Anda di halaman 1dari 4

Megasains, Vol. 11, No.

1, 20-23
ISSN 2086-5589
gaw.kototabang.bmkg.go.id/megasains.php
© GAW BKT, 2020

Variasi Suhu Udara, Suhu Titik Embun, Dan Tekanan Udara


Terhadap Gaya Angkat Pesawat Di Bandara Supadio
Pontianak Tahun 2016
I Dewa Gede Arya Putra1 dan Yusuf Hadi Perdana1
1
Puslitbang BMKG, Jl. Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta, 10720

Abstrak. Cuaca memiliki peran sangat penting pressure. Based on the calculations, it is known
terhadap efisiensi penerbangan. Kerapatan that air temperature have the highest influence
udara rendah membuat pesawat membutuhkan to lifting force of aircrafts. The maximum lifting
landasan pacu yang panjang ketika lepas force diurnal happened around 05.00 - 06.00
landas. Hal tersebut dapat meningkatkan beban am and the minimum lifting force happened
kerja mesin untuk menambah kecepatannya di around 01.00 - 02.00 pm. The highest monthly
runway. Kondisi atmosfer selalu dinamis dan lifting force happened on January and the
tidak dapat dikendalikan. Pesawat harus minimum lifting force happened on August.
mendapatkan gaya angkat maksimal dengan
memperhitungkan kondisi tertentu. Operator (Keywords: lifting force, air density, take off)
penerbangan hanya dapat menyesuaikan
dengan kondisi meteorologi tersebut untuk Pendahuluan
memperhitungkan efisiensi penerbangan. Cuaca memiliki peran sangat penting
Penelitian ini dilakukan di Bandara Supadio terhadap efisiensi penerbangan. Unsur cuaca
Pontianak menggunakan data observasi cukup signifikan mempengaruhi kinerja
Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak tahun pesawat terbang. Kinerja pesawat terbang
2016. Data yang digunakan meliputi meliputi bergantung pada kerapatan udara yang secara
suhu udara, suhu titik embun, dan tekanan langsung mempengaruhi lift (gaya angkat)
udara. Berdasarkan hasil perhitungan [1,2,3]. Performa optimum pesawat terbang
didapatkan bahwa suhu udara memiliki akan menurun bila kerapatan udara semakin
pengaruh yang paling signifikan terhadap gaya berkurang. Tekanan udara rendah dan suhu
angkat pesawat. Gaya angkat maksimum udara tinggi akan membuat kerapatan udara
harian terjadi sekitar pukul 05.00 – 06.00 WIB rendah. Take off (lepas landas) dengan kondisi
dan gaya angkat minimum terjadi sekitar pukul kerapatan udara rendah mengakibatkan
13.00 – 14.00 WIB. Gaya angkat terbesar bertambahnya landasan pacu yang digunakan
bulanan terjadi pada bulan Januari dan terkecil dan meningkatkan beban kerja mesin karena
pada bulan Agustus. dalam kondisi ini kecepatan pesawat di runway
harus ditambah [4,5,6].
(Kata kunci: Gaya angkat, kerapatan udara, Kondisi atmosfer selalu dinamis dan
lepas landas) tidak dapat dikendalikan. Operator
penerbangan hanya dapat menyesuaikan
Abstract. Weather plays the significant role on dengan kondisi meteorologi untuk
aviation efficiency. The low air density makes memperhitungkan efisiensi penerbangan
longer runway for aircraft to take off. The [7,8,9]. Untuk mengefisiensi penerbangan
atmosphere condition changes dynamically and maka pesawat harus mendapatkan gaya
it can not be handled. Aircrafts have to get the angkat maksimal dengan memperhitungkan
maximum lifting force regarded to certain kondisi tertentu. Tujuan penulisan ini adalah
conditions. The aviation operators adjust the mengetahui pengaruh cuaca dari unsur suhu
meteorological condition to calculate the udara, suhu titik embun, dan tekanan udara
efficiency of aviation. This research was done terhadap gaya angkat pesawat di landasan.
on Supadio Pontianak Airport using observation Manfaat dari penelitian adalah dapat
of Supadio Pontianak Meteorology Station mengetahui waktu kinerja terbaik pesawat
during 2016. The data consists of air berdasarkan unsur meteorologi setempat,
temperature, dew point temperature, and air

Email korespondensi: dewa.putra@bmkg.go.id


Putra dan Yusuf Hadi: Variasi Suhu Udara, Suhu Titik Embun,
21
dan Tekanan Udara Terhadap Gaya Angkat Pesawat

sehingga didapatkan kondisi yang terbaik dan = Konstanta gas khusus untuk udara
efisien untuk lepas landas. kering 287.058 J/(kg·K)
= Suhu udara terukur (K)
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bandara = Tekanan uap air (Pa)
Supadio Pontianak pada koordinat 00°09′2″LU = Konstanta gas khusus untuk uap air
dan 109°24′14″BT dengan ketinggian 3 meter di 461.495 J/(kg·K)
atas permukaan laut. Data yang digunakan
adalah data observasi Stasiun Meteorologi Spesifikasi Boeing 737-800 NG [3]:
Supadio Pontianak selama tahun 2016, = Gaya angkat (Newton)
meliputi:
= Kerapatan udara (kg/m³)
 Suhu udara ( ) dari
pengukuran termometer air raksa. = Kecepatan aliran udara 75 m/s
 Suhu titik embun (Td) dari tabel suhu = Koefisien lift 6.4 s²/m
titik embun berdasarkan pengukuran = Luas permukaan sayap 124 m²
termometer bola basah dan
termometer bola kering. Hasil dan Pembahasan
 Tekanan udara ( dari hasil
pengukuran barometer digital.

Ketiga data tersebut diamati setiap satu


jam dan dicatat dalam formulir ME.48.
Unsur tekanan udara, suhu udara, dan suhu titik
embun akan mempengaruhi kerapatan udara di
landasan pacu pesawat. Kerapatan udara
dapat diketahui menggunakan rumus berikut
[10]:
=C0+Td (C1+Td (C2+Td (C3+Td
(C4+Td (C5+Td (C6+Td (C7+Td (1)
(C8+Td (C9)))))))))
(2) Gambar 1. Boxplot gaya angkat tiap jam
selama tahun 2016
(3)
Gaya angkat pesawat harian pada
(4) tahun 2016 berkisar antara 252,30 kN hingga
Gaya angkat pesawat terbang dihitung secara 265,16 kN. Berdasarkan Gambar 1, distribusi
empiris menggunakan persamaan berikut : gaya angkat maksimum terjadi sekitar pukul
05.00 – 06.00 WIB dengan kisaran normal
(5) 262,37 – 262,56 kN, sedangkan distribusi gaya
angkat minimum terjadi pada pukul 13.00 –
14.00 WIB dengan kisaran normal 256,01 kN.
Keterangan:
= 6.1078
C0 = 0.99999683
C1 = -0.90826951 · 10-2
C2 = 0.78736169 · 10-4
C3 = -0.61117958 · 10-6
C4 = 0.43884187 · 10-8
C5 = -0.29883885 · 10-10
C6 = 0.21874425 · 10-12
C7 = -0.17892321 · 10-14
C8 = 0.11112018 · 10-16
C9 = -0.30994571 · 10-19
Td = Suhu titik embun observasi (oC)
= Tekanan udara terukur (hPa)
= Kerapatan udara (kg/m³)
= Tekanan parsial udara kering (Pa)

Megasains 11 (1): 20-23, 2020 ISSN: 2086-5589


Putra dan Yusuf Hadi: Variasi Suhu Udara, Suhu Titik Embun,
22
dan Tekanan Udara Terhadap Gaya Angkat Pesawat

Rata-rata gaya angkat pesawat


bulanan di tahun 2016 cukup bervariasi.
Berdasarkan gambar 1 rata-rata gaya angkat
maksimum terjadi pada bulan Januari dengan
nilai 260,32 kN dan bulan Februari dengan nilai
(a) 260,30 kN, sedangkan rata-rata gaya angkat
minimum terjadi pada bulan Agustus dengan
nilai 259,28 kN dan bulan Mei dengan nilai
259,36 kN.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan, suhu
udara memiliki pengaruh yang paling signifikan
terhadap gaya angkat pesawat. Rata-rata gaya
(b angkat maksimum harian terjadi sekitar pukul
05.00 – 06.00 WIB dan minimum terjadi sekitar
) pukul 13.00 – 14.00 WIB. Gaya angkat terbesar
bulanan terjadi pada bulan Januari dan terkecil
pada bulan Agustus.

Daftar Pustaka

[1] Fadholi, A. “Studi Pengaruh Suhu Dan


Tekanan Udara Terhadap Daya Angkat
(c) Pesawat Di Bandara S. Babullah
Ternate.” Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika
Vol.01 No. 02 Juli, 2013.

Gambar 2. (a) Pola suhu udara dan gaya [2] Fadholi, A. “Pola Angin Permukaan di
angkat, (b) Pola tekanan udara dan gaya Bandara Depati Amir Pangkalpinang
angkat, dan (c) Pola suhu titik embun dan Periode Januari 2000 - Desember 2011”.
gaya angkat Jurnal Statistika Universitas Islam
Bandung, Vol. 12 No. 1, 2012.
Berdasarkan gambar 2 (a) pola suhu
harian berlawanan arah dengan besarnya gaya [3] Fadholi, A. “Pengaruh Suhu dan
angkat pesawat. Suhu tertinggi terjadi pada Tekanan Udara Terhadap Operasi
pukul 13.00 WIB - 14.00 WIB yang berpengaruh Penerbangan di Bandara Depati Amir
terhadap penurunan gaya angkat yang Pangkalpinang.” Buletin Balai Besar
minimum pada jam tersebut. Berdasarkan Meteorologi dan Geofisika Wilayah II
gambar 2 (b) pola tekanan searah dengan Ciputat. Vol. 3 No. 2, 2013.
pergerakan gaya angkat namun tidak terlalu
signifikan. Saat tekanan udara rendah gaya [4] Sujarwo. Pengaruh Suhu udara
angkat juga minimum yang terjadi sekitar jam Terhadap Daya Angkat Pesawat di
13.00 WIB - 15.00 WIB. Berdasarkan gambar 3 Bandara Hasanuddin Makassar,
(c) suhu titik embun memiliki pola yang kurang Universitas Negeri Makassar, Makassar,
begitu jelas terhadap besarnya gaya angkat 2006.
pesawat.
[5] Rosiydah. Studi Kasus Tinjauan
Pengaruh Cuaca Terhadap Operasi
Penerbangan,Khususnya Di Daerah
Cengkareng. Skripsi Badan Diklat
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta,
2006.

[6] Utama, C. Pengaruh Suhu dan Tekanan


Udara Terhadap Daya Angkat Pesawat
di Bandara Hasanuddin Makassar,
Skripsi Universitas Negeri
Gambar 3. Rata-rata gaya angkat bulanan Makassar.,Makassar, 2008.
selama tahun 2016

Megasains 11 (1): 20-23, 2020 ISSN: 2086-5589


Putra dan Yusuf Hadi: Variasi Suhu Udara, Suhu Titik Embun,
23
dan Tekanan Udara Terhadap Gaya Angkat Pesawat

[7] Soeyitno & Soeharsono. Meteorologi [9] Soepangkat. Pengantar Meteorologi.


Penerbangan, Badan Diklat Meteorologi Badan Diklat Meteorologi dan Geofisika,
dan Geofisika, Jakarta, 1981. Jakarta, 1992.
Delta Virtual Airlines, Boeing 737-800
[8] Murry L. Salby. Fundamentals of Operating Manual, 2013.
Atmospheric Physics, Academic Press,
Elsevier Science, 1996.

Megasains 11 (1): 20-23, 2020 ISSN: 2086-5589

Anda mungkin juga menyukai