Elektronisasi Pekerjaan
Disruptive Innovation
Disruptive Innovation mengacu pada suatu teknologi yang implementasinya mempengaruhi suatu
industri secara signifikan. Inovasi ini bersifat breakthrough di mana invoasi ini mampu untuk
meredefinisi suatu sistem atau industri yang telah ada sebelumnya. Disruptive Innovation apabila
tidak diantisipasi dengan baik oleh dunia usaha dapat menyebabkan kerugian atau bahkan
kejatuhan usaha tersebut seperti yang dialami Kodak dan Nokia.
Financial Technology yang muncul karena perkembangan teknologi informasi pada industry
keuangan. Dapat dikategorikan sebagai disruptive innovation. Karena Financial Technology dapat
meredefinisi bagaimana industri keuangan bekerja.
Kita dapat mengambil contoh aktivitas pembayaran. Sebelum cryptocurrency populer, masih
banyak transaksi pembayaran yang dilakukan dengan mata uang fiat. Namun setelah
berkembangnya cryptocurrency. Banyak transaksi pembayaran yang dilakukan dengan
menggunakan cryptocurrency seperti Bitcoin, Ethereum, dll.
Hal yang perlu diperhatikan pada transaksi cryptocurrency adalah di mana transaksi tersebut
menggunakan blockchain. Blockchain akan mengenkripsi serta menyimpan data transaksi tersebut
ke berbagai server yang terdesentralisasi sehingga menjamin keamanan data transaksi tersebut
serta akan sangat sulit untuk memalsukan data transaksi tersebut.
Visit us: 2
Karena keamanan yang ditawarkan oleh blockchain, perusahaan-perusahaan sudah mulai
mengadopsi penggunaan blockchain dalam aktivitas transaksi mereka. Hal ini tentunya dapat
menggeser industry keuangan khususnya dalam aktivitas pembayaran di mana aktivitas
pembayaran menggunakan mata uang fiat akan berkurang sedangkan aktivitas pembayaran
menggunakan cryptocurrency akan meningkat. Inilah contoh di mana Financial Technology
bersifat disruptive terhadap mata uang fiat. Karena lama kelamaan aktivitas pembayaran akan
berubah menjadi menggunakan cryptocurrency.
Financial Technology
Financial Technology/FinTech merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi
yang akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam
membayar harus bertatap-muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan transaksi
jarak jauh dengan melakukan pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan detik saja.
FinTech muncul seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang saat ini didominasi oleh
pengguna teknologi informasi tuntutan hidup yang serba cepat. Dengan FinTech, permasalahan
dalam transaksi jual-beli dan pembayaran seperti tidak sempat mencari barang ke tempat
perbelanjaan, ke bank/ATM untuk mentransfer dana, keengganan mengunjungi suatu tempat
karena pelayanan yang kurang menyenangkan dapat diminimalkan. Dengan kata lain, FinTech
membantu transaksi jual beli dan sistem pembayaran menjadi lebih efisien dan ekonomis namun
tetap efektif.
Dorfleitner et al. (2017) menyatakan bahwa terdapat empat segmen utama pada Fintech sesuai
dengan model bisnisnya. Fintech dapat dibedakan atas dasar pengelolaan aset, pembayaran,
keterlibatan dalam pembiayaan, dll. Gambar di bawah ini akan memberikan gambarang yang
lebih terperinci mengenai segmen pada industry Fintech.
Visit us: 3
1. Sektor pembiayaan (financing)mencakup segmen fintech yang menyediakan pembiayaan
bagi individu dan bisnis. Segmen ini dapat dibagi lagi menjadi fintech yang penawarannya
didasarkan pada partisipasi sejumlah besar contributor(subsektor crowdfunding) dan
mereka yang menawarkan layanan anjak piutang atau kredit tanpa partisipasi orang banyak
(subsektor kredit dan anjak piutang).
2. Segmen manajemen aset (asset management) mencakup fintech yang menawarkan saran,
pengelolaan aset, dan indikator agregat dari personal wealth. Segmen ini juga dibagi
menjadi sub segmen lebih lanjut.
Visit us: 4
Perdagangan sosial adalah bentuk investasi yang investornya dapat mengamati,
mendiskusikan, dan menyalin strategi investasi atau portofolio dari anggota jaringan sosial
lainnya (Liu et al.,2014; Pentland,2013).
Sub segmen robo-advice mengacu pada sistem manajemen portofolio yang memberikan
saran investasi berbasis algoritma dan sebagian besar otomatis, terkadang juga membuat
keputusan investasi.
3. Segmen pembayaran (payments) adalah istilah umum yang berlaku untuk fintech yang
aplikasi dan layanannya menyangkut transaksi pembayaran nasional dan internasional.
Di bawah bagian ini termasuk di dalamnya adalah sub segmen blockchain dan
cryptocurrency yang mencakup fintech yang menawarkan mata uang virtual
(cryptocurrency) sebagai alternatif dari uang fiat biasa, seperti cara pembayaran legal yang
dimungkinkan untuk menyimpan, menggunakan,dan menukar kripto (BaFin,2016).
Bank tidak perlu berfungsi sebagai perantara. Salah satu kripto yang paling terkenal adalah
bitcoin. Bitcoin, yang telah mengalami fluktuasi nilai yang besar pada masa lalu, belum
mampu membangun dirinya sebagai pesaing serius dengan mata uang resmi yang
dikeluarkan oleh bank sentral. Ada lebih dari 700 mata uang virtual lain yang belum
mencapai tingkat kapitalisasi pasar Bitcoin (CoinMarketCap 2016).
Visit us: 5
cryptocurrencies pun menggunakan teknologi blockchain untuk layanan keuangan,
termasuk dalam subsistem blockchain dan cryptocurrency.
4. Segmen fintech lainnya menggambarkan bisnis fintech yang tidak dapat diklasifikasikan
oleh tiga fungsi bank tradisional lainnya, yaitu transaksi pembiayaan, pengelolaan aset,dan
pembayaran.
Selanjutnya fintech dari mesin pencari dan situs perbandingan, sub segmen yang
memungkinkan pencarian berbasis internet dan perbandingan produk keuangan atau
layanan keuangan.
Lalu fintech yang menyediakan solusi teknis untuk penyedia jasa keuangan termasuk
dalam subsektor teknologi, IT dan infrastruktur.
Blockchain
Blockchain merupakan sekumpulan block yang berisi data-data terkait transaksi digital yang
dikelola oleh komputer dalam suatu entitas. Data individu yang disimpan disebut block dan
dihubungkan bersama dalam satu daftar yang disebut chain. Blockchain digunakan untuk mencatat
transaksi yang dilakukan dengan menggunakan cryptocurrency.
Ketika dilakukan sebuah transaksi. Maka transaksi tersebut akan diverifikasi terlebih dahulu oleh
server yang terdapat pada suatu jaringan blockchain. Karena blockchain bersifat desentralisasi,
maka server tersebut akan ada banyak jumlahnya. Server-server tersebut bisa melihat data
transaksi seperti jumlah yang keluar dan saldo sisa dari transaksi antar dua pihak tersebut. Setelah
transaksi terverifikasi, maka transaksi tersebut akan diberikan hash. Hash tersebut akan diberikan
Visit us: 6
oleh miner dengan cara mencari berbagai kombinasi huruf dan angka sampai kombinasi tersebut
benar. Setelah ditemukan maka kombinasi tersebut akan digunakan untuk menyegel block tersebut
dan memasukannya ke blockchain. Apabila terdapat transaksi berikutnya. Maka kombinasi huruf
dan angka dari transaksi sebelumnya akan digunakan untuk membuat segel baru. Di mana hal ini
akan menyebabkan keterkaitan antara block transaksi baru dengan block sebelumnya.
1. Desentralisasi
Sebelum adanya cryptocurrency, banyak layanan keuangan khususnya pembayaran yang
bersifat sentralisasi. Contoh dari layanan ini adalah bank. Di mana bank tersebut
menghimpun dana dari masyarakat serta menyalurkannya kembali ke masyarakat. Dengan
sentralisasi, aktivitas pembayaran pun harus dilakukan melalui bank.
Sentralisasi memiliki kelemahan di mana semua data disimpan dalam satu tempat. Di mana
apabila dilakukannya update maka akan meghentikan semua sistem. Selain itu sentralisasi
juga rentan akan serangan-serangan pihak yang tidak bertanggung jawab. Karena
melakukan serangan pada server yang tersentralisasi sangatlah mudah karena data
disimpan dalam satu tempat.
Dengan desentralisasi, data disimpan dalam berbagai server yang terdapat di lama jaringan.
Di mana server tersebut dapat berjumlah ratusan, ribuan, bahkan jutaan tergantung berapa
banyak server yang terhubung di dalam jaringan. Dengan desentralisasi, transaksi tidak
memerlukan pihak ketiga seperti bank. Transaksi dapat dilaksanakan langsng antara
penjual dan pembeli asalkan terhubung di dalam jaringan yang sama.
2. Transparansi
Data pribadi di dalam blockchain akan disembunyikan melalui kriptografi yang kompleks.
Hal ini menjamin keamanan tiap individu yang bertransaksi menggunakan cryptocurrency.
Akan tetapi walaupun data pribadi disembunyikan, setiap riwayat transaksi dapat
ditampilkan. Hal ini dilakukan demi transparansi antar pengguna.
Visit us: 7
3. Kekal
Sesuatu yang telah dimasukan ke blockchain tidak dapat dirusak. Hal ini akan sangat
membantu perusahaan mengurangi fraud. Karena para pelaku fraud tidak akan bisa lagi
memanipulasi data transaksi demi kepentingan sendiri. Akan sangat sulit atau bahkan tidak
mungkin lagi untuk melakukan fraud.
Hal ini dapat diwujudkan karena fungsi dari hash. Hashing bekerja dengan cara mengambil
string input dengan panjang berapa pun dan memberikan output dengan panjang tetap.
Hash pada blockchain saling berhubungan di mana hash pada block B tidak hanya berisi
alamat serta hash dari block B saja. Tetapi juga berisi alamat serta hash dari block A.
Karena penggunaan hash pada blockchain. Akan sangat sulit bagi peretas untuk mengubah
data dari block-block pada blockchain. Apabila peretas tersebut merubah data pada block
C. Maka hash pada block B akan berubah. Karena hash pada block B berubah. Hash pada
block A pun akan ikut berubah. Hal inilah yang menjelaskan bagaimana suatu blockchain
akan mencapai kekekalan.
Referensi Bacaan
Bank Indonesia. (2018). FINANCIAL TECHNOLOGY. Retrieved from Edukasi dan Perlindungan Konsumen
SP - Edukasi - Produk dan Jasa SP - Financial Technology.
Barantum. (2019). Pengertian Blockchain dan Panduan Lengkap Blockchain! Retrieved from Barantum:
https://www.barantum.com/blog/blockchain-adalah/
Bean, R. (2018, July 10). How FinTech Initiatives Are Driving Financial Services Innovation. Retrieved from
Forbes: https://www.forbes.com/sites/ciocentral/2018/07/10/how-fintech-initiatives-are-
driving-financial-services-innovation/#1f257ae554fa
Harahap, B. A., Idham, P. B., Kusuma, A. C., & Rakhman, R. N. (2017). PERKEMBANGAN
FINANCIALTECHNOLOGYTERKAITCENTRAL BANK DIGITALCURRENCY(CBDC) TERHADAP
TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROEKONOM. Jakarta: Bank Indonesia.
Visit us: 8
Visit us: 9