Materi Artefak
Materi Artefak
Makalah
DISUSUN OLEH :
NPM : P2.31.30.1.15.058
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Artefak pada Magnetic Resonace Imaging
(MRI)”. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membimbing dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya untuk teman-
teman saya dan Dosen Mata Kuliah Teknik Pesawat MRI yang telah memberikan informasi
mengenai materi yang kami sajikan.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi atau ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi para mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi, Politeknik Kesehatan Jakarta II.
Makalah ini tidak luput dari sebuah kekurangan dan juga kesalahan. Oleh karena
itu, kami sangat membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun makalah ini
menjadi lebih baik.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………... ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………… 2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………….. 3
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Definisi Aretefak……………………………………………….…………………. 4
B. Jenis-jenis Atefak……………………………………..…….……….……………. 4
C. Penyebab Artefak………………… ……………..…..…………………………… 10
D. Cara Menghilangkan atau Meminimalisir Artefak……......………………..…….. 15
BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.…………………………………………………………….………… 20
B. Saran.…………………………………………………………….……………….. 21
DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………………………….……. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang
pemeriksaan diagnostik radiologi, yang menghasilkan rekaman gambar potongan
penampang tubuh / organ manusia yang menggunakan medan magnet berkekuatan
0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 10000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom
hidrogen. (1)
Modalitas MRI memiliki kemampuan membuat gambaran cross sectional yakni
potongan coronal, sagital, maupun axial dari organ yang diperiksa, sehingga
kelemahan pada radiologi konvensional terutama masalah superposisi gambaran dapat
dihilangkan dan dilokalisasi kelainan terhadap susunan organ yang diperiksa dapat
ditentukan secara tepat. Meskipun MRI lebih unggul dari radiologi konvensional,
ternyata pada saat pemeriksaan membutuhkan waktuyang lebih lama sehingga perlu
adanya tata laksana dan kerjasama yang baik dengan pasien dalam proses pengambilan
gambar.
Prinsip dasar MRI menggunakan struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia.
Pada saat diluar medan magnet, atom hidrogen mempunyai arah yang acak dan tidak
membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan dalam alat MRI (gantry), atom H
akan sejajar dengan arah medan magnet. Begitu juga dengan arah spinning dan
precessing akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat diberikan radio frequensi
(RF), atom H akan mengabsorpsi energi dari RF tersebut sehingga atom H mengalami
pertambahan energi. Akibatnya dari bertambahnya energi, atom H akan mengalami
pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan
lamanya energi RF yang diberikan. Ketika RF dihentikan, maka atom H akan sejajar
kembali dengan arah medan magnet. Pada saat kembali inilah, atom H akan
memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi tersebut dideteksi oleh
detektor yang khusus dan diperkuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan
merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan. (2)
Namun, MRI Scanner tidak benar-benar memiliki medan magnet yang seragam,
gradient tidak menghasilkan dengan tepat bentuk pulsa yang diprogram oleh pulse
sequence serta pasien yang tidak diam. Masalah-masalah ini, dapat menghasilkan
artefak dalam gambar MRI (3). Banyak artefak yang berbeda dapat terjadi selama
pencitraan resonansi magnetik (MRI), beberapa mempengaruhi kualitas diagnostik,
sementara yang lain mungkin membingungkan dengan patologi (4). Mereka
didefinisikan sebagai salah satu sinyal atau kekosongan pada gambar yang tidak
memiliki dasar anatomi, atau sebagai hasil dari distorsi, penambahan atau penghapusan
informasi. Beberapa dari mereka jelas terlihat dan ada pula yang hampir tidak terlihat.
Yang terakhir ini berpotensi menyebabkan salah tafsir atau misdiagnosis, terutama
ketika mensimulasikan kondisi patologis. (5)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Artefak MRI?
2. Apa macam-macam artefak pada MRI?
3. Apa hal-hal yang menyebabkan terjadinya artefak?
4. Bagaimana cara menghilangkan atau meminimalisir artefak pada gambar MRI?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisa artefak yang terjadi pada gambar MRI
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi serta macam-macam Artefak pada
MRI
b. Untuk menganalisa factor yang menyebabkan artefak pada gambar MRI.
c. Untuk menganalisa bagaimana cara menghilangkan atau meminimalisir artefak
yang terjadi agar tidak mengganggu gambaran MRI yang dihasilkan
d. Untuk menyelesaikan tugas Mata Kulian Teknik Pesawat MRI tentang Artefak
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah yang dilakukan oleh penulis,
antara lain:
1. Memperoleh ilmu pengetahuan sebagai informasi tentang Artefak MRI
2. Mengetahui macam-macam Artefak yang mempengaruhi kualitas imaging MRI
3. Mengetahui cara menghilangkan atau meminimalisir Artefak dalam pencitraan MRI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Artefak
1. Banyak artefak yang berbeda dapat terjadi selama pencitraan resonansi magnetik
(MRI), beberapa mempengaruhi kualitas diagnostik, sementara yang lain mungkin
membingungkan dengan patologi. Artefak adalah fitur yang muncul pada gambar
yang tidak ada dalam objek aslinya. Artefak dapat diklasifikasikan yaitu yang
terkait dengan pasien, dan bergantung pada pemrosesan sinyal dan perangkat keras
(mesin) yang terkait. (4)
2. Artefak dapat didefinisikan sebagai fitur apa pun dalam gambar yang salah
mengartikan objek pada bidang tampilan (FOV). Ini bisa menjadi sinyal terang yang
terdapat di luar tubuh, atau kurangnya sinyal di mana seharusnya ada sesuatu.
Mungkin juga distorsi dalam gambar, sehingga garis lurus muncul melengkung,
atau area tertentu diperbesar atau diperkecil secara artifisial. (3)
3. Artifak sering ditemukan selama pencitraan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Mereka didefinisikan sebagai salah satu sinyal atau kekosongan pada gambar yang
tidak memiliki dasar anatomi, atau sebagai hasil dari distorsi, penambahan atau
penghapusan informasi. Beberapa dari mereka jelas terlihat dan ada pula yang
hampir tidak terlihat. Yang terakhir ini berpotensi menyebabkan salah tafsir atau
misdiagnosis, terutama ketika mensimulasikan kondisi patologis. Beberapa artefak
terjadi karena kerusakan peralatan scanning, lainnya karena pemilihan teknik yang
tidak tepat, dan beberapa bersifat fisika MRI. (5)
B. Jenis-jenis Artefak
1. Aliasing
Wrap atau aliasing menghasilkan gambar di mana anatomi yang ada di luar
FOV terlipat ke atas dari anatomi yang berada di dalam FOV. FOV dalam phase
direction lebih kecil dari Dimensi anterior-posterior kepala (Gbr 1). Oleh karena itu
sinyal di luar FOV dalam fase direction terlipat ke dalam gambar (6). Aliasing
merupakan artefak yang paling umum. Dalam banyak kasus artefak ini mudah
dikenali dan tidak menstimulasi penyakit. Namun, bisa menutupi struktur anatomi
yang berada di dalam FOV. (5)
2. Truncation artefak
Truncation atau Gibbs artifact adalah garis terang atau gelap yang
terlihat sejajar dengan tepi objek dari perubahan intensitas yang tiba-tiba,
kadang-kadang juga digambarkan sebagai jenis artefak "ringing" yang mengikuti
batas intensitas sinyal (Gbr. 2). Mereka diamati terutama pada pencitraan otak dan
tulang belakang, kadang-kadang mengarah kepada masalah interpretasi, misalnya,
meniru sebuah syrinx. Artefak ini terkait dengan jumlah tingkat encoding yang
terbatas yang digunakan oleh Transformasi Fourier untuk merekonstruksi suatu
gambar. (5)
Gambar 2. Truncation. Ringing artefak dengan garis terang dan gelap sejajar
dengan tepi objek dari perubahan intensitas yang tiba-tiba, gambar T1W SE (TR
252 ms, TE 15 ms), dengan ukuran matriks rendah (64 × 64). Setelah meningkatkan
matriks (256 × 256) ringing artefak tidak terlihat.
3. Motion Artefak
Motion (Gerak) adalah artefak yang sangat umum, terutama pada pencitraan
bagian tubuh/badan dan dapat dilihat dari denyut jantung atau arteri, bernapas,
menelan, gerakan peristaltik, tremor dan gerakan pasien yang mencolok. Munculnya
motion artifact tergantung apakah gerakannya sebagian besar acak atau periodik. (5)
Gerak acak selama urutan pencitraan umumnya menghasilkan gambar yang
buram, sedangkan gerakan secara berkala menghasilkan gambar hantu (ghost
image) (Gbr. 3). Motion artifact hanya terlihat pada arah pengkodean fase (Phase-
encoding direction). (5)
Gambar 3. Artefak gerak. Lebih gerak pernapasan acak (kiri) menunjukkan pemburaman
yang lebih umum TSE tertimbang T2 gambar (TR 2200 ms, TE 103 ms, ETL 21),
pernapasan berkala mengarah ke artefak hantu (kanan)
4. Magnetic susceptibility artifact
Magnetic susceptibility artifact adalah hasil gradien mikroskopis dari
kekuatan medan magnet pada daerah dengan kerentanan magnetik yang berbeda (5).
Artefak ini menghasilkan distorsi gambar bersama dengan sinyal besar yang
kosong. Magnetic susceptibility artifact dari hairgrip yang muncul di dalam volume
gambar (Gbr 4). (6)
Kerentanan (susceptibility) menggambarkan sifat bahan yang menjadi
magnet ketika terkena medan magnet. Bahan paramagnetik (misalnya, platinum,
titanium, dan gadolinium) memiliki kerentanan positif dan menambah medan
eksternal. Substansi diamagnetik (air, sebagian besar zat biologis) memiliki
kerentanan negatif dan sedikit melemahkan bidang eksternal. Bahan ferromagnetik
(besi, kobalt, nikel) memiliki kerentanan positif kuat nonlinier. Di antara nilai-nilai
ini udara berada pada kerentanan nol. (5)
5. Cross-talk
Cross-talk merupakan Irisan yang berdekatan dalam suatu akusisi memiliki contrast
gambar yang berbeda (Gambar 5). (6)
Gambar 5. Axial HASTE image (TR 336 ms, TE 62 ms) menunjukkan efek crosstalk
pada kontras gambar dan SNR. Gambar kiri diakuisisi dengan interslice gap 0%.
Perhatikan peningkatan sinyal gambar diperoleh dengan 100% interslice gap dan
interleaved slice (gambar kanan)
6. Zipper Artifact
Zipper Artifact muncul sebagai garis tebal pada gambar pada titik tertentu
(6). Artefak ini muncul sebagai garis diskrit dari noise atau piksel terang dan gelap
yang berselang pada garis yang melintasi gambar dalam arah pengkodean fase (Gbr.
6). (5)
8. Moiré artifact
Moiré artifact ditunjukkan sebagai artefak garis hitam dan putih di tepi FOV
(6). Artefak ini selalu terlihat dalam pencitraan gradient echo. Artefak ini
merupakan kombinasi aliasing artifact dan inhomogeneity lapangan. (5)
8. Moiré artifact
Gambar 8. Gambar GRE (TR 13 ms, TE 5 ms) menunjukkan apa yang disebut
zebra stripes artefak sepanjang dinding tubuh, terutama pada batas area kerentanan
(misalnya, jaringan udara). Artefak ini disebabkan oleh gangguan dari aliasing dan
inhomogenity lapangan
C. Penyebab
1. Aliasing
Aliasing dihasilkan ketika anatomi yang berada di luar FOV dipetakan ke
dalam FOV. Anatomi di luar FOV yang dipilih ini masih menghasilkan sinyal jika
berada di dekat atau mencapai receiver coil (coil penerima). Data dari sinyal ini
harus dienkode, yaitu mengalokasikan posisi piksel. Jika data berada di bawah-
sampel, sinyalnya berubah menjadi pixel didalam FOV bukan di luar. Aliasing
dapat terjadi di sepanjang sumbu frekuensi dan fase. (6)
Frequency Wrap
Aliasing disepanjang sumbu pengkodean frekuensi dikenal sebagai
pembungkusan frekuensi (Frequency Wrap). Ini disebabkan oleh undersampling
frekuensi yang ada di echo. Frekuensi ini berasal dari sinyal apa pun, terlepas dari
apakah anatomi yang menghasilkannya berada di dalam atau di luar FOV yang
dipilih. Idealnya, hanya frekuensi yang berasal dari dalam FOV yang dialokasikan
posisi pixel. Ini hanya terjadi jika frekuensi diambil cukup sering. Menurut teorema
Nyquist, frekuensi harus diambil sampel setidaknya dua kali per siklus untuk
memetakannya dengan benar. Jika teorema Nyquist tidak dipatuhi dan frekuensi
tidak cukup sample, sinyal dari anatomi di luar FOV dalam frequency encoding
direction akan dipetakan ke dalam FOV. (6)
Phase Wrap
Aliasing disepanjang sumbuh fase (phase axis) dari gambar dikenal sebagai
pembungkus fase (phase wrap). Hal ini disebabkan oleh under-sampling
disepanjang sumbu fasa. Setelah FFT, setiap nilai fase dari 0° hingga 360° harus
dipetakan ke FOV dalam phase encoding direction.
Kurva fase ini diulang pada kedua sisi FOV sepanjang sumbu fasa. Setiap
sinyal dialokasikan nilai fase sesuai dengan posisinya di sepanjang kurva ini. Ketika
kurva diulang, sinyal yang berasal di luar FOV dalam phase direction dialokasikan
nilai fase yang telah diberikan kepada sinyal yang berasal dari dalam FOV. Oleh
karena itu, ada salinan dari nilai-nilai fase. Salinan ini menyebabkan phase wrap
disepanjang sumbu fasa. (6)
2. Truncation artefak
Untuk memahami penyebabnya, perlu diingat bahwa batas tajam antara area
dengan kontras tinggi, diwakili oleh data frekuensi spasial yang tinggi. Frekuensi
sampel tertinggi yaitu berbanding terbalik dengan ukuran piksel, yaitu, semakin
kecil ukuran piksel, semakin tinggi frekuensi sampel (5). Jadi, artefak ini dihasilkan
dari undersampling data (terlalu sedikit line K-space yang diisi) sehingga pertemuan
antar sinyal tinggi dan rendah yang salah terlihat pada gambar. (6)
3. Motion artefak
5. Crosstalk
Crosstalk disebabkan oleh bentuk irisan RF yang tidak sempurna, yang
idealnya berbentuk persegi panjang tetapi pada kenyataannya lebih berbentuk kurva.
Sebagai akibatnya, irisan yang berdekatan dapat tumpang tindih (“crosstalk”).
Jaringan di wilayah yang tumpang tindih itu tertarik di kedua irisan yang mengarah
ke efek saturasi, yang menghasilkan penurunan intensitas sinyal. (5)
6. Zipper Artefak
Hal ini disebabkan oleh RF asing yang memasuki ruangan pada frekuensi
tertentu dan mengganggu sinyal lemah yang inheren (melekat) dimana berasal dari
pasien. Hal ini disebabkan oleh kebocoran perisai RF dari ruangan (6). Ada banyak
penyebab untuk jenis artefak ini, sebagian besar didasarkan pada masalah perangkat
keras. Subkelompok penyebab didasarkan pada interferensi RF ekstrinsik ke dalam
sistem MRI. Ada banyak kemungkinan sumber RF ekstrinsik ini, yaitu: penetrasi
ruang scanning, terutama saat pintu terbuka, perangkat elektronik (misalnya, alat
pemantauan), listrik statis (selimut wol), noise RF dari kerusakan bola lampu di
ruang MR. Lebar dan posisi artefak tergantung pada frekuensi dan bandwidth dari
sinyal ekstrinsik. Penampilan spesifik dari famili artefak ini adalah apa yang disebut
artefak silang atau herringbone, yang dihasilkan dari sinyal radiofrekuensi eksternal
yang lebih diskrit atau berbentuk lonjakan. (5)
7. Chemical shift
Chemical shift Artefak terjadi pada pertemuan lemak / air di phase encoding
atau selection-select direction. Artefak ini timbul karena perbedaan resonansi proton
sebagai akibat dari lingkungan mikromagnetik mereka. Proton lemak beresonansi
pada frekuensi yang sedikit lebih rendah daripada air. Kekuatan medan magnet
tinggi sangat rentan terhadap artefak ini (4). Perbedaan frekuensinya sekitar 3,5
ppm pada 1,5 Tesla sesuai dengan pergeserannya sekitar 220 Hz (dan secara analog
440 Hz pada 3 T). (5)
Dalam frequency-encoding direction, frekuensi sinyal digunakan untuk
menentukan posisi spasial. Efek dari pergeseran frequency-encoding direction
menyebabkan batas hitam pada pertemuan air-lemak, dan batas terang pada
pertemuan yang berlawanan. Ini disebut artefak pergeseran kimia dari jenis pertama.
Pada sequence SE (Spin Echo) dan GE (Gradient Echo) tidak ada Chemical
shift effect yang terlihat dalam phase encoding direction, yang tidak benar adalah
pada sequence EPI (Echo-Planar Imaging), di mana efeknya terlihat dalam phase
encoding direction. Tampilan Chemical shift artefak yang berbeda disebut artefak
pergeseran kimia dari jenis kedua yang dapat dilihat dalam pencitraan GRE.
Efeknya didasarkan pada fakta bahwa ada perbedaan frekuensi presesi antara proton
lemak dan air. Ini berarti bahwa pada waktu tertentu sinyal air dan lemak proton
membatalkan satu sama lain (keluar dari fase atau fase lawan) atau diperkuat (dalam
fase). (5)
8. Moire Artifact
Kombinasi aliasing artefak dan inhomogeneity lapangan dapat menyebabkan
Moire fringes atau artefak zebra pada gradient echo sequences. Pada dasarnya ini
adalah pola interferensi dari gambar yang dilapiskan dengan fase yang berbeda dari
satu sisi tubuh ke sisi yang lain yang secara alternatif menambahkan dan
membatalkan (5). Dalam pencitraan koronal dari tubuh, terutama jika lengan pasien
menyentuh lubang magnet, piksel terbungkus/terlipat di atas satu sama lain karena
anatomi berada di luar FOV tetapi masih menghasilkan sinyal. Inhomogeneities
menyebabkan lapisan ini masuk dan keluar dari fase yang menyebabkan munculnya
banding. (6)
D. Cara Menghilangkan atau Meminimalisir
1. Aliasing
Aliasing disepanjang kedua sumbu frekuensi dan fase benar-benar dapat
menurunkan kualitas gambar dan harus dikompensasikan. Caranya dengan
memperbesar FOV sehingga semua anatomi yang menghasilkan sinyal tercakup
ke dalam FOV, namun hal itu juga mengakibatkan hilangnya resolusi spasial.
Memindahkan pra-saturasi band ke daerah luar FOV mungkin dapat mengurangi
wrap pada gambar yang terkadang dapat memberikan sinyal yang cukup dari
area tersebut dan mengurangi aliasing. Namun, ada dua metode perangkat lunak
anti-aliasing yang tersedia yang mengkompensasi wrap. (6)
2. Truncation artefak
Undersampling data harus dihindari. mis., dengan meningkatkan jumlah
phase encoding steps (6). Semakin banyak tingkat encoding, semakin tipis
artefak (dengan amplitudo yang sama), yang membuat artefak menjadi kurang
terlihat (5). Sebagai contoh, gunakan matriks 256 × 256, bukan 256 × 128. (6)
3. Motion artefak
Munculnya metode pencitraan paralel menyediakan beberapa metode
baru untuk mengurangi motion artefak dengan menggunakan informasi
tambahan dari multiple coil. Akhirnya, solusi untuk mengontrol pasien yaitu
dengan instruksi yang jelas ("jangan bergerak", "jangan bernapas", "tidak
menelan"), menggunakan fiksasi atau sedasi, yang jelas lebih efektif jika
menggunakan sequence yang lebih cepat (fast spin echo). Gerakan involunter
seperti gerakan peristaltik juga dapat dikurangi dengan obat-obatan, dan
tambahan dengan menggunakan sequence yang sangat cepat (misalnya,
HASTE). Selain itu, motion artefak dapat dikurangi/dihilangkan dengan
menggunakan spatial pre-saturation pulse, meningkatkan jumlah phase encoding
steps dan TR, menggunakan Gating (respiratory gating). (5)
6. Zipper Artefak
Menghubungi teknsi untuk menemukan kebocoran yang ada system atau
pesawat dan memperbaikinya. (6)
7. Chemical shift
Penentuan artefak ini dapat dilakukan dengan menukar phase gradient-
dan frequency gradient serta memeriksa pergeseran yang dihasilkan dari
jaringan (jika ada). (4)
Jenis chemical shift artefak ini melekat pada pencitraan GRE dan yang
juga digunakan untuk tujuan diagnostic, penurunan intensitas sinyal jaringan
pada fase-lawan (vs in-phase image) menunjukkan keberadaan lemak, yang
membantu untuk mendiagnosis adenoma adrenal dan infiltrasi lemak pada hati.
Namun, efek chemical shift dapat dikurangi dengan menurunkan sinyal lemak
dengan memilih TE panjang (long TE) atau menerapkan teknik penekanan
lemak (Fat Suspression). (5)
8. Moire Artifact
Gunakan sequence spin echo atau pastikan lengan pasien tercakup di dalam
FOV. (6)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artefak adalah suatu pola pada citra yang bukan merupakan bagian dari objek
yang diamati, segala sesuatu yang tampak atau terlihat pada sebuah gambaran yang
sebenarnya tidak terdapat pada objek, benda asing dalam tubuh pasien yang dapat
mengurangi kualitas pemeriksaan dan patologi, segala sesuatu yang tampak atau terlihat
pada sebuah gambaran yang sebenarnya tidak terdapat pada objek dan tidak diinginkan,
kesalahan yang terjadi pada gambar, Artefak pada MRI mengacu pada piksel yang tidak
mewakili anatomi yang sedang dipelajari.
Jenis - Jenis Artefak meliputi Flow dan Motion Artifact, Chemical Shift
Artifact, Wrap Around atau Aliasing, Magnetic Suspectibility Artifact, dll.
Artefak yang disebabkan oleh pergerakan fisiologi, perubahan kimia dan
pengaruh magnet, Artefak juga terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang
seharusnya, serta akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap. Artefak sistem
penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran akibat faktor
kesalahan geometri, kebocoran dari tabir radiofrequens.
Akibat adanya artefak-artefak tersebut maka akan mengakibatkan gambaran
menjadi kabur, terjadi kesalahan geometri, tidak ada gambaran, gambaran tidak bersih,
terdapat garis–garis di bawah gambaran, gambaran bergaris-garis miring, dan gambaran
tidak beraturan.
Artefak ada yang dapat di minimalisir atau juga dihilangkan. Hal itu tergantung
pada jenis artefak yang muncul pada gambaran.
B. Saran
Beberapa artefak sebenarnya dapat di control oleh Radiografer, oleh karena itu
kita sebagai calon radiographer di masa depan harus dapat seprofesional mungkin
dalam bekerja, dan dapat mengatasi berbagai macam hal-hal yang dapat mengganggu
gambaran MRI sehingga dapat meminimalisir waktu yang terbuang hanya karena
pengulangan sequence yang terjadi akibat artefak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Weishaupt D, Kochli VD, Marincek B, Kim EE. How Does MRI Work? An
Introduction to the Physics and Function of Magnetic Resonance Imaging [Internet].
Vol. 48, Journal of Nuclear Medicine. 2007. 1910-1910 p. Available from:
http://jnm.snmjournals.org/cgi/doi/10.2967/jnumed.107.045104
2. Hassan M. Gary Liney: MRI from A to Z. A definitive guide for medical
professionals. Vol. 35, Pediatric Radiology. 2005. 934-935 p.
3. McRobbie DW, Moore EA, Graves MJ, Prince MR. MRI from picture to proton.
MRI from Picture to Proton. 2006. 1-397 p.
4. Article R. REVIEW ARTICLE A short overview of MRI artefacts. 2004;
(August):13–7.
5. Stadler A, Schima W, Ba-Ssalamah A, Kettenbach J, Eisenhuber E. Artifacts in body
MR imaging: Their appearance and how to eliminate them. Eur Radiol.
2007;17(5):1242–55.
6. Westbrook C, Roth CK, Talbot J. MRI In Practice. fourth edi. Oxford: Wiley-
Blackwell; 2011.