Anda di halaman 1dari 7

MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 31


LUBUKLINGGAU
Dini Sapitri), Eka Lokaria2)
1
Mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar,Universitas PGRI Silampari
2
Dosen Pendidikan Guru Sekoah Dasar,Universitas PGRI Silampari

Email: dinisapitri150@gmail.com,ekalokaria87@gmail.com

Abstrak
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui apakah model Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 31
Lubuklinggau.Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), dengan subjek penelitian peserta didik kelas V.SDN 31 Lubuklinggau,
sebanyak 44 orang terdiri dari 19 Laki-laki dan 15 perempuan.Model yang digunakan
adalah model Two Stay Two Stray.Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Penelitian terdiri dari dua Siklus dan setiap siklus terdiri dari
empat tahapanya itu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPA pada siswa
kelas V SDN 31 Lubuklinggau menggunakan model Two Stay Two Stray. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai rata-rata siswa, Siklus 1 nilai rata-rata Pre-test 53,40. dan
Post-test 71,13. Siklus 2 nilai rata-rata Pre-test 58,11. dan Post-test 80.68. Dengan ini
dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Two Stay Two Stray dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran.
Kata kunci:hasil belajar, IPA, model Two Stay Two Stray.

Abstract
This research aims to find out whether the Two Stay Two Stray model can improve
the learning outcomes of fifth grade elementary school students. This research was
carried out at SDN 31 Lubuklinggau. The type of research used was Classroom
Action Research (PTK), with the research subjects being students in class V. SDN 31
Lubuklinggau, a total of 44 people consisting of 19 men and 15 women. The model
used was the Two Stay Two Stray. Data collection techniques using tests, observation
and documentation. The data analysis techniques used are qualitative descriptive and
quantitative descriptive. The research consists of two cycles and each cycle consists
of four stages, namely planning, implementing actions, observing and reflecting. The
results of this research show that there is an increase in science learning outcomes
for class V students at SDN 31 Lubuklinggau using the Two Stay Two Stray model.
This is shown by the students' average score, Cycle 1 Pre-test average score was
53.40. and Post-test 71.13. Cycle 2 average pre-test value was 58.11. and Post-test
80,68. With this it can be concluded that the Two Stay Two Stray Learning model can
be used as an alternative learning model.
Keywords: learning outcomes, science, Two Stay Two Stray model.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses membantu manusia untuk mengembangkan
dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang ada di dunia, pendidikan
sangat penting untuk membantu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan untuk menghasilkan sumber
daya manusia. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kesuksesan di dalam dunia
pendidikan, dimana pendidikan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap
kemajuan suatu bangsa dengan melakukan pencapaian aktivitas belajar. Menurut Ulfa
(2021:106)
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk
pengetahuan,keterampilan,dan nilai positif sebagai suatu pegalaman dari berbagai
materi yang telah dipelajari. Meurut pendapat Dimyati & mudjiono (2015:7).
IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang ilmu alam baik itu
benda-benda dan gejala-gejala yang ada di alam. IPA juga mempelajari tentang
berbagai aspek fisik kehidupan makhluk hidup yaitu tentang tumbuh-tumbuhan,
hewan, tanah dan sebagainya. Menurut Abdutah (Kumala, 2016:4) IPA adalah
pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan obsevasi, eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu
dengan cara yang lain. Sedangkan menurut Ariani (2017:2) mengemukakan bahwa
IPA ialah bagian dari sains, yang mempelajari tentang alam semesta baik itu yang
dapat diamati dengan menggunakan indra maupun yang tidak dapat diamati
menggunakan indra.
Mata Pelajaran IPA selama ini masih berpusat pada guru dan buku, di kelas
pun perserta didik hanya di suruh guru untuk membaca dan menghafal, sehingga
membuat bosan dengan pembelajaran tersebut, sehingga pendidik tidak mengetahui
kesulitan peserta didiknya dalam memahami materi IPA yang mengakibatkan hasil
belajar peserta didik rendah. Pendidik dituntut untuk mengembangkan suatu
pembelajaran IPA agar menjadi lebih menarik. selain itu juga pendidik harus bisa
mendesain pembelajaran yang bersangkutan dengan kehidupan sehari-hari peserta
didik dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SD Negeri 31 Lubuklinggau
pada tanggal 25 September 2023 melalui wawancara dengan ibu Ria Afriza Iskandar,
S.Pd siswa di kelas V sebanyak 44 siswa, yang terdiri dari 19 laki-laki dan 15
perempuan. Selaku wali kelas V menjelaskan bahwa kemampuan siswa berbeda-beda
dan hasil belajar juga berbeda-beda terutama pada pembelajaran IPA. Ada beberapa
siswa yang masih kurang memahami materi pada pembelajaran IPA. Karena pada
saat proses pembelajaran siswa cenderung kurang tertarik dengan materi yang
diajarkan oleh guru, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru Guru belum memanfaatkan model pembelajaran
yang kreatif. Sumber belajar lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh
dari buku dan penjelasan guru Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
berdampak pada hasil belajar peserta didik yang masih di bawah rata-rata kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70. Presentasi yang tuntas
adalah 34% atau sebanyak 15 siswa dari jumlah 44 siswa dan presentase siswa yang
tidak tuntas adalah 66% atau sebanyak 29 siswa dari jumlah 44 siswa. Berdasarkan
hasil presentasi tersebut maka proses pembelajaran di SD Negeri 31 Lubuklinggau
perlu mendapatkan perhatian lebih dari pihak sekolah, agar dapat memaksimalkan
dari permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu perlu model yang inovatif dan
menarik perhatian siswa salah satunya model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah model Two Stay Two Stray (TSTS) pembelajaran yang menggunakan
kemampuan sekaligus mendorong peserta didik dalam proses belajar mengajar yaitu
menggunakan model pembelajaran Two stay two stray(TSTS).
Model pembelajaran yang menyenangkan, aktif, dan mampu meningkatkan
pemahaman sekaligus mendorong peserta didik dalam proses belajar mengajar yaitu
menggunakan model pembelajaran Two stay two stray. Menurut Sugianto (Armania,
2018: 3 ) bahwa model pembelajaran Two Stay Two Struy ini bisa digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Adapun proses
pembelajarannya Two Stay Two Stray sedangkan menurut Lie (Armania, 2018: 3)
adalah Siswa bekerja sama dengan kelompok yang beranggotakan empat orang.
Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan infonuasi mereka ke tamu mereka.
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja
mereka.
Model ini menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran. Semua materi dapat diterapkan menggunakan
model pembelajaran Two Stay Two Stray dan bersifat kelompok, melalui model
pembelajaran Two Stay Two Stray guru dapat menyampaikan materi dengan terarah.
Tujuan dari penggunan model pembelajaran Two Stay Two Stray untuk
mengembangkan kemampuan koknitif dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga menimbulkan sikap kerjasama siswa dalam prnses
pembelajaran. Selain tujuan, manfaat model pembelajran Two Stay Two Stray yaitu
untuk menarik siswa dalam pembelajaran berkelompok, menumbuhkan motivasi
belajar dan inemberikan pengalaman belajar dengan menyimpulkan pembelajaran
dari berkerja Penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray diharapkan
peserta didik dapat memahami materi dengan baik, dapat menyimpulkan materi
secara” berkelompok pada pelajaran yang disajikan, dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two
Stray.{TSTS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri 31
Lubuklinggau”

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertempat di SDN 31 Lubuklinggau. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 Setelah melakukan reduksi
data maka selanjutnya penulis melakukan penyajian data. Penyajian data untuk
memilih suatu data dan informasi yang telahdidapatkan dari hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas V dan guru kelas.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus,
masing-masing siklus ada dua pertemuan. Setiap siklus terdiri perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Variabel pada penelitian ini, variabel
bebas sebagai treatment adalah modeltwo stay two stray(X) sedangkan variabel
terikat adalah hasil belajar(Y).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan


kualitatif ini berkaitan dengan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran pada
suatu kelas. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis data
yang berupa hasil penilaian. Prosedur data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

Teknik pengumpulan data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan


observasi, hasil tes dan dokumentasi. Pada dasarnya obsevasi berisi deskripsi atau
paparan tentang latar pengamatan tindakan guru sewaktu pembelajaran matematika di
kelas V SD Negeri 31 Lubuklinggau. Tes digunakan untuk memperkuat data
observasi yang telah terjadi di dalam kelas terutama pada butir penguasaan materi
pembelajaran matematika. Instrument yang digunakan yaitu lembaran observasi dan
lembaran tes.

HASIL PENELITIAN
Pada penelitian tindakan kelas ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk
meningkatkan hasil belajar IPA Pada kelas V SD Negeri 31 Lubuklinggau. peneliti
ini dilakukakan dalam dua siklus yang tiap siklusnya membutukan dua
pertemuan.Proses penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama satu bulan, yang
mana mata pelajaran IPA terjadwal setiap minggunya satu kali selama tiga jam
pelajaran. Siklus pertama dilakukan pada minggu pertama dan ke dua sedangkan
siklus kedua dilaksanakan pada minggu ke tiga dan ke empat, Siklus pertama
membahas tentang memakan dan dimakan dan siklus kedua membahas tentang
transfer energi antar mahluk hidup.
Tabel 1
Persentase Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Siklus 1 Dan Siklus 2

Tindak
Nilai Tuntas Jumlah
Tuntas
Rata-rata

No Siklus Treatmeant Persen Persen Persen


F F F
(%) (%) (%)

Pre-Test 53.40 31 70.45 13 29.54 44 100


1 Siklus 1
Post-Test 71.13 16 36.36 28 63.63 44 100

Post-Pest 80.68 5 11.36 39 88.63 44 100


2 Siklus 2

PEMBAHASAN

Pembahasan yang akan diuraikan diambil dari hasil pengamatan sampai


dengan kegiatan refleksi. Hasil refleksi siklus I meliputi pembelajaran belum
sepenuhnya kondusif, karena terdapat beberapa siswa yang belum aktif Siswa belum
terpusat pada jalannya pelajaran karena ada 5 siswa yang belum tuntas karena belum
memahahi materi dan Siswa kurang terlibat dalam diskusi kelompok sehingga siswa
yang kurang pandai lebih menggantungkan kepada siswa yang lebih pandai Hal ini
terjadi karena guru kurang memotivasi siswa, dan siswa belum mengerti sepenuhnya
akan model Two Stay Two Stray yang merupakan hal baru bagi siswa Ada salah satu
kelompok yang belum tau persis atas tugas dan kewajiban apa yang harus
dilakukannya dalam anggota kelompok belajar. Oleh karena itu sebelum memulai
proses pembelajaran guru harus jelas dalam memberikan petunjuk metode
pembelajaran yang digunakan. Sesuai dengan pendapat Thomas Gordon dalam
Suharsimi Arikunto yang baik adalah guru yang sanggup memberikan bantuan secara
maksimal kepada siswa sehingga siswa tersebut dapat berkembang secara maksimal
disekolah.

Menurut Neil Postman dan Charles Weingartner dalam Suharsimi Arikunto


Jadi siswa yang baik bukan hasil dari pemecahan soal yang disukai tetapi proses
pemecahan masalah itu Dengan demikian siswa baik lebih cenderung senang
membantu memecahkan persoalan siswa lain. Dengan masalah yang dihadapi
tersebut maka siswa tersebut akan belajar dari mlai mencari penyelesaian masalah
sampai menarik kesimpulan atas masalah tersebut Kemampuan tersebut nantinya
akan berguna saat siswa mengerjakan soal posttest yang diberikan setiap akhir siklus.

Dilihat dari hasil tindakan siklus 1 perlu diperbaiki pada siklus II agar
kemampuan siswa dalam mata pelajaran IPA melalui Model Two Stay Two Stray
semakin meningkat Hasil refleksi pada siklus II dapat diketahui keberhasilan dalam
penelitian tindakan kelas ini. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa
hasil belajar selama siklus I dan siklus II menghasilkan peningkatan yang baik Nilai
Rata-rata siklus I mendapatkan nilai rata-rata 71,3 dengan peserta didik yang tuntas
sebanyak 28 (63.63%) siswa sedangkan siklus II mendapatkan rata-rata sebesar 80.68
dengan peserta didik yang tuntas sebanyak 39 (79.54%) siswa dengan peningkatan
peserta didik yang tuntas berjumlah 5 (88.63%) siswa maka penggunaan Model Two
Stay Two Stray dapat dikatakan sudah berhasil walaupun masih terdapat lima peserta
didik yang belum memenuhi nilai KKM.

Dengan demikian, penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 31 Lubuklinggau melalui penyempurnaan
pendekatan yang digunakan pada siklus II. Selama proses pembelajaran dengan
menggunakan model Two Stay Two Stray, siswa-siswa terlibat secara aktif dalam
proses belajar mengajar. Karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bekerja
sama menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru secara kelompok. Hal tersebut
dikuatkan oleh pendapat Fitriach (2020:46) yang mengatakan bahwa model Two Stay
Two Stray memiliki kelebihan diantaranya lebih berorientasi kepada keaktifan,
menambahkan kekompakan dan percaya diri peserta didik dapat ditingkatkan dan
membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.

SIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPA
pada siswa kelas V SDN 3l Lubuk Linggau menggunakan model Two Stay Two
Stray semester I Tahun Pelajaran 2023/2024. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata
siswa, Siklus 1 nilai rata-rata Pre-test 53.40 dan Post-test 71.13, Siklus 2 nilai rata-
rata Pre-test 58.11 dan Post-test 80.68. Pada Siklus 1 jumlah siswa yang tuntas
dengan KKM 70 adalah dari 13 siswa atau sebesar 29.54% (pre-test) menjadi 28
Siswa atau sebesar 63.63% (post-test), dan jumlah siswa yang tuntas pada Siklus 2
adalah dari 18 siswa atau sebesar 40.49 (pre-test) menjadi 39 siswa atau sebesar
88.63% (post-test) Dari hasil belajar IPA tersebut maka indikator kinerja jumlah
siswa yang nilainya di atas KKM 70 dapat mencapai ketuntasan adalah sebesar
88.63% atau sebanyak 39 siswa dari 44 jumlah siswa kelas V. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat digunakan
sebagai salah satualternatif model pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Kumala, F,N. (2016). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Malang: Ediidde
Infografika.

Ariani, K. D. D., Mahadewi, L. P. P., & Rati, N. W. (2017). Pengaruh Model


Pembelajaran Example Non Example Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V SD.Universitas Pendidikan Ganesha, 5(2), 01-09.

Dimyati & Mudjiono. (Ariani, K. D. D., Mahadewi, L. P. P., & Rati, N. W. (2017).
Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas V SD.Universitas Pendidikan Ganesha, 5(2), 01-09.

Anda mungkin juga menyukai