Anda di halaman 1dari 9

48

Antibiotik Empirik di Intensive Care Unit (ICU)

Ricky Aditya, Nurita Dian Kestriani, Tinni T. Maskoen

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif


Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung

Abstrak

Penemuan jenis antibiotik baru diimbangi dengan penemuan resistensi dari bakteri tersebut terhadap beberapa obat.
Secara garis besar, antibiotik dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan cara kerja, spektrum, dan efek bakterisidal.
Terapi antibiotik terhadap pasien kritis merupakan hal yang menjadi perhatian di dunia akibat tingginya mortalitas
dan morbiditas. Aspek efektifitas terapi terus menjadi perhatian akibat peningkatan kebutuhan ruang Intensive Care
Unit. Kontrol infeksi dan pemilihan antibiotik yang sesuai merupakan intervensi utama dan harus menjadi prioritas
dalam manajemen pasien kritis. Pengetahuan mengenai farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik merupakan
faktor yang esensial karena penentuan dosis antibiotik berkaitan dengan keluaran pasien kritis. Perubahan pada
volume of distribution dan clearance antibiotik pada pasien kritis mungkin berefek pada target konsentrasi obat
dalam serum. Hal ini menjadi bukti bahwa parameter pharmacokinetics (PK)/pharmacodynamics (PD) berperan
terhadap efek obat yang terkait dengan keluaran pasien dan resistensi.

Kata kunci : Antibiotik, farmako dinamik, farmako kinetik, ICU, Pasien kritis

Empirical Antibiotics in Intensive Care Unit (ICU)

Abstract

The discovery of new types of antibiotic resistance offset by the discovery of bacteria to multiple drugs. In general,
antibiotics are divided into three groups based on the spectrum shape, and the bactericidal effect. Antibiotic
therapy for critically ill patients is a concern in the world due to the high mortality and morbidity. Aspects of the
effectiveness of therapy remains a concern due to the increasing needs of the ICU. Pemilihian infection control
and appropriate antibiotic is a major intervention and should be a priority in the management of patients in critical
condition. Knowledge of the pharmacokinetics (PK) and pharmacodynamics (PD) of antibiotics is essential to
determine the doses of antibiotics related to production factor of critically ill patients. Changes in the volume
of distribution and clearance of antibiotics in critically ill patients may have an effect on a target serum drug
concentrations. This is proof that the PK/PD parameter contribute to the effects associated with the drug and the
output resistance of the patient.

Key words :Antibiotic, Critical patients, Icu, pharmacodynamis, pharmacokinetis

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


49

Pendahuluan digunakan untuk mengobati korban perang dunia


ke II.4
Intensive Care Unit (ICU) merupakan tempat Setelah ditemukannya penisilin, pada tahun
dimana pasien dengan berbagai macam 1944 streptomisin, golongan aminoglokosida
penyakit dirawat secara bersama oleh beberapa ditemukan sebagai antibiotik yang berasal dari
spesialisasi. Pasien yang dirawat di ICU Streptomyces griseus. Tidak begitu lama setelah
seringkali memerlukan pemberian antibiotik. itu ditemukan juga obat antibiotik lainnya seperti
Hal ini dikarenakan pasien seringkali sumber chloramphenicol, tetracycline, macrolide, and
infeksi tidak jelas saat pasien datang ke ICU. glycopeptide (misalnya vancomycin). Tahun
Oleh karena itu, tatalaksana antibiotik empiris 1962 dibuatlah antimikroba sintesis seperti asam
harus diberikan sedini mungkin satu jam pertama nalidiksat dan quinolone lalu dilanjutkan dengan
setelah didiagnosis sepsis berat atau syok septik. 1 perkembangan pembuatan antibiotik golongan
Antibiotik berasal dari Bahasa Yunani yang cephalosporin.6
berasal dari kata “anti” yang artinya melawan Penemuan-penemuan jenis dari antibiotik pada
dan “bios” yang artinya hidup. Istilah antibiotik saat itu ternyata diimbangi dengan penemuan
diperkenalkan oleh Dr. Selman AW. seorang resistensi dari bakteri tersebut terhadap beberapa
mikrobiolog pada tahun 1947. 1 Antibiotik bekerja obat. Penisilin yang pada awalnya efektif
dengan cara membunuh atau memperlambat menekan pertumbuhan Staphyloccocus aureus
pertumbuhan dari bakteri. Antibiotik merupak diketahui mengalami resistensi pada tahun 1950.
an salah satu golongan anti mikroba dimana Sejak saat itu dikembangkan obat penicillinase-
golongan lain dari anti mikroba adalah antifungi, stable methicillinhingga pada tahun 1960
anti viral dan anti parasit. 3 digunakan secara klinis. Meski begitu, pada
Antibiotik mungkin merupakan salah satu tahun 1961 di UK ditemukan isolasi methicillin-
bentuk terapi yang paling berhasil dalam sejarah resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Dalam
dunia kedokteran. Sejarah melaporkan adanya perkembangannya MRSA menjadi masalah sosial
temuan tetrasiklin dalam tulang manusia yang di tahun 1990-an sehingga dikembangkanlah
berasal dari Sudanese nubia tahun 350-550 SM. beberapa antibiotik lain yang efektif seperti
Adanya tetrasiklin dalam tulang ini menunjukkan sefalosporin generasi dua dan tiga.6
kandungan tetrasiklin dalam diet manusia
purba tersebut. Selain itu, Cina kuno telah Penggolongan Antibiotika
mengembangkan artemisin sejak beribu-ribu Berdasarkan Cara Kerja
tahun yang lalu dalam terapi herbalnya.1 Berdasarkan cara kerja, antibiotik dibagi menjadi
Antibiotika di era modern mulai ditemukan 3 yaitu DNA synthesis inhibitor cell wall synthesis
pada tahun 1910 di mana Paul Erlich bersama inhibitor, dan protein synthesis inhibitor.7
dengan kimiawan Alfred Bertheim dan
bakteriolog Sahachiro Hata menemukan obat DNA-synthesis Inhibitor
yang dapat menyembuhkan sipilis, penyakit Antibiotik golongan ini merupakan antibiotik
yang disebabkan oleh Treponema pallidum, yang yang menghambat replikasi DNA. Sebagai
diberi nama Salvarsan.4,5 Pada bulan September contoh floroquinolon, obat ini menghambat
tahun 1928, Alexander Fleeming menemukan prosese replikasi DNA dengan cara berikatan
blue mold fungus dari genus pennicillus dapat dengan topoisomerase II dan topoisomerase IV.
menghambat pertumbuhan dari Staphyllococus Berikatnya obat dengan struktur tersebut agar
aureus pada cawan kultur. Selanjutnya, penelitian mencegah rantai DNA kembali bersatu pada
mengenai antibiotik tersebut terus dilakukan proses cleavage. Contoh obat golongan ini adalah
selama 12 tahun hingga pada tahun 1940 Howard golongan floroquinolon dan cotrimoxazole.
Florey dan Ernest Chain menyebutkan bahwa
antibiotik tersebut sudah diuji secara klinis dan Cell Wall Synthesis Inhibitor
diberi nama penisilin. Pada tahun 1944–1945 Sel bakteri diselubungi oleh suatu lapisan
penisilin diproduksi besar–besaran serta mulai peptidoglikan (murein), matriks polimer dengan

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


komposisi peptide-linked β-(1-4)-N-acetyl menjadi spectrum luas (broad spectrum) dan
hexosamine, merupakan suatu mekanisma barrier spectrum sempit (narrow spectrum).8
mekanis bakteri terhadap kondisi eksternal.
Kekuatan dari peptidoglikan sangatlah penting Broad Spectrum
bagi kelangsungan hidup suatu bakteri seperti Antibiotik spektrum luas merupakan antibiotik
menjaga perubahan tekanan osmotic terhadap yang efektik terhadap gram positif maupun gram
lingkungan. Untuk mempertahankan bentuknya, negatif. Contoh obat yang termasuk golongan ini
aktivitas peptidoglikan dipengaruhi oleh aktivitas adalah tetracyclines, phenicols, fluoroquinolones,
transglikosilase dan penisilin-binding protein “generasi ke tiga” dan “generasi ke empat”
(transpeptidase). cephalosporins
Antibiotik golongan beta laktam dan Narrow Spectrum
glikopeptida merupakan contoh golongan obat Antibiotik spectrum sempit merupakan antibiotik
dengan mekanisme ini. Sebagai contoh, beta yang memiliki aktivitas terbatas dan hanya efektif
lactam bekerja dengan cara berikatan dengan terhadap organisme tertentu, sebagai contoh
transpeptidase sehingga proses maintenance dari glikopeptida dan bacitracin yang hanya efektif
bakteri tesebut dan peptidoglikan tidak mampu terhadap bakteri gram positif, Polimiksin obat
mempertahankan bentuknya. Ketidakmampuan antibiotik yang hanya efektif terhadap bakteri
peptidoglikan mempertahankan bentuknya gram negatif, aminoglikosida dan sulfonamid
menyebabkan sel menginduksi respon stress yang yang hanya efektif terhadapt bakteri aerob dan
jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan nitromidazol yang hanya efektif terhadap bakteri
lisisnya sel tersebut. anaerob.

Protein Synthesis Inhibitor Berdasarkan Daya Bunuh Bakteri


Proses dari pembentukan RNA terdiri dari 3 Berdasarkan daya bunuh bakteri, Antibiotik dibagi
fase inisiasi, elongasi dan terminasi. Ketiganya menjadi dua yaitu bakterisida dan bakteristatis. 7,8
dipengaruhi oleh ribosom dan aksesoris
sitoplasma. Ribosom tersusun atas dua subunit Bakteriostatik
ribonukleoprotein yaitu 50s dan 30s. ribosom Antibiotik golongan bakteriostatik adalah
tersebut akan berjalan mengikuti setiap proses antibiotik yang hanya menahan pertumbuhan
pembentukan RNA. bakteri, tidak sampai membunuh bakteri. Contoh
Antibiotik golongan ini bekerja dengan obat golongan ini adalah tetrasiklin, spectinomisin,
menghambat kerja dari riobosom tersebut, sesuai sulfonamid, macrolide, kloramfenikol, dan
target kerjanya, obat tersebut dibagi kembali trimethoprim.
menjadi 2 golongan, yaitu 30s Inhibitor dan 50s
Inhibitor. Mekanisme kerja dari 50s ribosom Bakteriosida
inhibitor adalah adalah membloking baik itu Antibiotik golongan bakterisida adalah antibiotik
proses inisiasi tranlasi protein maupun translokasi yang bekerja membunuh bakteri target. Contoh
peptide mRNA. Contoh 50S ribosome inhibitors obat golongan ini adalah penisilin, sefalosporin,
macrolides (erythromycin), lincosamides flouroquinolones (ciprofloxasin), glycopeptides
(clindamycin), streptogramins (dalfopristin– (vancomisin), monobactam, carbapenems.
quinupristin), amphenicols (chloramphenicol)
dan oxazolidinones (linezolid). Mekanisme kerja Penggolongan Antibiotika Berdasarkan PK/
dari 30s Ribosom inhibitor adalah memblok PD
akses menempelnya tRNA aminoacyl kepada Terapi antibiotik terhadap pasien kritis merupakan
ribosom. Contoh dari obat ini adalah tetrasiklin hal yang menjadi perhatian di dunia akibat
dan aminocyclitols. tingginya mortalitas dan morbiditas. Aspek
efektifitas terapi terus menjadi perhatian akibat
Berdasarkan Spektrum peningkatan kebutuhan ruang Intensive Care Unit
Berdasarkan luas spektrum, antibiotik dibagi (ICU). Kontrol infeksi dan pemilihian antibiotik

50
51

yang sesuai merupakan intervensi utama dan (PAE). 11


harus menjadi prioritas dalam manajemen pasien Post-antibiotik effect (PAE) merupakan
kritis. 9 supresi persisten pertumbuhan bakteri setelah
Pengetahuan mengenai farmakokinetik paparan singkat (1–2 jam) bakteri oleh suatu
pharmacokinetics (PK) dan farmakodinamik antibiotik meskipun tanpa bantuan imunitas
pharmacodynamics (PD) antibiotik merupakan pejamu. 12 Beberapa antibiotik, misalnya
faktor yang esensial karena penentuan dosis aminoglikosida dan quinolones, tetap memiliki
antibiotik berkaitan dengan keluaran pasien efek bakterisidal walaupun CL telah terjadi pada
kritis. Perubahan pada volume of distribution area infeksi. Hal ini terjadi karena kedua antibiotik
(Vd) dan clearance (CL) antibiotik pada pasien tersebut memiliki efek inhibitor asam nukleat dan
kritis mungkin berefek pada target konsentrasi sintesis protein yang secara signifikan mencegah
obat dalam serum. Hal ini menjadi bukti bahwa pertumbuhan bakteri meskipun konsentrasi dalam
parameter PK/PD berperan terhadap efek serum berada di bawah MIC.11
obat yang terkait dengan keluaran pasien dan Efek PAE dipengaruhi oleh jenis bakteri, jenis
resistensi.9 dan konsentrasi obat serum, dan durasi paparan.
Gambar 1 menggambarkan tentang Secara umum, PAE lebih lama in vivo dari pada
kurva farmakokinetik obat. Farmakokinetik in vitro. PAE antibiotik bervariasi tergantung dari
mendeskripsikan absorpsi, distribusi, jenis antibiotiknya. PAE beta-laktam tergantung
metabolisme, dan eliminasi obat. PK dari lama bakteri berikatan dengan transpeptidase
menjelaskan mengenai konsentrasi obat dalam penisilin. PAE aminoglikosida tergantung dari
tubuh yang berubah seiring waktu setelah lamanya obat terdisosiasi dari ribosom, menuju
konsumsi obat. Parameter yang digunakan adalah area aktivasi, dan mensintesis protein. Beta-laktam
bioavaliabilitas, minimum serum concentration hanya mengekspresikan PAE pada bakteri gram
(Cmin), puncak konsentrasi obat dalam serum positif kecuali carbapenem yang memiliki PAE
(Cmax), waktu kadar obat serum mencapai puncak pada gram negatif. Macrolides, flouroquinolon
(Tmax), volume distribusi (Vd), area under serum dan aminoglikosida hanya mengekspresikan PAE
concentration-time curve (AUC), waktu paruh pada gram negatif. 10
(T1/2), dan jumlah waktu konsentrasi obat serum Cmax merupakan konsentrasi tertinggi
di atas konsentrasi hambat minimal (T>MIC).10,11 obat dalam plasma darah yang diukur setelah
Gambar 2 mendeskripsikan mengenai dosis tunggal. Cmax biasanya terjadi beberapa
hubungan farmakokinetik dan famakodinamik jam setelah dosis diberikan. AUC merupakan
terhadap konsentrasi obat dalam plasma. parameter yang menggambarkan absorpsi
Aktivitas concentration-dependent antibiotiks obat dan bioavailabilitas obat dalam tubuh.
dapat diprediksi melalui rasio AUC/MIC atau AUC menggambarkan konsentrasi obat dalam
Cmax/MIC dengan konsumsi obat dengan dosis peredaran darah secara keseluruhan sehingga
adekuat untuk mencapai konsentrasi yang merupakan indikator efektivitas absorpsi obat.
tinggi. Sementara time-dependent antibiotiks 12
MIC merupakan konsentrasi di mana obat
membutuhkan konsumsi berkali-kali untuk mampu menghambat pertumbuhan bakteri secara
mencapai T/MIC yang maksimal. 11 in vitro. 11 MIC menunjukan konsentrasi terendah
Farmakodinamik mendeskripsikan efek dari obat tersebut yang dapat menghambat
konsentrasi antibiotik dalam plasma terhadap pertumbuhan setelah diinkubasi 18–24 jam.13
respon pada sel pejamu atau pathogen. Parameter Penggunaan antibiotik pada manusia didasarkan
PD terdiri dari: waktu yang dibutuhkan pada MIC suatu obat terhadap patogen spesifik
konsentrasi obat serum melebihi MIC (T>MIC), yang menginfeksi. 11
rasio konsentrasi maksimum serum obat Dosis obat dikatakan sesuai apabila MIC pada
terhadap MIC (Cmax/MIC), dan area kurva waktu pathogen tertentu memiliki kerentanan melebihi
konsentrasi selama 24 jam (ACU) dibagi MIC dosis maksimal serum dari obat yang lain.
(AUC/MIC). Beberapa antibiotik memeliki efek Beberapa faktor seperti jenis obat, pathogen, dan
bakterisidal paska CL atau post-antibiotik effects kondisi individu berpengaruh penting terhadap

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


52

keluaran terapi. Dosis obat yang tidak mencapai untuk penisilin dan cephalosporin. Nilai ini
MIC berpotensi sebagai penyebab resitensi menyebabkan efek bakteriostatik. T>MIC lebih
antibiotik. 11 dari 70% dinilai ideal sebagai bakterisidal dan
Klasifikasikan antibiotik berdasarkan pola T>MIC 100% dinilai mencegah resistensi.
aktivitas bakterisidal adalah sebagai berikut: Antibiotik golongan ini memiliki T1/2 yang
pendek sehingga harus diberikan setiap 4–6 jam
Concentration-dependent Antibiotiks atau drip kontinyu melalui infus.12
Concentration-dependent antibiotiks merupakan
golongan pertama. Pola kerja antibiotik golongan Mekanisme Terjadinya Resistensi terhadap
ini adalah apabila konsentrasi semakin tinggi, Antibiotik
maka efek bakterisidal dan spektrumnya Dewasa ini, hampir semua golongan utama
semakin meningkat. Pola ini terjadi pada dari antibiotik mengalami masalah resistensi
golongan aminoglikosida dan flouroquinolon. terhadap mikroorganisme tertentu. Dua faktor
Indeks farmakologi yang merepresentasikan utama yang berhubungan dengan kejadian
golongan ini adalah rasio Cmax/MIC dan AUC/ resistensi antibiotik adalah evolusi dan keadaan
MIC. Pemberian dosis tunggal memiliki efek lingkungan. Mikroorganisme terkait melakukan
bakterisidal lebih tinggi dibandingkan pemberian proses adaptasi terhadap stress yang diberikan
terbagi beberapa dosis. Concentration-dependent saat pemberian obat. Dalam perkembangannya
antibiotiks memiliki efek posantibiotik yang terdapat beberapa proses yang menyebabkan
lama dan mampu menghambat sintesis protein resistensi antibiotik. Mekanisme tersebut
dan asam nukleat 12. diantaranya.3
Indeks farmakologi untuk aminoglikosida
Cmax/MIC ≥10. Oleh karena itu pemberian dosis Reduced entry of antibiotik into pathogen
tunggal aminoglikosida perhari memiliki efek Protein membran sel bakteri gram negatif
lebih tinggi dengan akumulasi minimal obat terdapat membran permeabel yang menjadi
dalam tubuh dan toksisitas minimal pada tubuh 12. tempat masuknya molekul yang masuk kedalam
sel. Molekul kecil seperti antibiotik memasuki
Time-dependent Antibiotiks sel melalui channel protein yang disebut porins.
Time-dependent antibiotiks merupakan antibiotik Berkurangnya jumlah atau mutasi dari porin
golongan kedua dengan efek bakterisidal dan menyebabkan berkurangnya jumlah obat yang
spektrum yang sama setelah mencapai ambang memasuki sel bakteri. Kurangnya obat yang
konsentrasi. Antibiotik golongan memiliki masuk mengurangi efektivitas obat tersebut.
potensi bakterisidal apabila konsentrasinya lebih
tinggi dari MIC tetapi saat konsentrasi mencapai Enhanced export of antibiotik by efflux pumps
empat kali MIC efek bakterisidal tambahan Pompa efluks merupakan mekanisme penting
sangat kecil. Spectrum bakterisidal tergantung dalam terjadinya resistensi bagi parasite,
dari waktu paparan karena antibiotik golongan ini bakteri dan fungi dimana mikroorganisme bisa
memiliki waktu kerja singkat dan tidak memiliki mengespressi efflux pumps secara berlebihan
efek posantibiotik terutama untuk gram negatif. yang berefek pada tidak berfungsinya antibiotik
Oleh karena itu dosis antibiotik. pada golongan pada bakteri target antibiotik tersebut. Saat ini
ini sebisa mungkin berada di atas MIC selama diketahui lima system utama pada pompa efluks
interval dosis 12 yang berhubungan dengan antibiotik.
Indeks farmakologi untuk antibiotik golongan the multidrug and toxic compound extruder
ini adalah T>MIC. Antibiotik yang termasuk (MATE)
golongan ini adalah beta laktam, clindamisin, the major facilitator superfamily (MFS)
linezolid, dan vancomisin. Hingga saat ini tidak transporters
ada persetujuan nilai optimal T>MIC. Studi the small multidrug resistance (SMR) system
observasional menyebutkan bahwa 40%–50% the resistance nodulation division (RND)
durasi T>MIC adalah target dosis minimal exporters

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


53

ATP binding cassette (ABC) transporters Jenis-Jenis Antibiotik, Indikasi, Dosis, Cara
Contoh obat dengan resistensi ini adalah obat Pemberian, Efek Samping Obat
antimalarial seperti chloroquine, quinine,
mefloquine, halofantrine, lumefantrine, and the Sepalosporin
artemether-lumefantrine yang telah resisten Mekanisme Kerja
melawan plasmodium palcifarum. Mekanisme Mekanisme kerja dari obat golongan sepalosporin
resistensi diatas dimediasi oleh ABC transporter adalah adalah inhibit dinding sel bakteri. Secara
yang dikode oleh Plasmodium falciparum 1 umum mekanisme kerja obat ini mirip dengan
(Pfmdr1). obat antibiotik golongan beta-lactam. 3
Indikasi
Release of microbial enzymes that destroy the Sepalosporin generasi pertama sangat baik
antibiotik untuk mengobati penyakit kulit atau jaringan
Inaktivitas dari obat merupakan mekanisme ikat oleh karena infeksi S. pyogen dan S. aureus.
paling sering dari resistensi obat tersebut. Untuk generasi kedua dapat digunakan untuk
Beberapa bakteri menghasilkan enzim tertentu mengobati penyakit infeksi saluran nafas, serta
untuk menghancurkan bentuk aktif dari obat beberapa infeksi oleh karena bakteri anaerob
tersebut. Sebagai contoh bakteri yang resisten fakultatif seperti infeksi intra abdomen dan pelvic
terhadap aminoglikosida memproduksi enzim inflammatory desease 3.
aminoglicosidase dan bakteri yang resisten Sepalosporin generasi ke tiga merupakan
terhdap golongan beta lactam menghasilkan generasi yang sering dipakai, generasi ini
enzim beta laksamase. menyempurnakan obat generasi ke dua sehingga
penyakit yang dapat diobati oleh obat generasi.
Alteration of microbial proteins that transform Cephalosporin generasi ini juga dapat digunakan
pro-drugs to the effective moieties and target untuk penyakit infeksi serius seperti infeksi
protein Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Providencia,
Kejadian paling sering saat terjadinya mutasi Serratia, dan Haemophilus sp. Ceftriaxone
adalah perubahan komposisi asam amino merupakan salah satu obat sepalosporin golongan
dan protein yang diekspressikannya. Hal ini tiga merupakan drug of choice dari berbagai jenis
menyebabkan berkurangnya afinitas obat gonorae 3.
terhadap target atau afinitas kerja enzim yang
mengkonversi pro-drug menjadi obat yang Dosis dan Cara Pemberian
aktif. Mekanisme ini tesjadi karena beberapa Obat golongan sepalosporin dibagi kembali
hal diantaranya mutasi alami dari target bakteri sesuai dengan generasi obat tersebut. Hingga saat
(resistensi terhadap flouroquinolon), modifikasi ini diketahui terdapat hingga 4 generasi.
target bakteri (terbentuknya mekanisme proteksi Sefalosporin Generasi 1 adalah Cefazolin
ribosom pada resistensi macrolide dan tetrasiklin) (500mg, 1g, 2g, 10g, 20g, 100g, 300g serbuk IV),
atau proses adaptasi dari bakteri itu sendiri seperti Cefaclor (Kapsul 250 mg, 500 mg, Tablet 500
rendahnya afinitas penicilin – binding protein mg), Cefadoxril (Kapsul 500mg; suspense oral
sehingga menyebabkan resistensi Staphilloccocus 250mg/5mL, 500mg/5mL, tablet 1g).
aureus. Sefalosporin Generasi 2 adalah Cefoxitin
(Serbuk injeksi 1g, 2g, dan 10 gram), Cefuroxime
Incorporation of drug (Suspense oral 125 mg/ mL, 250mg/mL, Serbuk
Suatu kondisi yang sangat jarang dimana suatu injeksi 750mg, 1,5 g, 7,5g, 75 g, dan 225g, Tablet
organisme bukan hanya menjadi resisten terhadap 250 mg, 500 mg)
namun bahkan menjadi subsatnsi yang dibutuhkan Sefalosporin Generasi 3 adalah Cefotaxim (Injeksi
mikroorganisme tersebut untuk tumbuh. Contoh 20mg/mL, 40 mg/mL, Serbuk injeksi 500mg, 1g,
resistensi obat dengan mekanisme ini adalah 2g, dan 10g), Ceftazidime (Injeksi 20mg/mL, 40
resistensi terhadap vancomicyn. mg/mL, Serbuk injeksi 500mg. 1g, 2g, dan 6g),
Ceftizoxim (Serbuk injeksi 500mg, 1g, 2g, dan

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


54

10g), Ceftriaxon Injeksi (1g/50mL. 2g/50mL, Aminoglikosida


Serbuk injeksi 250mg, 500mg, 1g, 2g, 10g), Mekanisme Kerja
Cefixim (Tablet 400mg, Tablet kunyah 100mg, Mekanisme kerja obat golongan ini adalah
200mg, Suspense oral 100mg/5mL, 200mg/5m), berikatan dengan protein ribosom yang
Cefributen (Kapsul 400mg, Suspense oral menyebabkan gangguan pembentukan asam
90mg/5mL, 180/5mL) amino bakteri tersebut. Aminoglikosida termasuk
Sefalosporin Generasi 4 golongan antibiotik bakterisida. 14
Prototif sefepim (Larutan infus 1g/50ml,
2g/100mL, Serbuk injeksi 1g, 2g). Indikasi
Aminoglikosida merupakan golongan antibiotik
Efek Samping Obat yang sangat efektif untuk bakteri basil gram
Efek samping obat yang dapat ditimbulkan negatif seperti P. aeruginosa, Enterobacter,
adalah hipersensitivitas (paling sering), reaksi Klebsiella, and Serratia. Penggunaan obat
anafilaksis seperti spasme bronkus dan urtika, golongan ini biasanya di kombinasikan dengan
neyeri pada tempat suntikan, phlebitis, nefrotoksik obat golongan beta-lactam. 3
(terutama juga dikombinasikan dengan obat
golongan aminoglikosida, diare (terutama untuk Dosis dan Cara Pemberian
cefoperazone, ceftriaxone), hipoprotombinemia Gentamicyn (3-5kgBB/Hari dibagi 3 dosis, Injeksi
(moxalctam). 14 10mg/mL, 40mg/mL), Tobramicyn (Injeksi
10mg/mL, 40mg/mL), Amikacyn (Injeksi 50mg/
Macrolide mL, 250mg/mL), Neomycin (Krim 5%, Tablet
Mekanisme Kerja 500mg, Sirup 25mg/mL), Streptomicyn (Serbuk
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah inhibisi injeksi 1gram).
sintesis protein bakteri, macrolide merupakan
golongan obat bakteriostatis. 14 Efek Samping Obat
Indikasi Beberapa efek samping obat antibiotik ini
Eritromisin merupakan obat golongan adalah ototoksisitas, nefrotoksik, Neuromuscular
macrolide yang dijadikan drug of choice untuk Blocade, serta gangguan sistemik lainnya seperti
pneumonia pada anak, infeksi legionella, dan rash, Anemia hemolitik, kekurangan koagulasi
difteri. Claritomisin merupakan obat yang factor V. 14
efektif digunakan untuk bakteri gram positif
meskipun Obat ini efektif terhadap Haemofilus Quinolone
Influenza. Azytromisin merupakan obat yang Mekanisme Kerja
efektif terhadap gram negatif seperti Haemofilus Mekanisme kerja obat ini adalah inhibisi
influenza, Nisseria gonorrhea, dan Clamidiae sp.. pembentukan asam nukleat. Obat golongan
3
quinolone sangat efektif terhadap bakteri gram
negatif dan kurang begitu efektif terhadap bakteri
Dosis dan Cara Pemberian gram positif. 14
Erytromicyn (Tablet 250 mg , 500 mg, Kapsul
250mg), Azitromicyn (Suspense 100mg/5mL , Indikasi
200mg/5mL, Tablet 250mg, 500mg, 600mg), Obat golongan quinolone biasnaya digunakan
Claritomycin (Suspense oral 125mg/ 5mL, 250 untuk infeksi saluran kemih, prostatitis, sexual
mg / 5mL, Tablet 250mg, 500mg). transmitted desease, infeksi gastrointestinal,
infeksi saluran pernafasan dan infeksi jaringan
Efek Samping Obat otot dan tulang. 3
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh
obat golongan ini diantaranya gangguan Dosis dan Cara Pemberian
gastrointestinal, toksisitas hepar dan aritmia. Ciprofloxacin (Suspense oral 250mg/5mL,
500mg/5mL, Tablet 100mg, 250 mg, 500mg,

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


55

750 mg), Norfloxacin (Tablet 400mg), Ofloxacin dengan ribosom dari bakteri target. Tetrasiklin
(Tablet 200mg, 300mg, 400mg). merupakan golongan obat bakteriostatik 14.
Indikasi
Efek Samping Obat Tetrasiklin cukup baik terhadap segala jenis
Efek samping obat golongan ini biasanya bakteri baik gram negatif maupun gram positif.
merupakan gangguan gastrointestinal seperti Obat golongan ini masih menjadi lini pertama
nausea, vomiting, atau tidak nyaman sekitar infeksi Clamida sp., Mycoplasma sp., Rickettsia
abdomen 14. sp., Vibrio cholera¸ dan Borreliae sp. 14.
Dosis dan Cara Pemberian
Beta-lactam Tetrasiklin (Kapsul tablet 250mg, 500mg, sirup
Mekanisme Kerja 125mg/mL), Dosisiklin (Kapsul tablet 50mg,
Mekanisme kerja dari obat golongan ini adalah 75mg, 100mg, 150mg , serbuk injeksi 100mg),
inhibisi dinding sel bakteri, dimana obat tersebut Minosiklin (Tablet 50mg, 75 mg, 100 mg, kapsul
akan berikatan dengan penisilin binding protein. 50mg, 100 mg Injeksi 100 mg/vial)
Kondisi tersebut akan berujung pada kematian sel
sehingga obat golongan ini bersifat bakterisida. 3 Efek Samping Obat
Efek samping utama yang paling sering adalah
Indikasi gastrointestinal seperti heartburn, nausea,
Indikasi penggunakan obat golongan muntah, iritasi gaster. Selain itu juga ada efek
ini adalah pada penyakit yang disebabkan samping lainnya seperti gangguan perkembangan
infeksi Pneumokokus sp., Streptococcus gigi dan tulang pada fetus, hiperurisemia, dan
sp., Staphillococus sp., Meningococcus sp., kerusakan hati dan pancreas 3.
Gonococcus, Clostridium sp., serta beberapa
penyakit seperti sifilis, aktinomikosis, difteri, dan Daftar Pustaka
antraks. 3
1. Davies, JD. Origins and Evolution of
Dosis dan Cara Pemberian Antibiotic Resistance. Microbiology and
Amoxicilin (Tablet 250 mg, 500mg, suspense Molecular Biology Reviews, 2010, 74(3):
oral 125mg/5mL, 200mg/5mL, 250mg/5mL), 417–33
Nafcilin (Injeksi 20mg/mL, 1g/100mL Serbuk 2. Waksman, SA. What is an Antibiotic or an
injeksi 1g,2g, 10g), Oxacillin (Serbuk injeksi 1g, Antibiotic Substance?. Mycoglia, 1947,
2g, 10g), Dicloxacillin (Kapsul 125mg, 250mg, 39(5): 565–9
500mg, suspense oral 62,5 mg/5mL), ampicillin 3. Bruton, LL., Chabner AB., & Knollmann CB.
(Kapsul 250 mg, 500mg, Goodman and Gilman’s The Pharmacological
suspense oral 125 mg/5mL, 250mg/5mL, serbuk Basis of Therapeutics, 12th ed. California:
injeksi 125mg, 250mg, 500mg, 1g, 2, 10g), McGraw-Hill Education, 2010
Ticarcilin (Serbuk Injeksi 3gr), Piperacillin 4. Aminov, RI. A Brief History of the Antibiotic
(Serbuk injeksi 2g, 3g, 4g, 40g) Era: Lessons Learned and Challenges for
the Future. Frontier in Microbiology, 2010,
Efek Samping Obat 1(134)
Efek samping paling sering dari beta lactam 5. Davies, J. & Davies D. Origins and Evolution
adalah reaksi alergi (anafilaksis, demam, rash, of Antibiotic Resistance. Microbiology and
nefritis intersisial), diare (pada amoxicillin), Molecular Biology Review, 2010, 74(3)
hipernatremia (ticarcilin) serta kejang dan gagal 6. Saga, T. & Yamaguchi, K. History of
ginjal (pada pemberian dosis tinggi) 14. Antimicrobial Agents and Resistant.
Tetrasiklin dan Tygeciclin Research and Reviews, 2009, 52(2)
Mekanisme Kerja 7. Kohanski, MA., Dwyer DJ., & Collins JJ.
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah How Antibiotics Kill Bacteria: from Target to
menghambat sintesis protein dengan cara berikatan

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016


56

Network. Microbiology, 2010, 8(1) 11. Finberg, RW. & Guharoy R. Clinical Use of
8. Mitchigan State University. Antimicrobial Anti-infective Agents: A Guide on How to
Resistence Learnig Site Pharmacology. Prescribe Drugs Used to Treat Infections.
2011, Diakses pada 28 Oktober 2015 dari: Springer Science & Business Media, LLC,
http://amrls.cvm.msu.edu 2012, p. 5–13
9. Roberts, JA. & Jeffrey L. Pharmacokinetic 12. Maramba-Lazarte, CC. Determining Correct
Issues for Antibiotics in the Critically Ill Dosing Regimens of Antibiotics Based on the
Patient. Continuing Medical Education Their Bacterial Activity. Pediatric Infectious
Article: Concise Definite Review, 2009, Disease Society of the Philippines Journal,
37(3): 540–51 2010, 11(2): 44–9
10. McKellar, QA., SF. Sanchez Bruni, & DG. 13. Levison, ME. & Levison JH. Pharmacokinetics
Jones. Pharmacokinetic/Pharmacodynamic and Pharmacodynamics of Antibacterial
Relationship of Antimicrobial Drugs Used in Agent. Infectious Desease Clinical North
Veterinary Medicine. Journal of Veterinary America, 2009, 24(3): 791–830
Pharmacology and Therapeutics, 2004, 27: 14. Bennet, PN. & Brown, MJ. Clinical
503–14 Phamacology, 9th ed. Spain: Elvisier, 2003

Anesthesia & Critical Care Vol. 34 No. 1, Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai