Anda di halaman 1dari 61

Manajemen Sumber

Daya Manusia

Oleh : Donni Helmi W


HR ROLES
ORGANIZATION DEVELOPMENT MANAGEMENT

TERMINATION MANAGEMENT
01
CULTURE MANAGEMENT

08 02
HR RECRUITMENT MANAGEMENT
INDUSTRIAL RELATION MANAGEMENT
ROLES 03
07
PEOPLE DEVELOPMENT MANAGEMENT
REWARD MANAGEMENT 04
06
05 PERFORMANCE MANAGEMENT
Pokok Bahasan

Termination Management

1. Kebebasan Berserikat
2. PP/PKB
3. Termination Management
ILO Fundamental Principles & Rights

Declaration on Fundamental Principles and Rights at


Work

1. Freedom of association and the effective recognition of the right


to collective bargaining
2. The elimination of all forms of forced or compulsory labour
3. The effective abolition of child labour
4. The elimination of discrimination in respect of employment and
occupation.
Definisi Kebebasan Berserikat

▪ Freedom of association implies a respect for the right of all employers and
all workers to freely and voluntarily establish and join groups for the
promotion and defence of their occupational interests.

▪ Workers and employers have the right to set up, join and run their own
organizations without interference from the State or any another entity.

▪ Employers should not interfere in workers decision to associate, try to


influence their decision in any way, or discriminate against either those
workers who choose to associate or those who act as their representatives.

5
Unsur-Unsur Kebebasan Berserikat

Apabila dilihat dari definisi di atas, maka kebebasan berserikat terdiri


dari beberapa unsur yang mutlak harus ada :

1. Adalah hak untuk mendirikan dan/atau bergabung dalam


perkumpulan tertentu

2. Hak dimaksud dapat dieksekusi tanpa adanya tekanan atau


campur tangan dari pihak manapun

6
Dasar Hukum

1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 104);


2. UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh;
3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
4. UU No. 18 Tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 98 tentang
Berlakunya Dasar-Dasar Hak untuk Berpartisipasi dan untuk Berunding
Bersama;
5. Keppres No.83 tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi ILO No.87 Mengenai
Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi

7
Karakteristik SP
• Tidak Terikat & Independen:
Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya tidak dipengaruhi atau
dikendalikan atau ditekan oleh pihak-pihak lain di luar SP;
• Terbuka:
Dalam menerima dan membela anggota tidak boleh diskriminatif;
 Demokratis:
Demokratis dalam pembentukan, pemilihan pengurus dan dalam
menjalankan organisasi SP;
• Dapat Dipertanggungjawabkan
Bertanggung jawab terhadap anggotanya, perusahaan, negara dan
masyarakat;

8
Tujuan dan Fungsi SP
• Tujuan SP :
Melindungi anggotanya, membela hak dan kepentingannya, serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya ke tingkat yang wajar
dengan meningkatkan produktifitas dan kinerja perusahaan

• Fungsi SP:
1. Menyusun PKB;
2. Mewakili pekerja dalam forum ketenagakerjaan;
3. Fasilitator hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan adil;
4. Menyalurkan aspirasi pekerja;
5. Membela hak dan kepentingan anggotanya.

9
Pembentukan SP
1. Dibentuk oleh minimal 10 (sepuluh) orang;
2. Membuat anggaran dasar, yang memuat minimal:
a. Nama & Lambang
b. Dasar negara, azas & tujuan
c. Tanggal pendirian
d. Tempat kedudukan
e. Keanggotaan dan kepengurusan
f. Sumber dan pertanggungjawaban kepengurusan
g. Ketentuan perubahan AD/ART

10
Pembentukan SP

3. Memberitahukan pembentukan SP ke dinas ketenagakerjaan setempat,


dengan melampiri syarat-syarat sebagai berikut:
a. Daftar nama anggota pembentuk
b. AD/ART
c. Susunan & nama pengurus
4. Nama dan lambang serikat pekerja tidak boleh sama dengan nama
dan lambang serikat pekerja yang telah tercatat terlebih dahulu.
5. SP yang telah mempunyai nomor pencatatan dapat menjalankan
tujuan dan fungsi SP sesuai dengan hak serta kewajibannya
6. SP yang telah mempunyai nomor pencatatan wajib memberitahukan
secara tertulis kepada mitra kerjanya sesuai tingkatannya
11
Jenis Serikat Pekerja

• SP mandiri: SP diperusahaan yang didirikan pekerja di perusahaan


tanpa bergabung dengan SP lain

• SP berafiliasi: SP diperusahaan yang didirikan pekerja di perusahaan


dengan bergabung SP lain

• Federasi SP: gabungan beberapa SP (5SP)

• Konfederasi SP: gabungan beberapa federasi SP (3 federasi)

12
Keanggotaan Serikat Pekerja

• Seorang pekerja tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat
pekerja/serikat buruh disatu perusahaan;
• Dalam hal seorang pekerja dalam satu perusahaan ternyata tercatat
pada lebih dari satu serikat pekerja, yang bersangkutan harus
menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja yang dipilihnya;
• Pekerja yang menduduki jabatan tertentu di dalam satu perusahaan
dan jabatan itu menimbulkan pertentangan kepentingan antara
pihak pengusaha dan pekerja, tidak boleh menjadi pengurus serikat
pekerja di perusahaan yang bersangkutan

13
21/00 Highlight: Tujuan & Fungsi SP

Pasal 4

(1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan
perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/serikat
dan keluarganya.

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) serikat pekerja/ serikat buruh, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi :

▪ sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial;

▪ sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan
tingkatannya;

▪ sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;

▪ sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;

▪ sebagai perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

▪ sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan;


21/00 Highlight: Pembentukan SP/SB

Pasal 5 (Serikat Pekerja/PUK)

(1) Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

(2) Serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh.

Pasal 6 (Federasi Serikat Pekerja)

(1) Serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi anggota federasi serikat pekerja/serikat buruh.

(2) Federasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) serikat pekerja/serikat buruh.

Pasal 7 (Konfederasi Serikat Pekerja)

(1) Federasi serikat pekerja/serikat buruh berhak membentuk dan menjadi anggota konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh.

(2) Konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) federasi serikat
pekerja/serikat buruh.
21/00 Highlight: Pemberitahuan dan Pencatatan

(1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat


buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada instansi
pemerintah yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat untuk
dicatat.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan dilampiri :


▪ daftar nama anggota pembentuk;

▪ anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;


▪ susunan dan nama pengurus.
21/00 Highlight: Hak & Kewajiban

Pasal 26 (Hak: Afiliasi/Kerjasama)

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh dapat berafiliasi dan/atau bekerja
sama dengan serikat pekerja/serikat buruh internasional dan/atau organisasi internasional lainnya dengan
ketentuan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 27 (Kewajiban)

Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti
pencatatan berkewajiban :

▪ melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan kepentingannya;

▪ memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;

▪ mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.
21/00 Highlight: Hak & Kewajiban

Pasal 25 (Hak: Kegiatan Organisasi)

(1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang
telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak :

▪ membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;

▪ mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial;

▪ mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan;

▪ membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kesejahteraan pekerja/buruh;

▪ melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan


perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pelaksanaan hak-hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
21/00 Highlight: Perlindungan Hak Berorganisasi

Pasal 28 (Hak Berorganisasi)


Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau
tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau
tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat
pekerja/serikat buruh dengan cara :

a. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan,


atau melakukan mutasi;

b. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;

c. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;

d. melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat buruh.


21/00 Highlight: Perlindungan Hak Berorganisasi

Pasal 29 (Kesempatan Kegiatan SP/SB)


(1) Pengusaha harus memberi kesempatan kepada pengurus dan/atau anggota serikat pekerja/serikat
buruh untuk menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dalam jam kerja yang disepakati oleh
kedua belah pihak dan/atau yang diatur dalam perjanjian kerja bersama.

(2) Dalam kesepakatan kedua belah pihak dan/atau perjanjian kerja bersama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus diatur mengenai :

a. jenis kegiatan yang diberikan kesempatan;

b. tata cara pemberian kesempatan;

c. pemberian kesempatan yang mendapat upah dan yang tidak mendapat upah.
21/00 Highlight: Sanksi

Pasal 42

(1) Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 21 atau Pasal 31 dapat dikenakan
sanksi administratip pencabutan nomor bukti pencatatan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan
konfederasi serikat pekerja/serikat buruh.

(2) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang dicabut nomor bukti
pencatatannya kehilangan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a, b, dan c sampai
dengan waktu serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/ serikat buruh yang
bersangkutan telah memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 21 atau Pasal 31.

Pasal 43

(1) Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28, dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
Kesimpulan

1. Tujuan SP sesuai UU : Memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta


meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, dengan
menjalankan fungsinya sesuai amanah perundang-undangan.

2. Tindakan menghalang-halangi pekerja mendirikan atau melakukan kegiatan serikat


pekerja: tindak pidana kejahatan.

3. Tindakan menghalang-halangi tersebut tidak hanya berlaku bagi Pengusaha, tetapi juga
Pekerja/SP.

4. Hak untuk mendirikan dan menjalankan kegiatan serikat pekerja hanya dapat dibatasi
oleh dan berdasarkan undang-undang.
Peranan Pemerintah

Dalam Kaitannya dengan Dalam Kaitannya dengan


Hubungan Industrial Kebebasan Berserikat

Pemerintah memiliki hak untuk melakukan Pemerintah berhak untuk melakukan


pengaturan-pengaturan atau menetapkan pengawasan dan memastikan agar
kebijakan-kebijakan dalam rangka pelaksanaan dari kebebasan berserikat itu
menjalankan fungsi Pemerintah dari aspek sendiri :
hubungan industrial, sesuai dengan ketentuan ▪ tidak melanggar atau bertabrakan
pasal 102 ayat (1) UU No. 13 / 20003 : dengan pelaksanaan hak pihak lain
“Dalam melaksanakan hubungan sehubungan dengan fungsi pelayanan dari
industrial, pemerintah mempunyai fungsi pemerintah, atau;
menetapkan kebijakan, memberikan ▪ bertentangan dengan ketertiban umum
pelayanan, melaksanakan pengawasan, atau dasar negara Republik Indonesia serta
dan melakukan penindakan terhadap ketentuan perundang-undangan lainnya.
pelanggaran peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan”

23
Peranan Pengusaha

Dalam Kaitannya dengan Dalam Kaitannya dengan


Hubungan Industrial Kebebasan Berserikat

Pengusaha memiliki hak untuk melakukan Pengusaha berhak untuk :


pengaturan-pengaturan atau menetapkan menetapkan kebijakan atau melakukan
kebijakan-kebijakan dalam rangka pengaturan / pengelolaan dalam
menjalankan fungsi Pengusaha dari aspek pelaksanaan dari kebebasan berserikat itu
hubungan industrial, sesuai dengan ketentuan sendiri demi mempertahankan kelangsungan
pasal 102 ayat (3) UU No. 13 / 20003 : usaha dan dalam upaya mengembangkan
“Dalam melaksanakan hubungan usaha, untuk kesejahteraan pihak pekerja
industrial, pengusaha dan organisasi maupun pihak pengusaha sendiri;
pengusahanya mempunyai fungsi
menciptakan kemitraan, mengembang-kan
usaha, memperluas lapangan kerja, dan
memberikan kesejahteraan pekerja/buruh
secara terbuka, demokratis, dan
berkeadilan.”
24
Sikap Perusahaan terhadap Kebebasan Berserikat

Terkait dengan pelaksanaan kebebasan berserikat, Perusahaan perlu melakukan langkah-langkah teknis dan
strategis yang dapat menciptakan hubungan industrial yang harmonis di dalam perusahaan, yang meliputi :

1. Menganalisa implementasi kebebasan berserikat di perusahaan.


2. Melakukan pemetaan atau mapping atas organisasi, komunitas dan kelompok-kelompok yang ada
maupun yang berpotensi ada di perusahaan.
3. Membuat kebijakan untuk memfasilitasi kebebasan berserikat di perusahaan.
4. Mengimplementasikan kebijakan yang telah diputuskan.
5. Mengevaluasi pelaksanaan kebijakan dan melakukan improvement atas perkembangan pelaksanaan
kebebasan berserikat di perusahaan.

25
Intisari

▪ Kesadaran bahwa pihak pekerja maupun pengusaha punya “ladang”


yang sama, yaitu perusahaan tempat mereka bekerja, sehingga “ladang” ini
perlu dijaga keberlangsungan dan “kesuburan”-nya, demi kelangsungan
hidup dari pekerja dan pengusaha itu sendiri.

▪ Tak ada salahnya kebebasan berserikat dikelola, tapi pengelolaan harus


dipastikan semata-mata agar kebebasan berserikat tidak mengusik
kebebasan atau pelaksanaan hak-hak yang lain; dalam hal ini yang
menjadi kepentingan kita semua adalah pelaksanaan hak dari pengusaha
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

26
Syarat Kerja
MANFAATPENGATURANSYARATKERJA BAGI PENGUSAHA
DANPEKERJA

1 2 3 4

Adanya kepastian Peningkatan Peningkatan Ketenanganbekerja


Hak dan Kewajiban produktifitasdan kesejahteraan dan ketenangan
masing-masingpihak kemajuan Pekerja/Buruhdan berusaha
dalam pelaksanaan perusahaan Keluarganya
hubungan kerja
Pengertian PP dan PKB dan Prinsip Pembuatan PP dan PKB

Perjanjian “Perjanjian yang merupakan hasil perundingan


Kerja Bersama antara serikat pekerja/serikat buruh atau
beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di
Peraturan bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha atau
Perusahaan beberapa pengusaha atau perkumpulan
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja,
“Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha hak dan kewajiban kedua belah pihak”
yang memuat syarat – syarat kerja dan tata tertib kerja”.

Prinsip-Prinsip pembuatan PP dan PKB

Tidak Lebih baik


Memiliki
bertentangan dari Tidak
pelaksanaan Tidak
dengan peraturan Melanggar
peraturan Diskriminatif
peraturan perundang- HAM dan
perundang-
perundang- undangan Kesusilaan
undangan
undangan yang berlaku
Ketentuan Pembuatan PP dan PKB

Perusahaan memiliki
10 pekerja / lebih wajib membuat
PP
(Ps. 108 (1) UUK)

PP disusun oleh
Pengusaha
Ketentuan (Ps. 109 UUK)
Pembuatan
Peraturan
Perusahaan PP disusun dengan
memperhatikan saran dan
(PP) pertimbangan wakil pekerja
(Ps. 110 (1,) UUK)
Masa Berlaku PP paling
lama 2 Tahun
(Ps. 111 (3) UUK)
Muatan PP dan PKB

Hak dan
Kewajiban
Pengusaha

Jangka Hak dan


waktu Kewajiban
berlaku Pekerja/
MUATAN Buruh
PERATURAN
PERUSAHAAN

Tata Tertib Syarat


Perusahaan Kerja
Ketentuan Pembuatan PP dan PKB
PKB dirundingkan oleh Serikat Pekerja/Buruh atau
beberapa Serikat Pekerja/Buruh dengan Pengusaha
atau Beberapa Pengusaha
(Psl 116 (1) UUK)
Dalam 1 (satu) perusahaan hanya
terdapat 1 PKB yang berlaku bagi
seluruh pekerja/buruh di perusahaan
Ketentuan (Psl. 118 UUK)
Pembuatan
Perjanjian Kerja
Disusun dengan musyawarah mufakat
Bersama (PKB) yang didasari dengan itikad baik dan
kemauan bebas kedua belah pihak
(Ps. 162 (2) UUK)

Masa Berlaku PKB paling


lama 2 Tahun
(Ps. 123 UUK)
Syarat Pembuatan PP dan PKB

2 3
Dibuatdandiajukanoleh salah
satu atau masing masingpihak. Perusahaan
SP/SB yg berhak membuatPKB,
harusberbadan adalah SP/SB yang sudah tercatat
hukum pada Instansi yang bertanggung
jawab dibidang Ketenagakerjaan
dan mempunyai anggota 50%lebih,
atau mendapat dukungan dari 50%
lebih dari seluruh pekerja
4
(apabila hanya terdapat 1 (satu)
Apabila di perusahaan terdapat lebih dari 1 (satu) SP/SB, SP/SB diperusahaan tsb)
perundingan PKB dilakukan oleh maksimal 3 (tiga) SP/SB, yang
mempunyai anggota sekurang-kurangnya 10% dari total pekerja
di perusahaan.
Muatan PP dan PKB

Nama, alamat dan kedudukan Masa berlaku dan


Perusahaan dan SP/SB Berakhirnya PKB

Hak dan Kewajiban para pihak Tanda tangan


Dan Syarat Kerja Pembuat PKB

Mengatur tentang upah


Dan kesejahteraan pekerja
Peran PKB dalam mewujudkan hubungan kerja yang kondusif dan harmonis

Sebagai alat kontrol Memberi


dan alat ukur petunjuk
terhadapa terhadap
pelaksanaan mekanisme
hubungan industrial penyelesaian
perselisihan
hubungan
industrial
Mengatur hubungan Memberikan
kerja, hak dan Mengantisipasi kepastian
kewajiban kedua permasalahan hukum dalam
belah pihak secara di kemudian hari sebuah bentuk
tegas dan jelas hubungan kerja
Manfaat dan Fungsi Pengaturan Syarat Kerja (PP & PKB)

MANFAAT FUNGSI
Adanya kepastian Hak dan
Kewajiban masing-masing Mengatur hubungan kerja, hak
pihak dalam pelaksanaan dan kewajiban kedua belah
hubungan kerja pihak secara tegas dan jelas

Peningkatan produktifitas
01 01 Sebagai alat kontrol dan alat
dan kemajuan perusahaan 02 02 ukur terhadap pelaksanaan
hubungan industrial

Peningkatan kesejahteraan
Pekerja/Buruh dan 03 03 Mengantisipasi permasalahan
Keluarganya di kemudian hari

Memberi petunjuk terhadap


04 04 mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan
05 industrial
Ketenangan bekerja dan
ketenangan berusaha Memberikan kepastian hukum
dalam sebuah bentuk
hubungan kerja
11
ImplikasiTerbitnyaUU No. 11 Tahun2020 (UUCK) dan peraturan turunannya
terhadap muatan PP/PKB

PKB merupakan Undang-Undang bagi para pihak


pembuat PKB (Asas Kepastian Hukum / Pacta Sunt
Servanda)

Perubahan Peraturan Hadirnya UUCK dan Peraturan Turunannya


Perundang-Undangan tidak dijadikan sebagai alasan mendegradasi
tidak serta merta muatan PP/PKB yang dirasa sudah lebih baik
merubah ketentuan
PP/PKB yang masih Apabila kualitas isi PP dan/atau PKB yang telah
berlaku disepakati sudah lebih baik dan didukung
kemampuan perusahaan, maka diharapkan bisa
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan pada PP/PKB
periode selanjutnya. 12
IMPLIKASI PUTUSAN MK NOMOR 91/PUU-XVIII/2020
TENTANG PENGUJIAN FORMIL UU NO. 11 TAHUN 2020 (UUCK)
Amar Putusan Keempat dinyatakan bahwa :
Pembentukan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja adalah
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai “tidak dilakukan
perbaikan dalam waktu 2 (dua) tahun sejak putusan ini diucapkan”.

Amar Putusan Kelima MK menyatakan bahwa :


Undang-Undang Cipta Kerja masih tetap berlaku sampai dengan dilakukan
perbaikan pembentukan sesuai dengan tenggang waktu sebagaimana yang
telah ditentukan dalam putusan tersebut.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang perlu diatur dalam PP dan PKB

Penggolongan Pelaksanaan
Pelaksanaan Jam Jabatan Tertentu Istirahat Panjang
Kerja yang berhak upah
lembur (jika mengatur)

Dana Pensiun
Mekanisme
Pengganti Uang
Pemberian Surat Besaran Uang Pisah Pesangon, UPMK dan
Peringatan
Uang Pisah

Dispensasi Mengikuti
Pelaksanaan Cuti
Batasan Usia Pensiun kegiatan Serikat
Tahunan
Pekerja
39
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang perlu diatur dalam PP dan PKB

Jumlah Tanggungan Bonus


Pekerja Komponen Upah
(jika memberikan)

Penyediaan Fasilitas
Kerja / Uang Upah Bagi Pekerja
Peninjauan Upah
Pengganti Fasilitas Yang Meninggalkan
Secara Berkala
kerja Pekerjaan

Denda, ganti rugi,


pemotongan upah, uang
Pelaksanaan Istirahat
Waktu, Tempat dan muka upah, sewa Melahirkan,
Cara Pembayaran rumah/barang milik Keguguran, Haid dan
perusahaan, hutang / cicilan Kesempatan
Upah hutang dan kelebihan
pembayaran upah Menyusui

40
(PP & PKB) dalam Struktur Skala Upah

Sebagai sarana peningkatan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan kelangsungan usaha


bagi pengusaha

• Sebagai amanat UU Cipta Kerja, maka “Pengusaha wajib Menyusun


struktur dan skala upah di perusahaan dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan dan produktivitas” (Pasal 92 UU No.11 Tahun
2020)
• “Struktur dan skala upah harus dilampirkan oleh perusahaan pada saat
permohonan pengesahan dan pembaharuan Peraturan Perusahaan atau
pendaftaran, perpanjangan dan pembaharuan Perjanjian Kerja Bersama”
(Pasal 21 PP No.36 Tahun 2021)
41
(PP & PKB) dalam Skala Upah

Perbedaan upah antara Meningkatnya pekerja migran


perempuan dan laki laki perempuan tidak berdokumen
Kekerasan terhadap Permasalahan dengan hukum
perempuan
(sexual harassment)
Kerja tidak dibayar Perlindungan Sosial
UPAYA
PEMERINTAH
1. Meningkatkan Kesetaraan gender;
2. Memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja wanita melalui
pengesahan dan pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama;
3. Program Dialog Sosial pelaksanaan syarat kerja di tempat kerja non diskriminasi;
4. Regulasi khusus mengenai perlindungan pekerja, kesetaraan gender dan non diskriminasi di tempat kerja dan
melakukan pengawasan ke perusahaan;
5. Perlindungan pekerja perempuan dalam UU No.13/2003 Pasal 76, 81, 82, 83,
93 serta Kepmenaker No.224 tahun 2003;
6. Pembentukan taskforce EEO;
7. Sanksi bagi pekerja yang melakukan KDRT dalam Peraturan Perusahaan dan
Perjanjian Kerja Bersama , berupa teguran, peringatan tertulis, hingga pemberhentian.
Muatan (PP & PKB)

DISKRIMINASI
SETIAP PERBEDAAN,
PENGECUALIAN ATAU
PILIHAN ATAS DASAR
RAS, WARNA KULIT, JENIS
KELAMIN, AGAMA,
MUATAN PP & PKB KEYAKINAN POLITIK,
KEBANGSAAN ATAU ASAL
DALAM MASYARAKAT,
DISKRIMINASI YANG AKIBATNYA
MENGHILANGKAN ATAU
MENGURANGI
PERSAMAAN
KESEMPATAN ATAU
PERLAKUAN DALAM
PEKERJAAN DAN
JABATAN 43
TERMINATION MANAGEMENT

Definisi
Proses pengakhiran hubungan kerja yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha.

Keluaran
Pengakhiran hubungan kerja yang dilaksanakan dengan cara sebaik-
baiknya dan sesuai dengan regulasi yang berlaku, dengan tetap
memperhatikan hak dan kewajiban para pihak.
Ruang Lingkup

1. Persiapan pengakhiran hubungan kerja


Hanya sebatas persiapan untuk menghadapi berakhirnya masa kerja ketika
karyawan dalam memasuki masa pensiun dan tidak meliputi berakhirnya
hubungan kerja karena sebab-sebab lain selain pension

2. Pelaksanaan pengakhiran hubungan kerja, yang terdiri dari:


a) Pengakhiran Hubungan Kerja atas Inisiatif Karyawan
b) Pengakhiran Hubungan Kerja Melalui Mekanisme Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI)
c) Hubungan Kerja berakhir dengan sendirinya
Ruang Lingkup
Karyawan secara
sukarela
mengundurkan diri
Berakhirnya hubungan dari perusahaan
kerja atas inisiatif
karyawan sendiri
Karyawan mengajukan
percepatan pensiun
/ pensiun dini

Pelaksanaan Berakhirnya hubungan


Pengakhiran kerja melalui
Hubungan Kerja mekanisme PPHI
Karyawan meninggal
dunia

Hubungan Kerja Habisnya Perjanjian


berakhir dengan Kerja Waktu Tertentu
sendirinya (PKWT)

Karyawan pensiun
Measurement
Dasar Hukum PHK
Prinsip Dasar PHK
Upaya Mengindari PHK
Larangan PHK
Tata Cara PHK
Pemberitahuan PHK
Alasan PHK & Besaran Kompensasi PHK
Alasan PHK & Besaran Kompensasi PHK
Alasan PHK & Besaran Kompensasi PHK
Keypoint dalam PHK
Tahapan Proses dalam Pensiun

Anda mungkin juga menyukai