Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN PADA SUB DAS LOGAWA

DI KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Evaluasi Sumberdaya Lahan


Yang Diampu Oleh Bapak Setya Nugraha, S.Si.,M.Si.

Disusun Oleh :
1. Alvin Eka Rahmawati (K5419006)
2. Anggun Luthfiani (K5419007)
3. Anita Purnamaningrum (K5419008)
4. Donny Offianda Hermawan (K5419017)
5. Evrina Rakhmanita (K5419023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Mata Kuliah
Evaluasi Sumberdaya Lahan dengan judul ” ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN PADA SUB DAS
LOGAWA DI KABUPATEN BANYUMAS”, yang diampu oleh Bapak Setya Nugraha, S.Si.,M.Si.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen dan teman-teman yang telah membantu
memberikan pemikiran terhadap proses penulisan makalah ini.
Penulis berharap semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan
yang baru bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tugas ini.
Surakarta, 4 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemiringan Lereng ........................................................................... 3
B. Kepekaan Erosi (K) ............................................................................ 4
C. Kepekaan Erosi (K) ............................................................................ 4
D. Kedalaman Tanah (k) ........................................................................ 5
E. Tekstur Tanah (t) ............................................................................... 5
F. Permeabilitas (P) ............................................................................... 5
G. Drainase (d)....................................................................................... 6
H. Batu-batuan dan Kerikil (b)............................................................... 6
I. Ancaman Banjir/ Genangan (O) ........................................................ 8
J. Salinitas (g) ........................................................................................ 8
K. Kerangka Berpikir .............................................................................. 9

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian ............................................................................ 10
B. Alat dan Bahan ................................................................................ 10
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 10
D. Analisis Data ................................................................................... 10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Satuan Lahan di Sub-DAS Logawa ............................ 12
B. Analisis Kemampuan Lahan di Sub-DAS Logawa ............................ 21
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum adalah suatu hamparan wilayah/kawasan
yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang berfungsi untuk menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-
anak sungai dan keluar pada satu titik. DAS terbagi menjadi tiga bagian, yaitu hulu, tengah
dan hilir.

Kemampuan lahan adalah penilaian atas kemampuan lahan untuk penggunaan


tertentu yang dinilai dari masing-masing faktor penghambat. Penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan kemampuannya dan tidak dikuti dengan usaha konservasi tanah yang
baik akan mempercepat terjadi erosi. Apabila tanah sudah tererosi maka produktivitas
lahan akan menurun (Arsyad 2010).

Pengklasifikasian lahan dimaksudkan agar dalam pendayagunaan lahan yang


digunakan sesuai dengan kemampuannya dan bagaimana menerapkan teknik konservasi
tanah dan air yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut.

Wilayah yang digunakan untuk penelitian yaitu Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS)
Logawa. Sungai Logawa mengalir dari lereng Gunungapi Slamet hingga bermuara di
Sungai Serayu. Wilayah penelitian meliputi sebagian dari Kecamatan Kedungbanteng,
Karanglewas, dan Cilongok. Penggunaan lahan di wilayah terdiri dari hutan, sawah,
permukiman, hutan, dan lahan terbuka. Dari penelitian sebelumnya dijumpai bahwa
penggunaan lahan yang ada tidak sesuai dengan fungsi kawasan penyangga sebesar
2.801,36 ha.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dilakukan penelitian untuk tentang


kemampuan lahan di Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Logawa.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana klasifikasi kelas kemampuan lahan di Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS)
Logawa?

1
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari peneliti sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui klasifikasi kelas kemampuan lahan di Sub Daerah Aliran Sungai (Sub
DAS) Logawa?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bentuklahan adalah bentukan bagian dari permukaan bumi yang mempunyai


bentuk khas sebagai akibat dari proses dan struktur batuan selama perióde tertentu
(Suprapto Dibyosaputro,1994).
Lahan adalah daerah di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu meliputi
biosfér, dan atsmosfer termasuk lapisan di bawahnya seperti tanah, geologi, hidrologi,
populasi tanaman dan binatang serta hasil kegiatan manusia masa lalu, sekarang, dan
akan datang (Sitanala Arsyad, 1989).
Satuan lahan adalah suatu area dari lahan yang mempunyai kualitas lahan dan
karakterisitik lahan tertentu yang dapat ditentukan batasnya dalam peta (Sitanala
Arsyad, 1989).
A. Kemiringan Lereng
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling
berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng dinyatakan
dalam derajat atau persen. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin
curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan demikian
memperbesar energi angkut air. Selain itu dengan makin miringnya lereng, maka butir-
butir tanah yang terpecik kebawah oleh tumbukan butir hujan semakin banyak.
Dengan demikian jika lereng permukaan tanah lebih curam maka kemungkinan erosi
akan lebih besar persatuan luas (Arsyad, 2010). Kemiringan lereng adalah
perbandingan antara beda tinggi (jarak vertikal) suatu lahan dengan jarak
mendatarnya. Besar kemiringan lereng dapat dinyatakan dengan beberapa satuan,
diantaranya adalah dengan % (persen) dan o (derajat). Menurut Suripin dalam Hanipah
(2005:16) Bentuk lereng yang dilihat dari permukaan tanahnya dapat berbentuk
cembung dan dapat berbentuk cekung. Berdasarkan pengamatan menunjukan bahwa
erosi lebar lebih lebar pada permukaan cembung dari pada permukaan cekung.
kemiringan lereng dan skor untuk masing-masing kelas ditunjukkan sebagai berikut :
A = 0 sampai ≤ 3% (datar)
B = >3 sampai 8% (landai atau berombak)
C = >8 sampai 15% (agak miring atau bergelombang)
3
D = >15 sampai 30% (miring atau berbukit)
E = >30 sampai 45% (agak curam atau bergunung)
F = >45 sampai 65% (curam)
G = >65% (sangat curam)
B. Kepekaan Erosi (KE)
Kepekaan erosi tanah yaitu mudah atau tidaknya tanah tererosi adalah fungsi
berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah (Arsyad, 1989). Tingkat erosi tanah
dapat diketahui dengan mengukur erodibilitas tanah. Erodibilitas adalah sifat tanah
yang menyatakan mudah atau tidaknya suatu tanah terhadap erosi, atau dengan kata
lain erodibilitas menunjukkan nilai kepekaan suatu jenis tanah terhadap daya
penghancur dan penghanyutan air hujan. Tanah dengan indeks erodibilitas tinggi
adalah tanah yang peka atau mudah tererosi, sedangkan tanah dengan indeks
erodibilitas rendah selalu diartikan bahwa tanah itu resisten atau tahan terhadap erosi
(Mulyani dan Kartasapoetra, 1991). Kepekaan erosi (KE) tanah (nilai K) dikelompokkan
sebagai berikut :
KE1 : 0,00 sampai 0,10 (sangat rendah)
KE2 : 0,11 sampai 0,20 (rendah)
KE3 : 0,21 sampai 0,32 (sedang)
KE4 : 0,33 sampai 0,43 (agak tinggi)
KE5 : 0,44 sampai 0,55 (tinggi)
KE6 : 0,56 sampai 0,64 (sangat tinggi)
C. Kerusakan Erosi (e)
Erosi adalah suatu peristiwa hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian
tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain ( Sitanala
Arsyad, 1989). Erosi berlangsung secara alamiah (normal atau geological erosion) yang
kemudian berlangsungnya itu dipercepat oleh beberapa tindakan atau perlakuan
manusia terhadap tanah dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Pada erosi alamiah
tidak menimbulkan malapetaka bagi kehidupan manusia atau keseimbangan
lingkungan, karena dalam peristiwa ini banyaknya tanah yang terangkut seimbang
dengan pembentukan tanah, sedangkan pada erosi yang dipercepat (accelerated
erosion) sudah dapat dipastikan banyak menimbukan kerugian kepada manusia

4
seperti: bencana banjir, kekeringan, turunnya produktivitas tanah dan lain-lain. Berikut
merupakan pengelompokan erosi yang telah terjadi :
e0 : tidak erosi
e1 : ringan, kurang dari 25% lapisan atas hilang
e2 : sedang, 25 sampai 75% lapisan atas hilang
e3 : agak berat, lebih dari 75% lapisan atas sampai <25% lapisan bawah hilang
e4 : berat, lebih dari 25% lapisan bawah hilang
e5 : sangat berat, erosi parit
D. Kedalaman Tanah (k)
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan
akar tanaman, yaitu kedalaman sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh
akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa lapisan padas keras (hard pan), padas
liat (clay pan), padas rapuh (fragi-pan) atau lapisan phlintite. Kedalaman efektif tanah
diklasifikasikan sebagai berikut :
k 0 : >90 cm (dalam)
k1 : 90-50 cm (sedang)
k 2 : 50-25 cm (dangkal)
k 3 : <25 cm (sangat dangkal)
E. Tekstur Tanah (t)
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas
tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia
tanah lainnya. Untuk mennetukan klasifikasi kemampuan lahan, tekstur lapisan atas
tanah (0-30 cm) dan lapisan bawah (30-60 cm) dikelompokkan sebagai berikut :
t1 : tanah bertekstur halus, meliputi tektur liat berpasir, liat berdebu, dan liat.
t 2 : tanah bertekstur agak halus, meliputi tekstur lempung liat berpasir, lempung
berliat, dan lempung liat berdebu.
t 3 : tanah bertekstur sedang, meliputi tekstur lempung, lempung berdebu, dan
debu.
t 4 : tanah bertekstur agak kasar,meliputi tekstur lempung berpasir, lempung
berpasir halus, dan lempung berpasir sangat halus.
t 5 : tanah bertektur kasar, meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir.
F. Permeabilitas (P)
5
Permeabilitas tanah dikelompokkan sebagai berikut :
P1 : lambat, <0,5 cm/jam
P2 : agak lambat, 0,5-2,0 cm/jam
P3 : sedang, 2,0-6,25 cm/jam
P4 : agak cepat, 6,25-12,5 cm/jam
P5 : >12,5 cm/jam
G. Drainase (d)
Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut :
𝑑0 : berlebihan (excessively drained), air lebih segera keluar dari tanah dan sangat
sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman akan segera mengalami
kekurangan air.
𝑑1 : baik, tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas
sampai ke bawah (150cm) berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat
bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu.
𝑑2 : agak baik, tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak
terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat, atau kelabu pada lapisan atas
dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60cm dari permukaan tanah).
𝑑3 : agak buruk, lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak
terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Bercak-bercak
ditemukan pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40cm dari permukaan
tanah).
𝑑4 : buruk, bagian bawah lapisan atas (dekat dengan permukaan) terdapat warna
atau bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
𝑑5 : sangat buruk, seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabi dan
tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna
kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu
yang lama sehingga menghambat pertumbuhan akar.
H. Batu-batuan dan Kerikil (b)
Bahan kasar dapat berada di dalam lapisan tanah atau di atas permukaan tanah.
Bahan kasar yang terdapat di dalam lapisan 20 cm atau di bagain atas tanah yang
berukuran lebih dari 2 mm dibedakan sebagai berikut :

6
• Kerikil : adalah bahan kasar yang berdiameter lebih besar dari 12 mm – 7,5 cm
jika berbentuk bulat atau sampai 15 cm sumbu panjang, jika berbentuk gepeng.
Kerikil di dalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut :
𝑏0 : tidak ada atau sedikit, 0% - 15% volume tanah
𝑏1 : sedang, 15% - 50% volume tanah
𝑏2 : banyak, 50% - 90% volume tanah
𝑏3 : sangar banyak, >90% volume tanah
• Batuan Kecil : merupakan bataun kasar berdiameter 7,5 cm – 25 cm jika berbentuk
bulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 cm – 40 cm jika berbentuk gepeng.
Banyaknya batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut :
𝑏0 : tidak ada atau sedikit, 0% - 15% volume tanah
𝑏1 : sedang, 15% - 50% volume tanah, pengolahan tanah mulai agak sulit dan
pertumbuhan tanaman agak terganggu.
𝑏2 : banyak, 50% - 90% volume tanah, pengolahan tanah sangat sulit dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
𝑏3 : sangat banyak, > 90% volume tanah, pengolahan tanah tidak mungkin
dilakukan dan pertumbuhan tanaman terganggu.
Batuan batuan besar di atas permukaan tanah ada dua macam, yaitu (1) batuan
lepas yang terletak di atas permukaan tanah (stone), dan (2) batuan yang terungkap
atau tersingkap di atas permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar
yang terbenam di dalam tanah (rock). Pengelompokan batuan di atas permukaan
tanah adalah sebagai berikut :
• Batuan lepas : batuan yang tersebar di atas permukaan tanah dan berdiameter
>25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk
gepeng). Penyebaran batuan lepas di atas permukaan tanah dikelompokkan
sebagai berikut :
𝑏0 : tidak ada, < 0,01% luas areal.
𝑏1 : sedikit, < 0,01% - 3% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dengan
mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
𝑏2 : sedang, 3% - 15% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah mulai agak
sulit dan luas areal produktif berkurang.

7
𝑏3 : banyak, 15% - 90% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan
penanaman menjadi sangat sulit.
𝑏4 : sangat banyak, > 90% permukaan tanah tertutup, tanah sama sekali tidak
dapat digunakan untuk produksi pertanian.
• Batuan tersingkap (rock) : penyebaran batuan tersingkap dikelompokkan sebagai
berikut :
𝑏0 : tidak ada, <2% permukaan tanah tertutup.
𝑏1 : sedikit, 2%-19% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan
penanaman agak terganggu.
𝑏2 : sedang, 10%-50% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan
penanaman terganggu.
𝑏3 : banyak, 50%-90% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan
penanaman sangat terganggu.
𝑏4 : sangat banyak >90% permukaan tanah tertutup, tanah sama sekali tidak dapat
digarap.
I. Ancaman Banjir/Genangan (O)
Ancaman banjir atau penggenangan air dikelompokkan sebagai berikut :
𝑂0 : tidak pernah, dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir
untuk waktu lebih dari 24 jam.
𝑂1 : kadang-kadang, banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam, terjadinya tidak
teratur dalam periode kurang dari satu bulan.
𝑂2 : selama waktu satu bulan dalam setahun, tanah secara teratur tertutup banjir
untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
𝑂3 : selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir
yang lamanya lebih dari 24 jam.
𝑂4 : selama waktu 6 bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur
yang lamanya lebih dari 24 jam.
J. Salinitas (g)
Salinitas tanah dinyatakan dalam kandungan garam larut atau hambatan listrik
ekstrak tanah sebagai berikut :
𝑔0 : bebas, 0-0,15% garam larut, 0-4 (EC x 103 mmhos cm-1 pada suhu 25°C).

8
𝑔1 : terpengaruh sedikit, 0,15 – 0,35% garam laut, 4-8 (ECx103) mmhos cm-1 pada
suhu 25°C.
𝑔2 : terpengaruh sedang, 0,35-0,65% garam laut, 8-15 (ECx103) mmhos cm-1 pada
suhu 25°C.
𝑔3 : terpengaruh hebat, >0,65% garam laut, >15 (ECx103) mmhos cm-1 pada suhu
25°C.
K. Kerangka Berpikir

Pengambilan data Pengolahan data


Memasukkan data ke
peta shp dan data menggunakan
dalam symbol
tabular software ArcGis 10.8

Memasukkan ke
dalam tabel kriteria,
menentukan faktor Menentukan Sub- Peta Kemampuan
penghambat dan Kelas Lahan
menentukan kelas
terendah

Keterangan :

Proses

Hasil

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Sub-DAS Logawa terletak pada 109°07’58,11”-109°13’23,52” BT dan 7°27’08,53” LS


seluas 11.628,82 ha. Secara administrasi pemerintahan, Sub-DAS Logawa berada di
Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta jenis tanah, peta
kemiringan lereng, peta penggunaan lahan, data curah hujan, serta software ArcGIS 10.8.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survei yang
meliputi penyiapan data sekunder dan peta dasar serta peta tematik. Pada tahapan
persiapan dilakukan kegiatan penetapan satuan lahan (SL). Satuan lahan merupakan unit
analisis pengamatan terkecil dengan luas minimal 25 ha, yang merupakan hasil tumpang
susun (overlay) dari peta kemiringan lereng skala 1:80.000, peta jenis tanah skala
1:80.000, peta penggunaan lahan skala 1:80.000 serta data curah hujan harian.
D. Analisis Data
Penilaian kelas kemampuan lahan pada setiap satuan lahan di wilayah penelitian
dilakukan dengan menggunakan kriteria klasifikasi kemampuan lahan yang dikemukakan
Hockensmith dan Steel pada tahun 1943, Klingebiel dan Montgomery pada tahun 1973
(Arsyad, 2010). Kriteria klasifikasi kemampuan lahan secara sistematik ditunjukkan pada
Tabel 1.

10
Tabel 1. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan (Arsyad, 2010)

Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/123918-ID-none.pdf

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wilayah Sub-DAS Logawa terletak di Kabupaten Banyumas yang meliputi


beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Cilongok, dan
Kecamatan Karanglewas. Luas keseluruhan Sub-DAS Logawa adalah 11.628,82 ha. Sub-
Das Logawa mengalir dari puncak Gunungapi Slamet hingga bermuara di Sungai Serayu
dengan panjang aliran mencapai kurang lebih 25 km. Batas hidrologi dari Sub-DAS Logawa
adalah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Igir Puncak Gunung Slamet,
sebelah Selatan berbatasan dengan Hilir Sungau Logawa, sebelah Timur berbatasan
dengan DAS Banjaran, sebelah Barat berbatasan dengan Tajum. Secara Astronomis Sub-
DAS Logawa terletak antara 109°07’58,11”-109°13’23,52” BT dan 7°27’08,53” LS.

A. Karakteristik Satuan Lahan di Sub-DAS Logawa


Hasil tumpang susun peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta
penggunaan Sub-DAS Logawa, diperoleh 36 satuan lahan. Karakteristik lahan di wilayah
ini didominasi oleh penggunaan lahan untuk permukiman dengan luas 5.414 ha.
Mayoritas jenis tanah yang terdapat di Suhb-DAS Logawa yaitu Andosol seluas 12.045 Ha.
Kemudian untuk topografi di daerah Sub-DAS Logawa ini yaitu mayoritas cenderung datar
hingga landai dengan kemiringan 0%-8%.

12
Tabel 2. Faktor Penghambat Yang Merupakan Karakteristik Lahan
Faktor Satuan Lahan
No
Penghambat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lereng
1 C B C B C B A B B A A B
Permukaan
2 Kepekaan Erosi 𝐾𝐸3 𝐾𝐸4 𝐾𝐸5 𝐾𝐸3 𝐾𝐸4 𝐾𝐸5 𝐾𝐸3 𝐾𝐸3 𝐾𝐸3 𝐾𝐸4 𝐾𝐸5 𝐾𝐸3 𝐾𝐸1 𝐾𝐸2 𝐾𝐸3 𝐾𝐸3
3 Tingkat Erosi 𝑒3 𝑒3 𝑒3 𝑒3 𝑒3 𝑒1 𝑒2 𝑒3 𝑒1 𝑒2 𝑒3 𝑒3
Kedalaman
4 𝑘0 𝑘0 𝑘1 𝑘2 𝑘0 𝑘0 𝑘2 𝑘0 𝑘2 𝑘2 𝑘1 𝑘1
Tanah
Tekstur
5 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡4 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡4 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡4 𝑡1 𝑡2 𝑡3
Lapisan Atas
Tekstur
6 sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda
Lapisan Bawah
7 Permeabilitas 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3
8 Drainase 𝑑1 𝑑3 𝑑1 𝑑3 𝑑3 𝑑2 𝑑1 𝑑4 𝑑3 𝑑1 𝑑3 𝑑4
9 Krikil/Batuan 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏1
Ancaman
10 𝑂0 𝑂0 𝑂1 𝑂0 𝑂1 𝑂1 𝑂1 𝑂0 𝑂0 𝑂0 𝑂0 𝑂0
Banjir
11 Garam/Sanitasi 𝑔0 𝑔1 𝑔1 𝑔0 𝑔1 𝑔0 𝑔0 𝑔1 𝑔1 𝑔0 𝑔0 𝑔1

13
Faktor Satuan Lahan
No
Penghambat 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Lereng
1 A A B A C C A B C C D E
Permukaan
2 Kepekaan Erosi KE1 KE1 KE2 KE1 KE2 KE3 KE1 KE2 KE3 KE2 KE3 KE4
3 Tingkat Erosi e1 e1 e1 e1 e2 e2 e1 e1 e3 e2 e3 e4
Kedalaman
4 k2 k2 k2 k2 k2 k2 k1 k1 k0 k1 k0 k0
Tanah
Tekstur
5 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4
Lapisan Atas
Tekstur
6 sda sda sda sda sda sda Sda sda Sda sda sda sda
Lapisan Bawah
7 Permeabilitas P3 P3 P3 P3 P3 P3 P2 P2 P2 P4 P4 P4
8 Drainase d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1
9 Krikil/Batuan b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0
Ancaman
10 O0 O0 O0 O0 O0 O0 O1 O1 O1 O0 O0 O0
Banjir
11 Garam/Sanitasi g0 g0 g0 g0 g0 g1 g0 g1 g1 g1 g1 g1

No Satuan Lahan

14
Faktor
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Penghambat
Lereng
1 B B A A C B B A A B C B
Permukaan
2 Kepekaan Erosi KE3 KE3 KE3 KE1 KE2 KE1 KE2 KE3 KE3 KE3 KE3 KE3 KE1 KE2 KE3

3 Tingkat Erosi e2 e2 e2 e2 e0 e2 e2 e3 e2 e2 e3 e2

Kedalaman
4 k1 K0 k1 k2 K2 k0 k2 K1 K2 k1 K2 k1
Tanah
Tekstur
5 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t4 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t4 t1 t2 t3
Lapisan Atas
Tekstur
6 sda sda sda sda sda sda Sda sda sda sda sda sda
Lapisan Bawah
7 Permeabilitas P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3P4 P2 P3 P2 P3 P2 P3P4 P2 P3

8 Drainase d1 d3 d2 d1 d4 d1 d0 d1 d4 d3 d1 d2

9 Krikil/Batuan b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b1 b0 b0 b0 b0

Ancaman
10 o0 o0 o0 o0 o0 o0 O0 o0 o1 o0 o0 o0
Banjir
11 Garam/Sanitasi g0 g0 g0 g0 g0 g0 g0 g0 g0z g0 g0 g0

Sumber : Data Pribadi

15
Table 3. Sub Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Satuan Lahan
No
Penghambat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lereng C B C B C B A B B A A B
1
Permukaan III II III II III II I II II I I II
𝐾𝐸3 𝐾𝐸4 𝐾𝐸5 𝐾𝐸3 𝐾𝐸4 𝐾𝐸5 𝐾𝐸3 𝐾𝐸3 𝐾𝐸3 𝐾𝐸4 𝐾𝐸5 𝐾𝐸3 𝐾𝐸1 𝐾𝐸2 𝐾𝐸3 𝐾𝐸3
2 Kepekaan Erosi
II III II III II II II III II I II II
𝑒3 𝑒3 𝑒3 𝑒3 𝑒3 𝑒1 𝑒2 𝑒3 𝑒1 𝑒2 𝑒3 𝑒3
3 Tingkat Erosi
IV IV IV IV IV II III IV II III IV IV
Kedalaman 𝑘0 𝑘0 𝑘1 𝑘2 𝑘0 𝑘0 𝑘2 𝑘0 𝑘2 𝑘2 𝑘1 𝑘1
4
Tanah I I II III I I III I III III II II
Tekstur 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡4 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡4 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡4 𝑡1 𝑡2 𝑡3
5
Lapisan Atas I I I I III I I III I I III I
Tekstur sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda
6
Lapisan Bawah I I I I III I I III I I III I
𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3 𝑃4 𝑃2 𝑃3
7 Permeabilitas
I IV IV IV I I I IV I IV IV I
𝑑1 𝑑3 𝑑1 𝑑3 𝑑3 𝑑2 𝑑1 𝑑4 𝑑3 𝑑1 𝑑3 𝑑4
8 Drainase
I III I III III II I IV III I III IV
𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏0 𝑏1

16
9 Krikil/Batuan I I I I I I I I I I I III
Ancaman 𝑂0 𝑂0 𝑂1 𝑂0 𝑂1 𝑂1 𝑂1 𝑂0 𝑂0 𝑂0 𝑂0 𝑂0
10
Banjir I I I I I I I I I I I I
𝑔0 𝑔1 𝑔1 𝑔0 𝑔1 𝑔0 𝑔0 𝑔1 𝑔1 𝑔0 𝑔0 𝑔1
11 Garam/Sanitasi
I II II I II I I II II I I II
Sub Kelas IV e IV e IV e IV es IV e III s III es IV ew III ws III es IVe IV ws

Faktor Satuan Lahan


No
Penghambat 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Lereng A A B A C C A B C C D E
1
Permukaan I I II I III III I II III III IV V
Kepekaan Erosi KE1 KE1 KE2 KE1 KE2 KE3 KE1 KE2 KE3 KE2 KE3 KE4
2
I I I I I II I I II I II III
Tingkat Erosi e1 e1 e1 e1 e2 e2 e1 e1 e3 e2 e3 e4
3
II II II II III III II II IV III IV VI
Kedalaman
4 k2 k2 k2 k2 k2 k2 k1 k1 k0 k1 k0 k0
Tanah
III III III III III III II II I II I I

17
Tekstur
5 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4 t4
Lapisan Atas
III III III III III III III III III III III III
Tekstur
6 sda Sda sda sda sda sda sda sda Sda sda sda sda
Lapisan Bawah
I I I I I I I I I I I I
7 Permeabilitas P3 P3 P3 P3 P3 P3 P2 P2 P2 P4 P4 P4
I I I I I I I I I III III III
8 Drainase d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1 d1
I I I I I I I I I I I I
9 Krikil/Batuan b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0
I I I I I I I I I I I I
Ancaman
10 O0 O0 O0 O0 O0 O0 O1 O1 O1 O0 O0 O0
Banjir
I I I I I I I I I I I I
11 Garam/Sanitasi g0 g0 g0 g0 g0 g1 g0 g1 g1 g1 g1 g1
I I I I I II II II II II II II
III s III s III s III s III es III es III s III s IV e III ws IV e VI e

18
Satuan Lahan
Faktor
Penghambat
No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Lereng
1 B B A A C B B A A B C B
Permukaan
II II I I III II II I I II III II

2 Kepekaan Erosi KE3 KE3 KE3 KE1 KE2 KE1 KE2 KE3 KE3 KE3 KE3 KE3 KE1 KE2 KE3

II II II I I II II II II II I II

3 Tingkat Erosi e2 e2 e2 e2 e0 e2 e2 e3 e2 e2 e3 e2

III III III III I III III IV III III IV III

Kedalaman
4 k1 K0 k1 k2 K2 k0 k2 K1 K2 k1 K2 k1
Tanah
II I II III III I III I II I II I

Tekstur
5 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t4 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t1 t2 t3 t4 t1 t2 t3
Lapisan Atas
I I I I I I I III I I III I

Tekstur
6 sda Sda sda sda sda sda Sda sda sda sda sda sda
Lapisan Bawah
I I I I I I I I I I I I

7 Permeabilitas P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3 P2 P3P4 P2 P3 P2 P3 P2 P3P4 P2 P3

19
I I I I I I I III I I III I

8 Drainase d1 d3 d2 d1 d4 d1 d0 d1 d4 d3 d1 d2

I III II I IV I VIII I IV III I II

9 Krikil/Batuan b0 b0 b0 b0 b0 b0 b0 b1 b0 b0 b0 b0

I I I I I I I III I I I I

Ancaman
10 o0 o0 o0 o0 o0 o0 O0 o0 o1 o0 o0 o0
Banjir
I I I I I I I I I I I I

11 Garam/Sanitasi g0 g0 g0 g0 g0 g0 g0 g0 g0z g0 g0 g0

I I I I I I I I I I I I
III e III ew III e III es IV ws III e III es IV e IV ws III ew IV es III e

Sumber : Data Pribadi

20
B. Analisis Kemampuan Lahan di Sub-DAS Logawa
Hasil evaluasi lahan menunjukkan bahwa sebaran kelas kemampuan lahan di Sub-
DAS Logawa terdiri atas kelas kemampuan lahan III seluas 5.586 ha, kelas kemampuan
lahan IV seluas 6.984 ha dan kelas kemampuan lahan VI seluas 749 ha.

Gambar 1.Peta Kelas Kemampuan Lahan Sub-DAS Logawa

Tabel 4. Kelas Kemampuan Lahan (KKL) di Sub-DAS Logawa


21
Klasifikasi Luas
Satuan Lahan
Kemampuan Lahan (ha)
III e 25, 27, 30, 36 1.337
III es 7,10, 17, 18, 28 291
III ew 26, 34 1.664
III s 6, 13, 14, 15, 16, 19, 20 172
III ws 9, 22 2.122
IV e 1,2,3,5,11,21,23,24,32 6.456
IV es 4,35 63
IV ew 8 18
IV ws 12,29,33 447
VI e 24 749
Sumber : Data Pribadi
Keterangan :
Angka romawi menunjukkan kelas kemampuan lahan; e = faktor penghambat
erosi; w : faktor penghambat drainase; s = faktor penghambat kedalaman tanah: c =
faktor penghambat climate.
Faktor erosi merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya
penurunan kesuburan tanah, mengganggu pertumbuhan tanaman dan menurunkan
hasil panen. Mengendalikan erosi tanah berarti mengurangi pengaruh faktor-faktor
erosi tersebut, sehingga prosesnya dapat terhambat atau berkurang. Meyer (1981),
mengemukakan bahwa upaya pengendalian erosi atau konservasi tanah dapat berupa
: (1) meredam energi hujan; (2) meredam daya gerus aliran permukaan; (3)
mengurangi kuantitas aliran permukaan; dan (4) memperlambat laju aliran
permukaan; serta (5) memperbaiki sifat-sifat tanah yang peka erosi. Usaha yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan erosi pada lahan kelas III-e2 pada satuan lahan
25,27,30, dan 36 adalah dengan pemilihan teknik konservasi tanah dan air yang tepat
salah satunya adalah dengan pembuatan teras gulud (Banuwa et al., 2008).
Lahan kelas III es dengan faktor pembatas tingkat erosi dan kedalaman tanah
terdapat pada satuan lahan 7,10, 17, 18, dan 28 seluas 291 ha. Selanjutnya lahan kelas
III ew dengan faktor pembatas erosi dan drainase terdapat pada satuan lahan 26, dan

22
34 dengan luas 1.664 ha. Salah satu sifat tanah yang berpengaruh terhadap erosi
adalah faktor kepekaan tanah (erodibilitas tanah). Semakin besar nilai erodibilitas
tanah suatu tanah, semakin peka tanah tersebut terhadap erosi. Erodibilitas tanah
sangat tergantung pada dua karakteristik tanah, yaitu stabilitas agregat tanah dan
kapasitas infiltrasi. Selain sifat tanah, faktor pengelolaan/perlakuan terhadap tanah
juga sangat berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas tanah (Nezami, 2013).
Wischmeier dan Mannering (1969), menyatakan bahwa tanah dengan kandungan
debu tinggi adalah tanah yang paling mudah tererosi. Usaha yang perlu dilakukan pada
faktor pembatas erodibilitas tanah adalah dengan pemberian bahan organik. Hal ini
dimaksudkan agar terjaga stabilitas agregat tanah. Beberapa hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai
erodibilitas yang tinggi (Ping LY et al., 2012).
Lahan kelas III s dengan faktor penghambat kedalaman tanah terdapat pada
satuan lahan 6, 13, 14, 15, 16, 19, dan 20 seluas 172 ha. Kedalaman tanah ini sangat
berpengaruh terhadap proses perkembangan tumbuhan terutama pada sistem
perakaran tanaman. Lahan kelas III ws dengan faktor penghambat drainase dan
kedalaman tanah tersebar pada satuan lahan 9, dan 22 dengan luas 2.122 ha.
Lahan kelas IV e dengan faktor penghambat pada erosi yang terdapat pada
satuan lahan 1,2,3,4,5,11,21,23,24, dan 32 dengan luas 6.456 ha. Pada satuan lahan
tersebut memiliki erosi yang cukup tinggi yang mana erosi akan menyebabkan
berkurangnya keseuburan tanah. Lahan kelas IV es dengan factor penghambat yaitu
erosi dan kedalaman tanah yang terdapat pada satuan lahan 4 dan 35 dengan luas 63
Ha.
Lahan kelas IV ew dengan faktor penghambat berupa erosi dan drainase yang
terdapat pada satuan lahan nomor 8 dengan luas 18 ha. Lahan IV ws dengan faktor
penghambat pada drainase dan kedalaman tanah yang terdapat pada satuan lahan
nomor 12,29,dan 33 dengan luas 447 ha. Lahan VI e dengan faktor penghambat yaitu
erosi yang terdapat pada satuan lahan nomor 24 dengan luas 749 ha. Pada satuan
lahan ini memiliki erosi yang sangat tinggi.

23
BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil analisis kelas kemampuan lahan di Sub DAS Logawa dapat disimpulkan
bahwa :

1. Pada Sub DAS Logawa terdapat 10 kelas kemampuan lahan yaitu III e yang berada di
satuan lahan nomor 25, 27, 30, dan 36 dengan luas 1.337 ha. Kelas kemampuan lahan III
es yang berada di satuan lahan nomor 7, 10, 17, 18, dan 28 dengan luas 291 ha. Kelas
kemampuan lahan III ew yang terdapat pada satuan lahan nomor 26 dan 34 dengan luas
1.664 ha. Kelas kemampuan lahan III s yang terdapat di satuan lahan nomor 6, 13, 14, 15,
16, 19, dan 20 dengan luas 172 ha. Kelas kemampuan lahan III ws yang terdapat pada
satuan lahan nomor 9 dan 22 dengan luas 2.122 ha. Kelas kemampuan lahan IV e yang
terdapat pada satuan lahan nomor 1,2,3,5,11,21,23,24,dan 32 dengan luas 6.456 ha.
Kelas kemampuan lahan IV es yang terdapat pada satuan lahan nomor 4 dan 35 dengan
luas 63 ha. Kelas kemampuan lahan IV ew yang terdapat pada satuan lahan nomor 8
dengan luas 18 ha. Kelas kemampuan lahan IV ws yang terdapat pada satuan lahan nomor
12,29,dan 33 dengan luas 447 ha. Dan kelas kemampuan lahan VI e yang terdapat pada
satuan lahan nomor 24 dengan luas 749 ha.
2. Mayoritas kelas kemampuan lahan pada Sub DAS Logawa yaitu kelas kemampuan lahan
IV e yang berarti pas Sub DAS Logawa ini masih sangat tinggi erosinya, sehingga butuh
penanganan atau Tindakan yang tepat dan pengelolaan lahan yang tapat sesuai dengan
kemampuan lahan sehingga tidak terjadi adanya lahan yang kritis.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Geo Edukasi Vol.5, No.2, October 2016 (11-16)

Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.5 Issue 1 (2016) 1-11.

Jurnal Spasial Vol 6. No. 3, 2019.

https://tirto.id/pengertian-daerah-aliran-sungai-dan-tujuan-pengelolaan-das-gbl9

25

Anda mungkin juga menyukai