Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 GIRI TARUNA BANGSA
Jl. H.O.S Cokroaminoto No. 38 BANYUWANGI

LAPORAN
PRESENTASI KELOMPOK:
“TOKOH MUSIK KONTEMPORER BERPERNGARUH DI INDONESIA DAN
KONSEP KEKONTEMPORERANNYA”

Anggota Kelompok:
1. Bagas Septian Kusdiantoso | 06 – 15653
2. Daniel Bhernath Senduk | 08 – 15671
3. Nanda Hadi Irawan | 24 – 15798
4. Reza Dwi Wahyu Fernanda | 28 – 15843

1
DATA ANGGOTA KELOMPOK
1. Nama : Bagas Septian Kusdiantoso
No. Absen : 06
Alamat : Perum Pakis Jalio Blok D No. 15
No. Telp/WA: 082142008787
Media Sosial : @bagassptn__

2. Nama : Daniel Bhernath Senduk


3.
No. Absen : 08
Alamat : Jln. Mahoni No. 36, Pesucen
No. Telp/WA: 081270663790
Media Sosial : @danielbhernathsenduk

4. Nama : Nanda Hadi Irawan


No. Absen : 24
Alamat : Perum Berlian Citra Kertanegara Blok B No. 12
No. Telp/WA: 089515765271
Media Sosial : @nandahdi

5. Nama : Reza Dwi Wahyu Fernanda


No. Absen : 28
Alamat : Perum Villa Bukit Mas Blok P No. 07
No. Telp/WA: 085259632193
Media Sosial : @rezadwiwahyu

2
DAFTAR ISI

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................1
Data Anggota Kelompok............................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................4
Latar Belakang...........................................................................................................................6
Pembahasan................................................................................................................................8
A. Biodata Tokoh.................................................................................................................8
B. Karya-Karya Tokoh........................................................................................................9
C. Konsep Kontemporer Tokoh...........................................................................................9
D. Tanya-Jawab...................................................................................................................9
Kesimpulan dan Penutup..........................................................................................................12

4
LATAR BELAKANG

5
LATAR BELAKANG
Istilah Kontemporer berasal dari dua kata cum (bersamaan) dan tempus (waktu),
kontemporer memiliki arti bersamaan atau sezaman. Musik kontemporer adalah musik baru
di Indonesia yang tidak berkaitan dengan tradisi sama sekali. Kriteria dari kontemporer
adalah ketidakbiasaan atau suatu bayangan “kebebasan sepenuhnya” (Dieter Mack, 2001:
35). Musik kontemporer menyajikan konsep musik yang benar benar baru, dengan
menggunakan beragam sumber bunyi sebagai media ekspresi yang kreatif, meskipun musik
yang baru belum tentu bisa dikatakan sebagai musik kontemporer. Konsep musik
kontemporer menjadi sangat personal (individual), dalam karya-karya yang lahir banyak
terjadi vokabuler teknik garapan dan aturan tradisi yang telah mapan ke dalam wujud yang
baru, terkesan aneh, nakal, bahkan urakan. Musik kontemporer menyajikan hal hal baru yang
tidak terpikirkan sebelumnya, kebebasan dalam memilih sumber bunyi, cara memainkannya,
tema yang bebas, membuat seolah musik kontemporer tidak memiliki sekat, semua bisa dan
semua boleh, meskipun harus didasari konsep yang kuat dan tidak asal bunyi dan asal jadi.
Perkembangan musik kontemporer di Indonesia baru mulai dirasakan sejak digelarnya acara
Pekan Komponis Muda tahun 1979 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Melalui acara tersebut,
komunikasi para seniman antar daerah dengan berbagai macam latar belakang budaya lebih
terjalin. Forum diskusi dan dialog antar seniman dalam acara tersebut saling memberikan
kontribusi sehingga membuka paradiqma kreatif musik menjadi lebih luas. Hingga hari ini,
para komponis yang pernah terlibat dalam acara tersebut menjadi sosok individu yang sangat
memberi pengaruh kuat untuk para komponis musik kontemporer selanjutnya.

Tujuan kami membuat laporan ini adalah untuk memberikan penjelasan atau informasi
terkait salah satu tokoh kontemporer bernama Paul Gutama. Paul Gutama adalah salah satu
tokoh musik kontemporer di Indonesia kelahiran Yogyakarta. Beliau merupakan lulusan
Konservatorium Amsterdam, Belanda, pada jurusan instrumen biola (1957-1964). Beliau juga
memperoleh diploma untuk violin dan musik teori dari Amserdam Conservatory, serta belajar
komposisi dengan Boris Blacher di Hochschule für Musik in Berlin.

6
PEMBAHASAN

7
PEMBAHASAN
A. Biodata Tokoh
Paul Gutama lahir di Yogyakarta, 29 Januari 1934. Lulusan Konservatorium
Amsterdam, Belanda, pada jurusan instrumen biola (1957-1964). Ia juga mendalami teori
musik dan menjadikan kedua subyek tersebut sebagai bidang utama.  Setelah
menamatkan studinya di Amsterdam, ia pindah ke Berlin, Jerman, belajar komposisi
musik selama dua tahun dari Boris Blacher, dan sempat menjadi komponis musik
kontemporer di sana dan mengawali kariernya pada tahun 1967. Turut ambil bagian
sebagai asisten refractorry percussion dalam suatu nomor teater untuk dua pemain perkusi
berjudul Karawitan dalam rangka tur konser solois asal Jepang Stomu Yamashta.
 
Bersama kelompok Banjar Gruppe yang ia dirikan tahun 1973, ia memainkan
sejumlah komposisi berupa musik “avant garde” dan juga musik-musik baru berlatar
gamelan ataupun yang non-Barat. Dalam mencari cara strukturisasi melodi dan lain-
lainnya di dalam musik gamelan. Adik dari pematung G. Sidharta ini (alm),
melakukannya dengan cara bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya, dengan
mendalami musik tersebut selama 15 tahun. Ia tertantang melakukannya sesudah ’kuyub’
dengan musik barat yang ia pelajari secara formal di sekolah.
 
Menurutnya, Gamelan Jawa seperti halnya berbagai jenis musik lain, mempunyai
dasar teori sendiri. Paul mempelajari tradisi gamelan dan melakukan eksperimentasi
dengan elemen-elemen Barat untuk membuat “gamelan baru”. Ia mengakui perangkat
analisa dan metodologinya berasal dari barat, namun ia menyadari bahwa dengan cara
itulah ia bisa mengubahnya secara dialektis. ”Dengan cara itu poliphoni gamelan menjadi
lain” ujarnya.
 
Dalam perjalanan bermusiknya, disamping menjadi pencipta karya-karya musik
kontemporer Barat, ia telah melahirkan sejumlah karya yang berangkat dari gamelan atau
non-barat. Pada satu periode, ia memberinya nama ’Musik Leluhur Baru’. Setelah itu di
lanjutkannya dengan sejumlah pencapaian yang lain seperti, membuat komposisi musik
untuk pemusik tunggal. Hal itu ia tunjukan dalam karyanya yang
berjudul Gefuehlsstau atau Timbunan Rasa yang ia bawakan sendiri di malam
pembukaan pameran seni rupa G Sidharta Soegijo, di Bentara Budaya Jakarta (2002).
Dalam pentasnya ia menabuh berbagai alat musik kendang sampai jembe di tambah
sejumlah racikan lain.
 
Selain itu, pada tahun 2004 ia juga membuat sebuah opera tentang Ken Arok, dengan
berpegang pada acuan musiknya yang ia buat tahun 2000, Der Mond Im Wassertropfen,
sebuah komposisi sepanjang 22 menit. Ia memilih Ken Arok sebagai tokoh sentral karena
sosok Ken Arok sendiri adalah seorang penguasa yang didewa-dewakan, seorang
petualang yang sangat menarik, serta di kenal sebagai keturunan rakyat jelata yang berani,
cerdik sekaligus memunculkan mitos bahwa ia masih keturunan dewa. Namun, Paul
justru tertarik untuk menampilkannya sebagai manusia biasa yang mampu menunggangi
sistem yang korup di dalam melaksanakan impiannya.
 
Dalam membuat komposisi musik, ia melakukannya dengan cara menulis, tidak
dengan mematut-matut bunyinya lewat instrumen musik tertentu. Baginya ’menulis’
adalah membuat abstraksi dari kenyataan. Lebih jauh lagi, barang siapa bisa membuat
abstraksi dari pengertian, ia juga bisa membuat konsep yang benar-benar baru. Dengan

8
kata lain, melakukan inovasi Apapun yang ia kehendaki ia buatkan tanda-tanda khusus,
yang semua harus dimainkan oleh pemusik yang membawakan.
 
Sempat menerima bantuan dana untuk proyek perkusi dari pemerintah kota Berlin,
Jerman. Sebagian besar hidupnya, ia habiskan di Berlin, Jerman. Dengan menetap disana
selama puluhan tahun.

B. Karya-Karya Tokoh
Paul Gutama mengawali kariernya di tahun 1967 dengan mengambil bagian sebagai
asisten refractorry percussion dalam suatu nomor teater untuk dua pemain perkusi
berjudul Karawitan dalam rangka tur konser solois asal Jepang Stomu Yamashta. Beliau
juga memiliki karya berjudul Klavierstudie yaitu model kekaryaan komponis eropa
berupa piano tunggal pada waktu 1972. Lalu, beliau juga memiliki karya berjudul
Landschaften. Sama halnya dengan “Klavierstudie” karya ini juga merupakan karya
komponis eropa pada waktu itu. Bersama kelompok Banjar Gruppe yang ia dirikan tahun
1973, ia memainkan sejumlah komposisi berupa musik “avant garde” dan juga musik-
musik baru berlatar gamelan ataupun yang non-Barat

Dalam perjalanan bermusiknya, disamping menjadi pencipta karya-karya musik


kontemporer Barat, ia telah melahirkan sejumlah karya yang berangkat dari gamelan atau
non-barat. Pada satu periode, ia memberinya nama Musik Leluhur Baru. Paul Gutama
memiliki 2 karya berjudul Kotekan I dan Bidadari Tampil dari periode bersama Banjar
Gruppe dan sekaligus dari periode Musik Leluhur Baru. Setelah itu dilanjutkannya
dengan sejumlah pencapaian yang lain seperti, membuat komposisi musik untuk pemusik
tunggal. Hal itu ia tunjukan dalam karyanya yang berjudul Gefuehlsstau atau Timbunan
Rasa yang ia bawakan sendiri di malam pembukaan pameran seni rupa G Sidharta
Soegijo, di Bentara Budaya Jakarta (2002). Dalam pentasnya ia menabuh berbagai alat
musik kendang sampai jembe di tambah sejumlah racikan lain. Selain itu, pada tahun
2004 ia juga membuat sebuah opera tentang Ken Arok, dengan berpegang pada acuan
musiknya yang ia buat tahun 2000, Der Mond Im Wassertropfen, sebuah komposisi
sepanjang 22 menit.

C. Konsep Kontemporer Tokoh


Konsep kontemporer yang dipakai oleh Paul Gutama adalah konsep kontemporer yang
bersifat iringan. Konsepnya didasarkan pada instrumen (melodi) yang dilengkapi dengan
elemen-elemen musik lainnya untuk mengiringi melodi.

D. Tanya-Jawab
1. Pertanyaan: Bagaimana jalannya tokoh tersebut sehingga karyanya bisa dikenal
banyak orang? (Melia-absen 14)
Jawab: Paul Gutama mengawali kariernya di tahun 1967 dengan mengambil bagian
sebagai asisten refractorry percussion dalam suatu nomor teater untuk dua pemain
perkusi berjudul “Karawitan” dalam rangka tur konser solois asal Jepang Stomu
Yamashta. ia juga mendirikan kelompok Banjar Gruppe pada tahun 1973 untuk
memainkan sejumlah komposisi berupa musik “avant garde” dan juga musik-musik
baru berlatar gamelan ataupun yang non-Barat. Setelah itu dilanjutkannya dengan

9
sejumlah pencapaian yang lain seperti, membuat komposisi musik untuk pemusik
tunggal. Hal itu ia tunjukan dalam karyanya yang berjudul “Gefuehlsstau” atau
“Timbunan Rasa” yang ia bawakan sendiri di malam pembukaan pameran seni rupa G
Sidharta Soegijo, di Bentara Budaya Jakarta (2002). Dalam pentasnya ia menabuh
berbagai alat musik kendang sampai jembe di tambah sejumlah racikan lain. Selain
itu, pada tahun 2004 ia juga membuat sebuah opera tentang Ken Arok, dengan
berpegang pada acuan musiknya yang ia buat tahun 2000, “Der Mond Im
Wassertropfen”, sebuah komposisi sepanjang 22 menit. Dari berbagai karya-karyanya
tersebut, Paul Gutama bisa dikenal oleh banyak orang.
2. Pertanyaan: Bagaimana teknik/cara memainkan karya yang sudah diciptakan?
(Nurhayati-absen 26)
Jawab: Pada karyanya yang berjudul “Karawitan”, Paul Gutama menggunakan alat
musik perkusi. Lalu untuk karyanya yang berjudul “Klavierstudie” dan
“Landschaften” ia memainkannya dengan piano tunggal. Paul Gutama juga memiliki
sejumlah karya yang dimainkan dengan gamelan. Untuk karya-karya yang lain masih
belum diketahui alat musik/teknik yang dimainkannya karena sedikitnya informasi
tentang karya-karya beliau.
3. Pertanyaan: Bagaimana penjelasan mengenai hubungan antara karya Paul Gutama
dengan konsep musiknya? (Tasya-absen 32)
Jawab: Hubungannya adalah karya karya yang diciptakan oleh Paul Gutama itu
didasarkan pada instrumen yang dilengkapi dengan elemen-elemen musik lainnya
untuk mengiringi melodi, yang mana itu sesuai dengan konsep kontemporer yang
digunakan oleh Paul Gutama.
4. Pertanyaan: Apakah konsep Paul Gutama yang bersifat iringan berbeda dengan
instrumen kontemporer?
Jawab: Konsep Paul Gutama yang bersifat iringan tidak berbeda dengan instrumen
kontemporer, karena alat musik yang digunakan ritmis dan sama sama digunakan
untuk mengiringi melodi.

10
KESIMPULAN DAN PENUTUP

11
KESIMPULAN
Musik kontemporer adalah jenis musik yang biasanya dimainkan tanpa menggunakan alat
musik asli, tetapi alunan musik yang dihasilkan tidak kalah bagusnya dengan alat musik
aslinya. Musik kontemporer juga lazim disebut new music atau musik terbaru. Secara
gampangnya, kontemporer memiliki arti masa kini. Definisi musik kontemporer lainnya
yakni jenis musik yang baru diciptakan alias belum pernah diciptakan sebelumnya. Seperti
karya-karya yang telah diciptakan oleh Paul Gutama, bahwa karya-karyanya tersebut
merupakan musik kontemporer yang belum pernah ada sebelumnya.

PENUTUP
Demikian laporan ini telah kami susun, kami menyadari bahwa dalam penulisan proposal
ini terdapat banyak kesalahan dan juga terdapat kekurangan atau kelemahan tentang
informasi mengenai tokoh kontemporer yang kami ceritakan. Maka dari itu, kami
menginginkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan kami.

12
13

Anda mungkin juga menyukai