Dr. dr. H. Kms. Yusuf Effendi, SpOG(K) dr. Hj. Putri Mirani, SpOG(K)
oleh:
Direktur Utama
Pengarah
Staf Divisi Obstetri Ginekologi Prof. dr. H. Syakroni Daud Rusydi, SpOG(K)
Sosial
dr. H. Zaimursyaf Aziz, SpOG(K)
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel v
Pendahuluan 1
1. Definisi 2
2. Definisi Operasional 2
4. Cara Penularan 4
5. Manifestasi Klinis 4
7. Sistem Skoring 6
8. Pemeriksaan Antenatal 7
9. Pemeriksaan Penunjang 8
11. Tatalaksana 8
20. Referensi 12
Definisi
1. SARS-CoV-2
Novel coronavirus 2019 (nCoV-2019) secara resmi dinamai sebagai severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 [SARS-CoV-2] oleh International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV). Coronavirus Disease (COVID-19), sebelumnya dikenal
sebagai novel coronavirus (2019-nCoV), pertama kali dilaporkan di China, kini telah
dinyatakan sebagai darurat kesehatan global oleh World Health Organization (WHO)
karena kasus yang dikonfirmasi dilaporkan di beberapa negara dari seluruh dunia.
Coronavirus (CoV) adalah kelompok virus terbesar yang termasuk dalam ordo
Nidovirales, yang meliputi famili Coronaviridae, Arteriviridae, dan Roniviridae.
Coronavirinae adalah salah satu satu dari dua subfamili Coronaviridae. Coronavirinae
kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok, alpha, beta, gamma dan delta
coronavirus. Virus ini merupakan jenis virus RNA sense-positif berselubung yang tidak
tersegmentasi dengan ukuran 30 kilobase (kb) genom. Virus pada awalnya dipilah ke
dalam kelompok-kelompok ini berdasarkan serologi tetapi sekarang dibagi berdasarkan
pengelompokan filogenetik.
2. COVID-19
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh coronavirus (SARS-CoV-2) yang baru muncul yang pertama dikenali di
Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019, dengan manifestasi klinis sebagian besar
ringan dan tanpa komplikasi, beberapa mengalami penyakit berat yang membutuhkan
perawatan di unit layanan intensif dengan penyulit dapat berupa sindrom distres napas
akut (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multiorgan, termasuk gagal ginjal akut dan
gagal jantung.
Definisi Operasional
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal**.
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
2. Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19.
Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam
radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi
tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal
yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan sebagaimana
terlampir).
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk menemukan kontak
erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah
kasus timbul gejala.
Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukan kontak erat
periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen
kasus konfirmasi.
5. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar negeri
pada 14 hari terakhir
6. Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif
selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam.
b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama
14 hari.
7. Selesai isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow
up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi.
b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah
minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil
pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3 hari setelah
tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
8. Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus konfirmasi/probable
COVID-19 yang meninggal.
Cara penularan
Sebagian besar kasus COVID-19 secara global memiliki bukti penularan dari manusia ke manusia.
Transmisi COVID-19 dapat terjadi melalui:
1. Kontak dan droplet
Direk, indirek, kontak erat
Saliva, sekresi respiratori atau droplet dari orang yang terinfeksi ketika batuk, berbicara,
menyanyi
2. Airborne
Selama AGP (Aerosol Generating Procedures)
Indoor dengan ventilasi buruk/ ramai: restoran, kelas fitness
3. Fomite
Sekresi respiratori/ droplet à kontaminasi permukaan dan objek à fomite (permukaan
terkontaminasi)
4. Mode lainnya
Urine, feses à tidak ada data
Transmisi intrauterine à tidak ada data
Manifestasi klinis
Masa inkubasi COVID-19 berlangsung antara 1 hingga 14 hari, dan umumnya dalam waktu 3
hingga 7 hari. Manifestasi klinis utama yang muncul dapat berupa demam, kelelahan, dan batuk
kering, sementara gejala seperti hidung tersumbat, hidung berair, pharyngalgia, myalgia, dan
diare relatif lebih jarang. Pada kasus yang berat, umumnya terjadi sesak nafas dan/atau
hipoksemia setelah onset satu minggu. Pada kasus terburuk, bisa secara cepat berkembang
menjadi acute respiratory distress syndrome, syok septik, asidosis metabolik yang sulit
dikoreksi, kelainan koagulasi dan perdarahan, multiple organ failure, dan sebagainya (Tabel 1).
Acute Onset: baru atau gejala pada saluran pernafasan yang memburuk
Respiratory dalam 1 minggu dari gejala klinis yang sudah diketahui
Distress
Syndrome
Gambaran radiologi paru (foto toraks, CT scan atau USG paru):
(ARDS)
opasitas bilateral, tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh efusi,
kolaps paru atau lobus, atau nodul
ARDS ringan: 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP
atau CPAP ≥ 5 cmH2O atau tidak terintubasi)
ARDS sedang: 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 200 mmHg (dengan PEEP
≥ 5cmH2O atau tidak terintubasi)
Syok septik Pasien dengan hipotensi meskipun sudah diberikan resusitasi cairan,
membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan MAP ≥ 65mmHg
dan serum laktat > 2mmol/L.
Sistem skoring
Penapisan terhadap setiap ibu hamil dilakukan berbasis early warning system (EWS)
COVID-19 yang mengkombinasikan berbagai faktor anamnesis (riwayat kontak, umur, jenis
kelamin, riwayat demam, keluhan terkait pernapasan), pemeriksaan fisik (suhu tubuh) dan
pemeriksaan penunjang (darah tepi serta gambaran pneumonia pada CT scan toraks)
Demam Ya 3
Usia Usia ≥ 44 tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 1
Suhu maksimal ≥ 37.80C (100 F) 1
Gejala gangguan saluran napas yang bermakna ≥ 1 gejala 1
(termasuk batuk, dahak, dan sesak)
NLR (Perbandingan neutrofil terhadap limfosit) ≥ 5.8 1
Pasien yang dicurigai kuat ≥ 10
Keterangan: Deteksi asam nukleat SARS-CoV-2 positif merupakan indikator diagnostik
independen
TTGO, DPL
Kondisi gawat darurat yang menyebabkan ibu hamil harus melakukan pemeriksaan
antenatal adalah sebagai berikut:
Diagnosis Banding
Tergantung tanda dan gejala klinis pasien:
1. Untuk pasien ODP: Common cold, influenza, other viral illness (misal Dengue), infeksi
saluran napas atas karena etiologi non-COVID, atau infeksi saluran cerna karena etiologi
non-COVID
2. Untuk pasien PDP: Pneumonia karena etiologi non-COVID
3. Untuk pasien dengan tampilan klinis berat: Sepsis, syok septik, ARDS karena etiologi non-
COVID
Diagnosis banding :
1. Infeksi saluran kemih
2. Korioamnionitis
3. Emboli paru
4. Infark miokard
Tata Laksana
Tatalaksana diberikan sesuai manifestasi klinis (Tabel 3). Pengobatan pada umumnya bersifat
suportif dan meliputi pencegahan dan tatalaksana komplikasi.
Negatif Positif
Alur perawatan
pasien biasa sesuai
indikasi obstetri
Emergensi
Non Emergensi
Contoh : Perburukan preeklamsi/ eklamsi,
perdarahan, gawat janin, distosia
Perawatan ruang
isolasi Inpartu kala I Belum inpartu
fase aktif/ kala II
Terminasi kehamilan
Koordinasi dengan tim
Koordinasi dengan tim PIE, Perinatologi, Anestesi, OK IGD
PIE, Perinatologi
Transpor pasien
Keterangan: Selama partus spontan atau seksio sesaria, pasien PDP atau COVID-19
positif tidak boleh didampingi. Jika memang pasien tetap ingin didampingi oleh suami/
keluarga, perlu ada surat keterangan yang menyatakan ybs swab SARS-CoV-2 negatif.
Suami/ keluarga pasien menunggu di luar ruangan bersalin/ kamar operasi dan dokter tetap
akan menginformasikan mengenai proses persalinan, komplikasi, atau penyulit yang terjadi
selama partus/ operasi berlangsung.
Persiapan Operasi
Prosedur obstetrik elektif (sirklase serviks atau SC) untuk wanita hamil PDP dan COVID-
19 positif sebaiknya dijadwalkan di urutan operasi terakhir.
Tatalaksana Medikamentosa
1. Kortikosteroid
Pada pasien dengan COVID-19 dan membutuhkan Oksigen, terapi kortikosteroid
dapat diberikan selama 10 hari atau sampai pasien rawat jalan (yang mana yang lebih
dahulu). Kortikosteroid yang dapat diberikan pada ibu hamil yaitu prednisolon 40 mg
satu kali per hari oral atau hidrokortison 80 mg 2 kali sehari intravena).
Pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru pada kehamilan preterm bila ibu
PDP atau COVID-19 positif. Kortikosteroid untuk pematangan paru masih
direkomendasikan apabila ibu diprediksi akan melahirkan dalam waktu 7 hari.
2. Magnesium sulfat
Dapat diberikan untuk neuroproteksi fetus. Akan tetapi, pada kehamilan harus segera
diterminasi, sebaiknya jangan ditunda hanya untuk memberikan Magnesium sulfat.
3. Asam folat
4. Antioksidan: vitamin B, C, D, Zinc
5. Antihistamin + dekongestan: cetirizine, phenylpropanolamin, loratadine
6. Antitusif, mukolitik: ambroksol, N-asetilsistein
7. NSAID/antiinflamasi: parasetamol, diklofenak, meloksikam (hindari pemberian
ibuprofen)
8. Antitrombosis/ agregasi: aspirin dosis rendah – LMWH
A. Untuk semua wanita hamil dengan PDP atau COVID-19 positif, kecuali persalinan
diperkirakan akan terjadi dalam waktu 12 jam
Perawatan ICU
Pada pasien hamil atau post partus spontan atau post SC dengan OTG/ODP/PDP/COVID-
19 positif yang diindikasikan untuk dirawat di ICU, tetap dikonsulkan ke PIE sebelum pasien
masuk ICU sesuai dengan prosedur RS
Sesuai kesepakatan dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pasca persalinan, PDP
maupun COVID-19 positif dapat menyusui bayinya, dengan catatan:
Pasien post partum spontan dapat dianjurkan untuk kontrol ke Puskesmas/ RS terdekat.
Jika tidak ada keluhan gawat darurat, pasien post seksio sesaria dapat dianjurkan untuk
kontrol 7-10 hari pasca SC ke RSMH/ rujuk balik ke RS yang memiliki fasilitas USG atau
jadwal kontrol ke dokter Obgin menyesuaikan jadwal kontrol dari dokter penyakit dalam
Pada pasien rawat inap dengan COVID-19 positif dan sudah dinyatakan sembuh, pasien
tetap dianjurkan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari setelah pasien dinyatakan COVID-
19 negatif, sebelum pasien kontrol ke RS.
Karena belum terbukti adanya transmisi vertikal COVID-19, bayi yang meninggal
intrauterine atau still birth dari ibu dengan OTG/ODP/PDP/COVID-19 positif, dapat
dilakukan pemakaman seperti prosedur pasien non COVID-19.
Referensi
1. World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the virus
that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2020. Diunduh 4 Juni
2020
2. Adhikari, S. Epidemiology, causes, clinical manifestation and diagnosis, prevention and
control of coronavirus disease (COVID-19) during the early outbreak period: A scoping
review. Infect Dis Pov. 2020; 9:29.
3. Huang C,Wang Y, Li X. Clinical features of patients infected with 2019 novel
coronavirus in Wuhan, China [published correction appears inLancet 2020 Jan 30].
Lancet 2020;395:497–506.