Anda di halaman 1dari 8

Meningkatkan hasil Belajar IPA Pada Materi Gaya Magnet Melalui Penerapan Metode

Demonstrasi Bagi Siswa Kelas 5


IKUT ELPINA SIMBOLON1 RAHMULYANI2 ANDHIKA P PANJAITAN3

ABSTRAK.

Penelitian ini dilaksanakan di UPT SD Negeri No.035935 Pancuran, jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode demonstrasi, dalam pembelajaran yang
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan metode demantrasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi gaya magnet di kelas V UPT SD Negeri No.035935 Pancuran Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas V UPT SD Negeri No.035935 Pancuran dengan jumlah siswa 19
orang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Dari Penelitian yang dilaksanakan
diperoleh peningkatan hasil belajar setelah dilakukan tindakan. Hasil penelitian pada saat tes
awal, rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebanyak 31,31 dari 19 siswa, dimana 7 siswa (36,85%)
memperoleh ketuntasan dan 12 siswa (63,15%) yang belum tuntas. Pada siklus I rata-rata kelas
siswa meningkat menjadi 63,15 dimana 9 siswa (47,37%) memperoleh ketuntasan, 10 siswa
(52,63%) yang belum tuntas dan nilai observasi aktivitas siswa 66,67% kategori penilaian cukup
secara klasikal. Pada siklus Il rata-rata kelas siswa meningkat 75,26 dimana 17 siswa (89,47%)
memperoleh ketuntasan dan 2 siswa (10,53%) yang belum tuntas dan nilai observasi aktivitas
siswa 88,89% kategori penilaian baik secara klasikal. Dari peningkatan ketuntasan secara klasikal
yang diperoleh siswa dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Gaya Magnet di kelas V UPT SD Negeri No.035935
Pancuran Kecamatan Sidikalang
Kata Kunci:

Hasil Belajar, Metode Demonstrasi, PTK

ABSTRACT.

This study was conducted at UPT SD Negeri No.035935 Pancuran, and the type of research was a
classroom action research using the demonstration method, in learning aimed at determining the
extent to which the use of the demonstration method can improve student learning outcomes on
the subject of magnetic force in grade V of UPT SD Negeri No.035935 Pancuran. The subjects of
this study were 19 fifth-grade students of UPT SD Negeri No.035935 Pancuran, consisting of 8
male students and 11 female students. From the conducted research, an improvement in learning
outcomes was obtained after the action was taken. The results of the initial test showed that the
class average obtained by the students was 31.31 out of 19 students, with 7 students (36.85%)
achieving mastery and 12 students (63.15%) not yet achieving mastery. In cycle I, the class
average increased to 63.15, where 9 students (47.37%) achieved mastery, 10 students (52.63%)
had not yet achieved mastery, and the observation score of student activities was 66.67% in the
sufficient category based on the classical assessment. In cycle II, the class average increased to
75.26, where 17 students (89.47%) achieved mastery and 2 students (10.53%) had not yet
achieved mastery, and the observation score of student activities was 88.89% in the good
category based on the classical assessment. From the classical mastery improvement obtained by
the students, it can be concluded that the use of the demonstration method can improve student
learning outcomes on the subject of Magnetic Force in grade V of UPT SD Negeri No.035935
Pancuran, Sidikalang District.

Keywords:
Learning Outcomes, Demonstration Method, Classroom Action Research

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan media yang sangat berpen untuk menciptakan masa yang
berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi
proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keptusan terhadap suatu
masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar

Mengingat peran pendidikan tersebut maka seyogianya aspek ini menjadi perhatian
pemerintah dalam rangka peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan
di segala bidang Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam pembentukan
sumber daya manusia yang diinginkan Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam
pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu merupakan hal yang wajib
dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan aman. Masalah peningkatan
muti pendidikan sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran.Dimasa sekarang
banyak orang yang mengukur keberhasilan pendididikan hanya dilihat dari segi hasil
Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup
berbagai aspek back aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik sehingga dalam
pengukurun tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang
telah dilakukan sekolah-sekolah. Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang
aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung
baik fisik.mental, maupun emosi. Hal semacam ini sering di abaikan oleh guru karena guru
lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru
dalam menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif, dan menyenangkan dalam pembelajaran
yakni dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dapat membantu guru dalam
menggerakkan, menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai
cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas dan Ilmu
Pengetahuan Alam di sekolah dasar adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan keterampilan sikap dan nilai ilmiah pada siswa. Tujuan IPA
secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya
dengan kehidupan sehari-hari, karena itu perlu adanya peningkatan mutu pendidikan IPA.
Salah satu hal harus diperhatikan adalah peningkatan hasil belajar Ilmu Pendidikan Alam
siswa di sekolah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut, tentu banyak tantangan
yang harus dihadapi. Masih banyak orang berangggapan bahwa IPA merupakan pelajaran
yang sulit serta kurang menarik minat baik dikalangan siswa maupun guru. (Joyonegoro
Dedikasi vol.02 tahun 1993).
Permasalahan yang dihadapi siswa di UPT SD Negeri No.035935 Pancuran adalah hasil
belajar IPA yang belum tuntas yakni belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditentukan. Salah satu faktornya adalah guru lebih banyak berceramah sehingga
siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Guru belum
menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah hanya menekankan produk saja. Hal
ini ditambah pendapat siswa bahwa pelajaran IPA dianggap sulit sehingga tidak menarik
untuk dipelajari dan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.

Berdasarkan permasalahan di UPT SD Negeri No.035935 Pancuran, dalam proses


pembelajaran IPA kurang adanya penggunaan pendekatan media dan metode yang tepat,
sehingga cenderung guru yang aktif dan pasif. Tugas utama guru adalah mengelola proses
belajar dan mengajar sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa
dengan siswa. Interaksi tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan
yang dirumuskan.

Dalam proses pembelajaran IPA diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses
belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal,yang pada akhirnya
berdampak pada perolehan hasil belajar siswa. Hal tersebut sangat penting karena dalam
kehidupan sehari-hari. siswa tidak terlepas dengan dunia IPA yang dekat dengan aktivitas
kehidupan mereka. Salah satu penelitian memperlihatkan bahwa dalam proses belajar dan
mengajar, guru berperan dominan dan informasi hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa
sehingga siswa sangat pasif. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan metode yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa. Salah satu metode yang ingin peneliti lakukan adalah
penerapan metode demontras yang menara peneliti mampu meningkatkan hasil belajar IPA.
Dengan metode ini diharapkan dapat menumbuhkan berbagai kegiatan belajar siswa sehingga
tercipta interaksi edukatif Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau
pembimbing sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan dengan baik apabila sisan banyak aktif dibandingkan guru. Dengan
penerapan metode demonstrasi maka proses pembelajaran menjadi menyenangkan bagi siswa
dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di pendidikan dasar. Selain itu juga dapat
memperbaiki penerapan pemahaman serta menciptkan suasana belajar kondusif. Dalam
penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti penggunaan metode demonstrasi sebagai salah
satu alternatif dalam pembelajaran IPA yang membawa siswa belajar dalam suasana yang
lebih nyaman dan menyenangkan sehingga mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran
yaitu hasil belajar siswa meningkat.

Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul"Meningkatkan Hasil


Belajar IPA Pada Materi Gaya Magnet Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Bagi Siswa
Kelas V di UPT SDN.035935 Pancuran kecamatan Sidikalang T.A.2017/2018".
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode
demonstrasi. Dimana penelitian ini memaparkan upaya meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi gaya magnet di kelas V di UPT SD Negeri No.035935 Pancuran Kecamatan
Sidikalang.

Penelitian ini dilaksanakan pada UPT SD Negeri No.035935 Pancuran di kelas V semester
ganjil Tahun Ajaran 2017/2018. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November sampai
dengan bulan Desember tahun 2017.

Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas V di UPT SD Negeri No.035935 Pancuran Tahun
ajaran 2017/2018 yang berjumlah 19 orang, yang terdiri dari 11 orang siswa perempuan dan 8
orang siswa laki-laki. Dengan objek penelitian, meningkatkan hasil belajar IPA dengan
penerapan metode demonstrasi.

Adapun rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahapan

Adapun tahapannya adalah

1) Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah merencanakan tindakan yaitu
penyusunan skenario pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan
adalah sebagai berikut:

(a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pelajaran gaya magnet.
(b) Membuat lembar kerja siswa (LKS)
(c) Membuat lembar penilaian hasil belajar
(d) Membuat instrument lembar observasi
(e) Merancang pembagian kelompok dibagi menjadi 3 kelompok
(f) Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

2) Tahap pelaksanaan tindakan

(a) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat dan bahan pembelajaran


(b) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang sesuai dalam hal ini
menggunakan metode demonstrasi.
(c) Melakukan demonstrasi untuk menunjukkan gaya magnet
(d) Evaluasi dan tindak lanjut

3)Tahap observasi

Observasi saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan terhadap siswa. Observasi


dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa terhadap pembelajaran gaya magnet
dengan metode demonstrasi. Pelaksanaan observasi dimulai awal pembelajaran ketika guru
melakukan persepsi sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan
terlampir.
4) Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat perkembangan pelaksanaan. membuat


kesimpulan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam
pembelajaran sehingga ditemukan kelemahan maupun kekurangan dalam pembelajaran IPA
pada materi gaya magnet.

HASIL DAN PEMBAHASAAN

dalam Sebelum perencanaan tindakan siklus I dilakukan terlebih dahulu diberikan pre test
yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan untuk mengetahui gambaran-
gambaran yang dialami siswa menyelesaikan soal-soal pada materi gaya magnet. Dari tes
awal yang dilakukan diperoleh tingkat ketuntasan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

kesulitan

Tabel 2. Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Test Awal

No Nama Siswa Skor Nilai Keterangan


Belum Lulus Lulus
1 Berry Zana Tamba 14 35 Belum Lulus
2 Alvian Sumitro Bintang 18 45 Belum Lulus
3 Agun Sagala 14 35 Belum Lulus
4 Swanti Nora Sinaga 18 45 Belum Lulus
5 Putri ririn Sagala 20 50 Belum Lulus
6 Aprilisa Purba 28 70 Lulus
7 GIo Bintang 18 45 Belum Lulus
8 Shantio Tampubolon 24 60 Lulus
9 Aminah Bintang 28 70 Lulus
10 Selly Yusni halawa 20 50 Belum Lulus
11 Sindi Aulia Bintang 18 45 Belum Lulus
12 Demak bintang 24 60 Lulus
13 Sandro Saragi 20 50 Belum Lulus
14 Ariel Pertaki Bintang 20 50 Belum Lulus
15 Abel Hotmaida Pakpahan 24 60 Lulus
16 Glen Sitohang 14 50 Belum Lulus
17 Siti Gresia Sagala 24 60 Lulus
18 Wira Setia Manalu 14 35 Belum Lulus
19 Glen allensky Silitonga 24 60 Lulus
Jumlah/Rata rata 975/51,31
Tuntas(persen) 7(36,85%)
Belum Tuntas (persen) 12(61,85)
Dan diagram diatas dapat diketahui persen klasikal siswa yang tuntas dan yang belum
tuntas. Siswa yang tuntas adalah sebanyak 7 siswa yang belum tuntas sebanyak 12 orang
Dengan ini dapat diketahui persentasenya atun Klasikal yaitu PKK 7/19x100% =36,85% dan
peresentase yang PKK 12/19x 100%=63,15%, Ini menunjukkan tingkat ketuntasan belajar
klasikal masih rendah, maka selanjutnya dilakukan perbaikan dengan posis metode
demonstrasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya magnet

1 Perencanaan

Selanjutnya setelah mengetahui kesulitan-kesulitas yang dialami siswa. peneliti merancang


suatu alternatif pemecahan masalah bagi siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
perencanaan adalah sebagai berikut:

(a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pelajarun gaya magnet.
(b) Membuat lembar kerja siswa (LKS)
(c) Membuata penilaian hasil belajar
(d) Membuat lembar observasi
(e) Merancang pembagaian kelompok dibagi mejadi 4 kelompok
(f) Menyiapkan alat dan bahan pembelajaran dengan mengenakan mode demonstrasi.

2.Pelaksanaan

Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya menyampaikan


tujuan pembelajaran. Siswa dibagi dalam 4 kelompok, kemudian guru menjelaskan dan
mendemonstrasikan materi gaya magnet dengan menggunakan alat dan bahan pembelajran.
Selanjutnya diberikan LKS yang telah disusun peneliti kepada setiap kelompok untuk
mendiskusikan secara bersama- sama. Setelah itu, penelliti memanggil salah satu dari
kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada akhir pembelajaran
peneliti dan siswa sama- sama menyimpulkan pelajaran. Diakhir pertemuan siklus I peneliti
memberi tes hasil belajar evaluasi terhadap siswa.

3. Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti meminta bantuan kepada Ibu ROSMERY,S.Pd (guru kelas) untuk
mengamati peneliti selama proses belajar mengajar dengan metode demonstrasi. berlangsung
66,67% aktivitas siswa sudah belajar dengan baik sesuai dengan yang

diharapkan. Namun demikian perlu dilakukan beberapa perbaikan pada bagian-

bagian yang dianggap masih kurang baik

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi yang dilakukan pada siklus 1 maka peneliti
melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus 1 yang hasilnya:

a. Pada siklus I tingkat persentase ketuntasan klasikal siswa masih dianggap rendah sehingga
perlu dilakukan perbaikan dengan melaksanakan siklus 11
b. Pada siklus I peneliti belum mencapai indikator yang diinginkan dalam PBM.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus I, hanya
saja ada beberapa yang ditambah dalam kegiatan ini seperti setelah peneliti mengajak satu
kelompok untuk mendemonstrasikan kembali di depan kelas tentang gaya magnet. Peneliti
juga meminta dari perwakilan kelompok lain untuk mengomentari kelompok yang di depan.
Diakhiri pertemuan siklus II

Setelah dilakukan tindakan menggunakan metode demonstrasi nilai rata-rata meningkat 15


dari nilai awal menjadi 63,15 pada siklus I dengan 9 siswa yang mengalami ketuntasan
(47.37%) dan 10 siswa yang belum tuntas (52,63%). Setelah dilakukan perbaikan pada siklus
II nilai rata-rata kelas meningkat 13 dari siklus 1 menjadi 75,26 pada siklus II dengan 17
siswa yang mengalami ketuntasan (89,47%) dan 2 siswa yang belum tuntas (10.53%).

Berdasarkan hasil nilai diatas terbukti bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
demonstasi di kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V UPT SDN No.035935
Pancuran Kecamatan Sidikalang.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Pada tes awal sebelum diberikan tindakan terlihat bahwa nilai rata-rata kelas 51,31 dan
jumlah persentase ketuntasan klasikal hanya mencapai 36,85% Pada tindakan siklus I dengan
penerapan metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata kelas 63,15. Persentase ketuntasan
klasikal 47,37% dan nilai observasi aktifitas siswa 66.67% Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan dari tes awal baik dari segi rata-rata kelas maupun ketuntasan belajar.Pada
tindakan siklus II dengan penerapan metode demonstrasi diperoleh nilai rata-rata kelas
semakin meningkat yaitu 75,26, jumlah persentase ketuntasan klasikal juga semakin
meningkat hingga mencapai 89,47% dan nilai observasi aktivitassiswa meningkat sehingga
88,89%

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, dan Mujiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Rineka Cipta

Haryanto 2004. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas V Jakarta:Erlangga

Sanjaya Wina. 2011, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Jakarta: Prenada Media

Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Parsisipatif, Bandung : Falahi Production
Sudjana Nana. 2009, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung

Remaja Rosdakarya

http://pengertianbelajar.com diakses pada tanggal 20 Oktober 2017

http://save-4vour.blogspot.2011/06/pengertianilmapengetahuanalam.com diakses pada


tanggal 05 November 2017

http://eprint.undip.ac.id/19898/1/awal.pdf diakses pada tanggal 05 November 2017

http://juhji-science-sd.blog.com diakses pada tanggal 16 November 2017

Anda mungkin juga menyukai