 2  
Jenis Kelamin
Perempuan 1  
□ Diagnosis Neurologi 4  
□ Perubahan Oksigenasi (Diagnosis 3
Respiratorik,
Diagnosis Dehidrasi, Anemia, Anoreksia,
Pusiang,dsb)  
□ Gangguan Perilaku / Psikiatri 2  
□ Diagnosis Lainnya 1  
□ Tidak Menyadari Keterbatasan dirinya 3  
Gangguan Kognitif □ Lupa akan ada Keterbatasan 2  
□ Orientasi baik terhadap diri sendiri 1  
□ Riwayat Jatuh / Bayi diletakkan ditempat 4
tidur dewasa  
□ Pasien Menggunakan alat bantu / bayi 3
Faktor Lingkungan
diletakkan dalam tempat tidur bayi  
□ Pasien diletakkan di tempat tidur 2  
□ Area diluar Rumah Sakit 1  
Respon Terhadap :
1. Pembedahan / Sedasi /
Anastesi □ Dalam 24 jam 3  
□ Dalam 48 jam 2  
□ > 48 jam atau tidak menjalani 1  
pembedahan / sedasi / Anastesi  
2. Penggunaan Medikamentosa □ Penggunaan multitep : Sedatif, Obat 3
hipnosis,  
babiturat,fenotiazin, anti depresan, pencahar
diuretic, narkose
□ Penggunaan salah satu obat diatas 2  
□ Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada 1  
medikasi

Skala Resiko Jatuh Morse

Nama : No. Register :

Tanggal :

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KETERANGAN


1. Riwayat Jatuh : Tidak 0    
apakah pasien pernah jatuh dalam 3 bulan
terakhir ? Ya 25
2. Diagnosa sekunder : Tidak 0
apakah lansia memiliki lebih dari satu
penyakit? Ya 15    
3. Alat Bantu Jalan :  
Bed rest / dibantu perawat   0
Kruk / tongkat / walker   15
Berpegangan pada benda benda di sekitar
(Kursi, Lemari, Meja)   30    
4. Terapi Intravena : Tidak 0
apakah saat ini pasien terpasang infus ? Ya 20    
5. Gaya berjalan / cara berpindah :
Normal /bed rest / immobile (tidak dapat
bergerak tanpa bantuan)   0
Lemah (tidak bertenaga)   10
Gangguan / tidak normal (pincang / diseret)   20    
6. Status Mental :  
Pasien Menyadari kondisi dirinya   0
Pasien tidak menyadari kondisi dirinya   15    
Total Nilai    

Bersama ini saya sampaikan poin dalam Penilaian Risiko Jatuh Pasien untuk menjadi acuan
implementasi di unit kerja
5.  Setelah dilakukan skoring tentukan Tingkat Risiko sebagai berikut:

 
Tidak Berisiko  0 – 24 Perawatan yang baik

Risiko Rendah 25 – 50 Lakukan intervensi jatuh standar

Risiko Tinggi ≥ 51 Lakukan intervensi jatuh risiko tinggi

  
SOP TEMPAT TIDUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kamar pasien, tanpa melihat tempat tidurnya adalah rumah bagi pasien selama ia berada di
rumah sakit. Tempat tidur yang rapi memberikan keamanan dan kenyamanan yang sangat
berperan penting bagi kesejahteraan pasien. Menyiapkan tempat tidur merupakan prosedur
pemenuhan kebutuhan diri dan lingkungan dengan memberikan tempat tidur yang sesuai dengan
kebutuhan klien.
Dikatakan tempat tidur terbuka apabila tempat tidurdalam keadaan terbuka atau tidak ditutup
dengan seprai besar setelah dipasang seprai, perlak, selimut, dan sarung bantal yang tidak ditutup
secara keseluruhan oleh seprai besar (dalam kondisi terbuka). Tempat tidur tertutup adalah
tempat tidur yang setelah dipasang seperangkat alat, seperti seprai, perlak dan selimut kemudian
ditutup secara keseluruhan dengan seprai besar sehingga semuanya dalam kondisi tertutup.
Tempat tidur pasca operasi adalah tempat tidur yang dikhususkan bagi pasien pasca operasi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari menyiapkan tempat tidur adalah agar pasien merasa aman dan nyaman
selama ia menjalani proses penyembuhan di RS dan juga untuk mempermudah perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan karena sebagian kebutuhan pasien telah terpenuhi. Dan tujuan
penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui bagaimana cara
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien dengan cara menyiapkan tempat tidur sesuai
prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tempat Tidur

 Definisi Tempat Tidur

Jenis Tempat tidur dan metode yang digunakan untuk mengoperasikannya dapat berbeda
diberbagai fasilitas kesehatan tetapi prinsip dasar merapikan tempat tidur adalah sama. Baik
untuk yang tinggal ditempat tidur, maupun yang akan merawatnya, kwalitas tempat tidur menjadi
sangat penting. Suatu tempat tidur secara umum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Individu harus dengan mudah masuk dan keluar. Baik dengan bantuan maupun sendiri.
2. Keamanan harus terjamin, meskipun dengan beberapa alat bantu.
3. Pasien atau penghuni harus dengan mudah dapat dirawat (terutama tinggi tempat kerja
penting disini).
4. Diatas tempat tidur harus dapat dietkkan beberapa alat bantu.
5. Tempat tidur, kasur dan bantal harus dapat dibersihkan dengan baik.

Sebuah tempat tidur disamping memenuhi syarat-syarat diatas sebaiknya juga harus dapat disetel
dalam berbagai posisi dan berada diatas roda-roda. Kain yag dipakai untuk tempat tidur adalah
kebanyakan katun atau kain imitasi katun.

 Jenis- Jenis Tempat Tidur

Tempat tidur yang umum adalah sebagai berikut:


1). Tempat tidur gatch
Tempat tidur yang tidak bisa digerakkan dengan tinggi 26 inci. Fasilitas modern dilengkapi
dengan tempat tidur yang bisa dinaikkan sampai tinggi yang sesuai untuk memberikan askep dan
dapat diturunkan sampai 13 inci.
Untuk mengakomodasi Pasien yang bisa turun dari tempat tidur posisi daerah kepala dan lutut
pada tempat tidur dapat diatur untuk kenyamanan. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar
engkol tempat tidur.
2). Tempat tidur elektrik
Hampir sama dengan tempat tidur gatah, dalam hal bisa dinaikkan dan diturunkan serta bagian
kepala dan lutunya bisa disesuaikan. Tempat tidur ini dioperasikan secara elektrik, dan sering
digunakan dari fasilitas-fasilitas yang besar.
3). Tempat tidur circ o lectric
Kerangka tempat tidur khusus yang diletakkan didalam kerangka sirkuler. Kerangka sirkuler ini
dapat diputar. Pasien diletakkan dengan aman terlebih dahulu dikerangka dalam sebelum
digerakkan. Keseluruha kerangka dalam berputar kedepan. Hal ini memberikan perubahan posisi
tanpa menimbulkan tekanan pada pasien. Tempat tidur ini dioperasikan secara elektrik. Setelah
diputar, Pasien bersandar diabdomennya.
Catatan: Dari sebagian besar fasilitas, perawat berlisensi harus hadir selama pemutaran.
4). Tempat Tidur Stryker/Tempat Tidur Spinal
Kerangka berputar yang bertujuan sama dengan tempat tidur circ o lectric tetapi di operasikan
secara manual. Setelah pasien aman di kerangka atas, sebuah engkol di gunakan untuk memutar
keseluruhan kerangka dan pasiennya. Pasien berbaring di atas kerangka tersebut sampai di putar
sekali lagi.
Catatan: di sebagian besar fasilitas seorang perawat berlisensi harus hadir selama pemutaran.
Pasien dengan luka bakar yang parah/cedera spinalis adalah contoh pasien yang sering di
temukan di tempat tidur circ o lectric atau tempat tidur stryker.
Prosedur ini menakutkan bagi pasien. Yakinkan pasien bahwa ia aman dan bahwa proses
pemutaran akan dilKUKn tanpa terjadi kecelakaan.
Jenis lain dari tempat tidur tersedia untuk perawatan pasien dengan dekubitus lanjut atau
dekubitus yang banyak, flap, graft, luka bakar atau nyerii habit. Tempat tidur clinitron, adalah
unit khusus yang menopang rata tubuh pasien. Tempat tidur ini berisi bahan-bahan seperti pasir.
sirkulasi udara hangat dan kering berada dalam bahan ini untuk mempertahankan suhu rata-rata
dan menopang tubuh dengan rata.
Tempat tidur dari berbagai pabrik mempunyai perbedaan operasional yang sangat sedikit. Jangan
pernah mencoba mengoperasikan tempat tidur dengan pasien di atasnya tanpa berlatih terlebih
dahulu dan memperoleh keamanan dan keterempilan operasionalnya.
Mengoperasikan tempat tidur atau perlatan dengan benar merupakan hal yng penting untuk
keselamatan pasien. Minta selalu bantuan dan instrukai dari perawat atau tenaga perawat
professional lain pada saat menggunakan tempat tidur khusus tersebut.

1. Menyiapkan Tempat Tidur

 Jenis Persiapan Tempat Tidur

a). Unoccupied Bed (tempat tidur yang belum ada klien diatasnya):

 Closed Bed (tempat tidur tertutup)


 Open Bed (tempat tidur terbuka)
 Aether Bed (tempat tidur pascaoperasi)

b). Occupied Bed (mengganti tempat tidur dengan klien di atasnya)

 Prinsip Perawatan Tempat Tidur

a). Tempat tidur klien harus selalu bersih dan rapih.


b). linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu, jika kotor.
c). Pengguaan linan bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros.

 Hal-Hal Yang Harus diPerhatikan dalam Perwatan Tempat Tidur

a). Hindari kontaminasi pada linen bersih.


b). Ketika akan mengganti linen pada tmpat tidur klien, bawa linen sesuai kebutuhan.jangan
membawa linen berlebihan untuk menghindari terjadinya kontaminasi kuman atau
mikroorganisme dan infeksi nosokimial dari satu klien ke klien lain.
c). Pada saat memasang linen bersih, bentngkan linen di atas tempat tidur, jangan di kibaskan.
d). jangan menempatkan linen kotor pada tempat tidur klien, meja atau peralatan klien lainnya.
e). saat memasang linen atau alat tenun pada tempat tidur klien, gunakan cara yang efektif dan
kerjakan pada satu sisi dulu setelah selesai baru pindah ke sisi lain.
f). Tempatkan linen atau alat tenun yang kotor pada tempat yang bertutup (ember yang ada
tutupnya). Bawa dengan hati-hati jangan menyentuh pakaian perawat dan cuci tangan setelahnya.
g). Perawat harus tetap memperhatikan keadaan umum klien selama melaksanakan tindakan.
UNOCCUPIED BED

 Ø Tempat Tidur Tertutup (Closed Bed)

     Pengertian
Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup dengan sprei penutup (over
laken) diatasnya.
Tujuan
F Agar siap pakai sewaktu-waktu
F Agar tampak selalu rapih.
F Memberikan perasaan senang dan nyaman pada klien.
Persiapan alat
F Tempat tidur, kasur dan bantal.
F Alat tenun disusun menurut pemakainnya.
F Alas kasur
F Laken/sprei besar
F Perlak
F Stik Laken/Sprei melintang
F Boven Laken
F Selimut dilipat terbalik(bagian dalam selimut dilipatan luar)
F Sarung bantal
F Over laken/sprei penutup
Prosedur Pelaksanaan
1.    Cuci tangan
2.    Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian didekat tempat tidur.
3.    Pasang alas kasur dan kasur.
4.    Pasang sprei besar/ laken dengan ketentuan berikut:

 Garis tengah lipatan diletakkan tepat ditengah kasur.


o Bentangkan sprei, masukkan sprei bagian kepala ke bawah kasur ±30cm;
demikian juga pada bagian kaki, tarik setegang mungkin.
o Pada ujung setiap sisi kasur bentuk sisi 90°, lalu masukkan seluruh tepi sprei
kebawah kasur dengan rapi dan tegang.

5.    Letakkan perlak melintang pada kasur ±50cm dari bagian kepala.


6.    Letakkan stik laken diatas sprei melintang kemudian masukkan sisi-sisinya kebawah kasur
bersama dengan perlak.
7.    Pasang boven pada kasur daerah bagia kaki, pada bagian atas yang terbalik masukkan
kebawah kasur ±10cm kemudian ujung sisi bagian bawah (kaki) dibentuk 90° dan masukkan
kebawah kasur. Tarik sisi atas sampai terbentang.
8.    Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik dimasukkan kebawah
kasur ±10cm kemudian ujung sisi-sisinya dibentuk 90° dan masukkan kebawah kasur. Tarik sisi
atas sampai terbentang.
9.    Lipat ujung atas boven sampai tampak garis atau pitanya.
10. Masukkan bantal kedalam sarungnya dan letakkan diatas tempat tidur dengan Bagian yang
terbuka dibagian bawah.
11.  Pasang sprei penutup (over laken).
12.  Cuci tangan.
Perhatian: Jika tindakan dikerjakan oleh dua perawat, masing-masing perawat berdiri dikanan
dan kiri tempat tidur dan tindakan dikerjakan bersamaan.

 Ø Tempat Tidur Terbuka (Open Bed)

Pengertian
Merupakn tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa sprei penutup(Over Laken).
Tujuan
Dapat segera digunakan.
Dilakukan
F Jika ada klien baru.
F Pada tempat tidur klien yang dapat/ boleh turun dari tempat tidur.
Persiapan Alat
F Tempat tidur, kasur, dan bantal
F Alat tenun disusun menurut pemakaiannya.
F Alas kasur
F Laken/ sprei besar
F Perlak
F Stik Laken/ sprei melntang
F Boven Laken
F Selimut dilipat terbalik (bagian dalam selimut dilipatan luar)
F Sarung bantal
Prosedur Pelaksanaan
Seperti menyiapkan tempat tidur tertutup, tetapi tidak dipasang over laken. Jika telah tersedia
tempat tidur tertutup, angkat over laken kemudian lipat.
Perhatian:
-Alat tenun yang sobek tidak boleh dipakai.
-Memsang alat tenun harus tegang dan rata agar rapih dan nyaman dipakai.

 Ø Tempat Tidur Klien Pascaoperasi (Aether Bed)

Pengertian
Merupakan tempat tidur yang disiapkan untuk klien pascaoperasi yang mendapat narkose (obat
bius)
Tujuan
F  Menghangatkan klien
F          Mencegah penyulit/ komplikasi pascaoperasi.
Persiapan Alat
F Tambahkan satu selimut tebal pada alat tenun untuk tempat tidur terbuka.
Dua buah buli-buli panas/ WWZ (Warm Water Zack), dengan suhu air 40°C-43°C.
F Perlak dan handuk dalam satu gulungan dengan handuk dibagian dalam.
F Termometer air (jika ada).
Prosedur Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan gulungan perlak dan handuk pada
bagian kepala.
3. Pasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan tempat tidur.
4. Letakkan buli-buli panas diantara sprei dan selimut pada bagian kaki, arahkan mulut buli-buli
ke pinggir tempat tidur.
5. angkat buli-buli panas sebelum klien di baringkan, setelah kembali dari kamar bedah.
6. Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari atas tempat tidur pada salah satu
sisi tempat masuknya klien, sampai batas pinggir kasur, lalu lipat sampai sisi yang lain.
7. Cuci tangan.
Perhatian:
-alat tenun harus selalu bersih
-buli-buli panas jangan sampai bocor (periksa dulu sebelum dipakai)dan tutupnya jangan
sampai lepas/kurang kencang
-bul-buli panas dapat dipakai kembali jika diperlukan, dang anti airnya jika sudah dingin.
         
         

OCCUPIED BED

 Ø Mengganti Alat Tenun dengan Klien Diatasnya

Pengertian
Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien tanpa memindahkan klien.
Tujuan
F Memberikan perasaan senang pada klien
F Mencegah terjadinya dekubitus
F Memelihra kabersihan dan kerapian
Dilakukan Pada
Tempat tidur klien yang tirah baring total (sakit keras atau tidak sadar / koma ).
Prosedur
Sama dengan cara mengganti dan memasang alat tenun pada tempat tidur, tetapi dilakukan
sebagian-sebagian dari tempat tidur tersebut.
Persiapan Alat
F Alat tenun bersih disusun menurut pemakaiannya
F Kursi atau bangku
F Tempat kain kotor yang bertutup
F Dua ember kecil berisi larutan desinfektan (lisol 1%) dan air bersih

Persiapan Klien
Klien diberitahu jika memungkinkan (klien sadar).
Prosedur Pelaksanaan
1.       Cuci tangan.
2. Bawa alat yang telah disiapkan ke dekat klien.
3. Bersihkan rangka tempat tidur
4.  Letakan bantal dan selimut klien yang tidak perlu dikursi (jika keadaan klien
memungkinkan/tidak mengganggu klien
5.  Miringkan klien ke satu sisi (jika perlu, ganjal dengan bantal/guling supaya tidak jatuh).
6. Lepaskan alat tenun pada bagian yang kosong, dari bawah kasur lalu gulung satu per satu
sampai dengan di bawah punggung klien.

 Gulung stik laken ke tengah tempat tidur sejauh mungkin


 Bersihkan perlak dengan larutan desinfektan dan keringkan lalu gulung ke tempat tidur
sejauh mungkin
 Gulung laken/sprei besar ke tengah tempat tidur sejauh mungkin

7.  Bersihkan alas tempat tidur dan kasur dengan lap lembab larutan desinfektan, lalu lap dengan
lap kering.
8. Bentangkan sprei besar bersih dan gulung setengah bagian, letakkan gulungannya di bawah
punggung klien, ratakan setengah bagian lagi kemudian pasangkan di bawah kasur.
9. Gulung perlak dan ratakan kembali
10.Bentangkan stik laken bersih di atas perlak, gulung setengah bagian, dan letakkan di bawah
punggung klien, ratakan setengah bagian lagi di atas perlak, lalu masukkan di bawah kasur
bersama dengan perlak.
11. Setelah selesai dan rapih pada satu bagian, miringkan klien ke arah berlawanan yang tadi
telah dibersihkan (ganjal dengan bantal jika perlu agar klien tidak jatuh).
12. Lepaskan alat tenun yang kotor dari bawah kasur.
13. Angkat stik laken dan masukkan pada tempat kain kotor
14. Bersihkan perlk seperti tadi kemudian gulung ke tengah.
15. Lepaskan laken kotor dan masukkan ke tempat kain kotor.
16. Bersihkan alas tempat tidur dan kasur seprti tadi.
17. Buka gulungan laken dari bawah punggung klien, tarik, dan ratakan setegang mungkin
kemudian masukkan ke bawah kasur.
18. Pasang perlak dan sprei seperti tadi.
19. Lepaskan sarung bantal dan guling yang kotor ratakan isinya kemudian pasang sarung yang
bersih.
20. Susun bantal, lalu baringkan kembali klien dalam sikap yang nyaman.
21. Ganti selimut kotor dengan yang bersih.
22. Bereskan alat dan kembalikan ke tempatnya.
23. Cuci tangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menyiapkan tempat tidur dengan tepat dan sesuai dengan prosedur yang ada merupakan bagian
penting dari pekerjaan seorang perawat karena berhubungan dengan kebutuhan dasar pasien
yaitu kebutuhan akan rasa aman dan nyaman.
Jenis-jenis tempat tidur antara lain: tempat tidur gatch, tempat tidur electric, tempat tidur circ o
lectric dan tempat tidur stryker/tempat tidur spinal.
Jenis Persiapan Tempat Tidur diantaranya
a). Unoccupied Bed (tempat tidur yang belum ada klien diatasnya):

 Closed Bed (tempat tidur tertutup)


 Open Bed (tempat tidur terbuka)
 Aether Bed (tempat tidur pascaoperasi)

b). Occupied Bed (mengganti tempat tidur dengan klien di atasnya).


Prinsip Perawatan Tempat Tidur yakni :
a). Tempat tidur klien harus selalu bersih dan rapih.
b). linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu, jika kotor.
c). Pengguaan linan bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros.
B. Saran
Dalam menyiapkan tempat tidur, seorang perawat selain melakukan tindakan tersebut sesuai
prosedur yang ada, perawat juga harus teliti. Perawat  tidak boleh mengesampingkan
keselamatannya, meskipun tujuan tindakan ini yaitu untuk keselamatan pasien. Ada beberapa
pencegahan yang sebaiknya di lakukan oleh perawat dalam ia menyiapkan tempat tidur,
diantaranya :

 Jangan mengibaskan laken


 Hindarkan agar laken yang kotor dan seragam tidak bersentuhan
 Lihat laken dari tepi luar sebelum melakukan tindakan.

Disarankan juga kepada mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi perawat untuk
memperhatikan hal di atas agar setelah bergelut dalam bidang keperawatan tidak mengabaikan
hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan pasien tapi juga kepentingan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai