Anda di halaman 1dari 13

ETHERIUM DALAM PERSPEKTIF MAQASHID SYARI’AH

Ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maqashid Syari’ah

Dosen Pengampu :
Dr. H. Mif Rohim, MA.

Oleh:
MUHAMMAD HAFID
NIM. 925.009.20.008

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2020
A. Abstrak
Penggunaan uang elektronik ini terus berkembang sehingga muncul suatu
jenis mata uang digital yang memiliki sistemnya tersendiri, salah satunya adalah
ethereum. Ethereum adalah fondasi untuk era baru internet, dimana uang dan
pembayaran tersedia dari awal tanpa perantara, pengguna dapat memiliki data
mereka sendiri, dan setiap aplikasi apapun yang dimiliki tidak dapat mengintai
dan mencuri dari anda. Pengguna ethereum dapat mengakses sistem keuangan
yang terbuka.dengan internet yang netral, dengan infrastruktur terbuka, yang tidak
dikontrol oleh sebuah perusahaan atau orang tertentu. Para pengguna Ethereum di
dunia telah mencapai jutaan orang, ini menerangkan bahwa Ethereum telah
diterima dikalangan penggunanya. Maka dapat dikatakan bahwa keberadaan
Ethereum hukumnya secara ‘urf adalah sah, baik itu ‘urf khāṣṣ, karena Ethereum
hanya berada di dunia cyber, maupun ‘urf ‘āmm karena menjangkau seluruh
dunia.

B. Pendahuluan
Kemudahan merupakan hal yang selalu dicari oleh manusia, termasuk
kemudahan dalam melakukan transaksi tanpa harus menyisihkan banyak waktu
hanya untuk mendapatkan barang yang diinginkannya. Seiring berkembangnya
zaman, teknologi pun semakin berkembang termasuk alat yang digunakan dalam
transaksi, berbagai macam jenis pembayaran ditawarkan oleh dunia perbankan
sebagai lembaga keuangan, salah satunya uang elektronik.

Penggunaan uang elektronik ini terus berkembang sehingga muncul suatu


jenis mata uang digital yang memiliki sistemnya tersendiri, salah satunya adalah
ethereum. Ethereum adalah fondasi untuk era baru internet, dimana uang dan
pembayaran tersedia dari awal tanpa perantara, pengguna dapat memiliki data
mereka sendiri, dan setiap aplikasi apapun yang dimiliki tidak dapat mengintai
dan mencuri dari anda. Pengguna ethereum dapat mengakses sistem keuangan
yang terbuka.dengan internet yang netral, dengan infrastruktur terbuka, yang tidak
dikontrol oleh sebuah perusahaan atau orang tertentu.

Ethereum didirikan pada tahun 2015, Ethereum adalah blockchain


terkemuka di dunia yang dapat diprogram. Bermula di tahun 2012, di umur 17
tahun, Vitalik Buterin dikenalkan kepada Bitcoin oleh ayahnya dan dia menjadi
sangat tertarik kepada hal ini. Vitalik mulai menulis untuk Bitcoin Magazine dan
mengajukan ide untuk improvisasi pada platform Bitcoin. Saat ide ini tidak
diwujudkan, dia memutuskan untuk membuat mata uang kriptonya sendiri.

Ethereum adalah ide Vitalik yang diluncurkan pada tahun 2015. Semenjak
didirikannya, harga Ethereum sering melonjak dan sekarang mempunyai
kapitalisasi pasar atau ‘market cap’ sebesar $48.7bn (hampir Rp 700 trilyun, total
harga Ethereum di dunia sekarang)1. Seperti blockchain pada umumnya, Ethereum
memiliki cryptocurrency-nya sendiri yang disebut Ether (ETH). ETH adalah uang
digital. Jika anda pernah mendengar tentang Bitcoin, ETH juga memiliki banyak
fitur yang sama. Ethereum murni digital, dan dapat dikirimkan kepada setiap
orang di manapun di dunia secara instan. Suplai dari ETH tidak di kontrol oleh
pemerintah atau perusahaan apapun suplainya terdesentralisasi, dengan jumlah
yang terbatas. Orang-orang di dunia menggunakan ETH untuk melakukan
pembayaran, sebagai penyimpanan nilai, atau sebagai agunan2.

Seperti Bitcoin, Ethereum adalah jaringan blockchain publik yang tersebar.


Meskipun ada banyak perbedaan teknis antara Bitcoin dan Ethereum, perbedaan
yang paling utama adalah tujuan dan fungsinya. Bitcoin menawarkan sistem uang
elektronik peer-to-peer untuk pembayaran atau transfer Bitcoin. Sementara
Ethereum memfokuskan blockchain-nya untuk menjalankan program ter-
desentralisasi, termasuk salah satunya pembayaran atau transfer Ether.3 Tetapi
tidak seperti Blockchain lain, Ethereum dapat melakukan lebih banyak lagi.
Ethereum dapat diprogram, dalam artian setiap developer dapat menggunakannya
untuk membangun aplikasi-aplikasi jenis baru. Aplikasi terdesentralisasi ini (atau
"dapps") mendapatkan manfaat dari cryptocurrency dan teknologi blockchain.
Mereka dapat dipercaya, artinya setelah mereka "diunggah" ke Ethereum, mereka
akan selalu berjalan persis sebagaimana yang diprogram. Mereka dapat
1
https://id.bitdegree.org/tutorial/apa-itu-ethereum/ diakses pada tanggal 6 Juli 2020.
2
https://ethereum.org/id/what-is-ethereum/ dipost pada tanggal 26 Juni 2020, di akses pada
tanggal 6 Juli 2020.
3
https://www.andryo.com/id/blockchain/ethereum/ diakses pada tanggal 6 Juli 2020.
mengontrol aset digital untuk membuat aplikasi keuangan jenis baru. Mereka
dapat didesentralisasikan, artinya tidak ada entitas atau orang yang mengendalikan
mereka.

Saat ini, ribuan developer di seluruh dunia membangun aplikasi di


Ethereum, dan menciptakan berbagai jenis aplikasi baru, banyak diantaranya
sudah dapat kamu gunakan hari ini:
1. Wallet (dompet cryptocurrency) yang memungkinkan kamu melakukan
pembayaran instan dengan biaya murah menggunakan ETH atau aset digital
lainnya.
2. Aplikasi finansial yang memungkinkan kamu meminjam, meminjamkan,
atau menginvestasikan aset digital Anda.
3. Decentralized markets, Perdagangan yang terdesentralisasi yang
memungkinkan Anda berdagang aset digital, atau bahkan berdagang
"prediksi" tentang peristiwa di dunia nyata.
4. Games Di mana Anda memiliki aset dalam game, dan bahkan dapat
menghasilkan uang yang nyata
Manfaat Ethereum:
1. Smart Contract
Blockchain Ethereum dirancang sedemikian rupa sehingga transaksi
hanya dapat berlangsung jika beberapa ketentuan dapat dipenuhi. Aturan-
aturan yang memutuskan beberapa ketentuan inilah yang dipanggil ‘smart
contract’ atau kontrak pintar. Ini adalah bagian esensial bagi menjawab
pertanyaan tentang apa itu Ethereum.

Sebagai contoh, bayangkan mesin jual otomatis atau vending machine.


Kalau Bambang ingin membeli permen dari sebuah vending machine, dia
memerlukan uang yang cukup untuk membelinya. Kalau dia tidak memiliki
cukup uang, dia tidak bisa membeli permen yang dia inginkan. Jadi sebuah
smart contract mungkin terlihat seperti ini; Jika Bambang memasukkan Rp
2000 ke dalam vending machine maka vending machine tersebut akan
memberikan Bambang sebuah permen.
Setelah kontrak seperti di atas ditulis, maka perubahan tidak akan dapat
terjadi. Itulah kenapa hal ini dipanggil transaksi ‘tanpa kepercayaan’ atau
‘trustless’. Kamu tidak perlu untuk mempercayai individu di dalam jaringan –
jika ketentuan kontrak tidak dapat dipenuhi, maka kontrak tersebut tidak akan
terjadi.4
2. DApp
Aplikasi terdesentralisasi (terjemahan dari ‘decentralized application’) atau
‘DApp’ adalah aplikasi yang tidak berjalan pada server sentral tradisional,
melainkan berjalan pada blockchain – mereka menggunakannya untuk
mendesentralisasi server mereka. DApp adalah inti dari desain Ethereum dan
juga inti dari kepercayaannya. Para pendiri Ethereum ingin pengguna untuk
belajar Ethereum dan membangun di dalamnya. Jadi bagian lain dari
pertanyaan tentang apa itu Ethereum pastinya adalah tentang DApp.

Ethereum mempunyai bahasa coding sendiri yang dipanggil Solidity.


Solidity digunakan untuk membangun DApp. Karena Solidity mirip seperti
JavaScript (salah satu bahasa pemrograman paling umum), ini mendorong para
developer untuk membuat DApp yang baru dan menarik.

DApp ini mungkin sekali bersaing dengan (atau menggantikan)


aplikasi tersentralisasi di dalam industri seperti media sosial, e-commerce,
email dan perbankan online. Terdapat peluang tak terhingga dalam
membangun DApp pada blockchain Ethereum.5

Komunitas Ethereum adalah komunitas blockchain terbesar dan paling


aktif di dunia. Ini mencakup developer protokol inti, peneliti cryptoeconomic,
cypherpunks, organisasi mining, pemegang ETH, developer aplikasi, pengguna
biasa, anarkis, dan 500 perusahaan fortune.

Tidak ada perusahaan atau organisasi terpusat yang mengendalikan


Ethereum. Ethereum dikelola dan diperbarui dari waktu ke waktu oleh
komunitas kontributor global yang beragam dan yang mengerjakan segala hal

4
https://id.bitdegree.org/tutorial/apa-itu-ethereum/ diakses pada tanggal 6 Juli 2020
5
Ibid.,
mulai dari protokol inti hingga aplikasi untuk konsumen. Situs website ini,
seperti halnya Ethereum lainnya, dibangun dan akan terus dikelola- oleh
sekelompok orang yang bekerja bersama.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti
adalah :
1) Bagaimana eksistensi Ethereum sebagai alat tukar ?
2) Bagaimana keberadaan Ethereum sebagai alat tukar berdasarkan maqasid
syariah?

D. Pembahasan
Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah merasa puas, mereka suka
mencari hal-hal yang mempermudah hidup mereka, dan pada tahun 2009 muncul
suatu fenomena di dunia ekonomi yaitu Bitcoin dan pada 2014 disusul
kemunculan Ethereum yang diklaim sebagai terobosan terbaru dalam dunia
keuangan, karena Ethereum disebut dapat menjadi suatu jenis alat pembayaran
masa depan yang diharapkan. Sifatnya yang desentralisasi, yaitu tidak ada ikut
campur tangan pihak ketiga didalam kepemilikannya, sebagaimana alat
pembayaran pada umumnya yang berada dibawah pengawasan dan pengotrolan
pemerintah, sehingga menjadi alasan utama bahwa Ethereum disebut sebagai mata
uang digital masa depan.

Ethereum tidak dapat direpresentasikan, karena tidak memiliki bentuk fisik.


Bentuk dari Ethereum hanyalah berupa file yang berada dalam bentuk digital dan
tersimpan dalam komputer, flash disc atau software, serta membutuhkan jaringan
internet saat melakukan transaksi. Jumlah Ethereum juga terbatas, sehingga akan
ada saatnya Ethereum tidak bisa ditambang lagi yang merupakan asal muasal dari
Ethereum, sehingga semakin sedikit Ethereum yang tersisa maka akan semakin
tinggi nilai dari Ethereum, sebagaimana hukum dalam supply dan demand.

Pada dasarnya, di dalam Islam hukum asal segala sesuatu adalah mubah,
mubah dalam tatanan muamalah selama tidak ada dalil yang melarangnya.
Pelarangan tersebut berkaitan dengan hal-hal yang dilarang dalam muamalah
seperti riba, gharar, dan maisir. Maka dalam maqasid syariah yang bertujuan
untuk mendatangkan kemaslahatan dan mencegah kemudaratan terdapat sadd al-
zari‘ah yang merupakan jalan untuk menutup suatu kemafsadatan jika suatu
perbuatan dapat menimbulkan kerusakan.

Suatu alat pembayaran dapat dicetak dari jenis materi dan bentuk apapun,
asalkan jenis materi dan bentuknya tersebut dapat diterima oleh masyarakat
umumnya. Karena penerimaan merupakan unsur penting dalam berlakunya suatu
hukum disuatu kalangan. Sebagaimana yang pernah terjadi pada masa ke
khalifahan umar. Umar Radhiyallahu Anhu pernah berkeinginan untuk
menjadikan dirham dari kulit unta, namun hal itu tidak jadi direalisasikan setelah
mempertimbangkan mafsadatnya yang lebih besar, yang akan membuat unta habis
jika alat pembayaran dicetak dengan bahan kulit unta. Ini menunjukkan bahwa
bahan pembuatan uang boleh dari apa saja, dan seorang pemimpin dapat memilih
uang dari materi apapun dan dengan bentuk apapun selama mendatangkan
kemaslahatan, dan tidak menyalahi syari‘at.6

Suatu jenis alat pembayaran biasanya dicetak dan dikeluarkan oleh


pemerintah setempat, bukan oleh individu. Ini juga sesuai dengan pendapat para
fukaha, bahwa penerbitan uang merupakan otoritas negara, sebab dalam
penerbitan dan penentuan jumlahnya berkaitan dengan kemaslahatan umat dan
tidak diperbolehkan bagi individu untuk melakukan penerbitan secara individu,
karena dapat berdampak kepada kerusakan. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyah bahwa uang tidak boleh diterbitkan melainkan
dipercetakan negara dan dengan seizin pemerintah. Jika masyarakat luas
diperbolehkan menerbitkan uang, maka mereka akan melakukan bahaya yang
besar. Oleh karena itu, sepatutnya pemerintah mencetak uang untuk mereka
sebagai nilai pengganti dalam muamalah mereka.7

Para pengguna Ethereum di dunia telah mencapai jutaan orang, ini


menerangkan bahwa Ethereum telah diterima dikalangan penggunanya. Maka
dapat dikatakan bahwa keberadaan Ethereum hukumnya secara ‘urf adalah sah,
baik itu ‘urf khāṣṣ, karena Ethereum hanya berada di dunia cyber, maupun
‘urf ‘āmm karena menjangkau seluruh dunia. Ini berlaku apabila pemerintah di
negara atau wilayah tersebut juga menyetujui penggunaannya, karena pemerintah
memiliki hak untuk didengar, ditaati dan dibantu, sebagaimana kaidahnya bahwa
“Hukum yang diputuskan oleh hakim dalam masalah-masalah ijtihadi
menghilangkan perbedaan pendapat.” Dan setiap putusan penguasa wajib
dijalankan selama tidak mengarah ke arah maksiat. Dengan demikian, maka
seharusnya, masyarakat Indonesia tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut, baik
itu pemanfaatan sebagai alat pembayaran atau trading, karena tidak adanya
pengakuan dan regulasi yang akan melindungi penggunanya, sebagaimana

6
Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Khattab, (terj. Asmuni Solihan),
Jakarta, Khalifa, 2006), 327.
7
Ibid., 330.
konferensi pers yang dilakukan oleh pihak BI pada tahun 2014 dan juga 2018.
Dan juga telah terdapat Peraturan Bank Indonesia, yaitu Pasal 34 PBI NO
18/40/PBI/2016 Tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran.
Dan Pasal 8 ayat (2) PBI NO 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial.

Secara aspek internal yaitu ontologis keberadaan Ethereum dinyatakan sah


secara ‘urf. Namun tidak hanya cukup dilihat dari satu aspek saja, melainkan perlu
juga dilihat dari aspek eksternal yaitu efek-efek negatif yang dapat ditimbulkan
dari penggunaannya, seperti nilai dari Ethereum. Sebagaimana yang telah penulis
jelaskan bahwa nilai dari Ethereum bersifat fluktuasi, dimana harga Ethereum
selalu berubah- ubah. Sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan terjadinya
bubble yaitu gelembung keuangan global karena spekulasi, contohnya yang
pernah melanda Belanda pada tahun 1637 yang dikenal dengan Tulip Mania.
TulipMania merupakan contoh market bubble yang tertua di dunia.8

Dalam Maqasid syariah, alat pembayaran dapat digolongkan kepada


dharuriyah. dharuriyah adalah kebutuhan dasar atau primer, jika diabaikan akan
menimbulkan suatu bahaya yang berisiko pada rusaknya kehidupan manusia. Oleh
karena itu wajib untuk dipenuhi dengan segera. dharuriyah memiliki lima unsur
pokok yang harus diperhatikan yang dikenal dengan al-kulliyâtul khamsah, yaitu
memelihara harta benda dengan mengutamakan kepentingan umum dibandingkan
kepentingan individual.

Banyak kelebihan yang ada pada Ethereum tidak ada pada alat pembayaran
lainnya, seperti sifatnya yang desentralisasi, jaringan pembayarannya berdasarkan
teknologi peer-to-peer dan open source, setiap transaksi tercatat dalam database,
mudah dan cepat saat melakukan transaksi, dan tidak mengalami inflasi. Namun,
dibalik semua kelebihan tersebut, ternyata berdasarkan kasus-kasus yang telah
terjadi sepanjang kemunculannya, Ethereum juga memiliki dampak negatif.
Seperti kasus yang terjadi pada pasangan di Inggris yang ingin bercerai, proses
perceraian pasangan tersebut mengalami kesulitan di saat pembagian harta, di

8
Ibid.,
Inggris pasangan yang diharuskan berbagi harta dengan porsi 50:50. Kesulitan
tersebut terjadi karena salah satu pasangannya menyimpan harta dalam bentuk
mata uang kripto, sedangkan mata uang kripto bersifat anonim sehingga sangat
sulit untuk dilacak.

Berdasarkan kasus tersebut ditemukan bahwa Ethereum mengandung unsur


ketidakjelasan atau yang disebut dengan gharar. Selain gharar, bahwa realita
yang terjadi di lapangan, Ethereum banyak diguunakan dalam trading karena
keuntungannya. Maka oleh karena itu, penggunaan yang seperti ini memuat unsur
riba dan maisir, di mana para traider membeli di saat Ethereum sedang berada
di harga rendah, dan menjualnya di kala tinggi.9 Maka dapat dikatakan, dalam
trading Ethereum, mata uang digital ini hanya alat sepekulasi bukan untuk
investasi, hanya alat permainan untung rugi bukan bisnis yang menjanjikan.
Beberapa resiko atau sisi negatif yang ditimbulkan, yaitu:
1) Rentan terhadap resiko penggelembungan (bubble) sehingga
berpotensi merugikan masyarakat. Ini karena nilai tukar yang sangat
fluktuatif, yang menyebabkan ketidakwajaran dalam kenaikannya.
2) Tindak pidana pencucian uang dan terorisme. Contoh kasus:
a) Pelaku bom mall Alam Sutera (Leopard) mengancam manajemen
mal dengan bom dan meminta tebusan 100 BTC (2015).
b) FBI menutup Silk Road, yaitu sebuah black market online yang
memperjualbelikan barang-barang ilegal termasuk obat-obatan
terlarang (2013).
3) Pihak penyedia yang memfalitasi dalam perdagangan mata uang
digital (penyedia wallet dan exchange) rentan terhadap penyerangan
cyber minim pengawasan, sehingga tingkat perlindungan konsumen
rendah.
4) Ethereum tidak memiliki otoritas pusat yang memonitor sistemnya,
oleh karena itu Ethereum dapat menghancurkan kendali bank-bank
sentral dan pemerintah untuk memantau dan mengendalikan sistem

9
Jabbar Sabil, Validitas Maqasidal Al Khalq, Studii terhadap Pemikiran Al Ghazzali, Al Syatibi
dan Ibn Asyur, (Banda Aceh, Shohifa, 2018), 59 – 60.
moneter.10
Pengunaan Ethereum pada dasarnya bernilai mubah, hal ini sesuai dengan
kaidah “Asal segala sesuatu itu adalah mubah, hingga ada dalil yang
menunjukkan keharamannya.” Akan tetapi, jika dilihat kepada kasus-kasus yang
pernah terjadi pada pemanfaatannya, penggunaan Ethereum menghasilkan suatu
efek perbuatan yang jika merujuk kepada pembagian efek perbuatan dalam
maqasid syariah dikategorikan kepada efek perbuatan yang menimbulkan
mudarat kepada orang lain dan dilakukan dengan sengaja karena pada umumnya
seseorang yang ingin menggunakan Ethereum, terlebih dahulu akan mencari
tahu tentang Ethereum sebelum menggunakannya, maka dapat dikatakan
bahwa mereka sengaja menggunakan Ethereum walaupun telah mengetahui efek
negatif yang ditimbulkan pada penggunaan Ethereum. Namun, mereka tidak
bermaksud menimbulkan mudarat kepada orang lain, mereka hanya
menginginkan kemudahan dan keuntungan yang merupakan niat dasar pada
penggunaannya. Walaupun mereka tidak bermaksud menimbulkan mafsadat
kepada orang lain, akan tetapi efek mudarat yang dihasilkan bersifat pasti,
artinya efek mudaratnya dapat dipastikan dan nilai mafsadatnya ini lebih besar
jika dibandingkan dengan nilai maslahat. Nilai mafsadat yang dihasilkan pada
penggunaan Ethereum masuk ke ḥājiyyāat dan bisa naik ke tingkat ḍarūriyyāt,
karena Ethereum bernilai harta. Oleh karena itu, harta yang merupakan salah
satu unsur dari lima unsur maqāṣid al- syar‘īyah yang menjadi tujuan syariat
harus dijaga dan dipelihara karena harta termasuk kepada tingakat ḍarūriyyāt
yang apabila tidak dijaga akan menimbulkan kesempitan dan kerusakan. Tanpa
adanya harta, perkara- perkara duniawi dan agama seseorang tidak bisa
terlaksana dengan baik.
Tingkat kemafsadatan yang ditimbulkan oleh penggunaan Ethereum lebih
besar dibandingkan tingkat kemaslahatan yang dihasilkan. Tingkat kemaslahatan
penggunaan Ethereum berada pada tingkat ḥājiyyāat, sedangkan tingkat

10
Departemen Komunikasi, “Bank Indonesia Memperingatkan Kepada Seluruh Pihak Agar Tidak
Menjual” Membeli atau Memperdagangkan Virtual Currency, “Bank Indonesia, Di post pada
tanggal 13 Januari 2018. Diakses melalui https://www.bi.go.id/ruang-media/siaran-pers/
Pages/sp 200418.aspx. pada tanggal 6 Juli 2020.
mafsadatnya jauh lebih besar dari ḥājiyyāat, yaitu berada pada tingkat
ḍarūriyyāt. Maka, penggunaannya ini merupakan sesuatu yang harus
dihindarkan, karena menolak mafsadat lebih di utamakan dari pada mewujudkan
kemaslahatan.11

E. KESIMPULAN

Setelah menelaah berbagai macam data tertulis yang berkaitan dengan


Ethereum dan maqasid syariah, , maka kesimpulan yang diambil adalah sebagai
berikut:

1. Eksistensi Ethereum sebagai alat tukar hukumnya secara ‘urf adalah sah,
baik itu ‘urf khāṣṣ karena Ethereum hanya berada di dunia cyber, maupun
‘urf ‘āmm karena menjangkau seluruh dunia. Ini berlaku apabila pemerintah
di negara atau wilayah tersebut juga menyetujui penggunaannya, karena
pemerintah memiliki hak untuk didengar, ditaati dan dibantu, sebagaimana
kaidahnya bahwa “Hukum yang diputuskan oleh hakim dalam masalah-
masalah ijtihadi menghilangkan perbedaan pendapat.” Dan setiap putusan
penguasa wajib dijalankan selama tidak mengarah ke arah maksiat. Untuk
ranah Indonesia, sudah seharusnya masyarakat tidak menggunakan atau
memainkannya, karena pemerintah Indonesia telah melarang
penggunaannya, sebagaimana yang disebutkan dalam peraturan Bank
Indonesia, Pasal 34 PBI NO 18/40/PBI/2016 Tentang Penyelenggaraan
Pemrosesan Transaksi Pembayaran dan Pasal 8 ayat (2) PBI NO 19/12/PBI/2017
Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial dan Undang-Undang No 7 Tahun
2011.
2. Maslahat-mafsadat, berdasarkan pendekatan tarjih maslahat nilai mafsadat
yang dihasilkan oleh Ethereum lebih besar, nilai mafsadat ini masuk ke
ḥājiyyāat dan bisa naik ke tingkat ḍarūriyyāt.

11
Ibid.,
F. Daftar Pustaka
https://id.bitdegree.org/tutorial/apa-itu-ethereum/ diakses pada tanggal 6 Juli 2020.
https://ethereum.org/id/what-is-ethereum/ dipost pada tanggal 26 Juni 2020, di akses
pada tanggal 6 Juli 2020.
https://www.andryo.com/id/blockchain/ethereum/ diakses pada tanggal 6 Juli 2020.
https://id.bitdegree.org/tutorial/apa-itu-ethereum/ diakses pada tanggal 6 Juli
2020.
Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Khattab, (terj. Asmuni
Solihan), Jakarta, Khalifa, 2006).
Jabbar Sabil, Validitas Maqasidal Al Khalq, Studii terhadap Pemikiran Al
Ghazzali, Al Syatibi dan Ibn Asyur, (Banda Aceh, Shohifa, 2018).
Departemen Komunikasi, “Bank Indonesia Memperingatkan Kepada Seluruh Pihak Agar
Tidak Menjual” Membeli atau Memperdagangkan Virtual Currency, “Bank
Indonesia, Di post pada tanggal 13 Januari 2018. Diakses melalui
https://www.bi.go.id/ruang-media/siaran-pers/ Pages/sp 200418.aspx. pada tanggal
6 Juli 2020.

Anda mungkin juga menyukai