Anda di halaman 1dari 22

Nama: Vini Gracia Borang

Nim:2107020137
Kelas/Prodi: A/Psikologi

Review Jurnal I

Judul Penelitian GAMBARAN KOMUNIKASI ANAK USIA DINI TUNAGRAHITA DI NUSA


TENGGARA TIMUR
Jurnal Psikologi Pendidikan teknologi dan vokasi
Volume dan halaman Vol 19 dan 59-63
Tahun Terbit 2014
Penulis Indra Yohanes Kiling & Beatriks Novianti Bunga
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggal Review 15 November 2021
Pendahuluan Pada beberapa jurnal khususnya yang berkaitan denga gambaran
komunukasi anak usia dini tunggrahita jarang sekali disinggung
kemepuan komunikasi dengan menggunaakan TPA (Illionis Test of
Psycholinguistic Abilities) tetepi pada jurnal ini dibahas ssecara detail
misalnaya, Hasil penelitianRobert Ingall (Rochyadi & Alimin, 2005)
yang membahas kemampuan berbahasa anak tunagrahita
dengan menggunakan ITPA (Illionis Test of Psycholinguistic Abilities),
menunjukkan bahwa
1) anak tunagrahita memperoleh keterampilan berbahasa pada
dasarnya sama seperti anak
normal, 2) kecepatan anak tunagrahita dalam memperoleh
keterampilan berbahasa jauh lebih rendah dari pada anak normal, 3)
kebanyakan anak tunagrahita tidak dapat mencapai
keterampilan bahasa yang sempurna, 4) perkembangan bahasa anak
tunagrahita sangat
terlambat dibandingkan dengan anak normal, sekalipun pada MA
yang sama, 5) anak
tunagrahita mengalami kesulitan tertentu dalam menguasai
gramatikal, 6) bahasa tunagrahita bersifat kongkrit, 7) anak
tunagrahita tidak dapat dapat menggunakan kalimat majemuk.
Kemampuan berbahasa anak tunagrahita jarang dan bahkan
disinggung lebih dalam lagi, pada jurnal yang lain bahkan buku acetak
,sedangka kemampuan berbahasa pada anak tunagrahita sangatlah
penting untik kita ketahui .Penelitian-penelitian tersebut hanya
sebatas mengkaji untuk melengkapi materi sehingga informasi yang
dibaca lebih dapat lebih menarik dan menamba wawasan pembaca.
Metode Penelitian Metode penelitian Ini Menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk
memahami dan memperoleh gambaran yang terjadi dilapangan
sebagaimana adanya tanpa
melakukan perubahan atau intervensi terhadap sasaran penelitian
dan teknik pengumpulan data menggunkan Observasi, Wawancara
dan Studi Dokumentasi. Adapun kisi-kisi observasi dan wawancara
yaitu menggunakan indikator-indikator komunikasi verbal dan non-
verbal menurut Porter (2002) yang dijabarkan dalam komponen
komunikasi yang merupakan non verbal (ekspresi wajah,gerakan
tangan, gerakan tubuh) dan yang verbal (konten bahasa,struktur
bahasa, serta penggunaan bahasa) yang dibagi dua yaitu berkata-kata
dan pemahaman bahasa.Sehingga mempermuda pembaca untuk
memami maksud yang ditulis pada metode penelitian.
Pembahasan Penelitian Terlihat pada jurnal yaitu penelitian dilakukan dalam jangka waktu
selama 2 minggu, dengan 2 kali wawancara dan 3 kali observasi
subyek secara langsung.
Ibu dari subyek
awalnya tidak mengetahui ketunaan dari ‘I’. Shingga Ibunya
mendaftarkannya ke SDLB Pembina kota Kupang karena merasa
sekolah yang paling dekat dengan rumahnya adalah sekolah
tersebut.Dalam penelitian ini terdapat aspek komunikasi yang
nampak pada subyek yaitu Dalam hal berkata-kata,
1.subyek tidak mampu mengucapkan kata-kata secara jelas dan baik.
2.Obyek lekat dari subyek mampu memahami maksud komunikasi
dari subyek
dikarenakan menangkap informasi dari komunikasi non-verbal.
3.Emosi, marah merupakan salah satu ekpresi subyek ketika
keinginan dan maksud
hatinya tidak dituruti oleh orang tua (ibu) dan orang dewasa lainnya.
4.Tersenyum adalah bahasa komunikasi subyek dalam meyamapaikan
rasa senangnya
terhadap apa yang disukainya. Ini dibuktikan ketika peneliti
memberikan buku dan pensil
kearah subyek, subyek sangat menyukai buku dan bolpoin ketika
melihat buku dan bolpoin
tersebut subyek lalu mengambilnya dan tersenyum kearah peneliti
sambil mulai mencoretcoret buku tersebu
5. Perilaku menyenangkan yang dilakukan berulang.
dari temuan penelitian ini, dapat dilihat bahwa anak tunagrahita
memiliki
kecenderungan untuk menangkap informasi komunikasi non-verbal.
Perkembangan kognitif
yang terhambat membuat anak tunagrahita lebih mengembangkan
keterampilan dalam memberi dan menerima komunikasi non-verbal.
Disini komunikasi non-verbal berfungsi sebagai pelengkap unsur
komunikasi sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat
ditangkap.
Reaksi non-verbal kemudian berfungsi untuk menggambarkan
suasana hati dari anak tunagrahita. Penemuan ini memberikan
informasi bahwa anak usia dini tunagrahita telah memiliki
kecederungan keterlambatan kemampuan komunikasi verbal yang
perlu diantisipasi agar tidak terbawa atau bertambah buruk ketika
mencapai usia sekolah dasar, remaja dan dewasa.
Pada hasil penelitian dan pembahasan yang dibahas sesuai dengan
judul dan mudah dimegerti karena penelitian tersebut didapatkan
secara nyata atau dengan hasil observasi dan menangani secara
langsung sehingga materinya diulis dengan kenyataan yang ada.
Keunggulan/kelebihan Dalam pendahuluan jurnal ini terdapat kelebidan yaitu
1.Sistem penulisannya sanggat rapi dan jelas
2. Memaparkan penelitian sebelumnya sangat jelas
3. Tujuam penulisam jurnal ini dijelaskan dengan sangat jelas
dan sistematis.
Kelemahan/kekurangan Untuk jurnal ini tidak ada kekurangan

Kesimpulan Komponen selanjutnya yaitu kesimpulan, jika dilihat dari segi


aspek komunikasi verbal dalam hal pemahaman Bahasa Anak
tunagrahita juga sama layaknya anak normal pada umumnya.
yang membedakan komunikasi anak normal dengan anak
tunagrahita adalah terletak pada komunikasi verbal dalam
mengungkapkan kata dan kalimat yang secara lengkap, jelas,
dan baik. Subyek tidak mampu mengungkapkan keinginan, ide,
maupun gagasannya karena artikulasi pengucapan yang tidak
kelas. Komunikasi non-verbal kemudian memberi fungsi
pelengkap agar lebih mudah mendapat informasi yang dimau
anak,menangkap informasi yang ingin disampaikan dari sang
anak orangtua dan guru dari anak usia dini tunagrahita perlu
melatih perkembangan kemampuan komunikasi verbal agar
mampu menunjang kemampuan komunikasi non-verbal sang
anak dalam menyampaikan informasi. Jadi kesimpulan dari
Penelitian ini sesuai dengan jurnal,untuk daftar pustaka hasil
penulisan jurnal atau catatan kaki sama dengan jumblah daftar
Pustaka.

Review jurnal II

Judul Penelitian POLA ASUH KERAS PADA AYAH DARI ANAK USIA
DINI : STUDI DESKRIPSI

Jurnal Jurnal Transformasi Edukasi: Media Publikasi ilmiah iptek Pendidikan


dan pembelajaran
Volume dan halaman Vol 46, No 2, 2019 hal 163-180
Tahun Terbit 2014
Penulis Indra Yohanes Kiling, Beatriks Novita Bunga
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggal Review 15 November 2021
Pendahuluan pada jurnal ini sangat jelas dalam menerangkan apa yang terkandung
dalam jurnal ini.Dibagian abstrak ini juga memuat apa yang yang mau
dibahas dan dianalisis dalam jurnal ini.Dijelaskan bahwa jurnal ini
membahas analisis mengenai Pola Asuh Keras Pada Ayah dari Anak
Usia Dini di Nusa Tenggara Timur kususnya kota kupang. Studi ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pola asuh keras dari
ayah di Kota Kupang.
Metode Penelitian Dalam penelitian sudah dijelaskan secara rinci tentang Pola asuh
Keras Pada Ayah Dari Anak Usia Dini Pada metode penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif. penelitian deskriptif
yang berfokus dalam penggambarkan atau menjelaskan suatu
fenomena, kegiatan atau situasi yang terjadi,sedangkan Penelitian
kuantitatif ialah penelitian yang didasarkan pada pengukuran variabel
untuk memperoleh nilai numenaritikal yang disampaikan melalui
analisis statistik untuk membuat simpulan dan interpretasi. Hasil
penelitian diolah dengan pendekatan analisis teoretik-deskriptif yang
menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang diolah
dengan metode statistika, dalam hal ini adalah frekuensi keterlibatan
para ayah dalam mengasuh dan berinteraksi langsung dengan anak di
Kota Kupang. Statistika deskriptif ditujukan untuk mencari proporsi
maupun frekuensidari karakteristik partisipan penelitian.
Metode penelitian yang dipakai sudah sangat jelas dan
menggabungkan hasil analisis dari poin terpenting yang ada dalam
penjelasan pendahuluan ini untuk mencocokan dengan penelitian
yang akan dilakukan.
Pembahasan Penelitian Dalam kuisioner penelitian terdapat 10 pernyataan tentang pola
asuh keras ayah terhadap anak usia dini. Beberapa pernyataan
tersebut adalah sebagai berikutn :
1. Saya memberi hukuman fisik seperti mencubit, menjewer
telinga, dan memukul pantat.
2. saya mengacuhkan keinginan anak untuk membeli mainan dan
makanan kesukaannya jika anak berbuat salah.
3. Saya membentak ketika anak sedang marah.
Hasil Analisis Data
Dilihat dari umur ayah dari 159 responden, jumlah responden
terbanyak pada usia dewasa awal 103 orang dengan persentasi
64.77%. Usia dewasa menengah sebanyak 55 orang (34.59%).
Partisipan terendah pada ayah yang berusia lanjut 1 orang
(0.62%).
• Pada tebel ke-2 dan ke-3 ayah berada pada kategori
sedang dengan partisipan terbanyak pada masa dewasa awal.
Dilihat dari ketegori berdasarkan 159 orang responden jumlah
terbanyak pada kategori sedang 58 orang sebesar 36.47% yang
terdiri dari 2 polisi, 31 wiraswasta, 9 PNS, 8 swasta. Sopir dan
nelayan masing-masing 3 orang serta TNIdan buruh berjumlah
masing-masing 1 orang. Diikuti oleh kategori rendah 57 orang
(35.84%) terdiri dari wiraswasta dan swasta 15 orang.
• Pada tanbel ke-4 dan ke-5 Pada tabel di atas menunjukan
dari 159 responden, penerapan pola asuh keras dilihatdari
pendidikan ayah jumlah responden terbanyak dari pendidikan SD
12 orang (7.54%),SMP 18 orang (11.32%). Pedidikan SMA 79
orang (49.64%), pendidikan terakhir diploma 6 orang (3.77%).
Pendidikan terakhir S1 43 orang (20.04%), S2 1 orang (0.62%).
Jumlah responden terbanyak dari pendidikan SMA dan terendah
dari pendidikan S3. Pada kategori sangat tinggi 7 partisipan
(4.40%) dengan jumlah terbanyak pada pendidikan SD, SMA
dan S1 berjumlah 2 orang. Jumlah terendah pada jenjang
pendidikan diploma dan S3 berjumlah 0. Kategori sangat rendah
13 partisipan (8.17%).Kategori sangat rendah 13 partisipan
(8.17%).Tabel di atas menunjukan suku yang terbanyak dari
Timor 66 orang (41.50%), selanjutnya dikuti dengan suku Flores
sebanyak 32 orang (20.12%). Suku Alor dan Rote masing-
masing berjumlah 16 orang (10.06%). Partisipan dari suku Jawa
sebanyak 6 (3.77%) orang. Untuk suku Sumba, Batak dan
Ambon masing-masing memiliki jumlah 4 orang (2.51%). Suku
Bugis berjumlah 3 orang (188%). Suku Bima dan Timor Leste
masing-masing sebanyak 2 orang (1.25%). Suku dengan jumlah
subjek paling sedikit 1 orang (0.62%) yaitu Sumbawa dan
Semau. Tabel ini menunjukkan bahwa partisipan terbanyak
berasal dari suku Timor dan paling sedikit dari Sumbawa dan
Semau. Pola asuh keras atau pemberian hukuman pada anak usia
dini masih sering terjadi di Indonesia khususnya di Kota Kupang.
• Sedang pada tebel ke-6 dan ke-7 Dilihat dari data yang
didapat
mengenai penerapan pola asuh keras pada anak usia dini di Kota
Kupang menunjukan hasil yang cukup baik. Rata-rata dari
keseluruhan data yang diperoleh dari 159 responden ayah di Kota
Kupang menerapkan pola asuh keras pada kategori
sedang dengan 58 orang (36.47%).Hal ini akan memiliki dampak
baik pada perkembangan anak seperti dijelaskan oleh hasil
penelitian Kasuma (dalam Briawan & Herawati, 2008) di Nusa
Tenggara Timur yang menunjukkan bahwa peran ayah dalam
pengasuhan mempunyai pengaruh nyata pada tingkat
perkembangan anak. Dilihat dari kategori ayah yang menerapkan
pola asuh keras pada anak dari 159 responden, jumlah tertinggi
terdapat pada kategori sedang dengan partisipan terbanyak dari
usia dewasa awal. Pada masa ini orangtua masih terkadang
melakukan pendisiplinan fisik. Selain itu hal ini juga
berhubungan dengan kaitan bahwa ayah yang memiliki anak
dalam usia dini adalah ayah yang berada pada usia dewasa awal,
usia yang ideal untuk melakukan pernikahan. Menurut Erik
Erikson (Santrock, 2007) usia sekolah adalah usia dimana dunia
sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul
dengan teman sebaya, guru dan orang dewasa lainnya. Pada usia
ini keingintahuannya menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan
dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan.
Kecenderungan untuk lepas dari keluarga ini yang dapat
menciptakan kerenggangan interaksi dari ayah dan anak sehingga
anak lebih rentan untuk tidak mematuhi perintah
orangtua, meningkatkan peluang untuk mendapatkan hukuman.
Temuan ini memperlihatkan bahwa anak tunggal lebih sedikit
memiliki kemungkinan untuk diperlakukan dengan pola asuh
keras oleh ayahnya. Sedangkan terkait suku, rata-rata suku
tersebar merata pada kategori sedang tanpa ada perbedaan yang
mencolok.
Hasil dan pembahasan dalam jurnal ini, dijelaskan senagat jelas
urain penjelasan terhadap tiap-tiap tabel juga, sudah dijelaskan
dan diuraikan satu persatu dapat disimpulkan bahwa Rangkaian
penjelasan di atas memperlihatkan bahwa secara keseluruhan
ayah di Kota Kupang memiliki pola asuh keras yang seimbang di
level sedang dan rendah, memperlihatkan kemungkinan bahwa
adanya pemahaman untuk melakukan pengasuhan tanpa tindakan
yang menyakiti dari
ayah, atau juga ada kemungkinan bahwa ayah tidak mengisi
kuesioner sesuai dengan keadaan sebenarnya yang juga
merupakan salah satu keterbatasan dari penelitian kuesioner. Jika
asumsi pertama dipakai, maka jumlah kasus kekerasan anak di
Kupang yang marak (Timor Express,2015) tidak terkait erat
dengan pola asuh keras dari ayah, namun jika asumsi kedua yang
dipakai maka penelitian selanjutnya diperlukan untuk lebih
menggali perilaku pola asuh keras dari ayah
dalam kaitannya dengan risiko kekerasan kepada anak usia dini.
Hasil yang dituliskan dalam jurnal ini sudah sangat jelas karena
disusun secara teratur dari poin- poin penting yang dijelaskan,
dan analisis dalam eterhadap tabel sudah diuraikan dengan baik
sehingga para pembaca dapat memehami maksud yang ada
dalam tiap;tiap tabel serta dapat menjawab pertanyan yang ada
dalam jurnal ini
Keuggulan/kelebihan kelebihan pada bagian ini yaitu sistematika penulis sangat baik dan
penjelasan pada tiap kalimat mudah dipahami.
Kelemahan/Kekurangan Sedangkan kekurangan pada pendahuluan ini sendiri tidak ada karena
hampir sepenuhnya disususn dengan baik seanalisis dan sesederhana
mungkin sehingga dapat dipahami apa yang dimuat dalam jurnal ini

Review jurnal III

Judul Penelitian Pengukuran dan fakta kualitas hidup pada orang usia lanjut
Jurnal Health and Behavioral Science
Volume dan halaman Vol.1,No.3 , September 2019 Halaman. 149-165
Tahun Terbit September 2019
Penulis C Beatriks Novianti Bunga & Indra Yohanes Kiling
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggal Review 15 November 2021
Pendahuluan Di dalam paragraf ini berisi pengertian kualitas hidup yang telah
dipertimbangkan dengan konsep kualitas hidup yang kompleks
dan perlu menyesuaikan dengan konteks populasi, definisi
umum dari WHO, definisi komponen dengan sifat multi-
dimensional, dan definisi khusus untuk memperuncing konteks
kualitas hidup ke dalam lansia, maka kualitas hidup dapat
disimpulkan sebagai persepsi lansia terhadap posisi mereka di
kehidupan dalam konteks internal seperti fisik, psikologi, dan
eksternal seperti hubungan sosial, dan lingkungan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan keadaan sebuah
kelompok rentan di desa Ongulero, Kabupaten Sigi, Provinsi
Sulawesi Tengah dan untuk merekomendasikan intervensi yang
dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan di desa tersebut.
Pembahasan Penelitian Selanjutnya penulis akan memaparkan faktor, indikator serta
pengukuran konsep kualitas hidup pada lansia.
1. Faktor-faktor kualitas hidup
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup populasi umum
adalah faktor internal yakni kesehatan fisik dan kesehatan
psikologis, serta faktor eksternal yakni jejaring sosial dan
keadaan lingkungan. Kemudian faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup lansia yang tinggal di panti wreda
meliputi demografi, situasi sosio-ekonomi, kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, jejaring sosial, gaya hidup dan aktivitas,
kejadian hidup traumatik, dan perawatan; selanjutnya faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia secara global
meliputi kepuasan subjektif, lingkungan fisik, lingkungan sosial,
sosio-ekonomi, budaya, status kesehatan, kepribadian, dan
otonomi pribadi.
2. Indikator Kualitas Hidup
Indikator dari konsep kualitas hidup bervarisasi. Makanya
indikator kualitas hidup untuk lansia disarankan menyesuaikan
dengan faktor-faktor kualitas hidup yang dipakai dalam
penelitian, dengan mempertimbangkan budaya masyarakat
sekitar, dalam hal ini mempertimbangkan indikator kualitas
hidup yang sesuai dengan lansia yang tinggal di Indonesia
dengan kemampuan fisik dan psikologis yang terbatas akibat
pertambahan usia.
3. Pengukuran kualitas hidup
Alat ukur kualitas hidup yang baik untuk lansia adalah alat ukur
WHOQOL-Bref(World Heath Organization Quality Of Life-
Bref) yang memiliki 4 kawasan utama yaitu kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, relasi sosial, dan lingkungan(Brajkovic
dkk,2009).
Keunggulan/Kelebihan Kelebihan dari jurnal ini adalah penggunaan teori dan referensi yang
sangat jelas sehingga mudah dipahami secara runtut. Selain itu,
penulisjuga menggunaka referensi jurnal yang cukup banyak dan
mendetail.
Kekurangan/Kelemahan Kelemahan dari jurnal ini adalah tidak dijelaskan atau memaparkan
tentang penelitian yang dilakukan penulis dalam pembuatan
ataupengembangan jurnal ini.

Kesimpulan Kualitas hidup pada lansia merupakan sebuah variabel yang telah
dieksplorasi oleh berbagai ahli dari berbagai latar belakang ilmu.
Pemenuhan tingkat kualitas hidup yang tinggi akan membantu lansia
untuk memperoleh kebahagiaan dalam masa hidupnya. Pemenuhan
kualitas hidup harus mempertimbangkan faktor internal maupun
eksternal dari individu. Indikator kualitas hidup lansia harus
mempertimbangkan budaya masyarakat sekitar agar lebih akurat.
Sedangkan alat ukur kualitas hidup telah memiliki satu acuan baku
yakni WHOQOL-BREF yang dikembangkan oleh WHO.

Review Jurnal IV

Judul Penelitian Tinjauan Anak Terhadap Kekerasan


Jurnal Journal of Health and Behavioral Science
Volume dan Halaman Vol.1, No.2, June 2019, pp. 83~97
Tahun 2019
Penulis Beatriks Novianti Bunga & Indra Yohanes Kiling
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggla Review 15 November 2021
Pendahuluan Persepsi adalah tentang bagaimana kita menerima stimulus dari
lingkungan dan bagaimana kita memproses stimulus tersebut.
Persepsi biasanya dimengerti sebagaimana informasi yang
berasal dari organ yang terstimulus, termasuk bagaimana
informasi tersebut diseleksi, ditata, dan ditafsirkan. Pendek
kata, persepsi mengacu pada proses dimana informasi inderawi
diterjemahkan. Persepsi bersifat sangat individual
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah ini membahas konsep dari persepsi
serta konsep kekerasan serta mengkaitkannya dalam konteks
anak.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal tersebut adalah
lebih memfokuskan pada analisis mengenai kekerasan pada
anak.
Pembahasan Penelitian Persepsi menurut Rakhmat (1998) adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
tertentu.Senada dengan hal tersebut Atkinson et al., (1991)
mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam
lingkungan

Persepsi bersifat sangat individual. Ahmadi (1983),


menegaskannya sebagai
faktor yang menentukan terbentuknya sikap terhadap sesuatu
objek maupun perilaku tertentu, sehingga setiap individu akan
memberikan arti kepada stimulus dengan carayang berbeda
meskipun objek yang dilihatnya sama.

Aspek perkembangan masa kanak-kanak akhir


Secara fisik, koordinasi motorik halus dan kasar semakin
sempurna. Mereka mulai menyukai permaianan yang lebih
menantang dan selalu berusaha untuk berkompetisi.
Perkembangan kognitif anak pada usia ini berada pada tahap
operasional kongkret.

Pengertian kekerasan
Sejak diangkat menjadi isu global oleh PBB tahun 1989 dalam
Convention on the Rights of the Child (CRC) atau Konvensi
Hak Anak (KHA), terminologi kekerasan terhadap anak tidak
didefenisikan secara tegas. Namun hanya menyebutkan
bentukbentuk tindakan kekerasannya saja.

Bentuk-bentuk kekerasan
1) Kekerasan Fisik / Physical Abuse
2) Kekerasan Emosional/ Emotional Abuse
3) Kekerasan Seksual/ Sexual Abuse
4) Pengabaian/ Penelantaran (Neglect)

Faktor-faktor penyebab kekerasan


Terjadinya kekerasan terhadap anak disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya kekerasan
terhadap anak menurut Nida (2004) antara lain immaturitasi/
ketidakmatangan orangtua, kurangnya pengetahuan bagaimana
menjadi orangtua, harapan yang tidak realistis terhadap
kemampuan dan perilaku anak, isolasi sosial, problem rumah
tangga, serta problem obat-obat terlarang dan alkohol.

Keunggulan/Kelebihan Dari penelitian ini saya saya mendaptkan informasi lebih


mengenai kekerasan pada anak yang dimana belum tentu saya
dapatkan pada internet dsb.
Kekurrangan/Kelemahan Saya kurang memahami bagian bagaiaman aleternatif penangan
keadaan rentan ini
Kesimpulan Penelitian terkait kekerasan anak dan persepsi anak terhadap
kekerasan bukan hanya akan memperkaya dari sisi keilmuan,
namun akan mampu mengedukasi masyarakat untuk menjauhi
perbuatan yang mengandung kekerasan terhadap anak.
Review Jurnal V

Judul Penelitian Motif, Dampak Psikologis Dan Dukungan Pada Korban


Perdagangan Manusia
Di Nusa Tenggara Timur.
Jurnal Jurnal Psikologi Ulayat
Volume dan Halaman -
Tahun 2019
Penulis Indra Yohanes Kiling & Beatriks Novianti Bunga
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggal Review 17 November 2021
Pendahuluan Pemerintah Indonesia mendefinisikan perdagangan manusia
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Pasal 1 sebagai
tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memeroleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam
negara maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan orang tereksploitasi (Undang-Undang Republik
Indonesia, 2007). Perdagangan manusia beroperasi dengan
subur di daerah yang membutuhkan banyak pekerjaan
(Petrunov, 2014) dan yang marak dengan praktik prostitusi
(Cho, Dreher, & Neumayer, 2013). Area negara-negara
berkembang seperti ASEAN membutuhkan banyak pekerjaan
sehingga rawan akan perdagangan manusia (Ismail, 2018).
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah dimana pembahasan secara mendetail
mengenai perdagangan manusia yang beroperasi subur serta
untuk memahami untuk memahami fungsi psikologis.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisis.
Point Penting Perdagangan manusia bukanlah masalah baru, termasuk di Asia
Tenggara dan salah satunya di Indonesia. Perbudakan era
modern ini telah mendapat julukan sebagai ‘aib internasional’
(international shame). Sebagai topik yang penting di mata dunia
internasional, perdaganganmanusia menarik perhatian berbagai
macam kalangan, mulai dari pemerintah, lembaga
nonpemerintah, sampai kepada selebriti yang sering bertindak
sebagai penyelamat korban (Haynes,2014). Masalah ini begitu
lama menggerogoti peradaban manusia, namun juga belum
berhasil ditangani dengan baik (Rafferty, 2007). Definisi
perdagangan manusia dibangun secara berbeda oleh beberapa
Keunggulan/Kelebihan Dari penelitian ini kita bisa menjelaskan bagaimana
menganalisis mengenai perdagangan manusia yang beroperasi
dengan baik..
Kelemahan/Kekurangan Ada beberapa kata serta kalimat yang asing sehingga akan
sedikit menyulitkan bagi peneliti dan juga pembaca untuk
memehami dikarenakan tidak dijelaskan secara rinci.
Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian, dapat dilihat bahwa motif
ekonomi, keluarga, sosial, serta paksaan menjadi motif utama
yang mendorong wanita untuk menjadi TKW ilegal dan
menjadi korban perdagangan manusia.

Review jurnal VI

Judul Penelitian Tinjauan Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin pada Kualitas
Hidup Orang Usia Lanjut

Volume dan Halaman -


Tahun 2018
Penulis Indra Yohanes Kiling & Beatriks Novianti Bunga
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggal Review 17 November 2021
Pendahuluan Tempat tinggal sebagai ruang yang didiami atau ditempati.
tempat tinggal lansia di Indonesia secara keseluruhan dibagi
menjadi dua yakni rumah sendiri dan institusi sosial seperti
panti wreda. Rumah (house) menurut New Oxford American
Dictionary (2011) adalah sebuah bangunan untuk tempat
tinggal manusia, terutama untuk individu yang tinggal dalam
sebuah keluarga atau dalam kelompok kecil. KBBI (2011)
mengartikan rumah sebagai bangunan untuk tempat tinggal.
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah membahas tempat tingga bagi
Hidup Orang Usia Lnajut.
Metode Penelitian Metode penelitian dalah menganalisis terkaitnya tempat tinggal
para lansia.
Pembahasan Penelitian Tempat tinggal (home) diartikan oleh New Oxford American
Dictionary (2011) sebagai tempat seseorang tinggal secara
permanen, terutama sebagai anggota dari keluarga. Tempat
tinggal lansia di Indonesia adalah dalam rumah sendiri dan
panti wreda, sedangkan rumah diartikan sebagai bangunan
tempat tinggal manusia, panti wreda diartikan sebagai institusi
yang menyediakan tempat tinggal, layanan kesehatan fisik
maupun psikologis terutama untuk lansia. Maka dapat
disimpulkan tempat tinggal berarti tempat seseorang untuk
tinggal dan hidup secara permanen dan memperoleh akomodasi
yang menyediakan kebutuhan-kebutuhannya.
1. Tempat Tinggal dan Kualitas Hidup
WHO (Carr, 2003) menjabarkan bahwa hubungan
individu dengan fitur lingkungan serta tempat tinggal
mereka akan mempengaruhi kualitas hidup dari
seseorang. Lingkungan dan kondisi tempat tinggal akan
membuat individu mampu menjadi dirinya sendiri
dengan melakukan kebiasaan-kebiasaannya, fungsi
sosial mereka, dan peran mereka dalam masyarakat
sehingga akan berdampak pada kualitas hidup yang
mereka miliki (Vaarama dkk, 2008).
2. Pengertian Jenis Kelamin
Peran individu dalam keluarga di Indonesia berbeda
berdasarkan jenis kelamin mereka, laki-laki memiliki
peran sebagai kepala rumah tangga dan mendominasi
aktivitas sosial serta agama; perempuan memiliki peran
sebagai istri dan ibu, dan mendominasi kehidupan
domestik dalam tempat tinggal dan sebagai pengatur
keuangan. Perbedaan peran ini yang mendasari
perbedaan pencapaian kualitas hidup dari seseorang
(Forshee, 2006). Jenis Kelamin (Sex) menurut New
Oxford American Dictionary (2011) berarti salah satu
dari dua kategori utama (laki-laki dan perempuan) yang
membagi manusia dan kebanyakan makhluk hidup lain
berdasarkan fungsi reproduksi mereka. jenis kelamin
dibedakan berdasarkan fungsi reproduksi yang
kemudian membedakan karakteristik fisik dan
psikologis individu tersebut. Jenis kelamin terbagi
menjadi jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin
perempuan.
3. Jenis Kelamin dan Kualitas Hidup
Jenis kelamin merupakan salah satu dari determinan
kualitas hidup yang bersifat spesifik pada individual,
perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi fungsi
fisiologis serta psikologis dari individu sehingga akan
berdampak pada kualitas hidup dari individu tersebut
(Carr, 2003). Individu dengan jenis kelamin tertentu
akan memiliki fungsi reproduksi tertentu yang
mempengaruhi fungsi fisik dan fungsi psikologis dari
individu tersebut sehingga membedakan individu dalam
mencapai kualitas hidup.
Keunggulan/Kelebihan Dari penelitian ini saya saya mendaptkan informasi lebih
mengenai tempat tinggal untuk lansia.
Kelemahan/Kekurangan Ada beberapa kata asing yang tidak saya ketahui karena tidak
jelaskan.
Kesimpulan Tempat tinggal dari lansia memiliki kontribusi terhadap kualitas
hidup mereka. Interaksi di tempat tinggal dengan orang lain
serta fasilitas penunjang aktivitas sehari-hari mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Jenis kelamin mempengaruhi fungsi
reproduksi yang selanjutnya berpengaruh terhadap fungsi fisik
dan psikologis lansia yang kemudian membedakan pencapaian
kualitas hidup lansia.

Review Jurnal VII

Judul Penelitian Karakteristik Prososial Anak Autis Usia Dini Di Kupang


Jurnal Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Din
Volume dan halaman Volume 3, Nomor 1, April 2016, hal 1-75
Tahun 2016
Penulis Indra Yohanes Kiling & Beatriks Novianti Bunga
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggal Review 26 November 2021
Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian, prevelensi penderita autis di
Indonesia diperkirakan 4-5 anak per 10.000 kelahiran. Penelitian
lain seperti yang dikutip dari pusat percontohan khusus autis di
Indonesia mengatakan bahwa jumlah penderita autis di
Indonesia sebesar 475 orang.
Tingkat kehadiran sekolah pada anak dengan disabilitas
diprediksi lebih rendah dibandingkan anak lain. Apalagi anak
usia dini berkebutuhan khusus.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
karakteristik prososial anak autis berusia dini.
Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
pengambilan data menggunakan observasi dan wawancara.
Pembahasan Penelitian Autisme adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan
berpengaruh terhadap komunikasi verbal, non verbal serta
interaksi sosial, yang berpengaruh terhadap keberhasilannya
dalam belajar.
Anak Autis mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi,
interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi
sebagai berikut: (Suryana dalam Ratnadewi, 2008; Rahcmayanti,
2008; Setiawan, 2010):
A. Komunikasi
1. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
2. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah
bicara tapi kemudian sirna.
3. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
4. Mengoceh tanpa arti berulangulang dengan bahasa yang
tidak dapat dimengerti orang lain.
5. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi.
6. Senang meniru atau membeo (echolalia). Bila senang
meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut
tanpa mengerti artinya.
7. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau
sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
8. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan
apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta
sesuatu.
B. Interaksi sosial
1. Penyandang autistik lebih suka menyendiri.
2. Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari
untuk bertatapan.
3. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.
4. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.

C. Gangguan sensoris
1. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka
dipeluk.
2. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
3. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau
bendabenda.
4. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

D. Pola bermain
1. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
2. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
3. Tidak kreatif, tidak imajinatif.
4. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda
dibalik lalu rodanya diputar-putar.
5. Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin,
roda sepeda.
6. Dapat sangat lekat dengan bendabenda tertentu yang
dipegang terus dan dibawa kemana-mana.

E. Perilaku
1. Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan
(deficit).
2. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti
bergoyanggoyang, mengepakan tangan, berputar-putar
dan melakukan gerakan yang berulang-ulang.
3. Tidak suka pada perubahan.
4. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.

F. Emosi
1. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawatawa,
menangis tanpa alasan.
2. Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang
tidak diberikan keinginannya.
3. Kadang suka menyerang dan merusak.
4. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya
sendiri.
5. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan
orang lain.

Meskipun masalah utama anak autis yaitu pada kemampuan


melakukan pendekatan sosial, akan tetapi sesekali mereka
menerima ajakan teman lain apabila permainan yang ditawarkan
cocok dengan dunianya. Kegiatan ini juga nampak pada anak S.
Meskipun tidak nampak banyak kerjasama yang dia lakukan,
akan tetapi dia sesekali mau bermain dengan teman sebayanya.
Keunggulan/kelebihan Dari penelitian ini saya saya mendaptkan informasi lebih
mengeai anak usia dini yang mengalami autisme dan juga
penggunaankatakata dalam setiap kalimat sudah baik.
Kelemahan/kekurangan Kelemahan dalam jurnal ini adalah bagian pemilihan ukuran
huruf (font) terlalu kecil sehingga sedikit menyulitkan peneliti.
Kesimpulan Anak usia dini autis membutuhkan bimbingan, penanganan serta
dukungan dari orang terdekat agar mereka tidak merasa
dikucilkan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma
masyarakat sekitar. Intervensi yang ditujukan untuk membangun
perilaku yang diinginkan juga dapat dilakukan asal dengan
dukungan penuh dari orang terdekat anak tersebut. Penelitian
selanjutnya disarankan untuk menggali lebih jauh karakteristik
perkembangan anak usia dini dengan autis lainnya untuk
menambah kolam hasil penelitian (pool of evidence).

Review Jurnal VIII

Judul Penelitian Meningkatkan empati menggunakan media bercerita dengan


boneka tangan pada aak usia dini di Rumah Belajar Lentera.

Jurnal Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA


Volume dan halaman Vol. 5, No. 2, 114-124
Tahun Terbit 2016
Penulis Beatriks Novianti Bunga & Indra Yohanes Kiling
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggal Review 20 November 2021
Pendahuluan Empati pada umumnya didefenisikan sebagai proses respon
emosional seseorang terhadap pengalamannya juga proses
mengerti dan memahami dari perspektif orang lain mengenai
emosi yang terjadi dan rasakan (Sağkal, 2012). Empati berperan
penting dalam pembentukan ketrampilan sosial seorang anak.
Tujuan Penelitian .Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami empati anak-anak
setelah mereka bercerita tentang cerita rakyat dengan
menggunakan boneka di depan teman-teman mereka.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan menggunakan penelitian
tindakan kelas.
Pembahasan Penelitian Sebelum dilakukan tindakan dilakukan pre-test untuk
mengetahui anak kondisi anak (pra siklus) responden dalam
penelitian. Pemberian pre test dilakukan untuk mengetahui
kemampuan empati anak yang berkaitan dengan cognitive
empathy, emotional empathy dan empathy concern sebelum
diberikan perlakuan. Ketiga aspek tersebut diturunkan dalam
enam indikator utama.

Pra Siklus
Berdasarkan hasil obeservasi sebelum
siklus dapat dilihat bahwa:
a. Dari kelima responden yang
akan diberi tindakan menunjukkan
belum ditampilkannya perilaku
empati yang konsisten atau yang
sesuai dengan kriteria ketuntasan
perkembangan. Rata-rata perilaku
yang muncul pada saat pembelajaran
sebelum tindakan hanya 11.2. Ini
berarti hanya 46 % perilaku empati
yang ditunjukkan bila dibandingkan
dengan yang diharapkan.
b. Jika dijabarkan per indikator,
maka untuk indikator distinguished
emotions rerata yang diperoleh
adalah 1.8 atau hanya 16 % perilaku
yang ditunjukkan anak
berada dibawah kriteria atau belum menunjukkan perilaku
kemampuan mengenali emosi teman atau jarang. c. Untuk
perilaku cheering others friend when thay were sad, dapat
dilihat bahwa anak juga masih menunjukkan perilaku ini 1-
2 kali saja atau hanya 1.6 atau 14% dari perilaku yang
diharapkan muncul secara konsisten.
d. Rerata perilaku Sharing adalah 2 atau 19 % dari
perilaku konsisten yang diharapkan atau perilaku yang
muncul sudah berkisar dari 1-4 kali.
e. Rerata untuk perilaku helping adalah 2.2 atau 19%
dari perilaku yang diharapkan atau anak sudah
menunjukkan perilaku helping ini 1-4 kali.
f. Untuk perilaku giving forgiveness dapat di lihat
bahwa reratanya 1.8 atau 16% atau 1-2 kali saja perilaku
memaafkan itu dimunculkan anak pada saat berinteraksi.
g. Sedangkan untuk perilaku asking apologize
diperoleh rerata 1.8 atau 16% atau1-2 kali saja perilaku
meminta maaf ini dimunculkan oleh anak.
Berdasarkan hasil pra siklus di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku empati kelima anak di Rumah Belajar Lentera Alam ini
masih rendah. Rata-rata kemunculan hanya berkisar 1-2 kali atau
ada dalam kriteria kadang tampak dan hanya seorang responden
saja yang memunculkan perilaku empati berkisar 3-4 kali atau
berada dalam kriteria sering muncul.

Refleksi Siklus 1
Siklus 1 ini secara keselurahan berjalan sesuai dengan rencana.
Berdasarkan hasil pengamatan terjadi peningkatan perilaku
empati dari level belum muncul ke level jarang muncul yang
berarti perilaku itu baru muncul 1-2 kali saja.
Siklus kedua
Siklus II ini berlangsung pada hari
berikutnya. Dengan memperhatikan hasil
refleksi hari pertama, semua alat dan bahan
serta ketrampilan bercerita di persiapkan
oleh guru.
Keunggulan/Kelebihan Kelebihan dalam jurnal ini adalah membahas penelitian dengan
baik dan juga penggunaan tanda baca sudah baik dan benar.
Kekurangan/Kelemahan Kelemahan dalam jurnal tersebut ada pada bagian pra siklus
yang dimana menggunakan kata atau bahasa asing sehingga
menyulitkan peneliti yang tidak begitu mahir dalam bahasa
asing.
Kesimpulan Dari hasil pelaksanaan tindakan yang dilakukan sebanyak dua
kali dengan menggunakan media cerita lisan menggunakan
boneka dan mengunakan cerita rakyat suku sabu (suku dari
kelima anak tersebut) diperoleh peningkatan kemampuan empati
pada kelima anak tersebut yaitu dari 46 % kemunculan perilaku
empati meningkat menjadi 93% kemunculan perilaku setelah
siklus II.

Review Jurnal IX

Judul Penelitian Identifikasi afeksi paternal pada ayah dari anak usia dini di kota
kupang

Jurnal Jurnal ilmiah


Volume dan Halaman Vol. 11, No. 1,
Tahun 2016
Penulis Beatriks Novianti Bunga, Indra Yohanes Kiling, Friandry
Windisany Thoomaszen, & Fitriany Karunia Muh. Wangge.
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggla Review 20 November 2021
Pendahuluan keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung
jawab terhadap keberhasilan pendidikan anak. Pada era
modernisasi ini, pengasuhan yang awalnya lebih identik dengan
tanggung jawab seorang ibu kini juga merupakan tanggung
jawab seorang ayah. Hal ini didukung dengan banyaknya
jumlah ibu yang bekerja maka cenderung tugas pengasuhan
anak diserahkan kepada ayah.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana afeksi
paternal serta kaitannya dengan faktor-faktor demografik
Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan penelitian analisis.
Pembahasan Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen skala Likert berupa
kuesioner tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan secara
emosional yang disusun untuk memperoleh data demografik
(pendidikan ayah, pekerjaan ayah, suku ayah, umur ayah, umur
anak, urutan lahir anak) dan juga untuk mengukur afeksi
paternal.

Setelah melakukan pengolahan data dengan tabulasi silang


berdasarkan isian data demografik beserta isian pada item-item
kuesioner, hasil penelitian akan dijabarkan dalam empat buah
tabel. Dapat dilihat di tabel 1 bahwa dari 158 partisipan
penelitian, sebanyak 32,91% memiliki tingkat afeksi paternal
tinggi, sedangkan 31,01% peserta lainnya memiliki tingkat
afeksi paternal yang sangat tinggi. Hal ini memperlihatkan
bahwa para ayah di Kota Kupang menunjukkan kemampuan
pengasuhan anak dari sisi emosional yang tinggi dan sangat
tinggi.

pengasuhan diartikan sebagai seberapa besar usaha yang


dilakukan oleh seorang ayah dalam berpikir, merencanakan,
merasakan, memperhatikan, memantau, mengevaluasi,
memikirkan serta berdoa bagi anaknya.

Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa selain


pendidikan dan pekerjaan ternyata afiliasi pada suku tertentu
menunjukkan pola yang menarik secara statistik.
Keunggulan/Kelebihan Kelebihan dalam penelitian ini adalah dimana penggunaaan
bahasa, kalimat, penjelasannya sudah baik.
Kekurrangan/Kelemahan Kekurangan dalam jurnal tersebut adlah pemilihan font sehingga
akan menyulitkan peneliti.
Kesimpulan Hal ini didukung dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa
dari 158 partisipan lebih dari setengah yakni sekitar 63, 92%
memiliki tingkat afeksi paternal yang tinggi dan sangat tinggi.

Review jurnal X

Judul Penelitian Gambaran penerimaan orang tua anaka usia dini berkebutuhan
khusus di nusa tenggara timur.

Tahun 2014
Penulis Beatriks Novianti Kiling-Bunga, Indra Yohanes Kiling. &
Edwardus Rudi Yano Dolu.
Reviewer Vini Gracia Borang
Tanggla Review 20 November 2021
Pendahuluan Penerimaan diri menurut Hurlock (1997) adalah suatu tingkat
kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala
karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima dirinya
diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan
dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap
diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki
kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Penerimaan
orangtua yaitu suatu efek psikologis dan perilaku dari orangtua
pada anaknya seperti rasa sayang, kelekatan, kepedulian,
dukungan dan pengasuhan dimana orangtua tersebut bisa
merasakan dan mengekspresikan rasa sayang kepada anaknya.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penerimaan
orang tua anak usia dini berkebutuhan khusus di Nusa Tenggara
Timur.
Metode Penelitian Metode penelitian kualitatif deskriptif pada anak usia dini
berkebutuhan khusus di SDLB Negeri Pembina Kupang, Nusa
Tenggara Timur.
Pembahasan Penelitian Profil ketiga orang tua dari anak berkebutuhan khusus, antara
lain: orang tua dari anak tuna rungu keduanya adalah pekerja
keras dan sangat sibuk, anak yang mengalami katunaan tersebut
merupakan anak perempuan pertama dari 3 bersaudara, setiap
harinya anak ini dititipkan dirumah nenek dan kakeknya ketika
kedua orang tua pergi bekerja. Keadaaan tersebut sungguh
berbeda dengan yang dialami oleh anak tuna grahita, dimana
kedua orang tuanya terpisah (broken home), kebiasaan hidup
bersama sang ibu, membuat anak lebih dekat/menganggap ibu
adalah orang dan teman terdekatnya. Ibunya berprofesi sebagai
ibu rumah tangga.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, orang tua dari


anak tuna rungu mampu mendengarkan berbagai pengalaman
tentang hal apa saja yang dilakukan anak selama seharian lewat
kegiatan berbagi cerita saat hendak tidur malam. Hal yang sama
pun terjadi pada anak tunalaras maupun tunagrahita, orang tua
mereka selalu menjadi pendengar yang baik walupun terkadang
apa yang mereka ucapkan sering kali tidak jelas.

Dari kisah itu orang tua dari si anak tunalaras, mengungkapkan


bahwa menjadi orang tua dari anak yang berkelainan mental
haruslah sabar, beliau menganggap bahwa adanya anak ini, mau
membuktikan bahwa Tuhan Ingin sekali melihat kesabaran dari
umatnya.
Keunggulan/Kelebihan Kelebihan dalam penelitian ini adalah menjelaskan,membahasa
dengan baik
Kekurrangan/Kelemahan Untuk kelemahan dalam jurnal ini saya belum mendpatkan
kelemahannya.
Kesimpulan Sikap penerimaan orang tua pada kondisi awal terhadap ABK
usia dini cenderung bersifat menolak dan tidak dapat menerima
kenyataan akan kecacatan yang dimilki anak, namun seiring
dengan adanya informasi dari luar dan pengetahuan tentang
ABK, membuat orang tua mulai memberikan sikap yang positif
terhadap anaknya.

Anda mungkin juga menyukai