Nim:2107020137
Kelas/Prodi: A/Psikologi
Review Jurnal I
Review jurnal II
Judul Penelitian POLA ASUH KERAS PADA AYAH DARI ANAK USIA
DINI : STUDI DESKRIPSI
Judul Penelitian Pengukuran dan fakta kualitas hidup pada orang usia lanjut
Jurnal Health and Behavioral Science
Volume dan halaman Vol.1,No.3 , September 2019 Halaman. 149-165
Tahun Terbit September 2019
Penulis C Beatriks Novianti Bunga & Indra Yohanes Kiling
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggal Review 15 November 2021
Pendahuluan Di dalam paragraf ini berisi pengertian kualitas hidup yang telah
dipertimbangkan dengan konsep kualitas hidup yang kompleks
dan perlu menyesuaikan dengan konteks populasi, definisi
umum dari WHO, definisi komponen dengan sifat multi-
dimensional, dan definisi khusus untuk memperuncing konteks
kualitas hidup ke dalam lansia, maka kualitas hidup dapat
disimpulkan sebagai persepsi lansia terhadap posisi mereka di
kehidupan dalam konteks internal seperti fisik, psikologi, dan
eksternal seperti hubungan sosial, dan lingkungan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan keadaan sebuah
kelompok rentan di desa Ongulero, Kabupaten Sigi, Provinsi
Sulawesi Tengah dan untuk merekomendasikan intervensi yang
dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan di desa tersebut.
Pembahasan Penelitian Selanjutnya penulis akan memaparkan faktor, indikator serta
pengukuran konsep kualitas hidup pada lansia.
1. Faktor-faktor kualitas hidup
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup populasi umum
adalah faktor internal yakni kesehatan fisik dan kesehatan
psikologis, serta faktor eksternal yakni jejaring sosial dan
keadaan lingkungan. Kemudian faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup lansia yang tinggal di panti wreda
meliputi demografi, situasi sosio-ekonomi, kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, jejaring sosial, gaya hidup dan aktivitas,
kejadian hidup traumatik, dan perawatan; selanjutnya faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia secara global
meliputi kepuasan subjektif, lingkungan fisik, lingkungan sosial,
sosio-ekonomi, budaya, status kesehatan, kepribadian, dan
otonomi pribadi.
2. Indikator Kualitas Hidup
Indikator dari konsep kualitas hidup bervarisasi. Makanya
indikator kualitas hidup untuk lansia disarankan menyesuaikan
dengan faktor-faktor kualitas hidup yang dipakai dalam
penelitian, dengan mempertimbangkan budaya masyarakat
sekitar, dalam hal ini mempertimbangkan indikator kualitas
hidup yang sesuai dengan lansia yang tinggal di Indonesia
dengan kemampuan fisik dan psikologis yang terbatas akibat
pertambahan usia.
3. Pengukuran kualitas hidup
Alat ukur kualitas hidup yang baik untuk lansia adalah alat ukur
WHOQOL-Bref(World Heath Organization Quality Of Life-
Bref) yang memiliki 4 kawasan utama yaitu kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, relasi sosial, dan lingkungan(Brajkovic
dkk,2009).
Keunggulan/Kelebihan Kelebihan dari jurnal ini adalah penggunaan teori dan referensi yang
sangat jelas sehingga mudah dipahami secara runtut. Selain itu,
penulisjuga menggunaka referensi jurnal yang cukup banyak dan
mendetail.
Kekurangan/Kelemahan Kelemahan dari jurnal ini adalah tidak dijelaskan atau memaparkan
tentang penelitian yang dilakukan penulis dalam pembuatan
ataupengembangan jurnal ini.
Kesimpulan Kualitas hidup pada lansia merupakan sebuah variabel yang telah
dieksplorasi oleh berbagai ahli dari berbagai latar belakang ilmu.
Pemenuhan tingkat kualitas hidup yang tinggi akan membantu lansia
untuk memperoleh kebahagiaan dalam masa hidupnya. Pemenuhan
kualitas hidup harus mempertimbangkan faktor internal maupun
eksternal dari individu. Indikator kualitas hidup lansia harus
mempertimbangkan budaya masyarakat sekitar agar lebih akurat.
Sedangkan alat ukur kualitas hidup telah memiliki satu acuan baku
yakni WHOQOL-BREF yang dikembangkan oleh WHO.
Review Jurnal IV
Pengertian kekerasan
Sejak diangkat menjadi isu global oleh PBB tahun 1989 dalam
Convention on the Rights of the Child (CRC) atau Konvensi
Hak Anak (KHA), terminologi kekerasan terhadap anak tidak
didefenisikan secara tegas. Namun hanya menyebutkan
bentukbentuk tindakan kekerasannya saja.
Bentuk-bentuk kekerasan
1) Kekerasan Fisik / Physical Abuse
2) Kekerasan Emosional/ Emotional Abuse
3) Kekerasan Seksual/ Sexual Abuse
4) Pengabaian/ Penelantaran (Neglect)
Review jurnal VI
Judul Penelitian Tinjauan Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin pada Kualitas
Hidup Orang Usia Lanjut
C. Gangguan sensoris
1. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka
dipeluk.
2. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
3. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau
bendabenda.
4. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
D. Pola bermain
1. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
2. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
3. Tidak kreatif, tidak imajinatif.
4. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda
dibalik lalu rodanya diputar-putar.
5. Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin,
roda sepeda.
6. Dapat sangat lekat dengan bendabenda tertentu yang
dipegang terus dan dibawa kemana-mana.
E. Perilaku
1. Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan
(deficit).
2. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti
bergoyanggoyang, mengepakan tangan, berputar-putar
dan melakukan gerakan yang berulang-ulang.
3. Tidak suka pada perubahan.
4. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.
F. Emosi
1. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawatawa,
menangis tanpa alasan.
2. Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang
tidak diberikan keinginannya.
3. Kadang suka menyerang dan merusak.
4. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya
sendiri.
5. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan
orang lain.
Pra Siklus
Berdasarkan hasil obeservasi sebelum
siklus dapat dilihat bahwa:
a. Dari kelima responden yang
akan diberi tindakan menunjukkan
belum ditampilkannya perilaku
empati yang konsisten atau yang
sesuai dengan kriteria ketuntasan
perkembangan. Rata-rata perilaku
yang muncul pada saat pembelajaran
sebelum tindakan hanya 11.2. Ini
berarti hanya 46 % perilaku empati
yang ditunjukkan bila dibandingkan
dengan yang diharapkan.
b. Jika dijabarkan per indikator,
maka untuk indikator distinguished
emotions rerata yang diperoleh
adalah 1.8 atau hanya 16 % perilaku
yang ditunjukkan anak
berada dibawah kriteria atau belum menunjukkan perilaku
kemampuan mengenali emosi teman atau jarang. c. Untuk
perilaku cheering others friend when thay were sad, dapat
dilihat bahwa anak juga masih menunjukkan perilaku ini 1-
2 kali saja atau hanya 1.6 atau 14% dari perilaku yang
diharapkan muncul secara konsisten.
d. Rerata perilaku Sharing adalah 2 atau 19 % dari
perilaku konsisten yang diharapkan atau perilaku yang
muncul sudah berkisar dari 1-4 kali.
e. Rerata untuk perilaku helping adalah 2.2 atau 19%
dari perilaku yang diharapkan atau anak sudah
menunjukkan perilaku helping ini 1-4 kali.
f. Untuk perilaku giving forgiveness dapat di lihat
bahwa reratanya 1.8 atau 16% atau 1-2 kali saja perilaku
memaafkan itu dimunculkan anak pada saat berinteraksi.
g. Sedangkan untuk perilaku asking apologize
diperoleh rerata 1.8 atau 16% atau1-2 kali saja perilaku
meminta maaf ini dimunculkan oleh anak.
Berdasarkan hasil pra siklus di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku empati kelima anak di Rumah Belajar Lentera Alam ini
masih rendah. Rata-rata kemunculan hanya berkisar 1-2 kali atau
ada dalam kriteria kadang tampak dan hanya seorang responden
saja yang memunculkan perilaku empati berkisar 3-4 kali atau
berada dalam kriteria sering muncul.
Refleksi Siklus 1
Siklus 1 ini secara keselurahan berjalan sesuai dengan rencana.
Berdasarkan hasil pengamatan terjadi peningkatan perilaku
empati dari level belum muncul ke level jarang muncul yang
berarti perilaku itu baru muncul 1-2 kali saja.
Siklus kedua
Siklus II ini berlangsung pada hari
berikutnya. Dengan memperhatikan hasil
refleksi hari pertama, semua alat dan bahan
serta ketrampilan bercerita di persiapkan
oleh guru.
Keunggulan/Kelebihan Kelebihan dalam jurnal ini adalah membahas penelitian dengan
baik dan juga penggunaan tanda baca sudah baik dan benar.
Kekurangan/Kelemahan Kelemahan dalam jurnal tersebut ada pada bagian pra siklus
yang dimana menggunakan kata atau bahasa asing sehingga
menyulitkan peneliti yang tidak begitu mahir dalam bahasa
asing.
Kesimpulan Dari hasil pelaksanaan tindakan yang dilakukan sebanyak dua
kali dengan menggunakan media cerita lisan menggunakan
boneka dan mengunakan cerita rakyat suku sabu (suku dari
kelima anak tersebut) diperoleh peningkatan kemampuan empati
pada kelima anak tersebut yaitu dari 46 % kemunculan perilaku
empati meningkat menjadi 93% kemunculan perilaku setelah
siklus II.
Review Jurnal IX
Judul Penelitian Identifikasi afeksi paternal pada ayah dari anak usia dini di kota
kupang
Review jurnal X
Judul Penelitian Gambaran penerimaan orang tua anaka usia dini berkebutuhan
khusus di nusa tenggara timur.
Tahun 2014
Penulis Beatriks Novianti Kiling-Bunga, Indra Yohanes Kiling. &
Edwardus Rudi Yano Dolu.
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggla Review 20 November 2021
Pendahuluan Penerimaan diri menurut Hurlock (1997) adalah suatu tingkat
kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala
karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya
diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan
dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap
diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki
kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Penerimaan
orangtua yaitu suatu efek psikologis dan perilaku dari orangtua
pada anaknya seperti rasa sayang, kelekatan, kepedulian,
dukungan dan pengasuhan dimana orangtua tersebut bisa
merasakan dan mengekspresikan rasa sayang kepada anaknya.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penerimaan
orang tua anak usia dini berkebutuhan khusus di Nusa Tenggara
Timur.
Metode Penelitian Metode penelitian kualitatif deskriptif pada anak usia dini
berkebutuhan khusus di SDLB Negeri Pembina Kupang, Nusa
Tenggara Timur.
Pembahasan Penelitian Profil ketiga orang tua dari anak berkebutuhan khusus, antara
lain: orang tua dari anak tuna rungu keduanya adalah pekerja
keras dan sangat sibuk, anak yang mengalami katunaan tersebut
merupakan anak perempuan pertama dari 3 bersaudara, setiap
harinya anak ini dititipkan dirumah nenek dan kakeknya ketika
kedua orang tua pergi bekerja. Keadaaan tersebut sungguh
berbeda dengan yang dialami oleh anak tuna grahita, dimana
kedua orang tuanya terpisah (broken home), kebiasaan hidup
bersama sang ibu, membuat anak lebih dekat/menganggap ibu
adalah orang dan teman terdekatnya. Ibunya berprofesi sebagai
ibu rumah tangga.