Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN INDUSTRI

ASPEK HUKUM DAN LEGALITAS BADAN USAHA

OLEH

KELOMPOK 4

Muhammad Jusrang (32120012)

Aldi (32120025)

Dian Mustamil (32120002)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


2022

DAFTA R ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................4

A. LEGALITAS USAHA..................................................................................................4

B. SKALA USAHA.........................................................................................................7

C. BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DI INDONE SIA.....................................................8

D. METODE PEMILIHAN BADAN HUKUM.................................................................11

E. PROSES PERIZINAN DAN LEGALITAS BADAN USAHA...........................................12

BAB III PENUTUP.............................................................................................................16

A. KESIMPULAN.........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketenagan dan keberlanjutan usaha menjadi harapan bagi tiap pengusaha.
Ketenangan usaha dapat diperoleh jika lingkungan usaha menerima dan
mendukung keberadaan usaha. Keberadaan usaha yang dapat diterima lingkungan
biasanya mampu memberikan kemanfaatan bagi semua komponen masyarakat
sekitarnya. Manfaat dalam arti luas, yaitu sebuah lapangan kerja bagi masyarakat,
memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi bagi daerah (pajak), dan menggerakkan
sector ekonomi lainnya, sehingga sedistribusi asset akan muncul di daerah dan
wilayah tersebut.
Keberlanjutan usaha selain ditentukan factor-faktor fundamental bisnis
berupa market, produksi, SDM, dan keuangan juga ditunjang dan ditentukan oleh
legalitas usaha. Sebaik apa pun prospek bisnis, secanggih apa pun teknologgi
produksi operasi, seprofesional apa pun personalia, dan sesolid dan se-liquid apa
pun sumber keuangannya, namun jika legalitas usaha tidak akan atau tidak dapat
diperoleh dari otoritas pemerintah melalui instansi/departemen terkait, usaha
tersebut tidak akan dapat beroperasi dalam waktu lama dan berkelanjutan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada pembahasan mengenai aspek hokum dan
legalitas badan usaha adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan legalitas usaha ?
2. Ada berapa jenis usaha di Indonesia dalam pengklasifikasiannya ?
3. Bagaiman bentuk hokum perusahaan di Indonesia ?
4. Bagaiamana metode pemilihan badan hukum ?
5. Bagaimana proses perizina dan legalitas badan usaha ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. LEGALITAS USAHA
Usaha dalam bentuk apa pun, memerlukan keabsahan legalitas karena
factor ini yang menetukan keberlanjutan hidupnya. Sebelum melakukan investasi
di suatu daerah/wilayah secara simultan, pada saat menganalisis aspek-aspek studi
kelayakan di awal pra-studi, terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan aspek studi
kelayakan di awal pra-studi, terlebih dahulu dan ketentuan-ketentuan
legalitas/perizinan yang berlaku di daerah/wilayah tersebut. Keterlanjuran
investasi di suatu daerah/wilayah yang ternyata melarang bentuk usaha yang
dimaksud akan menimbulkan kerugian besar. Dipandang dari sudut sumbernya,
bentuk legalitas dapat dibedakan menjadi 2 sumber, yaitu :
1) Kelompok masyarakat, yaitu sekelompok masyarakat yang hidup dan tinggal di
daerah/wilayah tempat proyek/bisnis dan didirikan. Kelompok masyarakat ini
dapat merupakan bagian dari sistem dan struktur pemerintahan ataupun
kelompok adat/suku. Missal, dalam struktur pemerintahan ada rukun tetangga
(RT), rukun warga (RW), desa/kelurahan, kecematan, kabupaten/ kota madya,
dan seterusnya. Selain itu, ada juga kelompok ada/suku, misalnya suku/adat
Minang, Dayak, Bugis, dan sebagainya yang menguasai tanah ulayat.
2) Pemerintah, yang merupakan bagian dari struktur dan sistem pemerintahan di
Indonesia, termasuk lembaga pemerintahan dari desa sampai negara sampai
instansi/lemabaga/departemen yang melindungi sector-sektor tertentu.
untuk mendapatkan legalitas usaha, kedua factor di atas harus diperhatikan.
Untuk mendapatakan perizinan/legalitas pemerintah, perusahaan harus terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan kelompkok masyarakat. Sebagai contoh,
perusahaan yang ingin mendapatkan izin HO/SIUP/TDP dari pemda setempat
terlebih dahulu harus meminta Surat Keterangan Domisili Usaha yang dikeluarkan
kepala desa denga sepengetahuan ketua RT dan RW tempat lokasi usaha akan
didirikan.
Usaha dapat dikatakan legal jika telah mendapatkan izin usaha dari
pemerintah daerah stempat melalui instansi/lembaga/departemen/ dinas terkait.
Namun, analis dan investor perlu memperhatikn sumber legal dari kelompok
masyarakat. Memang, tidak sedikit terajdi, ketika pemerintah telah mengizinkan
suatu usaha, masyarakat yang tinggal disekitar usaha menolak, sehingga usaha
tidak dapat berjalan secara wajar. Ini akan sangat merugikan perjalanan bisnis
selanjutnya, bahkan perusahaan dapat bangkrut dan ditutup. Kasus ini banyak
bermunculan di daerah seka berlakunya otonomi daerah di Indonesia.
Berikut ini contoh beberapa ketentuan, peraturan, persyaratan perizina
usaha yang bersumber dari salah satu daerah :
1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
(1) Fotokopi KTP.
(2) Pengisian formulir permohonan.
(3) Surat kepemilikan/pengguanan, tanah (berupa sertifikat tanah/perjanjian
sewa-surat keterangan dari kades/lurah diketahui camat).
(4) Surat pernyataan tetangga.
(5) Gambar bangunan beserta perhitungan dan anggarannya.
(6) Rekomendasi Bina Marga bila bangunana berada di tipe jalan provinsi.
(7) Rekomendasi DPU bila bangunan di tipe jalan/di atas saluran iritasi.
(8) Perhitungan beton bertulang bila bangunan bertingakat.

2. Surat Izin Gangguan (HO)


(1) Fotokopi KTP.
(2) Pengisian formulir permohonan.
(3) Pernyataan/persetujuan tetangga yang diketahui kades/lurah dan camat
setempat.
(4) Fotokopi IMB dan denah bangunan.
(5) Surat izin gangguan (HO) asli yang lama bila akan dilakukan perpanjangan.
(6) Surat kepemilikan/penggunaan tanah berupa sertifikat tanah atau surat
keterangan dari kades.
3. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
(1) Fotokoipi KTP.
(2) Pengisian formulir permohonan.
(3) Fotokopi NPWP bila berbadan hokum.
(4) Pasfoto ukuran 4 x 6 sebanyak 2 lembar.
(5) Fotokopi izin gangguan bila wajib.
(6) Fotokopi akta pendirian bila berbadan hukum.
(7) Materai Rp 6000,- sebanyak 2 lembar.
(8) Map 3 buah.

4. Izin Usaha Angkutan (IUA)


(1) Fotokopi KTP.
(2) Fotokopi NPWP bil aberbadan hukum.
(3) Fotokopi izin prinsip.
(4) Fotokopi STNK.
(5) Fotokopi KTA Organda.
(6) Fotokopi akte pendirian bahan hukum.
(7) Fotokopi keterangan domisili perusahaan.
(8) Fotokopi izin HO garasi.
(9) Fotokopi uji kendaraan.

5. Tanda Daftar Perusahaan


(1) Fotokopi KTP.
(2) Pengisian formulir permohonan.
(3) Fotokopi izin gangguan (HO) bila wajib.
(4) Fotokopi izin gangguan (HO) bila wajib.
(5) Fotokopi akta pendirian bila berbadan hukum.
(6) Materai Rp 6000,- 1 lembar.
Masing-masing daerah memiliki ketentuan sendiri, namun ketentuan umum
kurang lebih sebagaimana tersebut di atas.

B. SKALA USAHA
Usaha dapat diklasifikasikan menurut jumlah asset yang dimilikinya, yang
disebut skala usaha. Pengklasifikasian ini berguna dalam berbagai aktivitas bisnis,
terutama bagi pemerintah dalam kaitannya dengan kegiatan pembagian dan
pengembangan usaha melalui dinas/departemen terkait. Dengan
mengelompokkan usaha menjadi beberapa skala, pemerintah dapat melakukan
pemetaan, pemantauan, dan pembinaan melalui pengembangan SDM berupa
Pendidikan dan pelatihan, pemberian bantuan permodalan, pendukungan akses
pemasaran, dan sebagainya.
Skala usaha di Indonesia dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu :
(1) Usaha Mikro
Usaha mikro merupakan usaha yang tidak berbadan hukum, biasanya tidak
memiliki perizinan yang dikeluarkan instansi berwenang dan sering disebut
usaha informal. Asset usaha yang dimiliki skala mikro ini maksimal sebesar Rp
25 juta ( di luar tanah dan bangunan ).
(2) Usaha Kecil
Skala usaha kecil memiliki kekayaan/aset usaha maksimal sebesar 200 juta ( di
luar tanah dan bangunan ). Omzet (perputaran usaha) dalam waktu 1 tahun
maksimal sebesar Rp 1 miliar. Usaha kecil ini rata-rata sudah memiliki izin
usaha dengan bentuk hukum usaha dagang (UD), perusahaan dagang (PD), dan
sebagian telah mempunyai organisasi yang lebih baik, seperti koperasi,
persekutuan komanditer (CV), dan sebagian kecil dalam bentuk perseroan
terbatas (PT).
(3) Usaha Menengah
Skala usaha menengah belum mempunyai ketentuan baku tentang batasan
aset, namun dari penelitian dari berbagai perguruan tinggi yang bekerja sama
dengan instansi pemerintah telah didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan
usaha menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan/aset antara Rp 200 juta
dan maksimal Rp 500 juta (di luar tanah dan bangungan). Bentuk badan hukum
usaha menengah ini sebagian besar sudah dalam bentuk CV, koperasi, dan
perseroan terbatas (PT).
(4) Usaha Skala Besar
Skala usaha digolongkan termasuk besar bagi yang memiliki aset di atas Rp 500
juta (tidak termasuk tanah dan bangunan). Usaha besar sebagian bentuk badan
hukumnya adalah perseroan terbatas (PT).
Analisis studi kelayakan perlu memerhatikan skala usaha yang layak dibuatka
studi kelayakan, biasanya minimal usaha skala kecil.

C. BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DI INDONESIA


Setelah analis mempertimbangkan skala usaha yang akan didirikan atau
dikembangkan, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk hukum badan
usaha yang akan dipilih. Ada beberapa bentuk perusahaan dari segi yuridis di
Indonesia, yaitu :
a. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan jenis ini biasanya diawasi dan dikelola seseorang. Di satu pihak ia
memperoleh semua keuntungan perusahaan, selain menanggung senua risiko
yang timbul dalam kegiatan. Biasanya, bentuk izin usahanya adalah usaha
dagang (UD) dan perusahaan dagang (PD) dengan izin operasional berupa SIUP
Kecil yang dapat diperoleh di Dinas Perdagangan atau Disperindag (DInas
Perindustrian dan Perdangan). Perusahaan perseorangan ini belum
membutuhkan akta pendirian walaupun terkadang ada yang memilikinya,
namun jumlahnya sedikit. Dalam tata peraturan perdangan di Indonesia, untuk
mendapatkan perizinan, usaha mikro tidak memerlukan akta notaris pendirian
usaha.
b. Firma
Firma adalah bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh beberapa orang
dengan menggunakan nama bersama. Dalam firma semua anggota mempunyai
tangung jawab sepenuhnya baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
terhadap utang-utang perusahaan pada pihak lain. Bila terjadi kerugian,
kerugian itu akan ditanggung bersama, bila perlu dengan seluruh kekayaan
pribadi. Jika salah satu anggota keluar dari firma, firma otomatis bubar. Bentuk
firma ini sudah jarnag dijumpai di Indonesia, mungkin kurang diminati, karena
pertimbangan factor risiko yan dianggap terlalu besar bagi sebagian investor.
c. Perseroan Komanditer (CV)
Perseroan Komanditer (CV) merupakan persekutuan yang didirikan oleh
beberapa orang dengan masing-masing menyerahkan sejumlah uang yang tidak
perlu sama. Sekutu dalam perseroan komanditer ini ada 2 macam, yaitu (1)
sekutu komplementer, yaitu orang-orang yang bersedia mengatur perusahaan;
(2) sekutu komanditer, yaitu orang-orang yang memercayakan modal usahanya
dan bertanggung jawab sebatas modal yang diikutsertakan dalam perusahaan.
d. Perseroan Terbatas (PT)
Badan usaha jenis ini adalah badan usaha yang mempunyai kekayaan hak milik,
dan tanda keikutserataan seseorangn memiliki perusahaan melalui saham
perusahaa. Makin banyak saham yang dimiliki, makin besar pula andil dan
kedudukannya dalam perusahaan tersebut. Jika terjadi utang, harta milik
pribadi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas utang perusahaan tersebut,
tetapi terbatas pada sahamnya saja.
e. Perusahaan Negara (PN)
Perusahan negara atau sering disebut BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang modalnya secara
keseluruhan dimiliki negara, kecuali jika ada hal-hal khusus berdasarkan
Undang-Undang. Tujuan pendirian perusahaan ini adalah membangun ekonomi
nasional menuju masyarakat adil dan Makmur.
f. Perusahaan Pemerintah
Badan usaha pemerintah lain di Indonesia adalah Persero, perusahaan umum
(perum), dan perusahaan daerah (PD). Persero dan perusahaan daerah (PD)
adalah perusahaan yang mencari keuntungan bagi negara, sedangkan perum
tidak semata-mata mencari keuntungan.
g. Koperasi
Koperasi merupakan bentuk badan usaa yang bergerak di bidang ekonomi yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya; sifatnya murni pribadi dan
tidak dapat dialihkan. Jadi, badan usaha ini merupakan wadah penting untuk
kesejahteraan anggota berdasarkan persamaan. Menurut bidang usaha,
koperasi dikelompokkan menjadi koperasi produksi, koperasi konsumsi,
koperasi simpan pinjam, dan koperasi serbausaha. Menurut luas usahanya,
koperasi terdiri atas primer koperasi (Primkop), pusat (Puskop), gabungan
koperasi (Gakop), dan induk koperasi (Inkop) sebagai satuan terkecil yang
melibatkan secara langsung anggotanya. Pusat koperasi merupakan gabungan
paling sedikit tiga Puskop. Dan, induk koperasi merupakan gabungan paling
sedikit tiga Gakop.
h. Yayasan
Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan yang
menjelaskan pemisahan kekayaan pribadi dan lembaga, susuna kepengurusan
Yayasan, serta pertanggungjawabkan Yayasan baik kepada pemerintah maupun
public telah diindikasikan bahwa Yayasan di masa dating akan menjadi salah
satu lembaga usaha milik masyarakat yang pengelolaan dan skala usahanya
tidak jauh berbeda dengan badan usaha dan badan hukum lainnya. Saat ini
terbukti telah banyak badan usaha yang dikelola Yayasan, terutama di bidang
kesehatan, Pendidikan, dan sosial ketenagakerjaan.
Berkaitan dengan aspek yuridis dalam studi kelayakan bisnis, bentuk
perusahaan yang akan bertanggung jawab dalam pengelolaan proyek perlu
diketahui sebelumnya karena masing-masing memiliki karakteristik sendiri.
D. METODE PEMILIHAN BADAN HUKUM
Penentuan dan pemilihan bentuk badan hukum yang palin tepat dan sesuai
dengan tujuan didirikannya perusahaan dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu :
1. Factor Tujuan (Goal)
Pertanyaan yang pertama kali muncul adalah apakah tujuan utama didirikannya
perusahaan. Apakah semata-mata untuk mendapatkan keuntungan atau
berorientasi pada kemanfaatan semata atau kedua-duanya, yaitu untuk
mendapatkan keuntungan (profit) dan kemanfaatan (benefit).
2. Factor Kepemilikan (Ownership)
Pertanyaan selanjutnya adalah berapa orangkah pemilik perusahaan yang akan
didirikan : seorang, dua orang, atau lebih dari 20 orang. Jawaban pertanyaan itu
dapat membawa konsekuensi terhadap bentuk hukum badan usaha yang akan
dibangun.
3. Factor permodalan (Capital)
Estimasi modal dasar yang diperlukan untuk mendirikan uasah akan menetukan
bentuk hukum badan usaha karena untuk hukum tertentu mensyaratkan modal
minimal.
4. Fakto Pembagian Risiko (Risk sharing)
Setiap usaha (bisnis) pasti mengandung nilai risiko karena hukum ekonomi
mengatakan bahwa risiko dan return ada hubungan posotif dan signifikan.
Pembagian prosi risiko dalam bisnis akan menentukan bentuk badan hukun
yang digunakan. Ada badan hukum yang memiliki risiko tak terbatas sampai
harta pribadi pemilik dan ada juga yang risikonya dibatasi hanya pada bagian
kepemilikan modal usaha.
5. Faktro Jangka Waktu (Timely)
Batas waktu usia organisasi berpengaruh dalam menentukan jenis badan
hukum organisasi yang akan dipilih. Untuk badan hukum tertentu, pemerintah
melalui Undang-undang dan peraturannya tidak membatasi (seperti, Yayasan);
namun, ada badan hukum yang batas waktunya harus dibatasi (perseroan
terbatas, persekutuan komanditer), walaupun dapat diperpanjang lagi.
Tabel 1. Evaluasi Bentuk Badan Hukum

Risk
No. Badan Hukum Goal Ownership Capital Timely
Sharing
1 Perseorangan
Profit Single Mikro-Kecil Full Risk Unlimited
(UD)
2 Firma Profit >2 orang Mikro-Kecil Full Risk Unlimited
3 Aktif =
Persekutuan
Kecil- FR
Komanditer Profit >2 orang Limited
Menengah Pasif =
(CV)
Ltd.
4 Kecil-
Perseoran
Profit >2 orang Menengah Limited Limited
Terbatas (PT)
Besar
5 Perusda Profit/ Pemerinta Menengah
Limited Limited
(BUMN) Benefit h Besar
6 Kecil-
Koperasi Benefit >2 orang Menengah Limited Unlimited
Besar
7 Kecil-
Yayasan Benefit >2 orang Limited Unlimited
Menengah

Keterangan :
FR = Full Risk
Ltd. = Limited.

E. PROSES PERIZINAN DAN LEGALITAS BADAN USAHA


Sebelum kegiatan investasi dilakukan, perlu diperhatikan lokasi usaha yang
akan dibangun karena itu tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat
merugikan perusahaan jika tidak dipersiapkan dengan baik.
Perhatikan juga masalah perencanaan wilayah dan status tanah :
1. Perencanaan Wilayah
Lokasi proyek harus disesuaikan dengan rencana wilayah yang telah ditetapkan
pemerintah agar mudah mendapatkan izin-izin yang diperlukan. Di samping itu,
perlu juga diperhatikan perkiraan situasi dan kondisi lokasi pada waktu yang
akan dating.
2. Status Tanah
Status kepemilikan tanah proyek jelas, jangan sampai menjadi masalah di
kemudian hari.
Dalam pelaksanaannya, apa pun bentuk suatu usaha, diperlukan perizinan.
Kompleksitas perizinan ini bergantung pada badan usaha yang akan dibentuk,
keterkaitan dengan pihak-pihak lain, produk yang akan dihabiskan, sumber material
yang akan digunakan, dan sumber permodalannya. Untuk mendapatkan legalitas
usaha, ada beberapa jenis perizinan yang perlu dipersiapkan sebelum suatu usaa
dijalankan, antara lain:
a. Akta Pendirian
Akta pendirian ini biasanya dalam bentuk akta notaris yang berisi keputusan/rapat
pendirian oelh pendiri tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga badan
hukum usaha. Perusahaa/usaha mikro pada prinsipnya dapat memperoleh
perizinan melalui Surat Keterangan Usaha dari kelurahan (kepala desa) setempat
atau dari kepala pasar tempat pengusaha mikro tersebut menjalankan usahanya.
b. Surat Keterangan Domisili Usaha
Surat ini dikeluarkan kepala desa sebagai bukti adanya persetujuan dari penguasa
daerah setempat. Sebelumnya, untuk mendapatkan persetujuan dari kepala desa,
pihak analis (penguru) perizinan membutuhkan tanda tangan persetujuan dari
warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi usaha atau persetujuan dari warga
yan bertempat tinggal di sekitar lokasi usaha atau persetujuan dari RT/RW
setempat.
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Untuk mendapatkan surat izin dari instansi/dinas/departemen pemerintah berupa
SIUP, dalam ketentuannya sipemohon harus sudah mempunyai Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). NPWP ini dikeluarkan oleh Kantor Dinas Pajak Daerah tempat
lokasi usaha akan didirikan. Untuk mendapatkan NPWP, badan hukum harus
menyiapkan akta notaris pendirian yang berisi AD/ART, fotokopi KTP
penanggungjawab/pemilik, dan Surat Keterangan Domisili Usaha.
d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Undang-Undang No.3 tahun 1983 mewajibkan setiap perusahaan di Indonesia
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Perusahaan tersebut kemudian diberi Nomor Tanda Daftar
Perusahaan (TDP).
e. Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdangan No.
408/MPP/KEP/10/1997, setiap perusahaan di Indonesia wajib memperoleh
perizinan di bidang perdagangan yaitu :
(1) Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) yang dikeluarkan Kepala Kantor
Departemen Perindustrian dan Perdagangan , untuk perusahaan dengan nilai
investasi sampai Rp 200 juta.
(2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), yang dikeluarkan Kepala Kantor
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, untuk investasi dengan nilai di
atas Rp200 juta.
Selain perizinan yang bersifat umum, ada pula perizinan yang bersifat khusus
yaitu sectoral, sesuai dengan jenis usaha yang akan didirikan antara lain :
a. Jasa Perbankan
(1) Mendapatkan izin prinsip dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
(2) Mendapatkan pengesahan usaha dari Menteri Kehakiman dan HAM RI
(3) Mencatat dalam Lembaran Negara
(4) Mendapat izin operasional dari Gubernur Bank Indonesia
b. Jasa Pedidikan
1. Pendidikan Dasar
(1) Rekomendasi dari kelurahan setempat
(2) Rekomendasi dari camat setempat
(3) Rekomendasi dari bupati/walikota setempat
(4) Rekomendasi pendirian dari Kepala Kantor Dinas Pendidikan setempat
(5) Izin operasional dari Kepala Dinas Diknas setempat
(6) Izin prinsip dari Mendiknas RI
(7) Izin operasional dari Dirjen Diksar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
2. Pendidikan Tinggi
(1) Rekomendasi dari kelurahan setempat
(2) Rekomendasi dari camat setempat
(3) Rekomendasi dari bupati/walikota setempat
(4) Rekomendasi pendirian dari Kepala Kantor Kopertis Wilayah setempat
(5) Izin prinsip dari Menteri Pendidikan Nasional RI
(6) Izin operasional dari Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional RI
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang dikemukakan dalam bab II, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:

a.

Anda mungkin juga menyukai