Anda di halaman 1dari 18

Versi Dokumen

Draft PPK versi ke- 1

Last updated pada tanggal: 21 Juli 2020


Lembar Pengesahan

Panduan Praktik Klinis COVID-19

telah membaca dan menyetujui,

Kepala Kelompok Staf Medik Kepala Divisi Fetomaternal

Dr. dr. H. Kms. Yusuf Effendi, SpOG(K) dr. Hj. Putri Mirani, SpOG(K)

telah disahkan di Palembang, pada tanggal 21 Juli 2020

oleh:

dr . Bambang Eko Sunaryanto, Sp.KJ, MARS

Direktur Utama

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ii


Tim Penyusun

Pengarah

Direktur Utama dr . Bambang Eko Sunaryanto, Sp.KJ, MARS

Direktur Medik dan Keperawatan dr. Zubaedah, SpP, MARS

Tim Penyusun dan Telaah

Ketua Divisi Fetomaternal dr. Hj. Putri Mirani, SpOG(K)

Staf Divisi Fetomaternal dr. H. Wim T Pangemanan, SpOG(K)

Prof. dr. H. A. Kurdi Syamsuri, SpOG(K), MSEd

dr. H. M. Hatta Ansyori, SpOG(K)

dr. H. Nuswil Bernolian. SpOG(K), MARS

Dr. dr. Peby Maulina Lestari, SpOG(K)

dr. H. Abarham Martadiansyah, SpOG(K)

Ketua Divisi Obstetri Ginekologi dr. H. Firmansyah Basir, SpOG(K), MARS


Sosial

Staf Divisi Obstetri Ginekologi Prof. dr. H. Syakroni Daud Rusydi, SpOG(K)
Sosial
dr. H. Zaimursyaf Aziz, SpOG(K)

dr. H. Asrol Byrin, SpOG(K)

dr. H. Azhari, SpOG(K)

Dr. dr. H. Ferry Yusrizal, SpOG(K), M.Kes

dr. Hj. Hartati, SpOG(K), M.Kes

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang iii


Daftar Isi

Lembar Pengesahan ii

Tim Penyusun iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel v

Pendahuluan 1

Panduan Praktik Klinis COVID-19

1. Definisi 2

2. Definisi Operasional 2

3. Patogenesis dan Patofisiologi 3

4. Cara Penularan 4

5. Manifestasi Klinis 4

7. Sistem Skoring 6

8. Pemeriksaan Antenatal 7

9. Pemeriksaan Penunjang 8

10. Diagnosis Banding 8

11. Tatalaksana 8

12. Persiapan Operasi 10

13. Tatalaksana Medikamentosa 10

14. Kriteria Rawat Inap 11

15. Lama Rawat Inap 11

16. Perawatan ICU 11

17. Menyusui Pasca Persalinan 11

18. Kontrol Pasca Persalinan 12

19. Pemakaman Bayi Pasien 12

20. Referensi 12

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang iv


Daftar Tabel

Tabel 1. Manifestasi klinis yang berhubungan dengan infeksi COVID-19 5


Tabel 2. COVID-19 Early Warning Score (COVID-19 EWS) 6
Tabel 3. Rekomendasi pemeriksaan antenatal. 7

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang v


Pendahuluan
Pada akhir tahun 2019, sebuah novel mutasi CoV yang dilabeli sebagai SARS
coronavirus-2 (SARS-CoV-2) diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pernapasan yang
parah yang disebut sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).Novel coronavirus
(nCoV-19) adalah jenis baru corona virus yang menyebabkan COVID-19, pertama kali
diidentifikasi di Wuhan, Tiongkok. Wabah penyakit pneumonia coronavirus 2019 ini
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan
telah dinyatakan sebagai pandemik oleh World Health Organization (WHO) pada 11 Maret
2020.
SARS-CoV-2 dapat ditularkan dengan kontak langsung dari orang ke orang melalui
selaput lendir saluran pernapasan ataupun secara tidak langsung melalui benda yang
terpapar dengan orang terkonfirmasi COVID-19.Gejala klinis COVID-19 dapat ringan
hingga berat dengan beberapa kasus bahkan mengakibatkan kematian. Gejala yang paling
sering dilaporkan adalah demam, batuk, mialgia atau kelelahan, pneumonia, dan dispneu.
Seseorang yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan kelainan pada pencitraan diagnostik
dengan gambaran sugestif untuk pneumonia.3
Gejala klinis COVID-19 pada wanita hamil tidak berbeda dengan wanita tidak hamil
namun beberapa literatur terbaru menyatakan bahwa terdapat risiko transmisi vertikal dari
ibu ke janin pada wanita hamil dengan infeksi COVID-19 serta infeksi ini diketahui dapat
menyerang semua trimester kehamilan. Meskipun kebanyakan orang yang terinfeksi
coronavirus memiliki gejala yang ringan, namun epidemic Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV) dalam dua dekade terakhir terakhir telah menimbulkan banyak kematian
dengan sekitar sepertiga wanita hamil yang terinfeksi mengalami keadaan yang kritis.
Jumlah kasus yang terus meningkat dan tingginya angka kematian akibat infeksi SARS-
CoV-2 ini disebabkan oleh karena angka penularan yang tinggi. Untuk menekan angka
penularan maka pedoman yang telah ditetapkan pada masing-masing negara harus ditaati.
Skrining COVID-19 terhadap ibu hamil dan pedoman pelayanan pasien selama pandemi
COVID-19 harus diimplementasikan secara tepat. Penulisan panduna ini bertujuan untuk
menjelaskan mengenai alur diagnosis dan tatalaksana di bidang obstetri bagi ibu hamil
selama pandemi COVID-19 guna untuk menekan angka penularan penyakit ini.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 1


Panduan Praktik Klinis COVID-19

Definisi

1. SARS-CoV-2
Novel coronavirus 2019 (nCoV-2019) secara resmi dinamai sebagai severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 [SARS-CoV-2] oleh International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV). Coronavirus Disease (COVID-19), sebelumnya dikenal
sebagai novel coronavirus (2019-nCoV), pertama kali dilaporkan di China, kini telah
dinyatakan sebagai darurat kesehatan global oleh World Health Organization (WHO)
karena kasus yang dikonfirmasi dilaporkan di beberapa negara dari seluruh dunia.
Coronavirus (CoV) adalah kelompok virus terbesar yang termasuk dalam ordo
Nidovirales, yang meliputi famili Coronaviridae, Arteriviridae, dan Roniviridae.
Coronavirinae adalah salah satu satu dari dua subfamili Coronaviridae. Coronavirinae
kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok, alpha, beta, gamma dan delta
coronavirus. Virus ini merupakan jenis virus RNA sense-positif berselubung yang tidak
tersegmentasi dengan ukuran 30 kilobase (kb) genom. Virus pada awalnya dipilah ke
dalam kelompok-kelompok ini berdasarkan serologi tetapi sekarang dibagi berdasarkan
pengelompokan filogenetik.

2. COVID-19
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh coronavirus (SARS-CoV-2) yang baru muncul yang pertama dikenali di
Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019, dengan manifestasi klinis sebagian besar
ringan dan tanpa komplikasi, beberapa mengalami penyakit berat yang membutuhkan
perawatan di unit layanan intensif dengan penyulit dapat berupa sindrom distres napas
akut (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multiorgan, termasuk gagal ginjal akut dan
gagal jantung.

Definisi Operasional

1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal**.
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan

2. Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2


3. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)

4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19.
Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam
radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi
tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal
yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan sebagaimana
terlampir).
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk menemukan kontak
erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah
kasus timbul gejala.
Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukan kontak erat
periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen
kasus konfirmasi.

5. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar negeri
pada 14 hari terakhir

6. Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif
selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam.
b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama
14 hari.

7. Selesai isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow
up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi.
b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah
minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil
pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3 hari setelah
tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 3


b. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria selesai isolasi pada kasus probable/kasus
konfirmasi dapat dilihat dalam Bab Manajemen Klinis.

8. Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus konfirmasi/probable
COVID-19 yang meninggal.

Patogenesis dan Patofisiologi


Penempelan awal virion ke sel inang diawali oleh interaksi antara protein S dan
reseptornya. Situs receptor binding domain (RBD) di dalam wilayah S1 dari protein S
coronavirus bervariasi tergantung pada virus, dengan beberapa memiliki RBD di ujung-N
dari S1 (MHV) sementara yang lain (SARS-CoV) memiliki RBD di terminal-C dari S1.
Interaksi S-protein / reseptor adalah penentu utama coronavirus untuk menginfeksi spesies
inang dan juga mengatur tropisme jaringan virus. Banyak coronavirus menggunakan
peptidase sebagai reseptor selulernya. Alpha- coronavirus menggunakan aminopeptidase
N (APN) sebagai reseptornya, SARS- CoV dan HCoV-NL63 menggunakan angiotensin-
converting enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptornya, MHV masuk melalui CEACAM1, dan
MERS-CoV masuk ke dalam sel manusia melalui dipeptidyl-peptidase 4 (DPP4).
Sementara itu, 2019- nCoV baru-baru ini diketahui masuk melalui ACE2 sebagai
reseptornya, yang hampir serupa dengan SARS-CoV.

Cara penularan
Sebagian besar kasus COVID-19 secara global memiliki bukti penularan dari manusia ke manusia.
Transmisi COVID-19 dapat terjadi melalui:
1. Kontak dan droplet
Direk, indirek, kontak erat
Saliva, sekresi respiratori atau droplet dari orang yang terinfeksi ketika batuk, berbicara,
menyanyi
2. Airborne
Selama AGP (Aerosol Generating Procedures)
Indoor dengan ventilasi buruk/ ramai: restoran, kelas fitness
3. Fomite
Sekresi respiratori/ droplet à kontaminasi permukaan dan objek à fomite (permukaan
terkontaminasi)
4. Mode lainnya
Urine, feses à tidak ada data
Transmisi intrauterine à tidak ada data

Manifestasi klinis
Masa inkubasi COVID-19 berlangsung antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya dalam waktu 3
hingga 7 hari. Manifestasi klinis utama yang muncul dapat berupa demam, kelelahan, dan batuk
kering, sementara gejala seperti hidung tersumbat, hidung berair, pharyngalgia, myalgia, dan
diare relatif lebih jarang. Pada kasus yang berat, umumnya terjadi sesak nafas dan/atau
hipoksemia setelah onset satu minggu. Pada kasus terburuk, bisa secara cepat berkembang
menjadi acute respiratory distress syndrome, syok septik, asidosis metabolik yang sulit
dikoreksi, kelainan koagulasi dan perdarahan, multiple organ failure, dan sebagainya (Tabel 1).

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 4


Tabel 1. Manifestasi klinis yang berhubungan dengan infeksi COVID-19
Uncomplicated Pasien dengan infeksi pernafasan atas tanpa komplikasi, dengan
illness keluhan yang non spesifik seperti demam, batuk, nyeri menelan,
hidung tersumbat, lemas, nyeri kepala, nyeri otot atau lemas. Pasien
usia tua dan immunocompromised mungkin memiliki gejala klinis
yang tidak tipikal. Pada pasien kelompok ini, tidak didapatkan tanda
dehidrasi, sesak napas ataupun sepsis.

Pneumonia Pasien dengan pneumonia tanpa tanda pneumonia berat. Diagnosis


ringan pnemonia ditegakkan berdasar terdapat infiltrat baru/penambahan
infiltrat pada pemeriksaan foto toraks disertai dengan adanya
gejala/tanda bahwa infiltrat tersebut disebabkan oleh proses infeksi
yaitu: sputum purulen, leukositosis/leukopenia atau demam.

Pneumonia Pasien dengan demam atau terduga infeksi pernafasan (pneumonia)


berat/ ISPA dengan ditambah salah satu dari laju respirasi >30 kali per menit,
berat gangguan pernafasan yang berat, atau SpO2 <90% tanpa pemberian
suplementasi oksigen.

Acute Onset: baru atau gejala pada saluran pernafasan yang memburuk
Respiratory dalam 1 minggu dari gejala klinis yang sudah diketahui
Distress
Syndrome
Gambaran radiologi paru (foto toraks, CT scan atau USG paru):
(ARDS)
opasitas bilateral, tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh efusi,
kolaps paru atau lobus, atau nodul

Etiologi edema: gagal nafas yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya


oleh gagal jantung atau overload cairan. Dibutuhkan pemeriksaan
objektif seperti ekokardiografi untuk dapat mengeksklusi penyebab
hidrostatis dari edema jika tidak ditemukan faktor risiko

Oksigenasi pada dewasa:

ARDS ringan: 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP
atau CPAP ≥ 5 cmH2O atau tidak terintubasi)

ARDS sedang: 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 200 mmHg (dengan PEEP
≥ 5cmH2O atau tidak terintubasi)

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 5


ARDS berat: PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg (dengan PEEP ≥ 5cmH2O atau
tidak terintubasi)

Jika PaO2 tidak tersedia, SpO2/FiO2 ≤ 315 menandakan ARDS.

Sepsis Disfungsi organ yang mengancam nyawa yang disebabkan oleh


disregulasi respon imun terhadap infeksi baik yang terduga ataupun
sudah terkonfirmasi. Tanda-tanda dari disfungsi organ di antaranya
gangguan kesadaran, pernafasan yang cepat atau sulit, saturasi
oksigen yang rendah, penurunan jumlah urin, denyut jantung yang
cepat, nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah yang
rendah, kulit yang lembab atau adanya pemeriksaan lab yang
menunjukan koagulopati, trombositopenia, asidosis, kadar laktat atau
bilirubin yang meningkat

Syok septik Pasien dengan hipotensi meskipun sudah diberikan resusitasi cairan,
membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan MAP ≥ 65mmHg
dan serum laktat > 2mmol/L.

Sistem skoring
Penapisan terhadap setiap ibu hamil dilakukan berbasis early warning system (EWS)
COVID-19 yang mengkombinasikan berbagai faktor anamnesis (riwayat kontak, umur, jenis
kelamin, riwayat demam, keluhan terkait pernapasan), pemeriksaan fisik (suhu tubuh) dan
pemeriksaan penunjang (darah tepi serta gambaran pneumonia pada CT scan toraks)

Tabel 2. COVID-19 Early Warning Score (COVID-19 EWS)


Parameter Penilaian Skor
Tanda pneumonia pada pemeriksaan CT Ya 5
Riwayat kontak erat dengan pasien COVID-19 Ya 5
yang telah dikonfirmasi

Demam Ya 3
Usia Usia ≥ 44 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 1
Suhu maksimal ≥ 37.80C (100 F) 1
Gejala gangguan saluran napas yang bermakna ≥ 1 gejala 1
(termasuk batuk, dahak, dan sesak)
NLR (Perbandingan neutrofil terhadap limfosit) ≥ 5.8 1
Pasien yang dicurigai kuat ≥ 10
Keterangan: Deteksi asam nukleat SARS-CoV-2 positif merupakan indikator diagnostik
independen

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 6


Pemeriksaan antenatal

A. Anamnesis: demam, batuk, anosmia, disgeusia, sesak, dan keluhan lainnya


B. Pemeriksaan fisik:
1. Tanda vital (suhu, laju pernafasan, dan saturasi Oksigen), tanda inpartu
2. Target saturasi Oksigen: 94%
Semua keluhan kehamilan diselesaikan secara jarak jauh, kecuali kondisi gawat darurat.
Standar waktu pemeriksaan kehamilan rutin dan tanpa komplikasi dijelaskan pada:

Tabel 3. Rekomendasi pemeriksaan antenatal

Usia Gestasi Rawat Ultrasonografi Keterangan


Jalan/Poliklinik

<11 minggu Tidak perlu Mendeteksi Bila ditemukan keluhan


dilakukan kehamilan mencurigakan kehamilan
intrauterine ektopik

11–13 minggu Bila diperlukan Penentuan Laboratorium Dasar:


usia Kehamilan
DPL, UL, GDS, HIV,
HBsAg, VDRL/TPHA

20–24 minggu Bila diperlukan Anatomi janin

28 minggu Bila diperlukan Bila diperlukan Laboratorium:

TTGO, DPL

32 minggu Bila diperlukan Bila diperlukan

36 minggu Bila diperlukan Bila diperlukan Laboratorium:

DPL, UL, Ur/Cr,


SGOT/SGPT, PT/APTT

37 minggu– Ya Bila diperlukan Pemeriksaan antenatal


persalinan per minggu

Kondisi gawat darurat yang menyebabkan ibu hamil harus melakukan pemeriksaan
antenatal adalah sebagai berikut:

1. Mual-muntah hebat, perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah,


nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang, dan kejang.
2. Ibu hamil dengan penyakit diabetes melitus gestasional, preeklamsi berat,
pertumbuhan janin terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya atau
riwayat obstetri buruk.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 7


Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Kardiotokografi (CTG)
Pemeriksaan rutin kardiotokografi tidak dianjurkan. Pemeriksaan dilakukan bila
didapatkan indikasi pada pasien tidak dicurigai infeksi COVID-19. Pada pasien
ODP/PDP/COVID-19 positif dengan gejala ringan, pemeriksaan CTG dianjurkan saat
usia 32-36 minggu (tiap minggu).
Bila gejala sedang atau berat dan dalam perawatan isolasi atau intensif, maka
pemantauan kesejahteraan janin dilakukan dengan pemeriksaan Doppler per jam
dan/per-shift tim jaga; atau bila memungkinkan pemeriksaan CTG per hari

B. Pemeriksaan SARS-CoV-2 & ko-infeksi lain


1. Rapid test IgM dan IgG SARS-CoV-2.
2. Gold standard: RT-PCR spesimen swab
3. Penanda lab: limfopenia (lanjut dengan RT-PCR), trombositopenia, peningkatan
enzim transaminase (pikirkan DD/ HELLP Syndrome)
Jika ada keraguan à terapi sebagai COVID-19
4. Kultur darah
5. EKG
6. Rontgen toraks
7. CT Scan toraks dengan shield
8. Angiogram pulmonal
9. Ekokardiografi

Diagnosis Banding
Tergantung tanda dan gejala klinis pasien:
1. Untuk pasien ODP: Common cold, influenza, other viral illness (misal Dengue), infeksi
saluran napas atas karena etiologi non-COVID, atau infeksi saluran cerna karena etiologi
non-COVID
2. Untuk pasien PDP: Pneumonia karena etiologi non-COVID
3. Untuk pasien dengan tampilan klinis berat: Sepsis, syok septik, ARDS karena etiologi non-
COVID
Diagnosis banding :
1. Infeksi saluran kemih
2. Korioamnionitis
3. Emboli paru
4. Infark miokard

Tata Laksana
Tatalaksana diberikan sesuai manifestasi klinis (Tabel 3). Pengobatan pada umumnya bersifat
suportif dan meliputi pencegahan dan tatalaksana komplikasi.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 8


Bagan 1. Alur Tata Laksana Kehamilan Pasien Obstetri di IGD RSMH

Semua ibu hamil yang datang ke IGD


RSMH dilakukan rapid test COVID-19

Negatif Positif

Alur perawatan
pasien biasa sesuai
indikasi obstetri

Ibu hamil dengan PDP/ Positif COVID 19

Emergensi
Non Emergensi
Contoh : Perburukan preeklamsi/ eklamsi,
perdarahan, gawat janin, distosia

Perawatan ruang
isolasi Inpartu kala I Belum inpartu
fase aktif/ kala II

Terminasi kehamilan
Koordinasi dengan tim
Koordinasi dengan tim PIE, Perinatologi, Anestesi, OK IGD
PIE, Perinatologi

Transpor pasien

Partus spontan Ruang Isolasi IGD, Lift khusus COVID-19


menggunakan delivery ke OK IGD, OK IGD Khusus COVID-19
chamber

APD level III (N 95,


Goggle, Boots, SC di OK IGD khusus COVID-19 bertekanan
Hazmat, Sterile negatif dengan menggunakan APD level III (N
Gloves) 95, Goggle, Boots, Hazmat, Sterile Gloves)

Perawatan pasca salin

Stabil : R. Isolasi Tidak stabil : ICU

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 9


Bila tidak terdapat fasilitas kamar pembedahan yang memenuhi syarat, proses persalinan
pada PDP atau COVID-19 positif dapat dilakukan dengan alternatif sebagai berikut:

1. Seksio sesarea dapat dilaksanakan di ruangan bertekanan negatif atau dengan


melakukan modifikasi kamar bedah (seperti mematikan AC atau modifikasi lainnya
yang memungkinkan).
2. Persalinan pervaginam dengan menggunakan delivery chamber dan tim petugas
kesehatan harus menggunakan alat pelindung diri sesuai level 3.
3. Pada wanita yang kelelahan atau mengalami hipoksia, persalinan dengan alat bantu
dapat memperpendek kala II.
4. Water birth tidak direkomendasikan karena risiko transmisi penyakit melalui feses.

Keterangan: Selama partus spontan atau seksio sesaria, pasien PDP atau COVID-19
positif tidak boleh didampingi. Jika memang pasien tetap ingin didampingi oleh suami/
keluarga, perlu ada surat keterangan yang menyatakan ybs swab SARS-CoV-2 negatif.
Suami/ keluarga pasien menunggu di luar ruangan bersalin/ kamar operasi dan dokter tetap
akan menginformasikan mengenai proses persalinan, komplikasi, atau penyulit yang terjadi
selama partus/ operasi berlangsung.

Persiapan Operasi

Prosedur obstetrik elektif (sirklase serviks atau SC) untuk wanita hamil PDP dan COVID-
19 positif sebaiknya dijadwalkan di urutan operasi terakhir.

Tatalaksana Medikamentosa

1. Kortikosteroid
Pada pasien dengan COVID-19 dan membutuhkan Oksigen, terapi kortikosteroid
dapat diberikan selama 10 hari atau sampai pasien rawat jalan (yang mana yang lebih
dahulu). Kortikosteroid yang dapat diberikan pada ibu hamil yaitu prednisolon 40 mg
satu kali per hari oral atau hidrokortison 80 mg 2 kali sehari intravena).
Pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru pada kehamilan preterm bila ibu
PDP atau COVID-19 positif. Kortikosteroid untuk pematangan paru masih
direkomendasikan apabila ibu diprediksi akan melahirkan dalam waktu 7 hari.
2. Magnesium sulfat
Dapat diberikan untuk neuroproteksi fetus. Akan tetapi, pada kehamilan harus segera
diterminasi, sebaiknya jangan ditunda hanya untuk memberikan Magnesium sulfat.
3. Asam folat
4. Antioksidan: vitamin B, C, D, Zinc
5. Antihistamin + dekongestan: cetirizine, phenylpropanolamin, loratadine
6. Antitusif, mukolitik: ambroksol, N-asetilsistein
7. NSAID/antiinflamasi: parasetamol, diklofenak, meloksikam (hindari pemberian
ibuprofen)
8. Antitrombosis/ agregasi: aspirin dosis rendah – LMWH
A. Untuk semua wanita hamil dengan PDP atau COVID-19 positif, kecuali persalinan
diperkirakan akan terjadi dalam waktu 12 jam

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 10


B. Wanita hamil yang dirawat inap dan COVID-19 positif sebaiknya diberikan
tromboprofilaksis selama 10 hari setelah rawat jalan.
C. Jika wanita dirawat inap dengan PDP atau COVID-19 positif dalam waktu 6 minggu
postpartum, dapat diberikan tromboprofilaksis selama durasi rawat inap dan
setidaknya 10 hari setelah rawat jalan.
D. Pada pasien dengan morbiditas persisten, tromboprofilaksis yang lebih lama dapat
dipertimbangkan.
9. Anti-COVID 19 (diberikan jika sudah COVID-19 positif):
A. Antivirus: Oseltamivir (B) 75 mg/12 jam, Favipiravir (B) 600 mg/12 jam,
Lopinavir/Ritonavir (B) (200 mg/50 mg) (1/12 h)
B. Antibiotik: Azitromisin (B) 500 mg/hari, Levokfloksasin (C) 750 mg/hari
10. Tablet Fe tidak direkomendasikan
11. Edukasi
A. Olahraga 30 menit per hari
B. Diet sehat (rendah karbohidrat, tinggi protein, tinggi serat)

Kriteria Rawat Inap

1. Anosmia saja atau disertai dengan gejala COVID-19 lainnya


2. Tanda klinis/ radiologis yang menunjukkan pneumonia
3. Sindrom distres pernafasan akut
4. Suhu > 37,8 C dan setidaknya salah satu tanda berikut: batuk persisten akut, suara
serak, flu atau rinorea, dispneu, sakit tenggorokan, wheezing atau bersin

Lama Rawat Inap

1. Pada pasien OTG/ODP/PDP/COVID-19 positif yang post partus spontan/SC, lama


pasien dirawat inap berdasarkan diagnosisnya.
2. Pada pasien post partus spontan tanpa penyulit, lama rawat inap sekitar 1 x 24 jam.
3. Pada pasien post SC tanpa penyulit, lama rawat inap berkisar antara 2-3 hari.
4. Pada pasien dengan COVID-19 positif yang masih harus dirawat inap di RS tanpa
penyulit obstetrik lainnya, maka pasien lepas rawat pada hari pertama post partus
spontan dan pada hari ke-2 atau ke-3 post SC. Perawatan pasien selanjutnya
berdasarkan prosedur dan ketentuan RS dengan DPJP tim PIE.
Setelah lepas rawat, dokter Obgin tidak perlu lagi melakukan follow up terhadap pasien
dan memberikan informasi ke pasien dan keluarga serta perawat ruangan yang
bersangkutan

Perawatan ICU

Pada pasien hamil atau post partus spontan atau post SC dengan OTG/ODP/PDP/COVID-
19 positif yang diindikasikan untuk dirawat di ICU, tetap dikonsulkan ke PIE sebelum pasien
masuk ICU sesuai dengan prosedur RS

Menyusui Pasca Persalinan

Sesuai kesepakatan dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pasca persalinan, PDP
maupun COVID-19 positif dapat menyusui bayinya, dengan catatan:

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 11


1. Ibu menggunakan face shield dan masker N-95 sedangkan bayi tidak dianjurkan
menggunakan masker/face shield khusus neonatus karena risiko sufokasi
2. Pertimbangkan meminta seseorang yang terlatih untuk memberikan ASI pada bayi
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi, pompa ASI atau botol susu
4. Hindari batuk atau bersin pada bayi saat menyusui

Beberapa catatan penting pasca persalinan adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada penundaan pemotongan tali pusat


2. Tidak ditemukan virus dalam ASI
3. Ibu diperkenankan melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) bila status maternal jelas
bukan tersangka COVID-19
4. Pada bayi sehat dengan ibu ODP, bayi dirawat gabung dengan ibu di ruang isolasi.
Pada bayi sehat dengan ibu PDP/ COVID-19 positif, pisahkan sementara ibu dengan
bayi (dirawat di ruang isolasi). Pada bayi sakit dengan ibu ODP/PDP/ COVID-19 positif,
bayi dirawat di ruang isolasi NICU (single room).
5. Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pasca persalinan tetap dapat
dilakukan.

Kontrol Pasca Persalinan

Pasien post partum spontan dapat dianjurkan untuk kontrol ke Puskesmas/ RS terdekat.

Jika tidak ada keluhan gawat darurat, pasien post seksio sesaria dapat dianjurkan untuk
kontrol 7-10 hari pasca SC ke RSMH/ rujuk balik ke RS yang memiliki fasilitas USG atau
jadwal kontrol ke dokter Obgin menyesuaikan jadwal kontrol dari dokter penyakit dalam

Pada pasien rawat inap dengan COVID-19 positif dan sudah dinyatakan sembuh, pasien
tetap dianjurkan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari setelah pasien dinyatakan COVID-
19 negatif, sebelum pasien kontrol ke RS.

Pemakaman Bayi Pasien

Karena belum terbukti adanya transmisi vertikal COVID-19, bayi yang meninggal
intrauterine atau still birth dari ibu dengan OTG/ODP/PDP/COVID-19 positif, dapat
dilakukan pemakaman seperti prosedur pasien non COVID-19.

Referensi

1. World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the virus
that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020. Diunduh 4 Juni
2020
2. Adhikari, S. Epidemiology, causes, clinical manifestation and diagnosis, prevention and
control of coronavirus disease (COVID-19) during the early outbreak period: A scoping
review. Infect Dis Pov. 2020; 9:29.
3. Huang C,Wang Y, Li X. Clinical features of patients infected with 2019 novel
coronavirus in Wuhan, China [published correction appears inLancet 2020 Jan 30].
Lancet 2020;395:497–506.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 12


4. Dashraath P, Wong JJJ, Lim MXK, Lim LM, Li S, Biswas A, Choolani M, et al.
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic and pregnancy. Am J Obstet Gynecol
2020;222(6):521–31.
5. Alfaraj, S. Al-Tawfiq, J. Memish, Z. Middle East respiratory syndrome corona virus
(MERS CoV) infection during pregnancy: Report of two cases and review of the
literature. J Microbiol Immunol Infect. 2019; 52: 501–3.
6. Fehr AR, Perlman S. Coronaviruses: An Overview of Their Replication and
Pathogenesis. In 2015. p. 1–23.
7. WHO. Transmission of SARS-CoV2: Implications for infection prevention precautions.
2020. Diunduh 02 Juli 2020.
8. Pengurus Besar Perhimpunan Respirologi Dan Penyakit Kritis (Indonesia Society Of
Respirology). Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran Napas Terduga Infeksi Novel Corona
Virus (nCoV). Jakarta; 2020.
9. Januarto AK dan Wiweko B. Rekomendasi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (POGI) mengenai kesehatan ibu pada pandemi COVID-19. Jakarta:
Pengurus Pusat POGI. 2020.
10. Aziz A. Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (COVID-19) pada Maternal
(Hamil, Bersalin, dan Nifas). Jakarta: Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2020.
11. Boelig RC, et al. MFM Guidance for COVID-19. AJOG MFM. 2020.
12. Boelig RC, et al. Labor and Delivery Guidance for COVID-19. AJOG MFM. 2020
13. RCOG. Coronavirus (COVID-19) Infection in Pregnancy. Versi 10.1, 19 Juni 2020
14. ACOG. Outpatient assessment and management for pregnant women with suspected
or confirmed Novel Coronavirus (COVID-19). 2020.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 13

Anda mungkin juga menyukai