Perusahaan?
Mari kita ambil contoh prosedur audit persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dagang. Untuk
selengkapnya simak pembahasan berikut:
Pertama melakukan stock opname terutama pada persediaan barang yang disimpan di gudang
perusahaan tersebut. Pada barang consignment out dan barang yang tersimpan di public
warehouse dapat juga dilakukan stock opname jika jumlahnya berupa material.
Namun jika sebaliknya dapat dilakukan cukup dengan konfirmasi. Umumnya suatu perusahaan
melakukan stock opname pada akhir tahun atau beberapa saat sebelum dan setelah akhir tahun.
Perhatikan dan analisa kembali hasil perhitungan dari stock opname yang telah dilakukan
sebelumnya.
Lakukan pengecekan pada final inventory list (Inventory Compilation) dan lakukan beberapa
tahapan prosedur pemeriksaan.
3. Periksa dan cocokkan quantity per count dengan count sheet auditor yang melakukan tugas
audit persediaan.
4. Periksa dan cocokkan total value dengan buku besar persediaan perusahaan.
Melakukan peninjauan ulang terhadap konsep persediaan dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan unit price dari persediaan.
Lalu kemudian lakukan pemeriksaan mengenai ada tidaknya barang yang rusak, hilang, dan
dipakai. Selanjutnya lakukan pemeriksaan pada cut off penjualan dan cut off pembelian.
Terakhir lakukan rekonsiliasi ketika stock opname dilakukan pada selang waktu sebelum atau
sesudah tanggal neraca.
Prosedur audit persediaan selanjutnya ialah membuat kesimpulan hasil dari audit persediaan dan
membuat usulan adjustment jika memang diperlukan.
5. Adjustment Persediaan
Jika Anda membuat usulan adjustment sebelumnya. Maka lakukan penyesuaian persediaan dari
usulan yang Anda ajukan.
Serta rencanakan ketentuan mengenai kebijakan untuk penyesuaian persediaan dari hasil stock
opname yang akan anda lakukan.
Prosedur audit persediaan terakhir yang perlu dilakukan ialah memeriksa dan memastikan bahwa
penyajian persediaan di laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diberlakukan di Indonesia.
Lakukan pemisahan tugas dan tanggung jawab pada bagian pembelian, gudang, penerimaan
barang, akuntansi dan keuangan. Dengan pembagian tiga tersebut membuat kinerja menjadi lebih
sistematis.
Contohnya seperti purchase requisition atau permintaan pembelian, purchase order atau order
pembelian, delivery order atau surat jalan, receiving report atau laporan penerimaan barang,
sales order atau order penjualan, dan sales invoice atau faktur penjual.
3. Mengadakan sistem otoritas pada pembelian, penjualan, penerimaan kas atau bank, ataupun
pada pengeluaran kas atau bank.
Hal penting lainnya untuk memastikan persediaan yang tercantum di neraca sesuai seperti yang
ada di lapangan. Selain itu juga bertujuan untuk memeriksa kesesuaian metode penilaian
persediaan dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Itulah pembahasan tentang pelaksanaan prosedur audit persediaan pada sebuah perusahaan.
Dalam memaksimalkan kelancaran sebuah bisnis memang diperlukan banyak aspek-aspek
pendukung yang harus dikerjakan dengan baik.