Anda di halaman 1dari 57

KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL REFERAT

RS BHAYANGKARA FEBRUARI 2020


PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KEPANITERAAN KLINIK FK UHO

PEMULASARAN JENAZAH PADA PASIEN CORONA VIRUS

OLEH
Ahamd Chaer Darwis (K1A1 12 075)
Misdayanti Takdir (K1A1 13 111)

PEMBIMBING
Dr. Raja Al Fath Widya Iswara, MH., Sp.FM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RS BHAYANGKARA KENDARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) adalah virus baru yang menyebabkan


penyakit pernapasan pada manusia dan dapat menyebar dari orang ke orang,
hewan kemanusia. Virus ini pertama kali diidentifikasi selama penyelidikan
wabah di Wuhan, Cina.1
Corona virus memiliki famili besar, pada manusia dapat menyebabkan
penyakit dengan gejala mulai dari common cold sampai Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Pada bulan April 2012 pertama kali terdeteksi
Novel coronavirus yaitu virus baru yang sebelumnya belum pernah ditemukan
pada manusia. Pada banyak kasus menyebabkan sakit berat dengan kematian
sekitar setengah dari seluruh penderita. Coronavirus baru ini diberi nama
sebagai Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) oleh the
Coronavirus Study Group of the International Committee on Taxonomy of
Viruses pada bulan May 2013. MERSCoV juga disebut EMC / 2012
(HCoVEMC / 2012), positif-sense, spesies baru single-stranded RNA dari
genus Betacoronavirus.2
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah
paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian.3
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kantor Negara WHO
diberitahu tentang kasus pneumonia etiologi yang tidak diketahui di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, pada 31 Desember 2019, Sebuah coronavirus baru
yang saat ini disebut 2019-nCoV secara resmi diumumkan sebagai agen
penyebab oleh pemerintah Cina pada 7 Januari. Genom menunjukkan adanya
virus yang terkait erat dengan anggota spesies virus yang disebut sindrom
pernafasan akut berat (SARS) terkait CoV, spesies yang didefinisikan oleh agen

2
wabah SARS 2002 pada manusia. Spesies ini juga terdiri dari sejumlah besar
virus yang sebagian besar terdeteksi pada kelelawar rhinolophid di Asia dan
Eropa. Kesamaan genetik terdekat ditemukan dalam coronavirus yang telah
diisolasi dari kelelawar Seperti ada di awal Januari 2020, pengetahuan dari
wabah yang disebabkan oleh SARS-CoV dan Middle East respiratory syndrome
coronavirus (MERS-CoV) membentuk dasar untuk rekomendasi kesehatan
masyarakat. WHO pada pertengahan Januari. Namun, ketersediaan lebih
banyak bukti dalam sebulan terakhir telah menunjukkan perbedaan besar antara
wabah dan karakteristik COVID-19 dibandingkan dengan SARS CoV.
Coronavirus baru pertama kali diisolasi dari para pemilik kios yang bekerja di
Pasar Makanan Laut Cina Selatan di Wuhan. Pasar ini juga menjual hewan liar
atau mamalia, yang kemungkinan merupakan inang antara 2019-nCoV yang
berasal dari inang kelelawar. Diperkirakan bahwa inang perantara (mamalia
liar) mungkin telah dijual ke pasar makanan laut di Wuhan.4
Penambahan jumlah kasus 2019nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 26
Januari 2020, secara global 1.320 kasus konfim di 10 negara dg 41 kematian
(CFR 3,1%). Rincian China 1297 kasus konfirmasi (termasuk Hongkong,
Taiwan, dan Macau) dengan 41 kematian (39 kematian di Provinsi Hubei, 1
kematian di Provinsi Hebei, 1 kematian di Provinsi Heilongjiang), Jepang (3
kasus), Thailand (4 kasus), Korea Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus),
Singapura (3 kasus), USA (2 kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (3 kasus),
Australia (3 kasus). Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa tenaga
kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Sampai dengan 24 Januari 2020, WHO
melaporkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terbatas (pada kontak
keluarga) telah dikonfirmasi di sebagian besar Kota Wuhan, China dan negara
lain.3
Setiap jenazah harus dianggap berpotensi infeksius dan perlu ditangani
sesuai dengan tindakan pencegahan yang disarankan, teknik prosedural dan
mengetahui prinsip profilaksis sebelum terpapar. Seluruh area otopsi dan isinya
harus ditetapkan sebagai tanda peringatan Biohazard dan tepat ditempatkan di

3
tempat jenazah. Oleh karena itu kesadaran akan keselamatan di kamar jenazah
adalah langkah pencegahan yang efektif. Berdasarkan cara transmisi dan resiko
infeksi terhadap penyakit yang berbeda, pencegahan dalam menangani jenazah
dibagi dalam 3 kategori untuk nCoV masuk dalam kategori 2 yaitu label biru,
standart precaution, additional precaution direkomendasikan kepada jenazah
memiliki penyakit menular.5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemulasaran Jenazah pada Pasien Novel coronavirus 2019


(2019-nCoV)
2. Bagaimana cara mengetahui cara pencegahan infeksi Novel coronavirus
2019 (2019-nCoV)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pemulasaran Jenazah pada Pasien pada Pasien Novel
coronavirus 2019 (2019-nCoV)
2. Untuk mengetahui cara pencegahan infeksi Novel coronavirus 2019
(2019-nCoV)

D. Manfaat
1. Manfaat Praktis
Memberi gambaran mengenai Pemulasaran Jenazah pada Pasien pada
Pasien Novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) serta cara pencegahan dari
infeksi Novel coronavirus 2019 (2019-nCoV)

2. Manfaat Teknis
Referat ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya
mengenai Pemulasaran Jenazah pada pada Pasien Novel coronavirus 2019
(2019-nCoV) dan cara pencegahan dari infeksi Novel coronavirus 2019
(2019-nCoV) di rumah sakit dan menjadi bahan rujukan bagi penulis
selanjutnya.

4
3. Manfaat bagi Penulis
Menerapkan dan memperkaya ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
perkuliahan, terutama yang berhubungan dengan Pemulasaran Jenazah
pada Pasien pada Pasien Novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) dan dan
cara pencegahan dari infeksi Novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) di
rumah sakit.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemulasaran Jenazah
1. Definisi
Pemulasaran jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal,
yang meliputi persiapan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga,
transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan)
barang-barang milik pasien. jika pasien meninggal karena kekerasan atau
dicurigai akibat kriminalitas, perawatan jenazah setelah pemeriksaan medis
lengkap melalui otopsi.6
Kegiatan perawatan jenazah sebagaimana dimaksud pada Pasal 14
ayat 2 meliputi pemulasaraan jenazah, penyimpanan jenazah, Konservasi
jenazah, dan bedah mayat. Sumber daya yang diperlukan pada kamar
jenazah terdiri dari dokter forensik, dokter umum, dokter gigi khususnya
forensik gigi, teknisi forensik, teknisi laboratorium forensik, tenaga
administrasi, tenaga pemulasaraan jenazah, supir ambulan dan pekarya.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor147/menkes/per/I/2010 tentang perizinan rumah sakit, antara lain
harus tersedianya kamar jenazah. Kata kamar diartikan sebagai ruang yang
bersekat (tertutup) dinding yang menjadi bagian rumah ataubangunan
(biasanya atau dibatasi empat dinding); bilik (kamus besar bahasa
Indonesia). Sedangkan kata jenazah atau mayat menurut Ibnu Mas‘ud dan
Zaina.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa kamar jenazah adalah ruangan
atau tempat sementara untuk penyimpanan mayat sebelum mayat dilakukan
identifikasi, pemeriksaan (pemeriksaan otopsi), perawatan jenazah
(pemulasaraan jenazah) serta dipulangkan atau dikuburkan. Kamar mayat
adalah tempat yang berbahaya karena merupakan tempat resiko infeksiyang
tinggi, sebab terjadinya infeksi yang didapat dari kamar mayat yang
tersering karena individu yang mengabaikan hal –hal yang berbahaya di
kamar mayat diantaranya orang yang tidak menggunakan alat proteksi diri

6
pada saat merawat mayat, personil militer, petugas penyelamat, relawan,
pegawai pemulasaraan jenazah dan lainnya dapat terkena bahaya infeksi
kronis, termasuk virus heapatitis B, corona virus, virus hepatitis C, HIV,
pathogen enterik, mycobakterium tuberculosis. Hal ini pun bisa dikarenakan
kurangnya pengetahuan para pegawai kamar mayat tentang penanganan
mayat secara baik dan benar.7
2. Prinsip Pemulasaran Jenazah
Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana
manusia, karena jenazah adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini secara
khusus adalah perawatan keberhasilan sebagaimana kepercayaan/adatnya,
perlakuan sopan dan tidak merusak badannya tanpa indikasi atau
kepentingan kemanusian, termasuk penghormatan atas kerahasiaannya.
Oleh karenanya kamar jenazah harus bersih dan bebas dari kontaminasi
khususnya hal yang membahayakan petugas atau penyulit analisa
kemurnian identifikasi (termasuk kontaminasi DNA dalam kasus forensik
mati). Demikian pula aman bagi petugas yang bekerja, termasuk terhadap
resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit mematikan.8
3. Tujuan Pemulasaran Jenazah
Tujuan pemulasaran jenazah Pemulasaran jenazah bertujuan untuk:
a. Pencegahan penularan penyakit Mayat yang meninggal di rumah
sakit pasti diantaranya ada yang menderita penyakit menular, seperti
Novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) , HIV-AIDS, hepatitis B dan
hepatitis C, SARS, flu burung dan sebagainya. Oleh karena itu,
perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan
selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan
tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Prinsip
kewaspadaan universal adalah:
1).Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya
menjadi tertular

7
2).Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah,
kotoran, dan jaringan tubuh) bisa mengandung kuman sehingga
menjadi sumber penularan.
3).Petugas pemulasaran jenazah harus menjalankan prosedur
universal precaution, yaitu dengan memakai alat pelindung diri
saat melakukan perawatan terhadap jenazah, seperti sarung
tangan, pelindung wajah (masker dan kacamata), gaun pelindung,
apron, dan pelindung kaki seperti sepatu boot. menit.
4).Semua alat-alat yang telah dipakai harus direndam dilarutan clorin
0,5% selama 10 menit.
Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga
mengidap penyakit menular maka pelaksanaan otopsi tetap mengacu
pada prinsip-prinsip universal precaution. Tetapi apabila dapat
dikoordinasikan dengan penyidik untuk tidak dilakukan outopsi, cukup
pemeriksaan luar.
b. Penegakan hukum Dalam rangka proses penyidikan dan penegakan
hukum untuk kepentingan peradilan ilmu kedokteran forensik dapat
dimanfaatkan dalam membuat terangnya perkara pidana yang
menimbulkan korban manusia, baik korban hidup maupun korban mati.
Pemeriksaan otopsi umumnya diperlukan apabila korban dari tindak
perkara pidana tersebut korban mati. Dari pemeriksaan otopsi yang
dilakukan, dokter diharapkan dapat memberikan keterangan setidaknya
tentang luka atau cedera yang dialami korban, tentang penyebab luka
atau cedera tersebut, serta tentang penyebab kematian dan mekanisme
kematiannya. Dalam beberapa kasus dokter juga diharapkan untuk dapat
memperkirakan cara kematian dan faktor-faktor lain yang mempunyai
kontribusi terhadap kematiannya. Sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku yaitu dengan undang-undang
nomor 8 tahun 1981 (KUHAP), setiap dokter baik dokter umum, dokter
ahli, kedokteran kehakiman (dokter spesialis forensik), maupun dokter
spesialis klinik lain wajib memberi bantuan kepada pihak yang berwajib

8
untuk kepentingan peradilan, bila diminta oleh petugas kepolisian/pihak
penyidik yang berwenang. Pada pelaksanaan pelayanan pemeriksaan
medis secara kedokteran forensik sekalipun dapat dimintakan kepada
setiap dokter, baik dokter umum, dokter spesialis klinik maupun dokter
forensik, namun untuk memperoleh hasil yang optimal baik ditinjau dari
segi kepentingan pelayanan, bantuan untuk proses peradilan dan segi
kepentingan pelayanan kesehatan sebaiknya pemeriksaan dilakukan
oleh dokter spesialis forensik.
Pada kasus kematian yang tidak wajar harus dilakukan pembedahan
mayat klinis untuk mengetahui sebab kematian. Hal ini sesuai dengan
UU No.18 tahun 1981 pasal 2 yang berbunyi bedah mayat hanya boleh
dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:
a).Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang
terdekat setelah penderita meninggal dunia, apabila sebab
kematiannya belum dapat ditentukan dengan pasti.
b). Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila
diduga penderita menderita penyakit yang dapat membahayakan
orang lain atau masyarakat sekitarnya.
c). Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila
dalam jangka waktu 2x24 jam (dua kali dua puluh empat) jam
tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia datang ke
rumah sakit.
Bedah mayat klinis hanya dilakukan di ruangan dalam rumah sakit
yang disediakan untuk keperluan itu (pasal 3) dan perawatan mayat
sebelum, selama, dan sesudah bedah mayat klinis dilakukan sesuai dengan
masing-masing agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
diatur oleh Menteri Kesehatan (pasal 4).
Di Indonesia otopsi forensik tidak merupakan keharusan bagi semua
kematian, namun sekali diputuskan oleh penyidik perlunya otopsi maka
tidak ada lagi yang boleh menghalangi pelaksanaannya (pasal 134 KUHAP
dan pasal 222 KUHP), dan tidak membutuhkan persetujuan keluarga

9
terdekatnya. Mereka yang menghalangi pemeriksaan jenazah untuk
kepentingan peradilan diancam hukuman sesuai pasal 222 KUHP. 9
4. Kamar mayat

a. Dasar Hukum 9
a) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
b) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah.
c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.
d) Undang – undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
e) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi.
f) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1277/Menkes/SK/XI/
2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan.
g) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 106/Menkes/SK/1/2004
tentang Sistim Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT) dan Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat (PPGD) General Emergency Life Support (GELS)
Tingkat Pusat.
h) SKB Kapolri dan Menkes No 1078 / MENKES / SKB/VII/2003
No Polisi / 3889 /VII/2003 tentang Identifikasi Korban Mati Pada
Bencana Massal.

b. Standar Kamar Mayat 9

a). Letak kamar jenazah harus memiliki akses langsung denganruang


gawat darurat, ruang kebidanan, ruang rawat inap, ruang operasi,
dan ruang perawatan intensif.

10
b) Akses menuju kamar jenazah bukan merupakan akses umum dan
diproteksi terhadap pandangan pasien dan pengunjung untuk
alasan psikologis.
c) Bangunan Rumah Sakit harus memiliki akses dan lahan parkir
khusus untuk kereta jenazah.

d) Lahan parkir khusus untuk kereta jenazah harus berdekatan dengan


kamar jenazah.
NO NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN
1. Ruangan Administrasi Umum RS Kelas D, ruangan ini
tidak dipersyaratkan ada.

2. Ruangan Tunggu Umum RS Kelas C dan D,


Keluarga Jenazah ruangan ini tidak
dipersyaratkan ada.
3. Ruangan Duka • Luas ruangan tergantung dari RS Kelas C dan D,
(dilengkapi KM/WC) pelayanan yang diperlukan ruangan ini tidak
• Ruangan harus dijamin terjadinya dipersyaratkan ada.
pertukaran udara baik alami maupun
mekanik dengan total pertukaran
udara minimal 10 kali per jam.
• Persyaratan KM/WC umum lihat
poin di atas.

4. Gudangan perlengkapan Umum


Ruang Duka

11
NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN RUANGAN KETERANGAN
5. Ruangan Dekontaminasi • Pintu masuk menggunakan
dan Pemulasaraan jenis pintu swing membuka ke
Jenazah arah dalam dan dilengkapi
dengan alat penutup pintu
otomatis.
• Bahan penutup pintu harus
dapat mengantisipasi benturan-
benturan brankar.
• Bahan penutup lantai tidak
licin dan tahan terhadap air.
• Konstruksi dinding tahan
terhadap air sampai dengan
ketinggian 120 cm dari
permukaan lantai.
• Ruangan dilengkapi dengan
sink dan pancuran air (shower).

6. Laboratorium Otopsi •Luas ruangan laboratorium RS Kelas C dan D, ruangan


otopsi minimal 12m2 per meja ini tidak dipersyaratkan ada.
otopsi dengan memperhatikan RS Kelas B ketersediaan
ruang gerak petugas, pasien dan ruangan ini opsional sesuai
peralatan. kajian kebutuhan pelayanan.
• Disediakan wastafel dan
fasilitas desinfeksi tangan.
• Setiap ruangan disediakan
minimal 2 (dua) kotak kontak
atau tidak boleh menggunakan
percabangan. Untuk stop

12
NO. NAMA RUANGAN PERSYARATAN KETERANGAN
RUANGAN
kontak khusus alat
laboratorium disediakan
tersendiri dan harus
kompatibel dengan rencana
alat yang akan dipakai.
• Ruangan harus dijamin
terjadinya pertukaran udara
baik alami maupun mekanik
dengan total pertukaran udara
minimal 6 kali per jam,
dengan arah udara laminar ke
bawah dan dibuang langsung
keluar bangunan gedung.
•Ruangan harus
mengoptimalkan pencahayaan
alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas
cahaya 100 lux.

13
7. Ruangan Pendingin Jenazah •Luas ruangan menyesuaikan RS Kelas D, ruangan
kebutuhan kapasitas ini tidak
pelayanan. dipersyaratkan ada.
• Ruangan harus terhindar
dari banjir
• Setiap ruangan disediakan
minimal 2 (dua) kotak kontak
dan belum termasuk kotak
kontak untuk peralatan yang
memerlukan daya listrik
besar, serta tidak boleh
menggunakan percabangan/
sambungan langsung tanpa
pengaman arus.
• Ruangan harus dijamin
terjadinya pertukaran udara
baik alami maupun mekanik
dengan total pertukaran udara
minimal 10 kali per jam.
boleh menggunakan
percabangan/ sambungan
langsung tanpa pengaman
arus.

14
8. Ruangan Ganti Pakaian APD • Persyaratan umum RS Kelas D,
(dilengkapi dengan toilet) ruangan lihat ruangan ini tidak
persyaratan ruangan dipersyaratkan ada.
ganti sebelumnya.
• Ruangan harus
dilengkapi
antiseptic footbath
dan wastafel.
• Persyaratan toilet
umum lihat poin di
atas.

9. Ruangan Kepala Instalasi Umum RS Kelas D,


Pemulasaraan Jenazah ruangan ini tidak
dipersyaratkan ada.
10. Ruangan Jemur Alat Persyaratan umum RS Kelas D,
dengan dilengkapi ruangan ini tidak
wastafel. dipersyaratkan ada.
11. Gudang instalasi pemulasaraan Umum RS Kelas D,
jenazah ruangan ini tidak
dipersyaratkan ada.
12. KM/WC petugas/ pengunjung Persyaratan RS kelas C dan D,
KM/WC umum lihat ruangan ini dapat
poin di atas. bergabung dengan
ruang lain

Keterangan : Kebutuhan ruangan di kamar jenazah disesuaikan dengan jenis dan


kebutuhan pelayanan serta ketersediaan SDM di Rumah Sakit.

15
c. Kategorisasi Jenazah

Berdasarkan cara transmisi dan resiko infeksi terhadap penyakit


yang berbeda, pencegahan dalam menangani jenazah dibagi dalam 3
kategori:

Kategori 1 Ditandai dengan label biru, standart precaution direkomendasikan


kepada semua jenazah selain dari jenazah yang memiliki penyakit
menular seperti kategori 2 dan 3
Kategori 2 Ditandai dengan label kuning, sebagai tambahan pada standart
precaution, additional precaution direkomendasikan kepada jenazah
dengan:
- Infeksi HIV ( human immunodeficiency virus)
- Hepatitis C
- Creutzfeldt-Jacob disease (CJD), tanpa otopsi
- SARS ( severe acute respiratory syndrom)
- Avian Influenza
- Middle East respiratory syndrom ( MERS)
- Coronavirus disease (COVID-19)
- Penyakit menular lain
Kategori 3 Ditandai dengan label merah sebagai tambahan pada standart
precaution, stringen precaution direkomendasikan kepada jenazah
dengan:
- Anthrax
- Plaque
- Rabies
- Viral haemorrhagic fever
- Creutzfeldt-Jacob disease (CJD), dengan otopsi
- Penyakit menular lain

16
Label 1. label biru, standart precaution direkomendasikan kepada semua jenazah
selain dari jenazah yang memiliki penyakit menular seperti kategori 2 dan 3

Label 2. label kuning, sebagai tambahan pada standart precaution, additional


precaution

Label 3. label merah sebagai tambahan pada standart precaution, stringen


precaution

Berdasarkan ringkasan tentang tindakan pencegahan untuk penanganan


dan pembuangan mayat:

Ketegori resiko Kantu Melihat Embalmi Persiapa Pembuang


ng diruang ng n an mayat
duka kebersih
an di

17
ruang
duka
Kategori 1 Tidak Disinka Diizinka Diizinka Pengubura
Selain yang perlu n n dengan n dengan n peti mati
ditentukan dalam Cat APD APD atau
2 & Cat 3 di bawah kremasi
ini bias
dilakukan
Kategori 2: Harus Diisink Tidak di Diizinka Dikremasi
an isinkan n dengan
- Infeksi HIV ( APD
human
immunodefici
ency virus)
- Hepatitis C
- Creutzfeldt-
Jacob disease
(CJD), tanpa
otopsi
- SARS (
severe acute
respiratory
syndrom)
- Avian
Influenza
- Middle East
respiratory
syndrom (
MERS)

18
- Coronavirus
disease
(COVID-19)
- Penyakit
menular lain
Kategori 3 : Harus Tidak Tidak Tidak Kremasi
- Anthrax boleh boleh boleh sangat
- Plaque disarakan
- Rabies
- Viral
haemorrhagic
fever
- Creutzfeldt-
Jacob disease
(CJD),
dengan otopsi
- Penyakit
menular lain

Rekomendasi Umum untuk tindakan pencegahan Semua Orang yang


berhubungan pada saat pemulasaran jenazah
1. Vaksinasi
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua orang yang mungkin
melakukan kontak dengan mayat, seperti petugas kesehatan, staf kamar
mayat, pekerja pemakaman, dan lain-lain.
2. Tindakan kebersihan pribadi dan peralatan pelindung
a. Semua staf harus dilatih dalam pencegahan infeksi. Standar kebersihan
pribadi yang tinggi harus dimiliki.
b. Saat menangani mayat:
1.) Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh dari mayat.

19
2.) Kenakan alat pelindung diri (APD) termasuk
Katerogi 1 :Sarung tangan, gaun anti air, dan masker bedah.
Gunakan kacamata atau pelindung wajah untuk
melindungi mata, jika mungkin ada percikan
Katerogi 2 : Sarung tangan, gaun tahan air / celemek plastik di atas
gaun anti air, dan masker bedah. Gunakan kacamata
atau pelindung wajah untuk melindungi mata, jika
mungkin ada percikan
Kategori 3 : Baju tahan air, masker bedah, pelindung mata (kacamata
atau pelindung wajah), sarung tangan ganda, penutup
sepatu / sepatu bot

3.) Pastikan luka, luka lecet, ditutupi dengan perban atau perban tahan
air
4.) Jangan merokok, minum atau makan. Jangan menyentuh mata,
mulut, atau hidung Anda
5.) menjaga kebersihan pribadi dengan ketat. Kebersihan tangan dapat
dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun cair dan air atau
penggunaan gosok tangan berbasis alkohol
6.) Hindari benda tajam, baik dalam proses pemeriksaan mayat dan
sesudahnya dalam pengurusan mayat dengan pembuangan limbah
dan dekontaminasi
c. Lepaskan peralatan pelindung pribadi setelah menangani mayat.
Kemudian, segera cuci tangan dengan sabun cair dan air.
Paparan darah atau cairan tubuh secara tidak disengaja
1. Dalam kasus cedera perkutan atau paparan mukokutan pada darah atau
cairan tubuh dari mayat, daerah yang terluka atau terpapar harus dicuci
dengan air yang berlebihan
2. Semua insiden paparan perkutan atau mukokutan harus dilaporkan kepada
penyelia. Orang yang terluka harus segera mencari saran medis atau
perawatan luka yang tepat dan manajemen pasca pajanan.

20
Tindakan Pencegahan sesuai ketegori 1, 2, dan 3
1. Mayat yang telah diklasifikasikan oleh dokter sebagai kategori 1, 2 atau 3.
Tanda untuk klasifikasi kategori mayat harus melekat pada mayat dan
kantong mayat atau lembar kamar mayat
2. Staf harus mengenakan perlengkapan pelindung pribadi yang sesuai
sebelum menangani mayat
a. Kategori 1: Sarung tangan, gaun anti air dan masker bedah. Gunakan
kacamata atau pelindung wajah untuk melindungi mata, jika mungkin
ada percikan
b. Kategori 2: Sarung tangan, gaun tahan air / celemek plastik di atas gaun
anti air, dan masker bedah. Gunakan kacamata atau pelindung wajah
untuk melindungi mata, jika mungkin ada percikan
c. Kategori 3: tutup / kap, pelindung wajah / kacamata, respirator N95, gaun
tahan air, sarung tangan nitril panjang / sarung tangan nitril ganda,
sarung tangan / sepatu bot panjang penuh
3. Semua tabung, saluran air dan kateter pada mayat harus diangkat
4. Kehati-hatian harus dilakukan saat melepas kateter intravena dan peralatan
tajam lainnya. semua harus langsung dibuang ke wadah benda tajam
5. Drainase luka dan lubang tusukan jarum harus didesinfeksi dan ditutup
dengan bahan kedap air.
6. Sekresi mulut dan hidung dapat dibersihkan dengan penyedotan lembut jika
diperlukan
7. Lubang penutup mulut, hidung, dan dubur dari mayat harus dipasang untuk
mencegah kebocoran cairan tubuh
8. Tubuh harus dibersihkan dan dikeringkan
9. Mayat di bawah Kategori 1 :
Mayat dapat dibungkus dengan kantung mayat atau diletakkan di dalam
kantong mayat yang tidak tembus cahaya.
Mayat di bawah Kategori 2 atau 3:

21
a. Mayat harus ditempatkan pertama kali di tempat yang kuat dan anti bocor
kantong plastik transparan dengan tebal tidak kurang dari 150 μm, yang
harus ditutup rapat. jarum tidak untuk digunakan
b. Lapisan penutup kedua yang dibutuhkan
Kategori 2 – mayat harus dibungkus dengan kantong mayat atau
ditempatkan pada kantong yang tidak tembus cahaya
Kategori 3 - mayat harus dibungkus dengan kantong yang tidak tembus
cahaya
c. Bagian luar kantong mayat harus dibersihkan dengan 1 dalam 4 pemutih
rumah tangga yang diencerkan (pencampuran 1 bagian dari pemutih
5,25% dengan 4 bagian air) dan biarkan udara kering
10. Lepaskan peralatan pelindung pribadi setelah menangani mayat. Kemudian,
segera lakukan kebersihan tangan. 10

B. Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV)


1. Definisi
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS
dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada
hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. Manifestasi klinis
biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Sejauh ini, di
antara kasus yang dikonfirmasi laboratorium, sekitar 20% sakit parah atau
kritis dan empat kasus yang dikonfirmasi telah meninggal. Definisi kasus
global tersedia dari WHO. Definisi kasus untuk Wilayah Eropa saat ini

22
berada di bawah Ulasan oleh ECDC dan Kantor Regional WHO untuk
EropaTanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada
kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian.11
Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian besar adalah
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru. Menurut hasil
penyelidikan epidemiologi awal, sebagian besar
kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja, menangani, atau
pengunjung yang sering berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.
Sampai saat ini, penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti. 3

2. Epidemiologi

Pada tanggal 23 Januari 2020, jumlah kasus yang dikonfirmasi pada

2019-nCoV yang dilaporkan telah mencapai 267 kasus sejak laporan situasi

terakhir yang diterbitkan pada 22 Januari 2020. Pada tanggal 23 Januari.

Tiongkok melaporkan kasus di 25 provinsi (daerah otonom dan kota). Dua

puluh lima persen dari kasus yang dikonfirmasi yang dilaporkan oleh China

telah diklasifikasikan oleh otoritas kesehatan China sebagai sakit parah (dari

Provinsi Wubei: 16% sakit parah, 5% sakit kritis, dan 4% meninggal)12

23
Gambar . Distribusi geografis kasus yang terkonfirmasi 17 Januari 2020 11

Gambar . Distribusi geografis kasus yang terkonfirmasi 20 Januari 2020 11

Saat ini, kasus dari Cina telah menyebar sampai ke AS, Thailand,

Jepang, dan Republik Korea. Sumber awal 2019 nCoV masih belum diketahui.

24
Namun, jelas bahwa wabah yang berkembang tidak lagi karena eksposur yang

berkelanjutan di pasar makanan laut Huanan di Wuhan; seperti dalam satu

minggu terakhir, kurang dari 15% kasus baru dilaporkan telah mengunjungi

pasar Huanan. Sekarang ada lebih banyak bukti bahwa 2019-nCoV menyebar

dari manusia ke manusia. Selain itu, kelompok keluarga dari Provinsi

Guandong yang dilaporkan tidak bepergian ke Wuhan telah dilaporkan terkena

virus. Ada sangat sedikit laporan tentang wabah di rumah sakit atau infeksi

pada petugas kesehatan, yang merupakan risiko utama MERS dan SARS.

WHO menilai risiko kejadian ini sangat tinggi di Cina, tinggi di tingkat

regional dan moderat di tingkat global 12

Tabel 1. Persebaran coronavirus 12

Kasus
Negara/Teritorial/Area
Terkonfirmasi
Hubei Province 571
Unspecified 375
Guangdong Province 131
Beijing Municipality 26
Shanghai Municipality 10
Chongqing Municipality 9
China Zhejiang Province 5
Jiangxi Province 5
Sichuan Province 2
Tianjin Municipality 2
Henan Province 2
Hunan Province 1
Shandong Province 1

25
Yunnan Province 1
Taipei Municipality 1
Hong Kong Special Administrative
1
Region
Macau Special Administrative
1
Region
Japan 1
Republic of Korea 1
Thailand 4
United States of
1
America
Total 581

Tabel 2. Distribusi kasus 2019-nCoV yang terkonfirmasi 11

Tabel 3. Angka kejadian dan estimasi insiden 14

26
Pada tanggal 31 Desember 2019, Komisi Kesehatan Kota Wuhan di

Kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina melaporkan sekelompok kasus pneumonia

dengan etiologi yang tidak diketahui, dilaporkan ada hubungan kontak dengan

Pasar Grosir Makanan Laut Huanan Wuhan (pasar grosir dan pasar hewan

hidup yang menjual berbagai jenis hewan 13

Pada tanggal 9 Januari 2020, CDC Cina melaporkan bahwa coronavirus

baru (2019-nCoV) terdeteksi sebagai agen penyebab dan urutan genomnya.

Analisis urutan menunjukkan bahwa virus yang baru diidentifikasi terkait

dengan clade SARS-CoV. Sistem deteksi telah dikembangkan dan tersedia

untuk Negara-negara Anggota melalui WHO dan katalog global Arsip Virus

Eropa.

Pada 17 Januari 2020, total 44 kasus yang dikonfirmasi di laboratorium

yang terinfeksi 2019-nCoV telah dilaporkan, 41 dari Wuhan, Cina dan tiga

berpergian ke Thailand dan Jepang. Timbulnya gejala mulai dari 8 Desember

2019 hingga 5 Januari 2020 dan termasuk demam, batuk, dan dyspnoea.

Radiologi thoraks menunjukkan ciri khas pneumonia virus dengan infiltrat

bilateral difus. Sebagian besar kasus adalah laki-laki berusia 40-69 tahun.

27
Tujuh kasus mengembangkan penyakit parah dan dua dengan kondisi kronis

dan parah yang mendasari penyebab meninggal. Sebagian besar kasus secara

epidemiologis terkait dengan pasar makanan tertentu di Wuhan, yang telah

dibersihkan dan ditutup untuk umum pada tanggal 1 Januari 2020 13

Beberapa kasus melaporkan telah mengunjungi pasar makanan yang

berbeda sementara yang lain tidak melaporkan kaitan apa pun dengan

lingkungan seperti itu tetapi telah menghubungi dengan orang yang

menunjukkan gejala pernapasan. Sejauh ini, tidak ada kasus yang dilaporkan

memiliki onset penyakit lebih dari 14 hari setelah penutupan pasar yang

terlibat. Di antara kasus yang dilaporkan, dua kelompok keluarga kecil

diidentifikasi. Dalam satu kluster, ketiga anggota keluarga telah mengunjungi

pasar Wuhan khusus sebelum timbulnya penyakit. Di cluster lain, satu anggota

adalah pasangan dari seorang salesman di pasar. Dia mengalami gejala setelah

suaminya dan tidak melaporkan telah mengunjungi lingkungan pasar sebelum

timbulnya gejala. Belum ada kasus yang dilaporkan pada petugas layanan

kesehatan, dan sejauh ini tidak ada bukti penularan nosokomial13

Pada saat penulisan, sumber infeksi tidak diketahui dan oleh karena itu

kami berasumsi bahwa itu masih bisa aktif dan mengarah ke kasus lebih lanjut

di Cina. Terjadinya beberapa kasus yang tidak memiliki riwayat kontak dengan

pasar yang terlibat atau pasar serupa lainnya menunjukkan kemungkinan

sumber infeksi didistribusikan secara lebih luas, atau penularan dari manusia

ke manusia yang serupa dengan coronavirus lain seperti SARS-CoV dan

MERS-CoV. Terjadinya beberapa kelompok keluarga juga mendukung

28
hipotesis yang terakhir ini. Namun, saat ini tidak ada pengetahuan tentang

mode transmisi atau faktor risiko untuk transmisi. Selain itu, tidak ada

informasi tentang spektrum penyakit atau faktor risiko keparahan. Mengingat

hal-hal yang tidak diketahui ini, kita tidak dapat mengecualikan kemungkinan

sirkulasi virus tingkat rendah di komunitas Wuhan dan dengan demikian

kemungkinan kluster lain terjadi dalam waktu dekat 13

Pada tanggal 31 Desember 2019, Komisi Kesehatan Kotamadya Wuhan

di Kota Wuhan, provinsi Hubei, Cina melaporkan sekelompok 27 kasus

pneumonia etiologi yang tidak diketahui, termasuk tujuh kasus parah, memiliki

riwayat ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan Wuhan (ikan grosir dan pasar

hewan hidup yang menjual berbagai spesies hewan). Kasus-kasus dengan fitur

klinis umum untuk beberapa penyakit pernapasan infeksi seperti demam,

dyspnoea, dan infiltrat paru bilateral pada radiografi dada. Pihak berwenang

menempatkan semua kasus di bawah isolasi, memulai kegiatan pelacakan

kontak dan menerapkan kebersihan dan kegiatan sanitasi lingkungan di pasar,

yang ditutup untuk umum pada 1 Januari 2020. Investigasi awal menyarankan

diagnosis pneumonia virus. Pada saat itu, otoritas Cina melaporkan tidak ada

penularan signifikan dari manusia ke manusia dan tidak ada kasus di antara

petugas kesehatan. 13

Pada 5 Januari 2020, 32 kasus pneumonia tambahan etiologi tidak

diketahui dilaporkan di Wuhan dengan tanggal mulai dari 12 hingga 29

Desember 2019, meningkatkan jumlah total kasus pneumonia yang dilaporkan

etiologi tidak diketahui menjadi 59. Investigasi laboratorium

29
mengesampingkan influenza musiman dan flu burung. virus, adenovirus,

SARS dan MERS coronaviruses (MERS-CoV) sebagai agen penyebab.

Pembersihan lingkungan dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan Wuhan telah

selesai dan investigasi kebersihan lebih lanjut dimulai, sementara pasar tetap

ditutup.13

Pada 9 Januari 2020, CDC Cina melaporkan bahwa coronavirus baru

(2019-nCoV) telah terdeteksi sebagai agen penyebab untuk 15 dari 59 kasus

pneumonia. Pada 10 Januari 2020, rangkaian genom coronavirus yang baru

dibuat tersedia untuk diakses umum oleh Pusat Klinik Kesehatan Masyarakat

Shanghai & Sekolah Kesehatan Masyarakat, bekerja sama dengan Rumah

Sakit Pusat Wuhan, Universitas Sains dan Teknologi Huazhong, Pusat

Pengendalian Penyakit dan Pusat Wuhan. Pencegahan, Institut Nasional untuk

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular, Pusat Pengendalian Penyakit

Tiongkok, dan Universitas Sydney, Australia. Urutan tersebut disimpan dalam

database GeneBank (nomor tambahan MN908947) dan diunggah ke Inisiatif

Global tentang Berbagi semua Data Influenza (GISAID). Analisis awal

menunjukkan bahwa novel coronavirus (2019-nCoV) cluster dengan clade

CoV terkait SARS dan berbeda dari genom inti CoV kelelawar yang dikenal.13

Pada 11 Januari 2020, kematian pertama dari kasus dengan infeksi

2019-nCoV dilaporkan. Pasien adalah seorang pria berusia 61 tahun yang

dirawat di rumah sakit karena gagal pernapasan dan pneumonia parah yang

meninggal pada 9 Januari 2020. Dia menderita kondisi mendasar yang parah

(kanker dan penyakit hati kronis). Pasien dilaporkan telah mengunjungi pasar

30
Grosir Makanan Laut Huanan Wuhan sepanjang tahun. Pada 16 Januari 2020,

kematian kedua dilaporkan. Pasien adalah laki-laki berusia 69 tahun yang

dirawat di rumah sakit dengan miokarditis berat, fungsi ginjal abnormal,

gangguan fungsi beberapa organ, dan lesi paru dan pleura yang kompatibel

dengan tuberkulosis paru, dan ia meninggal pada 15 Januari 2020.13

Sejak 31 Desember 2019 dan pada 17 Januari 2020, total 44 kasus yang

dikonfirmasi laboratorium infeksi virus 2019-nCoV telah dilaporkan. Empat

puluh satu dari kasus ini dilaporkan dari Kota Wuhan, Cina, termasuk dua

kematian, 12 pasien yang pulang dan lima kasus parah. Tiga kasus lain yang

dikonfirmasi laboratorium terkait dengan perjalanan, dua dilaporkan dari

Thailand dan satu dari Jepang. Timbulnya gejala dari kasus yang dikonfirmasi

dengan laboratorium yang diidentifikasi berkisar antara 8 Desember 2019

hingga 5 Januari 2020, termasuk kasus terkait perjalanan. Hasil awal

penyelidikan epidemiologi di Wuhan 13

Cina menunjukkan bahwa sebagian besar kasus adalah laki-laki berusia

40-69 tahun yang memiliki riwayat paparan baru-baru ini ke Pasar Grosir

Makanan Laut Wuhan Huanan. Beberapa kasus tidak melaporkan pernah

mengunjungi pasar ini. Di antara kasus yang dilaporkan, dua kelompok

keluarga telah diidentifikasi. Salah satu yang berhubungan dengan seorang pria

yang dipekerjakan di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan dan mengalami

gejala pertama, sementara istrinya, yang tidak melaporkan telah mengunjungi

pasar baru-baru ini, mengalami gejala kemudian. Di Cina, 763 kontak dekat

telah diidentifikasi dan dipantau. Dari jumlah tersebut, 644 telah

31
menyelesaikan periode pengamatan, sementara 119 tetap di bawah pengawasan

medis. Sejauh ini, tidak ada yang diuji positif untuk 2019-nCoV 13

Tiga kasus yang dikonfirmasi oleh laboratorium terkait perjalanan

dengan 2019-nCoV telah dilaporkan dari Thailand dan Jepang : kasus yang

terkait dengan perjalanan dan yang dikonfirmasi dengan laboratorium pertama

adalah turis, seorang warga negara Cina dari Wuhan yang bepergian ke

Bangkok. Kasus ini terdeteksi melalui penyaringan masuk di bandara Bangkok

pada 8 Januari 2020, dirawat di rumah sakit pada hari yang sama dan

dinyatakan positif virus coronavirus baru 2019-nCoV pada 12 Januari. Kontak

dekat ditindaklanjuti dan berada di bawah pengawasan medis. Kasus kedua

yang dilaporkan dari Thailand. Menurut laporan media, Bandara Internasional

Wuhan Tianhe telah menerapkan penyaringan keluar untuk penumpang yang

bepergian dari Wuhan, Cina. Suhu penumpang diukur dan penumpang yang

demam ditempatkan di bawah karantina sementara 13

Menurut data International Air Transport Association (IATA) dari

tahun 2018, lima negara tujuan penumpang teratas dari Wuhan dengan urutan

menurun adalah Thailand, Wilayah Administratif Khusus Hong Kong, Jepang,

Taiwan dan Korea Selatan. Kegiatan penyaringan masuk untuk semua

pelancong yang datang dari Wuhan dilaksanakan di Hong Kong, Indonesia,

Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Rusia, dan

Vietnam. Pada tanggal 6 Januari 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan

Penyakit AS (CDC) menerbitkan pemberitahuan perjalanan Watch-Level 1

terkait dengan kasus-kasus pneumonia, menangani para pelancong yang pergi

32
dan dari Wuhan serta memberikan informasi klinis kepada para praktisi

kesehatan untuk membuat mereka sadar dari kasus pneumonia. Pada 8 Januari

2020, CDC AS juga menyebarluaskan informasi tentang kelompok kasus

dengan pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya melalui Health Alert

Network (HAN)13

CDC menyarankan penyedia layanan kesehatan untuk

mempertimbangkan pasien yang terkait dengan kluster ini jika mereka

memiliki gejala pernapasan yang parah, atau telah melakukan perjalanan ke

Wuhan sejak 1 Desember 2019 dan mulai sakit dalam waktu dua minggu

setelah kembali, tanpa adanya diagnosis lain yang diketahui. US CDC

merekomendasikan agar pasien bergejala segera memakai masker bedah

setelah mereka diidentifikasi dan bahwa mereka harus dievaluasi di ruang

pribadi/isolasi dengan pintu tertutup. Menurut CDC, penyedia layanan

kesehatan harus menggunakan tindakan pencegahan kontak dan memakai

respirator potongan wajah sekali pakai N95 saat mengevaluasi pasien ini.

Untuk pasien yang dirawat sehubungan dengan perawatan rawat inap, selain

tindakan pencegahan standar, CDC AS juga merekomendasikan kontak dan

tindakan pencegahan isolasi melalui udara 13

Bandara Wuhan memiliki koneksi penerbangan langsung dengan

beberapa kota Paris (Prancis) dengan enam penerbangan mingguan, London

(Inggris) dengan tiga penerbangan mingguan dan Roma (Italia) dengan tiga

penerbangan mingguan. Otoritas kesehatan di Negara-negara Anggota yang

33
bersangkutan tetap waspada dan secara ketat memantau situasi yang sedang

berlangsung di Tiongkok 13

Pada November 2002, terjadi epidemic yang tidak biasa pneumonia

berat yang tidak diketahui asalnya di Provinsi Guangdong di selatan Cina

tercatat. Ada tingginya tingkat penularan pada petugas kesehatan (petugas

kesehatan). Beberapa pasien positif untuk SARS-COV di aspirasi nasofaring

(NPA), sedangkan 87% pasien memiliki antibodi positif terhadap SARS-COV

di sera sembuh mereka. Analisis genetik menunjukkan bahwa isolat SARS-

COV dari Guangzhou memiliki asal yang sama seperti di negara-negara lain,

dengan jalur filogenetik yang cocok penyebaran SARS ke bagian lain dari

dunia 15

The 2002-2003 wabah SARS terutama dipengaruhi Cina daratan, Hong

Kong, Singapura, dan Taiwan. Di Kanada, wabah signifikan terjadi di daerah

sekitar Toronto, Ontario. Di Amerika Serikat, 8 orang dikontrak dikonfirmasi

laboratorium SARS. Semua pasien telah melakukan perjalanan ke daerah-

daerah di mana aktif SARS-COV transmisi telah didokumentasikan. SARS

diduga ditularkan terutama melalui orang-ke-orang kontak, melalui transmisi

droplet. Sebagian besar kasus melibatkan orang-orang yang tinggal dengan

atau merawat seseorang dengan SARS atau yang memiliki paparan sekresi

terkontaminasi dari pasien dengan SARS 15

Beberapa pasien yang terkena mungkin telah memperoleh infeksi

SARS-COV setelah kulit, sistem pernapasan mereka, atau selaput lendir datang

ke dalam kontak dengan tetesan menular didorong ke udara oleh batuk atau

34
bersin penderita SARS. pipa cadangan limbah, dan sistem ventilasi yang rusak

yang mungkin bertanggung jawab atas wabah SARS parah di Kebun Amoy

kompleks perumahan di Hong Kong. Transmisi mungkin terjadi dalam

kompleks melalui udara, virus-sarat aerosol 15

Jumlah seluruh dunia kasus SARS dari wabah asli (November 2002

sampai 31 Juli 2003) mencapai lebih dari 8000 orang, termasuk 1.706 petugas

kesehatan. Dari kasus tersebut, 774 menyebabkan kematian, dengan rasio

kematian kasus kematian 9,6%, dan 7295 pemulihan. Sebagian besar kasus ini

terjadi di Cina daratan (5327 kasus, 349 kematian), Hong Kong (1755 kasus,

299 kematian), dengan Taiwan (346 kasus, 37 kematian), dan Singapura (238

kasus, 33 kematian).

Di Amerika Utara, ada 251 kasus, dengan 43 mengakibatkan kematian

(semua di Kanada) peta di bawah ini menunjukkan distribusi di seluruh dunia

kasus SARS selama wabah 2002-03 15

3. Hasil Otopsi

Sejak 2012, setidaknya 1.500 orang telah terkena coronavirus yang

mengakibatkan kematian. Telah dilaporkan hasil otopsi pasien MERS yang

terjadi pada 2014. Artikel oleh Dianna L.Ng dkk mendapatkan hasil otopsi

yang dilakukan dengan baik 16

Pasien pria, berumut 45 tahun yang dianalisis dengan otopsi adalah

salah satu dari sekelompok besar pasien yang dirawat di Rumah Sakit Uni

Emirat Arab pada April 2014. Dia bekerja di ruang penyimpanan di stasiun

paramedis, tanpa tugas perawatan atau paparan dengan pasien dan unta. Antara

35
2 April dan 10 April 2014, ia dengan cepat mengalami gejala demam, pilek,

dan batuk hingga akhirnya meninggal. Pada hari terakhir hidupnya, ia di obati

dengan 100 mg steroid hidrokortison setiap delapan jam. Otopsi dilakukan 10

hari setelah kematiannya 16

Otopsi menunjukkan bahwa paru-paru adalah organ target utama

MERS, dengan kerusakan difus pada kantong udara (alveoli) yang diamati.

Dengan menggunakan imunohistokimia, para peneliti mengidentifikasi

antibodi anti-MERS CoV dalam sel-sel spesifik di paru-paru (pneumosit dan

sel-sel epitelial syncytial) dan kelenjar submukosa bronkus. Infeksi kelenjar

submukosa bronkus kemungkinan merupakan sumber pelepasan virus dalam

sekresi pernapasan yang mengarah ke penularan dari manusia ke manusia 16

4. Faktor Risiko

Dengan data pasien yang terbatas, sulit untuk membuat deklarasi yang

kuat tentang populasi yang mungkin paling rentan terhadap 2019-nCoV.

Namun, tingkat keparahan penyakit setelah SARS dan MERS-CoV sangat

terkait dengan kondisi inang yang mendasarinya termasuk usia, jenis kelamin

biologis, dan kesehatan secara keseluruhan. Laporan pasien awal dari 2019-

nCoV menemukan tren yang sama. Penyakit parah dengan 2019-nCoV telah

dikaitkan dengan pasien usia lanjut (> 60 tahun), termasuk dua puluh enam

kasus mematikan 11

Temuan ini sesuai dengan peningkatan keparahan dan kematian pada

orang di atas usia 50 setelah infeksi SARS dan MERS-CoV. Demikian pula,

36
kesehatan yang mendasari pasien kemungkinan memainkan peran penting

dalam kerentanan keseluruhan. Untuk 2019-nCoV, ketersediaan data

komorbititasnya terbatas. Namun, dua puluh enam pasien yang meninggal

karena CoV novel memiliki kondisi kesehatan yang signifikan termasuk

hipertensi, diabetes, masalah jantung dan / atau fungsi ginjal yang mungkin

membuat mereka lebih rentan. Untuk wabah MERS-CoV, merokok, hipertensi,

diabetes, penyakit kardiovaskular, dan / atau penyakit kronis lainnya telah

terjadi pada sebagian besar kematian dan sesuai dengan temuan pada model

hewan. Hasilnya menunjukkan kewaspadaan yang lebih tinggi diperlukan

untuk pasien yang rentan setelah infeksi 2019-nCoV 11

Tujuh kasus virus yang disebut novel coronavirus (NCoV) itu muncul

di wilayah Provinsi al-Ahsa, bagian timur Arab Saudi.Virus NCoV

menyebabkan pasien mengalami pneumonia dan kadang-kadang gagal ginjal.

Virus ini berasal dari keluarga yang sama dengan virus yang menyebabkan

wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang terjadi di Asia pada

2003 15

Selain itu Kementerian Kesehatan juga telah mengambil sampel darah

mereka untukmengetahui apakah mereka tertular.Namun Kementerian

Kesehatan Arab Saudi tidak merinci berapa jumlah orang yang menjalani

pemeriksaan.Pada Maret lalu Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan

telah menerima laporan adanya 17 kasus NCoV di sejumlah negara, termasuk

11 kematian. Kasus-kasus ini antara lain terdeteksi di Arab Saudi,Yordania,

Jerman dan Inggris.Menurut WHO, kematian terbaru akibat NCoV menimpa

37
seorang lakilaki berusia 73 tahun dari Uni Emirat Arab pada Maret

2013.Laporan-laporan menyebutkan sumber pasti virus sejauh ini belum jelas.

Teori yang berkembang menyebutkan virus berasaldari hewan 15

5. Etiologi

Coronavirus berasal dari bahasa Yunani κορών yang berarti mahkota

(corona). Dilihat di bawah mikroskop elektron, mahkota terlihat seperti

tancapan paku-paku yang terbuat dari S glikoprotein. Struktur inilah yang

terikat pada sel inang dan nantinya dapat menyebabkan virus dapat masuk ke

dalam sel inang 15

Coronavirus merupakan virus RNA besar yang terselubung.

Coronavirus merupakan virus RNA strand positif terbesar. Coronavirus

menginfeksi manusia dan hewan sebagai penyebab penyakit pernafasan dan

saluran pencernaan. Coronavirus pada manusia menyebabkan batuk pilek dan

telah dikaitkan dengan gastroenteritis pada bayi. Coronavirus pada hewan yang

lebih rendah menimbulkan infeksi menetap pada inang alamiahnya. Virus

manusia sukar untuk dibiakkan dan karena itu dicirikan dengan buruk 15

Tipe baru dari coronavirus telah diidentifikasi sebagai penyebab

penyakit gawat yang disebut SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).

SARS coronavirus (SARS Co-V)secara resmi telah dideklarasikan oleh WHO

sebagai agen causative penyebab SARS. SARS-CoV mempunyai patogenesis

yang unik sebab mereka menyebabkan infeksi pernafasan paa bagian atas dan

bawah sekaligus serta dapat menyebabkan gastroenteritis 15

38
Virus korona zoonosis pada manusia generasi ketiga (CoV) abad ini

muncul pada bulan Desember 2019, dengan sekelompok pasien yang memiliki

riwayat kontak ke Pasar Makanan Laut Cina Selatan Huanan di Wuhan,

Provinsi Hubei, Cina. Mirip dengan infeksi coronavirus sindrom pernafasan

akut yang parah (SARS-CoV) dan infeksi coronavirus sindrom pernafasan

Timur Tengah (MERS-CoV), pasien menunjukkan gejala pneumonia virus

termasuk demam, kesulitan bernapas, dan infiltrasi paru-paru bilateral dalam

kasus yang paling parah. Laporan berita dari pasien dengan pneumonia yang

tidak diketahui pertama kali diidentifikasi pada tanggal 31 Desember dengan

Komisi Kesehatan Kotamadya Wuhan mengatakan mereka sedang memantau

situasi dengan seksama.

Gambar 1. Gambar mikroskop elektron dari bagian tipis MERS-CoV,


menunjukkan partikel berbentuk bola di dalam sitoplasma sel yang terinfeksi 13

39
Gambar 2. Antibodi serum manusia bereaksi dengan sel Vero yang terinfeksi
MERS-CoV, menunjukkan bahwa pasien telah terinfeksi MERS-CoV 13.

Gambar 3. Partikel MERS-CoV terlihat pada mikroskop elektron 13

40
Gambar 4. Partikel MERS-CoV terlihat pada mikroskop elektron 13

Gambar 5. Gambaran mikroskop elektron dari bagian tipis MERS-CoV,


menunjukkan partikel bola dengan potongan melintang yang melalui
nukleokapsid virus 13

41
Gambar 6. Gambar dari mikroskop elektron menunjukkan gambaran virus yang
mengelilingi partikel, suatu ciri khas coronavirus 13

Koronavirus merupakan partikel berselubung, berukuran 80-160 nm

yang mengandung genom tak bersegmen dari RNA beruntai tunggal (27-30 kb;
6
BM 5-6x10 ), genom terbesar di antara virus RNA. Nukleokapsid heliks

berdiameter 9-11 nm. Terdapat tonjolan berbentuk gada atau daun bunga

dengan panjang 20 nm yang berjarak lebar pada permukaan luar selubung,

menyerupai korona matahari. Protein struktural virus meliputi protein

nukleokapsid terfosforilasi 50-60K, glikoprotein 20-30K (E1) yang bertindak

sebagai protein matriks yang tertanam dalam lapisan ganda lipid selubung dan

berinteraksi dengan nukleokapsid, dan glikoprotein E2 (180-200K) yang

membentuk peplomer berbentuk daun bunga. Beberapa virus mengandung

42
glikoprotein ketiga (E3; 120-140K) yang menyebabkan hemaglutinasi dan

mempunyai aktivitas asetilesterase 15

RNA beruntai tunggal linear tak bersegmen, protein stuktural virus

meliputi protein nukleokapsid terfosforilasi dan mengandung dua glikoprotein

(bertindak sebagai protein matriks yang teranam dalam lapisan ganda lipid

selubung dan berinteraksi dengan nukleokapsid), dan satu fosfoprotein

terselubung serta mengandung duri besar / daun bunga yang menyebabkan

hemaglutirasi dan mempunyai aktivitas asetil esterase 15

Protein yang terdapat dalam coronavirus berupa S (spike) protein

(150k), HE protein (65kD), M (membran) protein, E (envelope) protein (9-

12kD), dan N (nucleocapsid) protein (60kD). S (spike) protein (150k). S protein

dapat mengikat asam salisilat (9-O-acetyl neuraminic acid) pada permukaan

membrane sel inang dimana hal ini memberi kemampuan virus untuk

hemagglutinasi. Antibodi yang melawan S protein dinetralisasi 15

HE protein (65kD). Hanya terdapat pada coronavirus yang mempunyai

protein hemagglutinin-esterase. Bentuk protein ini juga seperti paku (lebih

kecil dari S protein) pada permukaan virus. Protein ini juga dapat mengikat

asam salisilat. Aktivitas esterase dari HE protein dapat memecah asam salisilat

dari rantai gula, yang dapa membantu virus untuk masuk dalam sel inang dan

bereplikasi. Antibodi yang melawan HE protein juga akan dinetralisasi oleh

virus 15

43
M (membran) protein. Protein ini membantu perlekatan nukleokapsid

ke membran dari struktur internal seperti Badan Golgi dan tidak ditemukan

pada membran plasma sel. E (envelope) protein (9-12kD). Protein kecil ini juga

terdapat pada membran virus. Pada sel yang terinfeksi, protein ini ditemukan

di sekitar nucleus dan permukaan sel. N (nucleocapsid) protein (60kD).

Nukleokapsid protein mengikat genom RNA didahului dengan beberapa

rangkaian dan menuju M protein pada permukaan dalam membrane virus. N

protein merupakan protein terfosforilasi. Tidak seperti virus RNA lain,

coronavirus tidak bergabung dengan RNA polymerase dalam partikel virus.

Polymerase dibuat setelah infeksi dengan menggunakan genom RNA positif

sebagai mRNA15

Pada tanggal 1 Januari 2020, pasar makanan laut ditutup dan

didekontaminasi sementara negara-negara dengan jaringan perjalanan ke

Wuhan bersiaga tinggi untuk para calon pelancong yang memiliki penyakit

pernapasan dengan etiologi yang tidak dapat dijelaskan. Setelah spekulasi luas

tentang agen penyebab, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Tiongkok (CDC) mengkonfirmasi laporan oleh Wall Street Journal dan

mengumumkan identifikasi CoV baru pada 9 Januari. Novel CoV (2019-

nCoV) diisolasi dari satu pasien dan kemudian diverifikasi pada 16 pasien

tambahan. Meskipun belum dikonfirmasi untuk menginduksi pneumonia virus,

2019-nCoV dengan cepat diprediksi mungkin sebagai agen penyebab.

Urutan pertama 2019-nCoV telah diposting online satu hari setelah

konfirmasi atas nama Dr. Yong-Zhen Zhang dan para ilmuwan di Fudan

44
University, Shanghai. Selanjutnya, lima urutan 2019-nCoV tambahan

disimpan pada basis data GSAID pada 11 Januari dari institut di seluruh China

(CDC Cina, Institut Virologi Wuhan dan Akademi Ilmu Pengetahuan Medis &

Akademi Ilmu Kedokteran Cina & Peking Union Medical College) dan

memungkinkan para peneliti di seluruh dunia untuk mulai menganalisis CoV

baru. Pada 17 Januari, ada 62 kasus yang dikonfirmasi di Cina dan yang

penting, tiga kasus ekspor pelancong terinfeksi yang didiagnosis di Thailand

dan Jepang. Kasus-kasus yang ini dan beberapa tambahan dari 2019-nCoV

yang diisolasi di Cina juga telah disimpan dalam database GSAID.

Tes diagnostik selanjutnya telah dikembangkan dan beberapa sedang

digunakan pada kasus-kasus yang dicurigai diidentifikasi di lokasi lain

termasuk Vietnam, Singapura, dan Hong Kong. Sampai saat ini telah ada dua

puluh enam kematian yang terkait dengan infeksi 2019-nCoV, banyak dari

kasus ini memiliki komorbiditas yang signifikan dan usianya lebih tua (> 50).

Berbagai penyakit telah diamati ditandai oleh demam, batuk kering, sesak

napas, dan leukopenia. Pasien kasus ringan yang membutuhkan perawatan

suportif, untuk kasus berat yang membutuhkan oksigenas. Namun,

dibandingkan dengan SARS-CoV (mortalitas 10%) dan MERS-CoV

(mortalitas 35%), 2019-nCoV tampaknya kurang ganas pada saat ini dengan

pengecualian pada orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan

dengan penyakit yang mendasari. Pemantauan awal kontak dekat kasus belum

mengungkapkan kasus 2019-nCoV lebih lanjut. Namun, analisis berdasarkan

45
jumlah kasus resmi dan penyebaran internasional menunjukkan bahwa

mungkin ada kasus yang tidak terdeteksi.

Pada tanggal 19 Januari, ketakutan ini tampaknya dikonfirmasi sebagai

tambahan 136 kasus ditambahkan dari survei lebih lanjut yang meningkat total

di Wuhan menjadi 198 pasien yang terinfeksi. Di antara 198 total kasus di

Wuhan, 170 tetap di rumah sakit, 126 kebanyakan dengan gejala ringan, 35

dalam kondisi serius, dan 9 dalam kondisi kritis. Jumlah yang diperluas dan

rentang tanggal onset yang diperpanjang (12 Desember 2019-18 Januari 2020)

menunjukkan kemungkinan penularan dari manusia ke manusia atau transmisi

yang sedang berlangsung dari pasar atau sumber utama lainnya.

Pada tanggal 20 Januari, wabah diperluas lebih lanjut ke bagian lain

dari Cina (Beijing, Shanghai, & Shenzhen) serta kasus yang diekspor ke Korea

Selatan. Pada 24 Januari, jumlah total kasus telah meningkat menjadi

setidaknya 870 total kasus dengan 26 kematian di 25 provinsi di Tiongkok dan

19 kasus yang diekspor di 10 negara. Otoritas kesehatan masyarakat telah

mengkarantina perjalanan dari Wan untuk membatasi penyebaran virus dan

laporan menunjukkan kota-kota Cina lainnya juga telah diisolasi. Dengan

musim perjalanan yang berat untuk Tahun Baru Imlek yang sedang

berlangsung di Asia, ada kekhawatiran besar agar wabah 2019-nCoV terus

berlanjut dan menyebar.

Sumber 2019-nCoV masih belum diketahui, meskipun kasus awal telah

dikaitkan dengan Pasar Makanan Laut Cina Selatan Huanan. Sementara

46
banyak pasien awal bekerja di atau mengunjungi pasar, tidak ada kasus yang

diekspor memiliki kontak dengan pasar, menunjukkan baik penularan dari

manusia ke manusia atau sumber hewan yang lebih luas. Selain makanan laut,

dilaporkan di media sosial bahwa ular, burung dan mamalia kecil lainnya

termasuk marmut dan kelelawar dijual di Huanan South China Seafood Market.

WHO melaporkan bahwa sampel lingkungan yang diambil dari pasar

positif untuk virus corona baru, tetapi tidak ada asosiasi hewan tertentu yang

telah diidentifikasi. Laporan awal menunjukkan bahwa ular mungkin menjadi

sumber yang mungkin berdasarkan penggunaan kodon, tetapi pernyataan

tersebut telah diperdebatkan oleh orang lain. Para peneliti saat ini bekerja untuk

mengidentifikasi sumber 2019-nCoV termasuk kemungkinan vektor hewan

yang menengahi kasus ini. zoonosis mengingatkan kembali munculnya SARS-

dan MERS-CoV. SARS-CoV, CoV manusia sangat patogen utama, muncul

pada tahun 2002 dengan penularan dari hewan ke manusia terjadi di pasar

basah.

Upaya pengawasan menemukan viral load SARS CoV di musang

sawit dan anjing rakun yang dijual di pasar basah ini. Namun, SARS-CoV tidak

ditemukan di alam liar, menunjukkan bahwa spesies-spesies tersebut berfungsi

sebagai reservoir perantara karena virus ini diadaptasi untuk menginfeksi

manusia dengan lebih efisien. Upaya pengawasan lebih lanjut mengidentifikasi

CoV yang sangat terkait dalam spesies kelelawar. Pekerjaan yang lebih baru

telah menunjukkan bahwa beberapa CoV kelelawar mampu menginfeksi sel

manusia tanpa memerlukan adaptasi menengah. Selain itu, data serologi

47
manusia menunjukkan protein CoV kelelawar dan menunjukkan bahwa

transmisi zoonosis tingkat rendah dari virus kelelawar mirip SARS terjadi di

luar wabah yang dikenali.

MERS-CoV juga merupakan virus zoonosis dengan kemungkinan asal

pada kelelawar, meskipun unta terinfeksi secara endemik dan kontak unta

sering dilaporkan selama kasus MERS-CoV primer. Untuk SARS-CoV,

karantina yang ketat dan pemusnahan pasar langsung di Asia Tenggara

memainkan peran utama dalam mengakhiri wabah. Dengan pentingnya

budidaya unta, pendekatan serupa untuk MERS-CoV bukanlah suatu pilihan

dan wabah berkala terus berlanjut di Timur Tengah. Pelajaran dari SARS dan

MERS ini menyoroti pentingnya dengan cepat menemukan sumber untuk

2019-nCoV untuk membendung wabah yang sedang berlangsung.

6. Replikasi

Replikasi dari koronavirus dimulai saat ia mengambil tempat dalam

sitoplasma. Koronavirus melekat pada reseptor sel sasaran melalui duri

glikoprotein pada selubung virus (melalui E2 atau E3). Koronavirus manusia

dan tikus memakai reseptor yang tidak saling berhubungan. Reseptor untuk

koronavirus manusia adalah N aminopeptidase, sedangkan isoform majemuk

dari antigen karsinoembrionik yang berkaitan dengan famili glikoprotein,

bertindak sebagai reseptor untuk koronavirus tikus. Kemudian partikel

diinternalisasi, kemungkinan melalui endositosis absorptif. Glikoprotein E2

dapat menyebabkan penyatuan selubung virus dengan selaput sel 15

48
Peristiwa pertama setelah pelepasan selubung adalah sintesis

polimerase RNA yang bergantung pada RNA spesifik virus yang merekam

RNA komplementer (untai-minus) dengan panjang penuh. Hal ini bertindak

sebagai cetakan untuk suatu set kumpulan dari 5-7 mRNA subgenomik.

Dengan diterjemahkannya masing-masing mRNA subgenomik ke dalam

polipeptida tunggal, prekursor poliprotein tidak lazim pada infeksi

koronavirus. Kemungkinan RNA genomic menyandi suatu poliprotein besar

yang diolah untuk menghasilkan polymerase RNA virus 15

Molekul RNA genomik yang baru disintesis dalam sitoplasma

berinteraksi dengan protein nukleokapsid membentuk nukleokapsid heliks.

Nukleokapsid bertunas melalui selaput retikulum endoplasmik kasar dan

apparatus Golgi pada daerah yang mengandung glikoprotein virus. Virus

matang kemudian dibawa dalam vesikel ke bagian tepi sel cuntuk keluar atau

menunggu hingga sel mati untuk dilepaskan. Virion tidak dibentuk melalui

pertunasan pada selaput plasma. Sejumlah besar partikel dapat terlihat pada

permukaan luar sel yang terinfeksi dan kemungkinan diadsorbsi setelah virion

dilepaskan. Beberapa koronavirus lebih sering menimbulkan infeksi sel yang

menetap daripada sitosidal15

7. Patofisiologi

Patofisiologi dan patogenesis pneumonia viral belum sepenuhnya

dipahami. Secara umum, setelah kontaminasi, virus-virus saluran nafas

cendrung bermultiplikasi dalam epitel saluran nafas bagian atas, kemudian

menginfeksi paru melalui sekresi saluran nafas atau secara hematogen.

49
Mekanisme kerusakan jaringan ikat paru tergantung dari jenis virus. Beberapa

virus bersifat sitopatik, secara langsung merusak pneumosit atau sel sel

bronkial 17

Sedangkan virus yang lain menimbulkan kerusakan melalui respon

inflamasi yang sangat besar sebagai akibat respon imun dalam proses

patogeniknya. Respon imun dapat dikelompokkan berdasarkan pola produksi

sitokin. Sitokin type 1 mempromosikan imunitas yang diperantarai oleh sel.

Sedangkan sitokin type 2 memediasi respon alergi 17

Respon humoral, imunitas yang diperantarai oleh sel tampaknya

berperan penting dalam penyembuhan infeksi virus. Virus menyebabkan

kerusakan saluran nafas dan merangsang berbagai faktor-faktor humoral

seperti histamine, leukotriene C4, dan virus-specific immunoglobulin E pada

infeksi RSV dan bradykinin, interleukin 1, interleukin 6, dan interleukin 8 pada

infeksi rhinovirus. Infeksi RSV dapat juga mengganggu pola kolonisasi

bacterial, meningkatkan bacterial adherence pada epitel saluran nafas,

menurunkan bersihan mucociliary dan mengganggu pagositosis sel host

terhadap bakteri 17

8. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis yang khas dari Mers CoV diawali dengan demam,

batuk, menggigil, nyeri tenggorokan, artralgia, diare dan diikuti dengan

dispnea dan pneumonia yang cepat memburuk dalam minggu pertama, sering

memerlukan dukungan ventilator dan organ lainnya. Faktor risiko terjadinya

50
penyakit yang berat adalah pasien immunocompromise, comorbiditas seperti

obesitas, diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyakit paru 17

9. Pencegahan

Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi 2019-nCoV. Cara

terbaik untuk mencegah infeksi adalah menghindari terkena virus ini. Saat ini,

2019-nCoV telah ditemukan menyebar di Amerika Serikat. Namun, sebagai

pengingat, CDC selalu merekomendasikan tindakan pencegahan setiap hari

untuk membantu mencegah penyebaran virus pernapasan, termasuk 13

1. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20

detik. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan

berbahan dasar alkohol.

2. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut Anda dengan tangan

yang tidak dicuci.

3. Hindari kontak dekat dengan orang yang sakit.

4. Tetap di rumah saat Anda sakit.

5. Tutupi batuk atau bersin dengan tisu, lalu buang tisu ke tempat

sampah.

6. Bersihkan dan disinfeksi benda dan permukaan yang sering

disentuh.

10. Pengobatan

Tidak ada pengobatan antivirus khusus yang direkomendasikan untuk

infeksi 2019-nCoV. Orang yang terinfeksi 2019-nCoV harus menerima

51
perawatan suportif untuk membantu meringankan gejala. Untuk kasus yang

parah, perawatan harus mencakup perawatan untuk mendukung fungsi organ

vital 13

C. Pemulasaran Jenazah Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV)

Pemulasaran Jenazah Langkah-langkah pemulasaran jenazah pasien


terinfeksi 2019-nCoV dilakukan sebagai berikut:

1. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika


menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular.
2. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika
pasien tersebut meninggal dalam masa penularan.
3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak
mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong
jenazah.
5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal
dunia.
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk
melakukannya sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah
dengan menggunakan APD.
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit
menular. Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus diperhatikan
ketika seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia.
8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
9. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan
oleh keluarga dan Direktur Rumah Sakit.
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.

52
12. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di
pemulasaraan jenazah.
13. Jenazah yang positif vurus corona harus dikremasi.
3,10

53
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pemulasaran jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal.


Pemulasaran jenazah pasien terinfeksi 2019-nCoV dilakukan dengan
kewaspadaan ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit
menular , dengan menggunakan APD lengkap , memakai kantung jenazah
yang tidak mudah tembus, segere Pindahkan ke kamar jenazah setelah
meninggal dunia, keluarga memakai APD jika pasien ingin melihat
jenazah, selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan
tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya, jika Jenazah yang
sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi dan Jenazah hendaknya diantar
oleh mobil jenazah khusus dan disemayamkan tidak lebih dari 4 hari dan
terakhir Jenazah yang positif Novel coronavirus 2019 (2019-nCoV) harus
dikremasi.
2. Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi 2019-nCoV. Cara terbaik

untuk mencegah infeksi adalah menghindari terkena virus ini. Sering-

sering mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik, bisa juga

pembersih tangan berbahan dasar alkohol, hindari kontak dekat dengan

orang yang sakit, ketika batuk atau bersin menggunakan tisu, jika sakit

tetap berada dirumah serta Bersihkan dan disinfeksi benda dan permukaan

yang sering disentuh.

B. Saran

Diharapkan kedepannya lebih banyak lagi penyusunan refrat mengenai

pemulasaran jenazah pada pasien corona virus dibidang forenisk dan

54
medikolegal mengingat masih kurangnya refrat yang membahas tentang

jenazah corona virus.

55
DAFTAR PUSTAKA

1. CDC, 2020, What you need to know about 2019 Novel Coronavirus (2019-
nCoV), Amerika.
2. Murniati. D, 2013, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
(MERS-CoV), Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso ,
Jakarta Utara.
3. Kemenkes Ri, 2020, Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel
Coronavirus (2019-Ncov), Direktorat Jenderal Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit (P2p), Jakarta.
4. Zhan. L, Dkk, 2020, Origin and evolution of the 2019 novel coronavirus,
Press for the Infectious Diseases Society of America, University Oxford.
Ingris.
5. Kusa KS. 2013, Awareness of Risks, Hazards and Preventions in autopsy
practice. A review. JEMDS..
6. Olausson J dan Ferrell BR. 2013, Care of the Body After Death: Nurses’
Perspectives of the Meaning of Post-Death Patient Care. Clinical Journal of
Oncology Nursing, Hal. 647-5
7. Possibl. F.J, Eksa, R.D, Rizka.I, 2017, Tingkat Pengetahuan Pegawai
Kamar Mayat Dalam Melakukan Kegiatan Pemulasaraan Jenazah
Berdasarkan Kuesioner Menurut Peraturan Yang Berlaku Di Beberapa
Rumah Sakit Tipe C Provinsi Lampun, Universitas Malahayati, Lampung
8. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa Tengah. Tata Cara
Pemulasaran Jenazah Orang Dengan HIV dan AIDS. 2012
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004 Standar Kamar Jenazah.
Jakarta: Departemen Kesehatan.. Hal 204-207. Jakarta.
10. Department of Health, 2020, Precautions for Handling and Disposal of
Dead Bodies, Hospital Authority Food and Environmental Hygiene
Department, Hongkong
11. European Centre for Disease Prevention and Control. 2020. Cluster of
Pneumonia Cases Caused by a Novel Coronavirus, Wuhan, China.

56
12. World Health Organization. 2020. Novel Coronavirus (2019-nCoV)
Situation Report 3 – 23 Januari 2020.
13. Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Middle East Respiratory
Syndrome. Diakses dari
https://www.cdc.gov/coronavirus/mers/photos.html tanggal 15 februari
2020 [20.30]
14. Nishiura H, Jung S, Linton NM, Kinoshita R, Yang Y, Hayashi K,
Kobayashi, Yuan B, Akhmetzhanov AR. 2020. The Extent of Transmission
of Novel Coronavirus in Wuhan, China, 2020. Journal of Clinical Medicine.
9 (330) : 1-5
15. Susilo A, Berutu DPR, Insani H, Asyiqim A, Hassan H, Akram NM,
Abdullah N, Bakar MYA. 2013. Corona Virus. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Medan
16. Dianna L, Farida AH, Kelly K, Susan I, Gerber T, Tara LJ, dkk. 2016.
Clinicopathologic, Immunohistochemical, and Ultrastructural Findings of a
Fatal Case of Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus Infection in
United Arab Emirates. The American Journal of Pathology.
17. Rai IBN, Artana IGNB. Tanpa Tahun. Pneumonia dalam Workshop on
Pneumonia Deal The Challenge – Improve The Outcome. Program Studi
Ilmu Penyakit Paru FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

57

Anda mungkin juga menyukai