Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR BELAJAR MAHASISWA

FARMAKOLOGI SISTEM SARAF DAN KARDIOVASKULAR (FAF-217)


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Nama Citra Aulia Windani


NIM 2111012032
Topik Kasus Obat-obat kolinomimetik muskarinik
Deskripsi Kasus
Seorang wanita, umur 25 tahun datang ke poliklinik umum dengan keluhan gangguan
penglihatan. Dia mengalami kesulitan menjaga matanya tetap terbuka dan mengeluh
"penglihatan ganda." Gejalanya berfluktuasi sepanjang hari. Ptosisnya lebih sering terjadi di
mata kiri, tetapi akan beralih ke mata kanan. Gejalanya umumnya lebih baik di pagi hari dan
memburuk seiring berjalannya hari. Ptosisnya tampaknya membaik setelah dia mengistirahatkan
matanya. Dia berolahraga secara teratur, tetapi mengeluhkan bahwa selama 2 bulan terakhir dia
terkendala untuk menyelesaikan lari malamnya karena kelelahan di pinggulnya. Dokter
memberikan admitting diagnosis sebagai miastenia gravis dan melakukan tes edrophonium
(Tensilon). Tesnya positif dan oleh karena itu pasien dimulai dengan mestinon.

Lakukanlah Analisa terhadap kasus diatas mengikuti format Lembar Belajar Mahasiswa
(LBM) serta jawablan dua pertanyaan kuci berikut ini :
1. Bagaimana tes edrophonium membantu dalam diagnosis miastenia gravis?
2. Bagaimana mekanisme kerja edrophonium dan mestinon?

Terminologi

ISTILAH PENJELASAN
Penglihatan Kondisi dimana mata seperti melihat dua gambar yang sama dari satu objek.
ganda Kedua gambar biasanya terlihat saling tumpang tindih atau berdampingan satu
sama lain.
Fluktuasi Fluktuasi penglihatan artinya kondisi dimana penglihatan tampak buram
tetapi setelah di kedipkan beberapa kali penglihatan menjadi normal.

Ptosis Turunnya kelopak mata sehingga tampak seperti mengantuk

Admitting Diagnosis yang diberikan setelah seseorang saat masuk dirawat


diagnosis

Miastenia gravis Miastenia gravis adalah penyakit autoimun yang menyerang


neuromuskular juction ditandai oleh suatu kelemahan otot dan cepat lelah
akibat adanya antibodi terhadap reseptor asetilkolin (AchR) sehingga
jumlah AchR di neuromuskular juction berkurang. Penyakit miastenis
gravis ditandai dengan kelemahan dan kelelahan pada beberapa atau
seluruh otot, di mana kelemahan tersebut diperburuk dengan aktivitas terus
menerus atau berulang-ulang. Otot yang sering terkena ada otot pengontrol
mata dan gerakan bola mata, otot ekspresi wajah, otot untuk berbicara dan
otot penelan tetapi tidak selalu ada.

edrophonium Endrofonium merupakan antikolinesterase kerja pendek yang


memperpanjang kerja acetilkolin pada nerumuscular juction. Bekerja
sebagai obat kolinergik, atau penghambat asetilkolinesterase (AChEI )
dengan menghentikan enzim kolinesterase dari pemecahan, atau hidrolisis,
neurotransmitter atau senyawa kimia asetilkolin (ACh).
Tes Salah satu Uji yang dilakukan dalam mendiagnosa penyakit Miastenia gravis.
edrophonium Untuk uji tensilon, disuntikkan 2 mg tensilon secara intravena selama 15 detik,
(tensilon) bila dalam 30 detik tidak terdapat reaksi maka disuntikkan lagi sebanyak 8-9 mg
tensilon secara intravena. Segera setelah tensilon disuntikkan kita harus
memperhatikan otot-otot yang lemah seperti misalnya kelopak mata yang
memperlihatkan adanya ptosis. Bila kelemahan itu benar disebabkan oleh
Miastenia gravis, maka ptosis itu akan segera lenyap. Pada uji ini kelopak mata
yang lemah harus diperhatikan dengan sangat seksama,karena efektivitas
tensilon sangat singkat. Efek sampingnya dapat menyebabkan bradikardi dan
untuk mengatasinya dapat digunakan atropin
Mestinon Mestinon adalah sediaan obat yang mengandung zat aktif Pyridostigmine
bromide. Pyridostigmine bromide adalah obat yang digunakan untuk membantu
meningkatkan kekuatan otot pada pasien gangguan otot, seperti myasthenia
gravis. Obat ini bekerja dengan mencegah kerusakan asetilkolin, zat alami yang
diproduksi oleh tubuh untuk menjalankan fungsi otot.

Brainstorming
Sistem saraf parasimpatis adalah salah satu dari dua divisi sistem saraf otonom atau autonomic
nervous system (ANS) yang bertolak belakang dengan sistem saraf simpatis.
Parasimpatomimetik adalah obat yang merangsang sistem saraf parasimpatis (PSNS). Bahan
kimia ini juga disebut obat kolinergik karena asetilkolin (ACh) adalah neurotransmitter yang
digunakan oleh PSNS. Bahan kimia dalam keluarga ini dapat bertindak baik secara langsung
dengan merangsang reseptor nikotinik atau muskarinik (sehingga meniru asetilkolin), atau secara
tidak langsung dengan menghambat kolinesterase, mempromosikan pelepasan asetilkolin, atau
mekanisme lainnya.
Parasimpatolitik adalah obat yang melawan efek perangsang saraf parasimpatik.
Simpatomimetik adalah obat yang merangsang sistem saraf simpatis
Adrenolitik (simpatolitik) adalah zat-zat yang melawan efek perangsangan saraf-saraf simpatis.
Muskarinik adalah kumpulan reseptor kolinergik atau reseptor asetilkolin yang kompleks dengan
protein G pada membran neuron tertentu dan sel lain dari sistem saraf. Terbagi menjadi 5 yaitu M1,
M2, M3,M4 dan M5.
Analisis kasus

Seorang wanita berumur 25 tahun dengan diagnosa Miastenia gravis melakukan tes edrophonium
(Tensilon) menerima pengobatan dengan mestinon.

1. Korelasi Klinis
Miastenia gravis adalah penyakit sambungan neuromuskular jangka panjang yang menyebabkan
berbagai tingkat kelemahan otot rangka. Otot yang paling sering terkena adalah otot mata, wajah,
dan menelan. Hal ini dapat mengakibatkan penglihatan ganda, fluktuasi penglihatan dan ptosis.
Miastenia gravis adalah penyakit autoimun pada sambungan neuromuscular yang dihasilkan dari
antibodi menghambat reseptor asetilkolin nikotinat (AChR) dimana mencegah impuls saraf
memicu kontraksi otot. Mestinon adalah obat pilihan yang digunakan untuk mengobati kondisi ini
karena mengandung zat aktif Pyridostigmine bromide yang efeknya berguna dalam mencegah
kerusakan dan memperpanjang umur asetilkolin yaitu melalui inhibisi terhadap AChE yang
memecah ACh. Puncak inhibisi bervariasi dari memecah ACh. Puncak inhibisi bervariasi dari 20
– 40% sejak aktivitas baseline dengan periode inhibisi 1, periode inhibisi 1,5 – 5 jam. Mestinon
memiliki komponen kolinergik yang komponen kolinergik yang melakukan melakukan inhibisi
kompetitif terhadap enzim AChE yang secara normal normal menghidrolisis Ach pada
menghidrolisis Ach pada sinaps kolinergik dan neuro-effector junctions. Sehingga obat ini dapat
menyebabkan respon kolinergik general meliputi peningkatan tonus otot skeletal melalui reseptor
nikotinik dan otot polos melalui reseptor muskarinik.

2. Penggolongan obat
Antikolinergik adalah obat-obatan yang diresepkan dokter untuk menghambat aktivitas
neurotransmitter asetilkolin. Obat Antikolinesterase adalah inhibitor aseltikolinesterase sebagai
antagonis nondepolarisasi peng- hambat neuromuskuler yang digunakan mengem- balikan efek
dari pelumpuh otot nondepolarisasi. Anti Kolinesterase bekerja dengan meningkatkan jumlah
asetilkolin pada neuro- muskuler junction dan juga akan meningkatlan tonus otot. Asetilkolin
memiliki efek muskarinik dan nikotinik.

 Efek muskarinik berupa bradikardi, menimgkatkan salivasi, Spasme bronchus, kontraksi


pada saluran cerna dan kandung kemih. Efek nikotinik berupa stimulasi ganglia
autonomik dan otot skelet.
 Efek muskarinik dihambat oleh obat-obat parasimpatolitik sebelumnya seperti at- ropin
atau glikopirrolat. Waktu pemberian atropin terhadap neostigmin adalah penting. Onset
aktifitas vagolitik dari atropin cepat tetapi efek muskarinik dari neostigmin lebih lama
sehingga dapat diberikan bersamaan. Atropin, onset yang lebih lama (5 menit) setelah
pemberian
Struktur

Secara struktural mirip dengan


neostigmin,
kecuali bahwa senyawa ammonium
kuarten-
er terikat dengan cincin fenol.
Piridostigmin
juga bersifat kovalen terhadap ikatan
pada
asetilkolinesterase dan tidak larut lemak.
Secara struktural mirip dengan neostigmin, kecuali bahwa senyawa ammonium kuarten-er
terikat dengan cincin fenol. Piridostigmin juga bersifat kovalen terhadap ikatan pada
asetilkolinesterase dan tidak larut lemak.

3. Mekanisme Kerja Obat


Mekanisme kerja terapiutik pyridostigmine adalah inhibisi terhadap AChE yang memecah ACh.
Puncak inhibisi bervariasi dari memecah ACh. Puncak inhibisi bervariasi dari 20 – 40% sejak
aktivitas baseline dengan periode inhibisi 1, periode inhibisi 1,5 – 5 jam. Mestinon memiliki
komponen kolinergik yang komponen kolinergik yang melakukan melakukan inhibisi kompetitif
terhadap enzim AChE yang secara normal normal menghidrolisis Ach pada menghidrolisis Ach
pada sinaps kolinergik dan neuro-effector junctions. Sehingga obat ini dapat menyebabkan
respon kolinergik general meliputi peningkatan tonus otot skeletal melalui reseptor nikotinik dan
otot polos melalui reseptor muskarinik.
4. Efek Farmakokinetika dan Farmakodinamika
Bekerja pada saraf simpatis, inhibitor asetilkolinesterase dalam keluarga obat kolinergik. Ia
bekerja dengan menghalangi aksi asetilkolinesterase dan karenanya meningkatkan kadar
asetilkolin.

5. Efek Obat yang diharapkan


mengobati penyakit autoimun yang menyebabkan kelemahan otot (Miastenia gravis), kelumpuhan
pada otot usus (leus paralitik), dan gangguan pada kandung kemih (retensi urin) pasca operasi.
dengan mencegah kerusakan asetilkolin, zat alami yang diproduksi oleh tubuh untuk menjalankan
fungsi otot.

6. Administrasi Obat ( dosis, rute dan frekuensi)


Mestinon adalah sediaan obat dalam bentuk tablet yang diproduksi oleh Merarini Indria
Laboratories Indonesia. Mestinon digunakan untuk mengobati penyakit autoimun yang
menyebabkan kelemahan otot (Miastenia gravis), kelumpuhan pada otot usus (leus paralitik),
dan gangguan pada kandung kemih (retensi urin) pasca operasi. Setiap tablet Mestinon
mengandung zat aktif Pyridostigmine bromide 60 mg.
 Penyakit autoimun yang menyebabkan kelemahan otot (Myasthenia gravis)
Dewasa: di berikan dosis 30-120 mg setiap hari.
Anak usia 6-12 tahun: di berikan dosis 60 mg setiap hari,
 Kelumpuhan pada otot usus(leus paralitik), dan gangguan pada kandung kemih (retensi
urin) pasca operasi.
Dewasa: di berikan dosis 60-240 mg setiap hari.
Anak: di berikan dosis 15-60 mg setiap hari.

7. Efek Samping Obat


Efek samping penggunaan Mestinon yang mungkin terjadi adalah:
 Mual, muntah
 Peningkatan air liur
 Diare
 Kram perut

8. Kontradiksi Obat
 Tidak boleh di berikan pada pasien yang hipersensitif terhadap bromida.
 Tidak boleh di berikan pada penderita saluran cerna (Gastrointestinal) atau obstruksi
saluran kemih.
 Tidak boleh di berikan pada penderita asma bronkial.
Pertanyaan Kunci
1. Bagaimana tes edrophonium membantu dalam diagnosis miastenia gravis? Dengan memberi
pasien edrophonium kemudian memperhatikan otot-otot yang lemah seperti misalnya kelopak
mata yang memperlihatkan adanya ptosis. Bila kelemahan itu benar disebabkan oleh Miastenia
gravis, maka ptosis itu akan segera lenyap.
2. Bagaimana mekanisme kerja edrophonium dan mestinon? Antikolinesterase, mencegah
kerusakan dan memperpanjang umur asetilkolin yaitu melalui inhibisi terhadap AChE yang
memecah ACh.
Permasalahan
1. Bagaimana terapi pada pasien yang mengidap asma bronkial?
2. Selain atropin obat apa yang bisa mengatasi efek samping dari edrophonium?
Referensi
1. Whalen, K. 2019. Lippincott Illustrated Reviewa : Pharmacology 7th Ed : Wolters
Kluwer.
2. Katzung BG. 2018. Basic and Clinical Pharmacology (14th ed). Departement of
Cellular & Molecular Pharmacology University of California, San Francisco : Mc
Graw Hill Education.
3. Indijah, S. W. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Farmakologi. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Anthony AA, James AR. 2008.Neuromuscular Disorders. New York: The
McGraw Hill Companies, Inc
5. Katzung, B. G, Salmon, S, E, Sartorelli, A.C , 2004 , Kemoterapi Kanker:Farmakologi
Dasar dan Klinik , Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai