1
Jaek Jeffry Rindra P, 2Nurdian Ahmad
1,2
Pendidikan Jasmani STKIP PGRI Jombang
E-mail: 1jaekjrp@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan manusia
maupun dalam mengembangkan potensi masyarakat khususnya di negara berekembang
seperti di negara kita, Indonesia. Kemajuan di suatu negara dapat dilihat dari segi
kondisi pendidikanya. Melalui pendidikan manusia yang belum mengerti dan akhirnya
bisa mengerti. Jadi pendidikan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.
Pendidikan adalah yang berada dalam lingkungan untuk menimbulkan berbagai
perubahan dalam diri yang memungkinkan untuk berfungsi secara educat yang sangat
mempengaruhi proses pada peserta didk supaya dapat menyesuaikan diri sebaik
mungkin. (Hamalik, 2001). Pencapaian tujuan tersebut dapat diwujudkan salah satunya
dengan penyajian ragam mata pelajaran, termasuk mata pelajaran pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan pendidikan yang aktivitas jasmani
yang dijadikan sebagai media atau alat untuk mencapai suatu perkembangan individual
secara menyuluruh. Menurut (Sukintaka, 2004) menjelaskan tentang pendidikan
jasamni disini merupakan bagian dari integral dari suatu pendidikan keseluruhan
mencoba untuk mencapai suatu tujuan mengembangkan kebugaran jasmani, mental
sosial serta emosional bagi masyarakat. Melalui pendidikan jasmani peserta didik dapat
mengetahui pentingnya berolahraga. Oleh karena itu kenapa banyak yang meyakini dan
mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang menyeluruh, dalam
pendidikan jasmani dan kesehatan ini sangatlah penting bagi peserta didik untuk
mengetahui hidup sehat jasmani maupun rohani. Berhasilnya proses pembelajaran yang
ada di sekolah, salah satunya bergantung pada gaya mengajar guru dalam
menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan materi yang tertera pada kurikulum.
Berhasilnya tujuan pembelajaran dapat ditentukan banyak faktor diantaranya
faktor guru itu sendiri. Guru dituntut untuk lebih inovatif dengan menggunakan metode,
gaya, model atau media yang menarik. Hal ini dimaksudkan agar terbangun sebuah
inovasi yang bertujuan untuk perkembangan hasil belajar peserta didik. Hal yang
memang ideal untuk dilakukan para guru jika ingin peserta didik berhasil mencapai
suatu hasil belajar yang tinggi. Sudah seharusnya guru selalu berusaha agar siswa
berhasil dalam pelajarannya, karena ini sudah tugas dasar seorang guru. Untuk
mewujudkan harapan diatas, satu diantaranya yang harus dikembangkan melalui proses
pembelajaran di sekolah yang mencangkup beberapa mata pelajaran, diantara mata
pelajaran pendidikan jasmani di cabang olahraga atletik.
Atletik merupakan salah satu pelajaran dalam Pendidikan Jasmani di sekolah
juga kombinasi dari beberapa cabang olahraga yang dalam garis besar digolongkan
sebagai lari, lompat dan lempar. Tidak terkecuali dengan lompat jauh yang merupakan
bagian atletik dan di ajarkan dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani di
setiap sekolah.
Lompat jauh adalah gerakan yang berpindah tempat dari satu titik tempat, ke
tempat lainnya dengan cara menolakan salah satu kaki ke atas depan dengan melompat
sejauh-jauhnya. Lompat jauh memiliki beberapa gaya yaitu meliputi gaya jongkok,
gaya menggantung di udara, dan gaya berjalan di udara. Lompat jauh merupakan
olahraga yang membutuhkan kemampuan sprint yang sangat baik dan kekuatan kaki
(Muklis, 2007). Salah satunya adalah lompat jauh gaya jongkok yang sering di gunakan
dalam suatu perlombaan dan juga muda dilakukan karena hanya melakukan gerakan
menekuk kedua kaki saat melayang. Berbagai metode maupun gaya mengajar yang
dapat digunakan dalam pembelajaran lompat jauh tersebut diantaranya adalah dengan
menggunakan gaya mengajar Resiprokal.
Gaya resiprokal merupakan gaya mengajar yang menerapkan teori umpan balik
atau feed back menekankan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok kecil yang
sudah dibentuk hingga setiap para anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman
dalam upaya menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar
pengalaman keberhasilan belajar satu dengan belajar lainya (Handoko, 2013). Dalam
gaya mengajar ini prinsipnya yang diutamakan adalah memberikan umpan balik,
mengembangkan cara kerja kelompok kecil, meningkatkan kinerja proses belajar dan
mengajar dengan cara mengamati dengan sistematis pada gerakan temanya.
Pembelajaran resiprokal ini, peserta didik banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat meningkatkan
keterampilan dalam hal ini adalah keterampilan berkomunikasi. Dapat mengembangkan
kerja kelompok kecil sehingga aspek sosialnya dapat berkembang dalam proses
pembelajaranya, juga meningkatkan proses belajar-mengajar dengan cara mengamati
temanya dalam melakukan proses gerak.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakn pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang
dicirikan oleh pengujian hipotesis dan digunakanya instrumen-instrumen tes yang
standar. Penelitian ini menggunakan eksperimen yaitu suatu penelitian yang dilakukan
secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara variabel (Maksum,
2012). Dimana penelitian ini menggunakan metode Pre experiment design
menggunakan model One group Pretest-Posttest Design. Desain ini tidak ada kelompok
kontrol dan subjek tidak ditempatkan secara acak (Maksum, 2012:96).
Tabel Rancangan penelitian One group Pretest-Posttest Design
Keterangan:
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Secara garis besar, alat pengumpulan data ada dua kategori yaitu tes dan non
tes. Tes adalah sebuah prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data
atau keterangan yang diinginkan dengan cara yang relatif tepat (Maksum, 2012). Dalam
penelitian ini alat bantu yang digunakan adalah tes dan dokumentasi. Tes
psikomotor lompat jauh disini dengan cara siswa diberikan pretest dan postest lompat
jauh, yang dinilai yaitu proses lompat jauh gaya jongkok. Penilaian proses lompat jauh
gaya jongkok diambil dari buku (Sumaryoto & Nopembri, 2017)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Data
Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Proses
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest 30 0 80 56.57 17.634
Posttest 30 0 93 69.37 19.878
Valid N (listwise) 30
Dari tabel 4.1 penghitungan menggunakan SPSS 20.0 untuk nilai maximum pada
nilai hasil untuk pretest sebesar 80 sedangkan untuk posttest juga sebesar 93, untuk
nilai minimum pada nilai hasil untuk pretest sebesar 0 sedangkan untuk posttest
sebesar 0 dan untuk mean pada penghitungan nilai hasil pretest sebesar 56,57
sedangkan untuk posttest sebesar 69,37. Ada perbandingan selisih antara pretest dan
posttest, hal tersebut pada nilai posttest sudah melakukan treatment sehingga nilai
melebihi dari pretest.
2. Uji Normalitas
Tabel 4.3 Uji Normalitas Nilai Proses
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretest Posttest
N 30 30
Mean 56.57 69.37
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 17.634 19.878
Absolute .187 .152
Most Extreme Differences Positive .142 .121
Negative -.187 -.152
Kolmogorov-Smirnov Z 1.022 .833
Asymp. Sig. (2-tailed) .248 .492
Dalam uji normalitas tes hasil berlaku ketentuan: jika p-value lebih besar
dibanding 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Sebaliknya, jika p-value
lebih kecil dibanding 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Dari
analisis diatas nampak bahwa pada pretest p-value 0,248 , sementara itu pada
posttest p-value sebesar 0,492. Artinya, melalui uji Kolmogorov-Smirnov dinyatakan
berdistribusi normal karena p-value lebih besar dibanding 0,05.
3. Uji Homogenitas
Tabel 4.4 Tabel Uji Homogenitas Nilai Proses
Test of Homogeneity of Variances
Posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.011 5 21 .436
Dari tabel uji homogenitas pada penghitungan hasil di atas didapat diketahui
bahwa data dikatakan homogen apabila p-value lebih besar dibanding 0,05 maka data
dinyatakan homogen. Sebaliknya, jika p-value lebih kecil dibanding 0,05 maka data
dinyatakan tidak homogen. Dari hasil analisis diatas didapat nilai signifakan sebesar
0.436 dan 0.436 > 0.05 maka dapat disimpulkan data tersebut memiliki varian yang
sama atau data tersebut homogen
4. Uji Paired Sample T-Test
Tabel 4.5 Uji T-Test Perhitungan Nilai Proses
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Sig. (2-
Std. t df
Std. Interval of the tailed).
Mean Error Difference
Deviation
Mean
Lower Upper
Pair
posttest-pretest 14.643 14.535 2.747 9.007 20.279 5.331 27 .000
1
Adapun hasil berdasarkan tabel paired samples t-test tes hasil dan tes proses
diperoleh Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Pengambilan keputusan dari hasil tersebut
adalah H0 diterima jika Sig. (2-tailed) ≥ 0,05. Karena nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000,
berarti 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dengan kata lain H1 diterima.
Artinya terdapat pengaruh gaya resiprokal terhadap hasil belajar lompat jauh
gaya jongkok peserta didik kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Jombang.
Pembahasan
Pembahasan ini akan menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh gaya
resiprokal terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada peserta didik kelas XI
IPA-2 SMA Muhammadiyah 1 Jombang. Untuk mengatasi masalah rendahnya hasil
belajar lompat jauh gaya jongkok peserta didik perlu adanya proses pembelajaran yang
keatif dan menarik sehingga siswa lebih mudah untuk menerima materi yang diajarkan,
salah satunya yaitu melalui penerapan gaya resiprokal.
Gaya Resiprokal adalah gaya mengajar yang menerapkan teori umpan balik
atau feed back menekankan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok kecil yang
dibentuk sedemikian hingga setiap anggotanya agar dapat berkomunikasi dengan
nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar
pengalaman keberhasilan belajar satu dengan belajar lainya. Handoko (2013)
Gaya resiprokal merupakan gaya umpan balik dari satu siswa kesiswa yang lain.
Perlu dijelaskan tidak hanya disebut gaya umpan balik, gaya resiprokal ini bisa disebut
gaya pengajaran terbalik, pengajaran terbalik guru mengajarkan siswa keterampilan-
keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui
pemodelan perilaku tertentu untuk itu juga membantu pesrta didik dalam
mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka dengan pemberian semangat
serta dukungan. Sasaran gaya resiprokal yang berhubungan dengan tugas dan peran
siswa yaitu, peserta didik diberikan kesmpatan untuk latihan berulang kali dengan
seorang pengamat, kemudian peserta didik memperoleh umpan balik dari pengamat atau
teman sebaya, seseorang yang malekukan pengamatan juga memperoleh pengetahuan
penampilan tugas dari pelaku. Sedangkan untuk peran siswa, memberi serta menerima
suatu umpan balik, dan mengamati dari penampilan temanya, membandingkan dan
mendebatkan dengan kriteria yang ada, serta menyampaikan hasilnya kepada pelaku,
menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap teman, memberikan umpan balik.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murdiyanto dengan judul
“perbandingan metode demonstrasi dan metode resiprokal terhadap hasil belajar lompat
jauh pada peserta didik kelas VIII SMPN 1 Gapura Sumenep” hasil yang diperoleh
pada penelitian Murdiyanto memiliki perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
siswa kelas demonstrasi dan kelas resiprokal dalam materi lompat jauh, karena pada
kelas resiprokal mempunyai peningkatan yang sangat baik dibandingkan kelas
demonstrasi. Jadi dinyatakan pembelajaran resiprokal ini mempunyai pengaruh pada
materi lompat jauh. Sedangkan peneliti ini melakukan penelitian di tingkat SMA juga
mempunyai pengaruh pada materi lompat jauh, karena dari data yang di olah peniliti
memliki peningkatan yang baik dalam proses pembelajaran lompat jauh.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan uji t-test paired sample t-
test maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. Artinya terdapat
pengaruh gaya resiprokal terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada peserta
didik kelas XI IPA-2 SMA Muhammadiyah 1 Jombang.
Pengaruh gaya resiprokal terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok
memberikan dampak positif dan efektif dalam pembelajaran, dengan adanya
peningkatan tersebut maka diartikan gaya resiprokal menjadikan salah satu cara untuk
meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dan dapat dijadikan solusi terbaru
dalam mengatasi permasalahan dan kesulitan dalam pembelajaran. Bahwa setiap
melakukan proses pembelajaran juga harus disesuaikan terlebih dahulu agar porses
pembelajaran menjadi efektif, aktif dan lainya.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh gaya resiprokal terhadap hasil
belajar lompat jauh gaya jongkok pada peserta didik kelas XI IPA-2 SMA
Muhammadiyah 1 Jombang dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan
dengan nilai rata-rata pretest sebesar 56,57 dan posttest sebesar 69,37 ada perbandingan
selisih antara pretest dan posttest, hal tersebut pada nilai posttest sudah melakukan
treatment nilai melebihi dari pretest, sehingga ada pengaruh antara gaya resiprokal
terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok peserta didik kelas XI IPA-2 SMA
Muhammadiyah Jombang.
Saran
Adapun saran yang bisa peneliti uraikan berdasarkan pada kesimpulan diatas,
dengan menerapkan gaya resiprokal pada materi praktek lompat jauh, seharusnya guru
lebih memaksimalkan proses siswa dalam melakukan lompatan, agar hasil belajar pada
materi lompat jauh lebih maksimal. Pendidik lebih meningkatkan pengetahuanya akan
model pembelajaran yang lebih variatif guna meningkatkan pembelajaran pada peserta
didik. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan
pembelajaran PJOK dengan memakai pembelajaran resiprokal. Agar dapat
mengembangkan kemampuan siswa disaat terjun disekolah menjadi guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian (Revisi 5). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati, & Mudjiono. (2010). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran (1st ed.). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Handoko, A. H. (2013). Pengaruh Perbedaan Gaya Mengajar Komando Dengan Gaya
Mengajar Resiprokal Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok,
19(September), 1–9.
Hasibuan, N. (2013). Pengaruh Gaya Mengajar Komando Dan Gaya Mengajar
Resiprokal Terhadap Peningkatan Kesegaran Jasmani Dan Kognitif, 19, 1–8.
Husdarta dan Saputra Yuda. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Dikdasmen Bagian
Proyek Penataran Guru SLTP D-III
Maksum, A. (2012). Metodologi Penelitian (1st ed.). Surabaya: Unesa University Press-
2012.
Muklis. (2007). Atletik. (Muklis, Ed.). Klaten: PT Mancana Jaya Cemerlang.
Setiawan, R. A. B., & Nopembri, S. (2013). Penggunaan Gaya Mengajar “ Mosston ”
Oleh Guru Pendidikan Jasmani Di Sma Se-Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Jasmani Indonesia, 9(1), 7–14.
Sukintaka. (2004). Teori Pendidikan Jasmani. (Ahmad Sholiuddin & M. A. Elwa, Eds.).
Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Tanos, C. M. (2016). Hubungan Panjang Tungkai Dengan Kemampuan Lompat Jauh
Gaya Jongkok Siswa Kelas X Sma Negeri 9 Binsus Manado. Jurnal Kedokteran
Klinik, 1(1), 49–54.