Anda di halaman 1dari 14

JURNAL ILMU PERILAKU http://jip.fk.unand.ac.

id
Volume 1, Nomor 1, 2017 : 58-71
ISSN (Online) : 2581-0421

Pengalaman Flow dalam Belajar

Lucky Purwantini1
Program Studi Psikologi Universitas Islam ‚45‛ Bekasi
purwantini.lucky@gmail.com

Abstract. Flow is a condition when individual merges within his/her activity. When a person in flow
state, he/she can develop his/her abilities and more succes in learning. The purpose of the study is to
understand flow experience in learning among undergaduate student. The study used case study
qualitative approach. Informan of this research was an undergraduate student which had flow
experience. Data was collected by an interview. According to the result, subject did not experienced
flow in learning process, as likes he was in meditation. It happened because when he learned
something, he felt be pressed by tasks. It’s important for individu to relax when they are learning.
Key words: flow experience, learning, undergraduate student

Abstrak. Flow adalah kondisi yang dialami individu ketika individu tersebut menyatu
dengan kegiatan yang dilakukannya. Ketika seseorang berada dalam kondisi flow, ia dapat
mengembangkan kemampuannya dan lebih berhasil dalam belajar. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memahami pengalaman flow dalam belajar pada seorang mahasiswa
pascasarjana. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Subjek adalah seorang mahasiswa laki-laki pascasarjana yang pernah mengalami flow. Data
dikumpulkan dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek tidak
mengalami flow dalam belajar, sebagaimana yang ia alami dalam meditasi. Hal itu terjadi
karena saat belajar ia merasa tertekan oleh tugas. Penting bagi individu untuk merasa tenang
pada saat belajar.
Kata kunci: pengalaman flow, pembelajaran, mahasiswa pascasarjana

Flow merupakan suatu keadaan (Engeser & Rheinberg, 2008), dan hal itu
dimana individu mengalami peleburan berpengaruh pada kesejahteraan
total dalam kegiatan yang psikologis mereka (Schouten,
dilakukannya. Hal tersebut dicapai McAlexander, & Koenig, 2007). Selain
melalui intensitas dan perhatian itu, flow juga berhubungan dengan hasil
terfokus pada kegiatan tersebut. pembelajaran yang positif (Scoresby &
Keadaan flow dapat memotivasi Shelton, 2010).
individu dan komunitas (Schouten, Ketika seseorang berada dalam
McAlexander, & Koenig, 2007) untuk kondisi flow, ia sering mengalami
meraih keunggulan. Ketika mengalami kehilangan waktu, kehilangan
flow, muncul keinginan dalam diri kesadaran diri dan lingkungan, dan
mereka untuk mengalaminya kembali peningkatan pada kemampuannya
dan untuk itu, mereka akan mencari (Scoresby & Shelton, 2010). Selain itu, ia
tugas-tugas lain yang lebih menantang juga merasakan efisiensi kognisinya

JURNAL ILMU PERILAKU 58


VOLUME 1, NO.1, JUNI 2016 : 40-50

secara berturut-turut, termotivasi dan individu dalam melakukan suatu


bahagia (Csikzentmihalyi dalam aktivitas yang mendatangkan flow,
Esenger & Rheinberg, 2008). Dalam dalam hal ini, tujuan individu
melakukan kegiatannya, ia menjadi ‚in melakukan aktivitas itu adalah untuk
the zone‛, melebur dan menjadi satu merasakan ‚luapan kegembiraan‛ yang
dengan apa yang dilakukannya secara timbul dari aktivitas itu, bukan untuk
total, merasa seperti ‚segala sesuatu tujuan lain yang menguntungkan dari
sudah oke‛, dan benar-benar terfokus aktivitas itu. Sebagai contoh, misalnya
pada kegiatannya (Martin & Jackson, untuk mendapatkan uang atau status,
2008). jika hal itu yang menjadi motivasinya
Ketika ia terganggu perhatiannya maka pengalaman itu disebut exotelic.
atau terdistraksi oleh suatu hal, ia tidak Individu yang autotelik rela
lagi berada dalam kondisi flow mengeluarkan banyak uang, waktu, dan
(Scoresby & Shelton, 2010). Distraksi perhatian mereka untuk aktivitas itu
yang dialami individu ketika ia berada hanya untuk merasakan flow.
dalam kondisi flow dapat mengganggu Csikzentmihalyi (1996) menyatakan
keberadaannya dalam flow, dan untuk bahwa saat suatu aktivitas menjadi
kembali ke dalam kondisi flow, individu autotelik, tidak ada alasan lain untuk
tersebut memerlukan beberapa waktu melakukan aktivitas itu selain untuk
(Csikzentmihalyi, 1996). Distraksi merasakan ‚sensasi rasa/flow‛ yang
tersebut dapat berupa kebisingan ditimbulkan aktivitas itu.
(Scoresby & Shelton, 2010), teralihnya Penelitian tentang flow diawali
fokus dan konsentrasi pada hal lain oleh Csikzentmihalyi (Esenger &
(Csikzentmihalyi, 1996), dan lain Rheinberg, 2008) dengan melakukan
sebagainya. wawancara dengan banyak orang,
Flow terjadi ketika kesulitan dan seperti seniman, atlit, dan ilmuwan
tantangan yang dihadapi individu (Csikzentmihalyi, 1997), tentang alasan
dalam suatu tugas seimbang dengan mereka melakukan suatu aktivitas
kemampuan yang dimilikinya (Esenger dengan komitmen tinggi tanpa ada
& Rheinberg, 2008). Jika kemampuan ganjaran eksternal yang jelas. Ia
yang dimilikinya melebihi tingkat menemukan bahwa beberapa aktivitas
kesulitan atau tantangan yang dihadapi, memberikan suatu ‚sensasi rasa‛ yang
ia akan merasa relaks atau bosan, tetapi ia sebut sebagai ‚flow state‛ atau
jika tingkat kesulitan dan tantangan ‚pengalaman flow‛ (Esenger &
yang dihadapi melebihi kemampuan Rheinberg, 2008). Seiring berjalannya
yang dimilikinya, ia akan merasa sangat waktu, banyak peneliti yang telah
bersemangat atau cemas (Baumann dan melakukan penelitian tentang flow
Scheffer, 2010). dalam berbagai bidang, di antaranya
Menjadi autotelik merupakan dalam bidang olahraga, pekerjaan, dan
pengalaman penting dalam flow pendidikan (Martin & Jackson, 2008).
(Csikzentmihalyi, 2008). Autotelik Dalam dunia pendidikan,
merujuk pada motivasi intrinsik pengalaman flow tersebut dapat

JURNAL ILMU PERILAKU 59


PURWANTINI

berlangsung ketika individu sedang homogen, ada pula yang heterogen,


belajar. Belajar merupakan kegiatan dalam arti bervariasi. Mahasiswa jenis
alami yang dilakukan manusia sejak ia ini biasanya terdapat pada jenjang
dilahirkan. Sejak kecil, manusia magister dimana penyebaran usia
menggunakan kelima inderanya untuk mereka tidak merata. Ada yang masih
belajar, dimulai dari mengamati kedua berada dalam fase dewasa awal, ada
orang tua. Dari pengamatan tersebut, pula yang menginjak fase dewasa
manusia belajar menirukan. Inilah awal tengah maupun akhir. Mahasiswa
fase proses belajar pada manusia. jenjang magister tidak seperti
Seiring waktu, dengan semakin mahasiswa jenjang sarjana yang hampir
bertambahnya usia seseorang, ia tak serentak melanjutkan kuliah setelah
hanya belajar dengan menirukan. lulus dari sekolah menengah atas.
Perubahan tingkah lakunya adalah hasil Mahasiswa jenjang magister ada yang
dari latihan, pengalaman, dan sudah bekerja, menikah dan memiliki
interaksinya dengan lingkungan. anak, walau ada pula yang langsung
Proses belajar diawali dengan melanjutkan kuliah setelah lulus
memberikan perhatian pada suatu hal. menjadi sarjana. Dalam penelitian ini,
Informasi yang didapat dari panca peneliti mengkhususkan diri pada
indera, akan masuk ke dalam ingatan mahasiswa jenjang magister yang
jangka pendek. Bila informasi tersebut langsung melanjutkan kuliah setelah
dianggap penting, informasi tersebut lulus dari jenjang sarjana.
akan berjalan ke ingatan jangka Mahasiswa jenjang magister yang
panjang. Bila dibutuhkan, informasi langsung melanjutkan kuliah setelah
yang berada dalam ingatan jangka lulus dari jenjang sarjana berada pada
panjang dapat dikeluarkan. Dalam tahap perkembangan dewasa awal.
perjalanannya, individu terkadang Masa dewasa awal adalah sebuah masa
mengalami lupa. Menurut Surya (dalam yang ditandai dengan kondisi fisik
Kertamuda, 2006), lupa merupakan (meliputi daya tahan dan taraf
suatu keadaan dimana individu kesehatan) yang prima. Dari sisi
kehilangan kemampuan untuk kognisi, menurut Piaget (dalam Papalia,
mengeluarkan kembali informasi yang Olds, & Feldman, 2005), masa dewasa
telah tersimpan baik dalam ingatan awal memasuki tahap berpikir abstrak
jangka panjang maupun ingatan jangka yang lebih tinggi yang dikenal dengan
pendek. berpikir postformal. Berpikir postformal
Proses belajar tersebut selalu merupakan jenis berpikir yang telah
terjadi baik ketika individu duduk di matang yang berdasar pada
bangku sekolah dasar maupun saat pengalaman subjektif dan intuisi seperti
individu menjadi mahasiswa. halnya berpikir logis, yang berguna
Mahasiswa merupakan orang yang ketika menghadapi ambiguitas,
terdaftar di suatu perguruan tinggi dan ketidakpastian, ketidakkonsistenan,
belajar di sana. Rentang usia mahasiswa kontradiksi, ketidaksempurnaan, dan
beragam. Ada yang cenderung hal-hal yang mencurigakan. Penelitian

JURNAL ILMU PERILAKU 60


VOLUME 1, NO.1, JUNI 2016 : 40-50

ini bertujuan untuk memahami bagaimana seharusnya hidup itu


pengalaman flow dalam belajar pada berjalan (Csikzentmihalyi, 2008).
mahasiswa. Pertanyaan ini akan Csikzentmihalyi mengawali
menjelaskan tentang gambaran penelitiannya tentang flow dengan
pengalaman flow yang dialami mewawancarai beberapa orang tentang
mahasiswa pada jenjang magister alasan mereka berkomitmen tinggi
tersebut. ketika melakukan sesuatu tanpa ada
Adalah Mihaly Csikzentmihalyi ganjaran eksternal yang jelas. Dari
(1996) yang memperkenalkan konsep penelitiannya tersebut, ia menemukan
flow. Ia membangun sebuah teori bahwa beberapa kegiatan memberikan
tentang pengalaman optimal yang suatu sensasi yang ia sebut sebagai
berdasar pada konsep flow, yaitu suatu ‚flow state‛ atau ‚pengalaman flow‛
keadaan dimana seseorang melebur (Esenger & Rheinberg, 2008). Setiap
dalam suatu kegiatan yang ia senangi, aktivitas yang menimbulkan flow
dan pengalaman tersebut menimbulkan memberikan suatu rasa penemuan baru,
suatu kesenangan tersendiri yang suatu perasaan kreatif yang membawa
membuat orang itu akan melakukannya seseorang pada suatu kenyataan baru.
lagi sekalipun hal itu memakan biaya, Hal itu mendorong individu ke tingkat
hanya untuk mengalami ‚sensasi rasa‛ pencapaian yang lebih tinggi
yang timbul ketika melakukan kegiatan (Csikzentmihalyi, 2008).
tersebut (Csikzentmihalyi, 2008). Csikzentmihalyi (1997)
Pengalaman optimal merupakan menyatakan bahwa semakin sering
suatu keadaan ketika seseorang berada individu mengalami flow, semakin
pada konsentrasi tinggi, mengalami sering individu itu bahagia. Namun,
keterlibatan pada suatu hal, kebahagiaan itu tidak diperoleh ketika
pengendalian situasi, memiliki tujuan individu itu sedang mengalami flow,
dan mendapat umpan balik yang jelas, melainkan ketika ia telah usai dari
merasakan kepuasan, dan termotivasi periode flow tersebut. Dikatakan
secara intrinsik (Csikszentmihalyi & olehnya bahwa kebahagiaan
Csikszentmihalyi dalam Bassi, dkk., merupakan distraksi saat flow.
2006). Motivasi intrinsik merupakan Hubungan antara flow dan kebahagiaan
ketertarikan dan kesenangan individu bergantung pada seberapa kompleks
pada suatu hal yang tertampilkan kegiatan yang menimbulkan flow dan
melalui perilaku (Deci & Ryan, 1985; apakah hal itu mengarahkan individu
Vallerand & Ratelle, 2002, dalam pada tantangan baru.
Waterman, 2005). Ketika individu Terdapat sembilan komponen flow
mengalami pengalaman optimal, ia menurut Csikzentmihalyi (1996) : 1)
merasakan kegembiraan, sebuah rasa memiliki tujuan yang jelas. Individu
senang yang dalam dan berlangsung yang berada dalm kondisi flow selalu
lama, serta hal itu menjadi peristiwa mengetahui apa yang yang harus
yang terpaku dalam ingatan tentang dikerjakannya, dan mereka menikmati
pekerjaan itu. 2). Adanya umpan balik

JURNAL ILMU PERILAKU 61


PURWANTINI

dengan segera dari apa yang dilakukan. Dalam kondisi flow, kesadaran
Umpan balik yang diperoleh biasanya individu seolah-olah ‚menghilang‛ dan
berupa emosi yang positif seperti dirinya masuk ke dalam suatu dunia
kepuasan, kenikmatan, kesenangan dan yang diciptakan oleh kegiatan yang
lain sebagainya, dan emosi tersebut tengah dilakukannya tersebut. Selain
berlangsung selama kondisi flow.3) itu, waktu seolah terdistorsi. Ketika
Adanya keseimbangan antara berada dalam kondisi flow, individu
kemampuan yang dimiliki dengan melupakan waktu. Jam yang terlewati
tingkat kesulitan dan tantangan yang berjalan seperti menit. Seberapa banyak
dihadapi. waktu yang yang terlewati tergantung
Aktivitas yang dilakukan untuk pada apa yang individu lakukan.
mendapatkan kondisi flow harus Dalam kondisi flow, kegiatan
seimbang antara kemampuan dengan yang dilakukan individu berubah
kesulitan dan tantangannya, tidak menjadi autotelik. Autotelik berarti
terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. ketika individu melakukan suatu
Baumann dan Scheffer (2010) kegiatan, ia melakukan itu bukan
menjelaskan bahwa jika kemampuan karena mengharapkan beberapa
yang dimiliki individu melebihi tingkat keuntungan, melainkan karena ‚sensasi
kesulitan, ia akan merasa relaks atau rasa‛ yang ditimbulkan kegiatan itulah
kebosanan, tetapi jika tingkat kesulitan yang membuatnya menjadi istimewa.
melebihi kemampuan yang dimilikinya, Ketika mengalami autotelik, individu
ia akan merasakan sangat bersemangat memberikan perhatiannya demi
untuk melakukan kegiatan itu atau ia kegiatan itu sendiri (Csikzentmihalyi,
merasakan kecemasan. 2008). Tidak ada alasan lain untuk
Untuk mencapai kondisi flow, melakukan kegiatan itu kecuali untuk
individu membutuhkan fokus yang merasakan pengalaman yang mereka
terarah serta konsentrasi penuh berikan (Csikzentmihalyi, 1996).
terhadap apa yang dikerjakan dengan Csikzentmihalyi (Egbert, 2003)
batasan-batasan yang jelas. Mereka menyatakan bahwa flow memberikan
yang mengalami flow memberikan kontribusi pada performa yang optimal
pikiran, kesadaran dirinya, dan terfokus dan belajar. Ketika individu mengalami
pada kegiatan yang sedang flow dalam belajar, ia akan memusatkan
dilakukannya saat itu juga. Mereka perhatiannya pada apa yang
tidak memikirkan hal-hal lain di luar dipelajarinya. Karena menikmati
kegiatan itu dan tidak mengalami kegiatan belajar, siswa tersebut akan
kekhawatiran akan kegagalan karena lebih sulit terserang stres dan sebagai
ketika mereka mengkhawatirkan akibatnya ia akan merasa bahagia.
kegagalan, mereka tidak akan dapat Kebahagiaan yang dirasakannya saat
berkonsentrasi total disebabkan belajar dapat membuat prestasinya
perhatiannya akan terbagi antara apa meningkat.
yang dilakukan dan perasaan untuk Namun ketika sedang berada
mengendalikan kegagalan itu. dalam kondisi flow, individu terkadang

JURNAL ILMU PERILAKU 62


VOLUME 1, NO.1, JUNI 2016 : 40-50

mengalami distraksi yang dapat faktor psikologis, yang meliputi tingkat


mengganggu kondisi flow, dan perlu intelligensi, motivasi, bakat, minat, dan
beberapa waktu untuk membuat diri sikap. Kedua, faktor eksternal
kembali berada dalam kondisi flow. merupakan faktor yang berasal dari luar
Semakin seseorang ambisius dalam diri individu, meliputi lingkungan non
menyelesaikan tugas, semakin mudah ia sosial seperti keadaan cuaca dan
mengalami distraksi (Csikzentmihalyi, tempat, dan faktor sosial seperti faktor
1996). Teralihnya fokus dan konsentrasi manusia atau sesama manusia baik
pada hal lain ketika berada dalam secara langsung maupun tidak
kondisi flow dapat menyebabkan langsung. Ketiga, faktor pendekatan
distraksi yang akhirnya dapat belajar, yaitu strategi yang digunakan
mengakhiri proses kreatif yang terjadi. dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran tertentu,
Belajar termasuk di dalamnya efisiensi usaha
Chaplin (2002) mendefinisikan belajar, yakni usaha yang digunakan
belajar sebagai perubahan yang relatif untuk mendapatkan hasil belajar yang
permanen dalam hal tingkah laku memuaskan seperti penggunaan tenaga,
sebagai hasil dari pengalaman. pikiran, dan waktu, dan efisiensi hasil
Kertamuda (2006) mendefinisikan belajar, yaitu usaha belajar tertentu
belajar sebagai suatu proses yang memberikan prestasi belajar
keseluruhan tingkah laku manusia yang tinggi.
sifatnya relatif menetap sebagai hasil Dalam belajar, terkadang individu
dari latihan, pengalaman, dan interaksi mengalami apa yang disebut sebagai
manusia dengan lingkungannya. lupa. Surya (dalam Kertamuda, 2006)
Kimble (dalam Hergenhahn & Olson, mendefinisikan lupa sebagai suatu
2009) mengartikan belajar sebagai keadaan dimana individu kehilangan
perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan untuk mengeluarkan
potensi perilaku yang terjadi akibat kembali informasi yang telah tersimpan
praktek yang diperkuat. baik dalam ingatan jangka panjang
Dari definisi-definisi tersebut, maupun ingatan jangka pendek.
dapat disimpulkan bahwa belajar Beberapa hal yang menyebabkan lupa
merupakan perubahan perilaku yang diantaranya adalah karena adanya
dialami individu sebagai akibat dari tekanan secara otomatis pada informasi
pengalaman individu itu sendiri yang telah ada oleh informasi baru dan
maupun lingkungan sekitarnya. terjadi keusangan informasi, dalam hal
Menurut Kertamuda (2006), ini informasi menghilang karena tidak
terdapat tiga faktor yang dapat pernah digunakan.
mempengaruhi belajar, yaitu Kejenuhan juga terkadang dialami
pertama,faktor internal merupakan individu dalam belajar. Kejenuhan
faktor yang berasal dari dalam diri terjadi karena proses belajar telah
individu, termasuk di dalamnya aspek sampai pada batas kemampuan
fisiologis, meliputi kondisi fisik, dan jasmaniah karena individu mengalami

JURNAL ILMU PERILAKU 63


PURWANTINI

kebosanan dan keletihan. konsentrasi, dan tidak ada distraksi. Jika


salah satu faktor tersebut tidak
Metode
mendukung, meditator tidak akan
Penelitian ini menggunakan
dapat mencapai kondisi flow. Subjek
desain penelitian kualitatif dengan
membedakan meditasi biasa dengan
pendekatan studi kasus. Subjek dalam
meditasi flow. Menurutnya, meditasi
penelitian seorang mahasiswa jenjang
biasa adalah meditasi yang bertujuan
magister yang langsung melanjutkan
untuk rileks dan menenangkan pikiran,
studi kemagisteran setelah lulus dari
sedangkan meditasi flow biasanya
jenjang sarjana, yang berdasarkan
dilakukan oleh orang yang sering
usianya masuk ke dalam tahap
melakukan meditasi, hal itu terkait
perkembangan dewasa awal, dan
dengan pengalaman.
pernah mengalami flow. Data dalam
Subjek mengaku telah merasakan
penelitian ini dikumpulkan melalui
efek positif dari meditasi. Efek positif
wawancara mendalam. Untuk
yang dirasakan subjek terwujud dalam
menganalisis data yang didapat,
perubahan perilakunya. Ia yang dahulu
digunakan teknik analisis data model
termasuk pribadi yang emosional, yang
interaktif dari Miles dan Huberman
ketika marah akan mengajak orang lain
(1994). Analisis model ini terdiri dari
berkelahi walau tanpa sebab, kini dapat
reduksi data, penyajian data (display
mengontrol kemarahannya.
data), dan kesimpulan/verifikasi (Miles
Subjek mengetahui apa yang harus
& Huberman, 1994).
dilakukannya ketika meditasi, yaitu
tenang dan tidak berpikir macam-
Hasil
macam. Saat meditasi, subjek
Berdasarkan wawancara yang
meleburkan diri di dalamnya. Ia seolah-
dilakukan, diketahui bahwa subjek
olah bersatu dan menyatu dalam
pernah mengalami kondisi flow. Kondisi
kesunyian meditasi. Ia tak merasakan
flow dialami subjek dalam meditasi.
dan melihat tubuh, tak ada orientasi
Menurut subjek, meditasi adalah salah
arah, baik utara maupun selatan. Yang
satu cara untuk menghalau pikiran-
dihirupnya adalah aroma kesejukan,
pikiran negatif. Subjek mengatakan
kedamaian, ketenangan yang bermuara
bahwa pikiran kita sering tidak fokus
pada perasaan bahagia. Hal itu sangat
dan bercabang kemana-mana. Meditasi
menyenangkan baginya. Tak hanya
dilakukan untuk menghalau pikiran-
arah yang terlupakan, waktu pun seolah
pikiran negatif yang timbul agar pikiran
ikut mendistorsikan dirinya. Pikiran,
kita tenang.
perhatian, dan tubuhnya hanya terfokus
Flow ketika meditasi dirasakan
dan terkonsentrasi penuh pada
subjek ketika tubuhnya berada dalam
kegiatannya itu. Ia tak memikirkan hal
kondisi yang prima. Menurut subjek,
lain di luar itu. Tujuannya hanya satu,
flow memerlukan banyak faktor
yaitu untuk mencapai tingkat spiritual
pendukung, diantaranya tubuh berada
yang lebih tinggi yang pada akhirnya
dalam kondisi prima, gelombang otak
akan mendekatkan dirinya pada Sang
berada pada gelombang alpha,
JURNAL ILMU PERILAKU 64
VOLUME 1, NO.1, JUNI 2016 : 40-50

Pencipta. Tak ada tujuan lain selain itu. subjek adalah konsep flow yang ia alami
Sayangnya, subjek sering terdistraksi dalam meditasi, yang harus dalam
oleh kelelahan fisiknya. Ketika fisiknya kondisi tenang dan tutup mata.
lelah, ia tak lagi merasakan flow. Untuk Sedangkan dalam belajar kita
mengatasi distraksi tersebut, subjek membutuhkan indera penglihatan yang
mengulang aktivitasnya dari awal. terbuka untuk membaca, merangkum,
Walau diakuinya hal itu tidak efektif, dan lain sebagainya. Menurut subjek,
dalam arti pengulangan tersebut tidak hal itu sangat bertentangan. Namun,
dapat memanggil flow kembali—yang subjek mengetahui apa yang harus ia
dalam hal ini berarti subjek gagal—, lakukan ketika belajar. Misalnya, ketika
namun subjek tak memiliki mengerjakan tugas membuat makalah
kekhawatiran bahwa ia akan gagal. tentang depresi, subjek mengetahui
Menurut subjek, meditasi bahan apa saja yang harus ia cari seperti
membutuhkan kemampuan khusus. faktor penyebabnya, terjadi pada masa
Kemampuan khusus tersebut adalah tua atau masa muda, akibat yang
kemampuan untuk menurunkan ditimbulkannya, dan hal-hal yang harus
gelombang otak dari beta menjadi dilakukan untuk mengantisipasinya.
alpha. Dikatakan subjek, walau meditasi Dalam mengerjakan tugas, subjek
terjadi ketika otak berada dalam merasa senang dan menikmati kegiatan
gelombang alpha, tetapi meditator tetap itu ketika hasilnya memuaskan. Saat
sadar. Subjek mengatakan bahwa flow hasil yang diperolehnya tidak
sama dengan mistism dalam dunia memuaskan, subjek tidak merasa
meditasi. Mistism berarti masuk ke alam senang. Kesulitan dan tantangan yang
lain yang hampa, tidak merasakan dan dihadapi subjek ketika mengerjakan
melihat tubuh, tidak ada utara dan tugas adalah dalam menyelesaikannya.
selatan, serta ada suatu rasa—sensasi Tetapi subjek menganggap tugas
sejuk—yang dialami. Kesulitan dan tersebut bukan sebagai tantangan,
tantangan yang dihadapinya ada dua, melainkan sebagai kewajiban yang
yaitu kelelahan fisik dan rasa kantuk harus diselesaikannya. Walau
yang menyerang, karena selain waktu menganggap tugas sebagai kewajiban,
senggang, subjek pun melakukan subjek mengaku tidak pernah merasa
meditasi saat malam hari. Dalam bosan ketika mengerjakan tugas karena
menghadapi kesulitan dan tantangan subjek termasuk orang yang statis yang
tersebut, subjek merasa yakin dengan tidak terlalu suka dengan perubahan.
kemampuan yang dimilikinya, sehingga Rutinitas menurut subjek adalah hal
tak muncul rasa takut akan gagal. yang biasa dan menyenangkan.
Subjek merasa puas dan bahagia setelah Banyaknya tugas yang harus
meditasi karena flow dalam meditasi diselesaikan membuat subjek sering
adalah tujuan dalam meditasi. merasa cemas. Subjek takut jika tugas-
Dalam belajar, subjek mengaku tugas tersebut tidak selesai tepat waktu
tidak pernah mengalami kondisi flow atau selesai tetapi tidak optimal. Subjek
karena konsep flow yang dipahami mengaku bahwa ia akan masih merasa

JURNAL ILMU PERILAKU 65


PURWANTINI

cemas sebelum tugas yang menguasainya dan selesai dengan


dikerjakannya benar-benar selesai. optimal. Rasa puas hanya dialami
Walau demikian, subjek yakin bahwa subjek ketika tugasnya selesai dengan
tugas-tugasnya akan selesai karena hal optimal. Dalam mengerjakan tugas,
itu merupakan satu-satunya jalan untuk subjek akan membuat jadwal. Ia melihat
tugas selesai. Dalam mengerjakan tugas, jam hanya untuk menentukan jadwal
subjek termotivasi. Saat termotivasi, dan kemajuan dari mengerjakan tugas.
subjek merasakan dorongan dan energi Ketika tubuhnya sudah mulai lelah, ia
lebih untuk mengerjakan tugas. akan berhenti mengerjakan tugas.
Distraksi pernah dialami subjek Subjek mengaku bahwa ia masih
dalam mengerjakan tugas. Yang merasakan kehadiran waktu ketika
menyebabkan subjek terdistraksi adalah mengerjakan tugas, dalam arti ia tidak
pecahnya konsentrasi karena kelelahan merasa bahwa seolah-olah waktu
fisik yang sangat. Subjek mengaku terdistorsi.
bahwa ia terganggu dengan distraksi Bagi subjek, belajar adalah cara
yang dialaminya karena hal itu mendapat pengalaman baru. Subjek
menyebabkan apa yang dipelajarinya memaknai belajar sebagai cara agar
menghilang. Untuk menanggulanginya, ilmu dan pengalaman bertambah. Yang
subjek akan memulai dari awal lagi. mendorong subjek untuk belajar adalah
Distraksi menurut subjek hanya karena sistem yang bekerja di negara ini
disebabkan oleh fisik yang terlalu lelah. menghargai orang yang pintar, bukan
Selain itu, misalnya suara tawa anak orang yang kuat secara fisik. Jadi
kos, suara kendaraan yang masuk ke dengan belajar, seseorang mendapat
kos, tidak mengganggu. Diakuinya, ia banyak pengalaman dan kesempatan
adalah tipe orang yang susah untuk untuk bertahan hidup. Selain itu, yang
terganggu oleh hal-hal seperti itu. membuat subjek termotivasi untuk
Subjek termasuk orang yang fokus belajar adalah untuk mencari
ketika belajar. Ia tidak mengalami penghasilan. Yang ingin dicapai subjek
distraksi saat belajar—kecuali hanya dalam belajar adalah tataran
ketika fisiknya kelelahan—, ia pengetahuan dan atau cara berpikir
menemukan banyak ide ketika yang setingkat atau beberapa tingkat
mengerjakan tugas, perhatiannya hanya lebih tinggi dibanding orang pada
tertuju pada tugas dan tidak pernah umumnya.
ingat dengan tugas lain ketika sedang Subjek lebih menikmati meditasi
mengerjakan suatu tugas. daripada kegiatan belajar karena
Subjek mengaku bahwa ia menurut subjek, dalam belajar kita
menikmati mengerjakan tugas ketika selalu terfokus akan tugas dan
tugas tersebut manusiawi, dalam arti penyelesaiannya, dalam artian deadline,
dalam sisi kuantitas, tidak terlalu sedangkan dalam meditasi tidak ada
banyak, karena jika tugas yang harus deadline, dapat dilakukan kapan saja
diselesaikannya banyak, ia akan merasa dan sangat rileks, sementara belajar
cemas karena tidak dapat tidak dapat membuat rileks.

JURNAL ILMU PERILAKU 66


VOLUME 1, NO.1, JUNI 2016 : 40-50

memuaskan. Jika tidak memuaskan,


Diskusi subjek tidak merasakan senang.
Csikzentmihalyi (2008) Aktivitas yang dilakukan untuk
mendefinisikan flow sebagai suatu mendapatkan kondisi flow harus
keadaan dimana seseorang melebur seimbang antara kemampuan dengan
dalam suatu kegiatan yang ia senangi, kesulitan dan tantangannya, tidak
dan pengalaman tersebut menimbulkan terlalu mudah atau tidak terlalu sulit
suatu kesenangan tersendiri yang (Csikzentmihalyi, 1996). Pada subjek,
membuat orang itu akan melakukannya terjadi keseimbangan antara
lagi sekalipun hal itu memakan biaya, kemampuan yang dimiliki dengan
hanya untuk mengalami ‚sensasi rasa‛ tingkat kesulitan dan tantangan yang
yang timbul ketika melakukan kegiatan dihadapi dalam meditasi. Kesulitan dan
tersebut. Csikzentmihalyi (1996) tantangan yang dihadapi subjek dalam
mengatakan bahwa individu yang meditasi ada dua, yaitu kelelahan fisik
berada dalam kondisi flow selalu dan rasa kantuk yang menyerang.
mengetahui apa yang yang harus Sedangkan subjek memiliki
dikerjakannya, dan mereka menikmati kemampuan untuk menurunkan
pekerjaan itu. Ketika meditasi, subjek gelombang otak dari beta menjadi delta,
mengetahui apa yang harus dan ia tetap sadar, sehingga dalam
dikerjakannya, yaitu bersikap tenang meditasi, subjek merasa rileks.
dan tidak berpikir macam-macam. Baumann dan Scheffer (2010)
Dalam belajar pun demikian. Subjek menjelaskan bahwa jika kemampuan
mengetahu apa yang harus yang dimiliki individu melebihi tingkat
dilakukannya ketika mendapat suatu kesulitan, ia akan merasa rileks atau
tugas membuat makalah, misalnya. Ia kebosanan.
akan mencari bahan-bahan yang terkait Sebaliknya, tidak terdapat
dengan tugas tersebut. Subjek keseimbangan antara kemampuan yang
menikmati kedua kegiatan tersebut. dimiliki dengan tingkat kesulitan dan
Umpan balik yang diperoleh dari tantangan yang dihadapi subjek dalam
kondisi flow biasanya berupa emosi belajar. Kesulitan dan tantangan yang
yang positif seperti kepuasan, dihadapi subjek ketika mengerjakan
kenikmatan, kesenangan dan lain tugas adalah dalam menyelesaikannya.
sebagainya, dan emosi tersebut Banyaknya tugas yang harus
berlangsung selama kondisi flow diselesaikan membuat subjek sering
(Csikzentmihalyi, 1996). Pada subjek, merasa cemas. Subjek takut jika tugas-
ia merasakan emosi positif ketika tugas tersebut tidak selesai tepat waktu
meditasi, yaitu kedamaian dan atau selesai tetapi tidak optimal. Subjek
ketenangan. Demikian juga dalam mengaku bahwa ia masih merasa cemas
belajar, subjek merasakan emosi positif, sebelum tugas yang dikerjakannya
yaitu rasa senang. Tetapi emosi positif benar-benar selesai. Baumann dan
yang dirasakan subjek ketika belajar Scheffer (2010) menjelaskan bahwa jika
hanya dirasakannya jika hasilnya tingkat kesulitan melebihi kemampuan

JURNAL ILMU PERILAKU 67


PURWANTINI

yang dimilikinya, ia akan merasakan memiliki kekhawatiran bahwa ia akan


sangat bersemangat untuk melakukan gagal. Sebaliknya, dalam belajar subjek
kegiatan itu atau ia merasakan memiliki kekhawatiran. Kekhawatiran
kecemasan. tersebut berbentuk rasa takut jika tugas-
Untuk mencapai kondisi flow, tugasnya tidak selesai tepat waktu atau
individu membutuhkan fokus yang selesai tetapi tidak optimal. Subjek
terarah serta konsentrasi penuh mengaku bahwa ia masih merasa cemas
terhadap apa yang dikerjakan dengan sebelum tugas yang dikerjakannya
batasan-batasan yang jelas benar-benar selesai.
(Csikzentmihalyi, 1996). Pada subjek, Dalam kondisi flow, kesadaran
pikiran, perhatian, dan tubuhnya individu seolah-olah ‚menghilang‛ dan
terfokus dan terkonsentrasi penuh pada dirinya masuk ke dalam suatu dunia
meditasi. Dalam belajar, ia pun fokus. Ia yang diciptakan oleh kegiatan yang
menemukan banyak ide ketika tengah dilakukannya tersebut
mengerjakan tugas, tidak mengalami (Csikzentmihalyi, 1996). Ketika
distraksi, dan perhatiannya hanya meditasi, subjek benar-benar melebur di
tertuju pada tugas. dalamnya. Kesadarannya seolah-olah
Individu yang mengalami flow menghilang dan ia menyatu dalam
‚memberikan‛ pikiran, kesadaran meditasi. Ia tak merasakan dan melihat
dirinya, dan terfokus pada kegiatan tubuh, tak ada orientasi arah, utara
yang sedang dilakukannya saat itu juga. maupun selatan. Yang dirasakannya
Mereka tidak memikirkan hal-hal lain adalah kesejukan, kedamaian,
di luar kegiatan itu (Csikzentmihalyi, ketenangan yang bermuara pada
1996). Subjek tak memikirkan hal lain perasaan puas dan bahagia. Sedangkan
di luar meditasi ketika ia meditasi. dalam belajar, subjek masih merasakan
Pikiran, perhatian, dan tubuhnya hanya kesadaran dirinya. Ia tidak melebur
terfokus dan terkonsentrasi penuh pada dalam tugas itu. Subjek mengaku
meditasi. Dalam belajar pun ia tidak bahwa ia menikmati mengerjakan tugas
pernah ingat dengan tugas lain ketika ketika tugas tersebut manusiawi, dalam
sedang mengerjakan suatu tugas. arti dari sisi kuantitas, tugas tersebut
Ketika individu tidak terlalu banyak. Rasa puas hanya
mengkhawatirkan kegagalan, individu dialami subjek ketika tugasnya selesai
tidak akan dapat berkonsentrasi total dengan optimal.
karena perhatiannya akan terbagi antara Ketika berada dalam kondisi flow,
apa yang ia lakukan dan perasaan individu melupakan waktu. Jam yang
untuk mengendalikan kegagalan itu terlewati berjalan seperti menit.
(Csikzentmihalyi, 1996). Dalam Seberapa banyak waktu yang terlewati
meditasi, walau subjek memiliki tergantung pada apa yang individu
kemungkinan gagal karena distraksi lakukan (Csikzentmihalyi, 1996). Waktu
yang tiba-tiba menyerang, dan seolah terlupakan ketika subjek
diakuinya pengulangan meditasi saat melakukan meditasi. Tetapi dalam
distraksi itu tidak efektif, subjek tak belajar, subjek masih dapat merasakan

JURNAL ILMU PERILAKU 68


VOLUME 1, NO.1, JUNI 2016 : 40-50

kehadiran waktu, dalam arti ia tidak Dari pembahasan di atas, dapat


merasa bahwa seolah-olah waktu disimpulkan bahwa subjek mempunyai
terdistorsi. ke sembilan komponen flow ketika ia
Dalam kondisi flow, kegiatan yang melakukan meditasi, sedangkan subjek
dilakukan individu berubah menjadi hanya memiliki tiga komponen flow
autotelik. Autotelik berarti ketika ketika ia dalam kondisi belajar. Dengan
individu melakukan suatu kegiatan, ia demikian, flow yang dialami subjek
melakukan itu bukan karena sebagai mahasiswa adalah bukan dalam
mengharapkan beberapa keuntungan, hal belajar, melainkan dalam hal lain,
melainkan karena ‚sensasi rasa‛ yang yaitu meditasi. Yang menyebabkan
ditimbulkan kegiatan itulah yang subjek tidak mengalami flow dalam
membuatnya menjadi istimewa. Ketika belajar adalah karena menurut subjek,
mengalami autotelik, individu belajar dipenuhi oleh tekanan tugas dan
memberikan perhatiannya demi batas akhir pengumpulan tugas,
kegiatan itu sendiri (Csikzentmihalyi, sedangkan meditasi tidak dibatasi
2008). Tidak ada alasan lain untuk waktu. Meditasi dapat dilakukan kapan
melakukan kegiatan itu kecuali untuk saja. Selain itu, meditasi membuat
merasakan pengalaman yang diberikan subjek rileks. Hal yang sama tidak
(Csikzentmihalyi, 1996). Yang terjadi ketika belajar.
mendorong subjek untuk melakukan Pendapat subjek bahwa belajar
meditasi adalah keinginannya untuk tidak membuat rileks karena dipenuhi
mencapai tingkat spiritual yang lebih oleh tekanan tugas dan batas akhir
tinggi yang pada akhirnya akan pengumpulan tugas merupakan
mendekatkan dirinya pada Sang persepsi subjek tentang belajar. Persepsi
Pencipta. Selain itu, subjek mengaku tak adalah cara pandang individu terhadap
memiliki motivasi lain. Sedangkan yang sesuatu, yang terbentuk dari
mendorong subjek untuk belajar adalah pengalaman dan atau pikiran. Pada
karena sistem yang bekerja di negara ini penelitian ini, dikarenakan subjek
menghargai orang yang pintar, bukan mempersepsi bahwa belajar penuh
orang yang kuat secara fisik. Jadi dengan tekanan dan tidak membuat
dengan belajar, seseorang mendapat rileks, maka subjek tidak mengalami
banyak pengalaman dan kesempatan flow dalam belajar. Dikarenakan subjek
untuk bertahan hidup. Selain itu, tidak mengalami flow dalam belajar,
motivasi subjek dalam belajar adalah maka efek flow dalam belajar tidak
untuk mencari penghasilan. ditemukan pada diri subjek.
Csikzentmihalyi (2008) mengatakan
bahwa kegiatan yang dilakukan Kesimpulan
seseorang karena alasan eksternal Penelitian ini menemukan bahwa
dinamakan exotelic. Dengan demikian, flow yang dialami ketika meditasi tidak
dalam meditasi subjek menjadi serta merta dialami ketika belajar. Salah
autotelik, sedangkan dalam belajar satu penyebabnya adalah persepsi
subjek menjadi eksotelik. bahwa belajar dipenuhi dengan tekanan

JURNAL ILMU PERILAKU 69


PURWANTINI

dan tidak membuat rileks. Dengan Esenger, S., Rheinberg, F. (2008). Flow,
demikian, bagi peneliti selanjutnya Performance and Moderators of
yang ingin meneliti lebih jauh tentang Challenge-Skill Balance. Journal
flow dalam belajar dapat menambahkan Motivation Emotion 32: 158-172
variabel persepsi mengenai belajar. Hartley, J. (1999). Learning and Studying:
Peneliti lain juga dapat menggunakan A Research Perspective. New York:
pendekatan kuantitatif agar dapat Routledge
mencapai hasil yang lebih Herdiansyah, H. (2010). Metodologi
komprehensif. Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
______________. (2007). Kecemasan dan
Kepustakaan Strategi Coping Wanita dan Waria
Baumann, N., Scheffer, D. (2010). Pelacur. Tesis. Yogyakarta:
Seeking Flow in the Achievement Universitas Gadjah Mada (tidak
Domain: The Achievement Flow diterbitkan)
Motive behind Flow Experience. Hergenhahn, B.R., Olson, M.H. (2008).
Journal Motivation Emotion: 1-18 Theories of Learning. Jakarta: Kencana
Bassi, M., Steca, P., Delle Fave, A., Prenada Media Group
Caprara, G.V. (2007). Academic Self- Kertamuda, F. (2006). Psikologi Belajar:
Efficacy Belief and Quality of Diktat Pengajaran Mata Kuliah
Experience in Learning. Journal Youth Psikologi Belajar. Jakarta: Universitas
Adolescence 32: 301-312 Paramadina (tidak diterbitkan)
Boeree, C. (2009). Personality Theories: Martin, A.J., Jackson, S.A. (2008). Brief
Melacak Kepribadian Anda bersama Approach to Assessing Task
Psikolog Dunia. Yogyakarta, Absorption and Enhancedd
PrismaSophie Subjective Experience: Examining
Csikzentmihalyi, M. (1996). Creativity: ‘Short’ and ‘Core’ Flow in Diverse
Flow and The Psychology of Discovery Performance Domains. Journal
and Invention. New York: Motivation Emotion 32: 141-157
HarperCollins Miles, M. B & Huberman, A. M. (1994).
_________________. (2008). Flow: The Qualitative Data Analysis: An Expanded
Psychology of Optimal Experience. Sourcebook. Thousand Oaks: Sage
HarperCollins e-books Publication
_________________. (1997). Happiness Nakamura, J., Csikzentmihalyi, M.
and Creativity: Going with the Flow. (2002). The Concept of Flow. In
Academic Research Library: 31: 5: 8-12 Handbook of Positive Psychology.
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Snyder, C.R., Lopez, S.J. (ed). New
Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers York: Oxford University Press
Egbert, J. (2003). A Study of Flow Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D.
Theory in the Foreign Language (2005). Human Development. New
Classroom. The Modern Language York: McGraw Hill
Journal: 87: 4: 499-518

JURNAL ILMU PERILAKU 70


VOLUME 1, NO.1, JUNI 2016 : 40-50

Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan Schouten, J.W., McAlexander, J.H.,


Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Koenig, H.F. (2007). Transcendent
Jakarta: Lembaga Pengembangan Customer Experience and Brand
Sarana Pengukuran dan Pendidikan Community. Journal of the Academic
Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Marketing Science 35: 357–368
Universitas Indonesia Scoureby, J., Shelton, B.E. (2010). Visual
__________. (2005). Pendekatan Kualitatif Perspectives within Educational
untuk Penelitian Perilaku Manusia. Computer Games: Effects on
Jakarta: Lembaga Pengembangan Presence and Flow within Virtual
Sarana Pengukuran dan Pendidikan Immersive Learning Environment.
Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Journal of Instr Science: 1-28
Universitas Indonesia Slavin, R.E. (2008). Psikologi Pendidikan:
Santrock, J.W. (2002). Life Span Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks
Development: Perkembangan Masa Stewart, C. J & Cash, W. B. 2006.
Hidup. Jakarta: Erlangga Interviewing: Principles and Practices.
New York: McGraw- Hill
Waterman, A.S. (2005). When Effort Is
Enjoyed: Two Studies of Intrinsic
Motivation for Personally Salient
Activities. Journal Motivation and
Emotion 29: 3: 165-188

JURNAL ILMU PERILAKU 71

Anda mungkin juga menyukai