Anda di halaman 1dari 4

Studi kasus : penyalahgunaan wewenang & jabatan (abuse of

power)

Kasus Suap Rektor Unila Karomani, KPK Panggil


Sejumlah Dekan Fakultas Hingga Staf Rektor I Unila
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ) memanggil sejumlah
dekan fakultas Universitas Lampung dalam kasus suap rektor
Unila  nonaktif Karomani  sebagai tersangka, pada Kamis (15/9/2022).
Para dekan yang dipanggil menjadi saksi untuk melengkapi berkas
penyidikan tersangka Karomani yakni, Dekan Fakultas Kedokteran Dyah
Wulan Sumekar; Dekan Fakultas Hukum M. Fakih; Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Patuan Raja; Dekan Fakultas Tehnik Eng.
Helmy Fitriawan; dan Dekan Fakultas Pertanian Irwan Sukri Banuwa.

Kemudian, Staf Pembantu Rektor I Unila Tri Widioko; Dosen Mualimin; dan
Kepala Biro Perencanaan dan Humas Universitas Lampung Budi Utomo.

"Kami periksa dalam kapasitas saksi untuk tersangka KRM (Karomani),"


kata Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri dikonfirmasi, Kamis
(15/9/2022).

Ali pun belum dapat menyampaikan apa yang akan ditelisik kepada
sejumlah saksi ini. Hingga berita ini diturunkan belum diketahui apakah
para saksi penuhi panggilan di Kantor Polda Lampung.

Tersangka Karomani ditangkap tim KPK dalam operasi tangkap tangan


atau (OTT) kasus suap penerimaan mahasiswa baru melalui jalur mandiri.
Ia kini telah ditahan di Rutan KPK Gedung Merah Putih Jakarta.

Sedangkan, tersangka Heryandi; Muhammad Basri: dan Andi akan


dilakukan penahanan di Rutan Pomdam Jaya Guntur, Jakarta.

Dalam perkembangan proses penyidikan kasus ini, KPK sudah


menggeledah ruang Rektor Unila hingga gedung sejumlah fakultas
termasuk rumah tersangka Karomani. Dimana disita sejumlah dokumen
hingga alat eletronik dan sejumlah uang tunai.

KPK menyebut Karomani diduga mematok uang kepada mahasiswa baru


yang ingin masuk melalui jalur mandiri mencapai ratusan juta.
"Nominal jumlahnya bervariasi kisaran minimal Rp 100 juta

sampai Rp 350 juta untuk setap orang tua peserta seleksi yang

ingin diluluskan," kata Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron.

 penjelasan mengenai kasus

Tindakan yang dilakukan oleh rektor universitas lampung dan jajarannya itu termasuk
penyalahgunaan wewenang jabatan (abuse of power).Abuse of power adalah tindakan
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan seorang pejabat untuk kepentingan
tertentu, baik untuk kepentingan diri sendiri, orang lain atau korporasi.kasus ini
termasuk kasus suap,karena sang rektor universitas lampung ( unila) tersebut

diduga menerima suap untuk meloloskan calon mahasiswa baru

jalur mandiri yang tidak lulus tes.penyalahgunaan kewenangan dalam


kekuasaan atau jabatan dapat dipandang sebagai perbuatan melawan hukum. Hal
ini dimaksudkan karena perbuatan penyalahgunaan wewenang merupakan
perbuatan yang tercela, oleh karena orang cenderung melaksanakan sesuatu tidak
sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi yang seharusnya dilaksanakan.Seseorang
akan cenderung menyalahgunakan jabatan atau kekuasaannya untuk memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau korporasi, apabila mempunyai kesempatan.

 Penyelesaian

rektor unila,Wakil
Rektor I Bidang Akademik Unila Heryandi, Ketua Senat
Unila Muhammad Basri, dan Andi Desfiandi selaku pihak wasta atau
terduga penyuap ditetapkan sebagai tersangka.
rektor unila bisa terjerat dengan pasal Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Pasalnya, Karomani diduga menyamarkan harta hasil suap menjadi bentuk
emas dan deposito.

Sebagai penerima, Karomani, Heryandi, dan Muhammad Basri disangka


melanggar Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun
199 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 200 Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Sementara Andi Desfiandi selaku pemberi suap disangkakan melanggar


Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau Pasal 13 UU Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001.

rektor unila, Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila Heryandi, Ketua Senat
Unila Muhammad Basri, dan Andi Desfiandi akan dinonaktifkan atau

diberhentikan sementara dari Aparatur Sipil Negara (ASN).

Pemberhentian ketiga tersangka kasus suap itu sedang diproses

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

(Mendikbudristek).Pemberhentian status kepegawaian ASN ketiga

tersangka kasus suap tersebut sesuai dengan pasal 88 ayat  1 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang

berbunyi, PNS diberhentikan sementara apabila ditahan karena menjadi

tersangka tindak pidana.

Kemudian dalam Pasal 89, Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

pemberhentian, pemberhentian sementara, dan pengaktifan kembali PNS

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 dan Pasal 88 diatur dengan

Peraturan Pemerintah.
Sumber

https://m.liputan6.com/amp/5048208/kpk-buka-kemungkinan-jerat-rektor-unila-
dengan-pasal-tppu

https://lampung.tribunnews.com/amp/2022/08/28/jadi-tahanan-kpk-tiga-pejabat-unila-
bakal-diberhentikan-dari-asn

https://nasional.tempo.co/amp/1626095/kasus-suap-rektor-unila-eks-ketua-wp-kpk-
kampus-belum-merdeka-dari-korupsi

https://iainptk.ac.id/penyalahgunaan-wewenang-jabatan-abuse-of-power/

https://www.suara.com/news/2022/09/15/124148/kasus-suap-rektor-unila-karomani-
kpk-panggil-sejumlah-dekan-fakultas-hingga-staf-rektor-i-unila

Anda mungkin juga menyukai