Anda di halaman 1dari 56

STUDI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH GUNUNG

SINABUNG DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI


GAYABERAT DI DAERAH SUMATERA UTARA SEBELUM LETUSAN
TAHUN 2010

Oleh

Abdurrohim Hanif
Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geofisika


Fakultas Teknik Universitas Lampng

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
ABSTRAK

STUDI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH GUNUNG


SINABUNG DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI
GAYABERAT DI DAERAH SUMATERA UTARA SEBELUM LETUSAN
TAHUN 2010

Oleh

ABDURROHIM HANIF

Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo Sumatera Utara adalah salah
satu gunung api aktif yang berada dekat dengan sesar sumatera. Penelitian
gayaberat di daerah Gunung Sinabung telah dilakukan untuk mengetahui struktur
bawah permukaan daerah Gunung Sinabung dan sekitarnya, dengan tujuan untuk
mengetahui: anomali Bouguer, struktur bawah permukaan daerah Gunung
Sinabung dan sekitarnya, serta mengetahui letak dan volume dapur magma
Gunung Sinabung. Data anomali gayaberat daerah penelitian didapatkan dari
pengukuran satelit altimetri Topex/Posseidon.

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian meliputi: analisis spektrum


pada data anomali Bouguer untuk menentukan lebar jendela dan kedalaman
anomali, analisis SVD untuk mengetahui struktur patahan yang ada di daerah
penelitian, dan pemodelan inversi 3D untuk mengetahui gambaran struktur bawah
permukaan dan dapur magma Gunung Sinabung.

Daerah penelitian memiliki anomali Bouguer antara -100 mGal hingga 260 mGal
dimana daerah Gunung Sinabung memiliki anomali Bouguer tinggi yaitu 120
mGal sampai 140 mGal. Analisis SVD menunjukkan keberadaan struktur Sesar
Sumatera berarah Baratlaut-Tenggara, dan patahan di sebelah Selatan Gunung
Sinabung berarah hampir Utara-Selatan. Pemodelan inversi 3D anomali Bouguer
menunjukkan keberadaan dapur magma Gunung Sinabung dengan nilai densitas
tinggi dibandingkan daerah di sekitarnya. Dapur magma Gunung Sinabung berada
pada kedalaman 8000 meter sampai 23000 meter dengan volume dapur magma
diperkirakan sebesar 3240 km3.

Kata Kunci : Gunung Sinabung, anomali Bouguer, SVD, inversi 3D.


ABSTRACT

STUDYSUBSURFACE STRUCTURE IN SURROUNDING SINABUNG


VOLCANO BASED ON ANOMALY GRAVITY IN THE NORTH
SUMATRA BEFORE ERUPTION IN 2010

By

ABDURROHIM HANIF

Sinabung volcano located in Karo district of North Sumatra is one of the active
volcanoes are located close to the Sumatra fault. Gravity research in the area of
Mount Sinabung has been done to determine the subsurface structure Sinabung
and surrounding areas, with the aim to determine: Bouguer anomaly, subsurface
structures in surrounding Sinabung, and determine the location and volume of
magma Sinabung. Gravity anomaly data obtained from the study area satellite
altimetry measurements Topex/ Posseidon.

Data processing was performed in this study include: Bouguer anomaly data
spectrum analysis to determine the window width and depth of the anomaly, SVD
analysis to determine the fault structure in the area of research, and 3D inversion
modeling to reveal the subsurface structure and magma Sinabung.

Area of research has Bouguer anomaly between -100 to 260 mgal where Sinabung
area has high Bouguer anomaly 120-140 mgal. SVD analysis showed the presence
of Sumatra Fault structure Northwest-Southeast trending , and faulting in southern
Sinabung nearly north - south trend. 3D inversion modeling of Bouguer anomalies
indicate the presence of magma Sinabung with density values higher than the
surrounding area. Mount Sinabung magma chamber located at a depth of 8000
meters to 23,000 meters with an estimated volume of 3240 km3.

Keywords : Sinabung Volcano, Bouguer anomaly, SVD, 3D inversion .


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidomulyo, Lampung Tengah pada

tanggal 22 Oktober 1991, sebagai anak ketiga dari empat

bersaudara pasangan Bapak Fatchurrachman dan ibu Istijabah.

Penulis mengawali pendidikan dari tingkat Taman Kanak-

Kanak di TK Muslimat Lampung Tengah pada tahun 1996, kemudian dilanjutkan

di MI Ma’arif 1 Punggur Lampung Tengah dari tahun 1997-2003, kemudian

dilanjutkan di MTs Ma’arif 1 Punggur Lampung Tengah dari tahun 2003-2006,

selanjutnya penulis melanjutkan di SMA N 1 Kotagajah tahun 2006-2009 dan pada

tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Teknik Geofisika Fakultas

Teknik Universitas lampung melalui jalur SNMPTN.

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti beberapa organisasi baik internal

maupun eksternal kampus antara lain, HIMA TG BHUWANA (Himpunan

Mahasiswa Teknik Geofisika Bhuwana) sebagai kepala bidang Saintek 2011-2012,

anggota HMGI (Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia) periode 2010-2014.

Penulis juga pernah mengikuti Workshop Geofisika pada Tahun 2010 yang

dilakasanakan di Universitas Lampung. Pada tahun 2013 penulis melakukan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Lampung Barat. Salain itu penulis juga

melaksanakan Kerja Praktek (KP) di PT. Bukit Asam Tbk di Sumatera Selatan.
MOTTO
All,,,,,,,,, is,,,,,,,,,, well,,,,,,,,,,,

 Jika kita selalu bergantung kepada 

ALLAH
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Struktur

Bawah Permukaan Daerah Gunung Sinabung Dan Sekitarnya Berdasarkan

Data Anomali Gayaberat Di Daerah Sumatera Utara Sebelum Letusan Tahun

2010”. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak

terkait.

Dalam skripsi ini penulis menyadari terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar penelitian

selanjutnya dapat lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 12 Januari 2015


Penulis

Abdurrohim Hanif
SANWACANA

Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, skripsi yang berjudul “Studi

Struktur Bawah Permukaan Daerah Gunung Sinabung Dan Sekitarnya

Berdasarkan Data Anomali Gayaberat Di Daerah Sumatera Utara Sebelum

Letusan Tahun 2010”telah terselesaikan dengan baik.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih baik

secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang telah

membimbing, membantu dan mendukung dalam penelitian dan penyusunan skripsi

ini.

1. Kedua Orang Tua (Bapak Fatchurrachman dan ibu Istijabah) yang selalu

memberikan doa dan dukungan setiap waktu kepada penulis.

2. Kedua Orang tuaku yang lain, Bapak Tugino Prayitno dan Ibu Supriyati dan

segenap keluarga yang selalu memberikan doa dan nasehat kepada penulis.

3. Istriku yang tercinta Eci Linda Sari yang telah memberikan perhatian, doa dan

semangat untuk selalu berusaha dan berdoa demi terselesaikannya sekripsi ini.

4. Saudara-saudaraku (Ahmad miftahurroyyan, Abdurrohman Hamid, Habib

Anwar Yazid) yang selalu memberikan dukungan kepada penulis selama

penyusunan skripsi.
5. Bapak Dr. Muh. Sarkowi, S.Si, M.Si. sebagai pembimbing pertama yang selslu

memberikan bimbingan, saran dan nasehat-nasehat yang sangat membantu dari

awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, S.Si, M.T. sebagai Ketua Jurusan Teknik

Geofisika sekaligus pembimbing kedua yang telah yang selalu memberikan

ilmu dan nasehat yang berharga dari awal perkuliahan sampai tersusunnya

skripsi ini.

7. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.S., M.Sc., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Teknik

sekaligus sebagai penguji yang banyak memberikan saran dan masukan kepada

penulis dalam pembuatan skripsi.

8. Dosen-dosen Teknik Geofisika: Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S.Si., M.T.,

Rustadi, S.Si., M.T., Alimuddin, S.Si, M.Si., Ordas Dewanto, S.Si., M.Si.,

Karyanto, S.Si., M.T. dan Nandi Haerudin, S.Si., M.Si. yang telah memberikan

ilmu-ilmu yang bermanfaat selama penulis keliah di Jurursan Teknik

Geofisika.

9. Teman-teman satu angkatan 2009: Dian, Meilisa, Frengki, Hamid, Adi, Intan,

Davit, Deka, Hendra, Imam, Marikson, Noval, Maruly, Tanjung, Satria, Aji

dan Tri yang selalu memberikan warna dan cerita selama penulis kuliah di

Jurusan Teknik Geofisika.

10. Keluarga besar Teknik Geofisika Universitas Lampung, angkatan 2007, 2008

(khususnya kak Irfan Prasetyo), 2010 (khususnya satria), 2011, 2012, 2013,

2014, dan TU yang telah banyak membantu selama ini.

11. Semua pihak yang selalu membantu. Terima kasih atas semuanya.

Semoga Allah SWT mencatat dan membalas semua kebaikan kalian semua. Amin
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ...................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
PERNYATAAN ................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................vii
MOTTO ............................................................................................................viii
KATAPENGANTAR ....................................................................................... ix
SANWACANA ................................................................................................. x
DAFTAR ISI .....................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv

I. PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1. Latar Belakang .....................................................................................1


1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................3
1.3. Batasan Masalah ..................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4

2.1. Daerah Penelitian .................................................................................4


2.2. Geologi Regional .................................................................................5
2.3. Stratigrafi Regional ..............................................................................7
2.3.1. Formasi Parapat (Agam/Bruksah) ..............................................8
2.3.2. Formasi Bampo ..........................................................................8
2.3.3. Formasi Belumai ........................................................................9
2.3.4. Formasi Baong ............................................................................9
2.3.5. Formasi Keutapang .....................................................................9
2.3.6. Formasi Seurul ............................................................................9
2.3.7. Formasi Julu Rayeu ....................................................................10
2.4. Gunung Sinabung..................................................................................11
2.4.1. Fisiografi .....................................................................................12
2.4.2. Morfologi ....................................................................................12
2.4.3. Sruktur geologi ...........................................................................13
2.4.4. Sejarah geologi ...........................................................................13
2.4.5. Stratigrafi ....................................................................................13
2.4.6. Petrografi ....................................................................................13
2.4.7. Aktivitas Vulkanik Gunung Sinabung ........................................14

III. TEORI DASAR ........................................................................................16

3.1. Metode Gayaberat .................................................................................16


3.1.1. Koreksi pasang surut (Tide).........................................................18
3.1.2. Koreksi apungan (drift) ...............................................................18
3.1.3. Koreksi lintang ............................................................................19
3.1.4. Koreksi udara bebas (Free Air Correction).................................20
3.1.5. Koreksi Bouguer ..........................................................................21
3.1.6. Koreksi medan (Terrain Correction) ..........................................21
3.2. Analisis Spektrum .................................................................................22
3.3. Moving Average ....................................................................................25
3.4. Second Vertical Derivative (SDV)........................................................25
3.5. Pemodelan Inversi 3D ...........................................................................28
3.6. Data Satelit Gravity...............................................................................29

IV. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................32

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ...............................................................32


4.2. Alat Penelitian .......................................................................................33
4.3. Pengolahan Data ...................................................................................33
4.4. Diagram Alir .........................................................................................35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................36

5.1. Topografi...............................................................................................36
5.2. Anomali Bouguer ..................................................................................38
5.3. Analisis Spektrum .................................................................................40
5.4. Anomali Regional .................................................................................44
5.5. Anomali Residual..................................................................................46
5.6. Second Vertical Derivative (SVD)........................................................47
5.7. Pemodelan Inversi 3D Anomali Bouguer .............................................57
5.8. Analisis Struktur Patahan Berdasarkan Model 3D dan Peta SVD ........59
5.9. Analisis Dapur Magma Berdasarkan Model 3D Anomali Bouguer .....62
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................67

6.1. Simpulan ................................................................................................67


6.2. Saran ......................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................69


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta daerah penelitian Gunung Sinabung dan sekitarnya .................. 4

Gambar 2. Peta geologi regional daerah Gunung Sinabung dan sekitarnya ....... 6

Gambar 3. Kolom stratigrafi cekungan Sumatera Utara ..................................... 10

Gambar 4. Gunung Sinabung dan Danau Lau Kawar ......................................... 11

Gambar 5. Gaya tarik menarik antara dua benda ................................................ 17

Gambar 6. Kurva Ln A dengan k ........................................................................ 24

Gambar 7. Satelit gravimetri ............................................................................... 30

Gambar 8. Diagram alir penelitian ...................................................................... 35

Gambar 9. Peta 3D ketinggian daerah penelitian ................................................ 36

Gambar 10. Peta topografi daerah penelitian ...................................................... 37

Gambar 11. Peta anomali Bouguer daerah penelitian ......................................... 39

Gambar 12. Lintasan analisis spektrum dari peta anomali Bouguer ................... 40

Gambar 13. Grafik analisis spektrum lintasan A ................................................. 41

Gambar 14. Grafik analisis spektrum lintasan B ................................................. 42

Gambar 15. Grafik analisis spektrum lintasan C ................................................. 43

Gambar 16. Grafik analisis spektrum lintasan D ................................................. 43

Gambar 17. Peta kontur anomali regional ........................................................... 45

Gambar 18. Peta kontur anomali residual ........................................................... 46

Gambar 19. Peta kontur Second Vertical Derivative dari anomali


Bouguer dengan dugaan struktur patahan ........................................ 48
Gambar 20. Peta kontur Second Vertical Derivative dari anomali
regional dengan dugaan struktur patahan ........................................ 50

Gambar 21. Peta kontur Second Vertical Derivative dari anomali


residual dengan dugaan struktur patahan ......................................... 51

Gambar 22. Korelasi peta kontur SVD dengan peta geologi daerah
penelitian untuk identifikasi patahan ............................................... 53

Gambar 23. Grafik analisa jenis patahan ............................................................. 54

Gambar 24. Peta SVD anomali Bouguer dengan indikasi patahan ..................... 55

Gambar 25. Korelasi peta kontur SVD dengan peta geologi daerah
penelitian .......................................................................................... 56

Gambar 26. Model 3D distribusi densitas hasil inversi anomali


Bouguer daerah penelitian ............................................................... 57

Gambar 27. Model 3D daerah penelitian dengan plot gunung dan sesar ............ 58

Gambar 28. Patahan yang terlihat pada peta SVD anomali


Bouguerdan model 3D anomali Bouguer ........................................ 60

Gambar 29. Struktur patahan dan dapur magma pada peta SVD dan
model 3D anomali Bouguer ............................................................. 61

Gambar 30. Peta geologi daerah penelitian dan penampang bawah


permukaannya .................................................................................. 62

Gambar 31. Slice pada peta anomali Bouguer daerah penelitian ........................ 63

Gambar 32. Model bawah permukaan daerah dapur magma


Gunung Sinabung ............................................................................ 64

Gambar 33. Model bawah permukaan dapur magma Gunung Sinabung ............ 64

Gambar 34. Model dapur magma Gunung Sinabung dengan batas-batasnya ..... 65

Gambar 35. Pendekatan volume dapur magma Gunung Sinabung ..................... 86


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Beberapa operator filter SVD ................................................................. 27

Tabel 2. Karakteristik dari satelit TOPEX/Poseidon ............................................ 31

Tabel 3. Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 32

Tabel 4. Nilai lebar jendela untuk masing-masing lintasan ................................. 44


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Posisi geologis Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng aktif

dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia

di utara, dan Lempeng Pasifik di sebelah timur. Oleh karena hal itu, wilayah

Indonesia yang menjadi pertemuan tiga lempeng aktif dunia tercatat

memiliki sekitar 127 gunungapi yang menjadikannya sebagai negara dengan

jumlah gunungapi terbanyak di dunia. Salah satu diantaranya adalah

Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo Sumatera Utara.

Gunung Sinabung adalah salah satu dari 30 gunungapi yang ada di atas

Sesar Besar Sumatera. Bila dilihat letaknya, Gunung Sinabung yang aktif

kembali sejak 2010 posisinya lebih dekat dengan Sesar Besar Sumatera.

Sinabung mulai menunjukkan aktivitas vulkaniknya setelah gempabumi

disertai tsunami dahsyat yang mengguncang Aceh pada tanggal 26

Desember 2004, disusul kemudian dengan gempa Nias Maret 2005 dan Juli

2006, diikuti Gempa Padang pada Maret 2007 yang berulang pada

September 2009 yang diikuti Gempa Nias lagi pada Oktober 2009. Setahun

kemudian, yaitu pada tanggal 29 Agustus 2010 Gunung Sinabung meletus

untuk pertama kali setelah kurang lebih 400 tahun diam.


2

Gunungapi Sinabung termasuk dalam gunungapi yang jarang diteliti, baik

dari sisi geologi maupun ilmu kebumian lainnya. Hal ini dikarena

gunungapi tersebut dulunya (sebelum tahun 2010) masuk dalam kategori

gunungapi tipe B atau setelah tahun 1600 belum pernah meletus. Hal

tersebut membuat banyak ahli gunungapi di Indonesia memfokuskan

penelitiannya pada gunung-gunungapi tipe A. Maka dari hal itu, peneliti

ingin membahas tentang “Studi Struktur Bawah Permukaan Daerah

Gunung Sinabung Dan Sekitarnya Berdasarkan Data Anomali

Gayaberat Di Daerah Sumatera Utara Sebelum Letusan Tahun 2010”.

Dalam penelitian ini digunakan Metode gayaberat dimana metode ini

megukur variasi nilai gravitasi bumi di permukaan. Data anomali gayaberat

yang digunakan adalah data yang didapat dari http://topex:ucsd.edu. Metode

gayaberat yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis SVD dan

pemodelan inversi 3D anomali Bouguer. Dengan asumsi bahwa nilai rapat

massa batuan yang bervariasi mencirikan adanya suatu struktur geologi atau

batas lapisan, serta bahan-bahan penyusun lapisan tersebut, termasuk

kehadiran fluida di dalamnya.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai anomali Bouguer daerah penelitian.

2. Mengetahui struktur patahan bawah permukaan daerah Gunung

Sinabung dan sekitarnya berdasarkan data SVD anomali Bouguer,

regional dan residual.


3

3. Mengetahui keberadaan dan volume dapur magma Gunung Sinabung

dengan pemodelan 3D anomali Bouguer.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada interpretasi stuktur bawah permukaan, yaitu

patahan, dan dapur magma daerah sekitar Gunung Sinabung dengan data

anomali gayaberat yang didapat dari http://topex:ucsd.edu sebelum erupsi

tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

salah satu sumber informasi struktur bawah permukaan di daerah sekitar

Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara.


I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daerah Penelitian

Gambar 1. Peta daerah penelitian Gunung Sinabung dan sekitarnya


(Bakosurtanal, 2002)
5

Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara

Indonesia. Secara geografis daerah penelitian terletak pada kordinat 340000

m – 460000 m UTM X dan 260000 m – 400000 m UTM Y. Di daerah

penelitian terdapat beberapa gunung, dua diantaranya gunung berapi aktif

yaitu: Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Selain itu di daerah

penelitian terdapat pula dua buah danau yang cukup luas dan terkenal yaitu

sebagian Danau Toba (Tongging) dan Danau Lau Kawar yang memiliki luas

lebih kurang 200 Ha.

2.2. Geologi Regional

Pulau Sumatera merupakan bagian tepi baratdaya-selatan dari lempeng

Benua Eurasia yang berinteraksi dengan lempeng Samudera Hindia

Australia yang bergerak ke arah utara-timurlaut. Interaksi kedua lempeng

tersebut dipengaruhi oleh besarnya sudut interaksi serta kecepatan

konvergensi lempengnya. Gerakan tersebut telah menghasilkan bentuk-

bentuk gabungan penunjaman (subduction) dan sesar mendatar.

Penunjaman yang terjadi pada masa Tersier sampai Resen di bawah Pulau

Sumatera mengakibatkan terbentuknya jalur busur magma yaitu

Pegunungan Bukit Barisan. Penunjaman yang terbentuk secara berkala telah

dilepaskan melalui sesar transform yang sejajar dengan tepian lempeng dan

terpusat di sepanjang sistem Sesar Sumatera yang membentang sepanjang

Sumatera.
6

Gambar 2. Peta geologi regional daerah Gunung Sinabung dan sekitarnya


(Whandoyo, 1982)

Sesar mendatar ini terbentuk sebagai akibat dari sifat interaksi lempeng

Hindia Australia dengan lempeng Mikro Sunda yang menyerong. Sesar ini

mempunyai kedudukan tektonik yang penting karena dapat dianggap

sebagai batas antara lempeng Mikro Sunda dengan lempeng Hindia-

Australia di sebelah baratnya. Dengan demikian perkembangan tektonik


7

Tersier dari bagian Sumatera yang berada di sebelah timur sesar

Sumateraadalah juga perkembangan tektonik Tersier dari padalempeng

Mikro Sunda.

Di sepanjang Sesar Sumatera dapat ditemukan gunung-gunung berapi

dengan jarak pusat vulkaniknya terhadap Sesar Sumatera bervariasi, seperti

Gunung Kerinci di Provinsi Jambi dan Gunung Merapi di Provinsi Sumatera

Barat serta Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Di samping itu, di

sepanjang Sesar Sumatera ini dapat ditemukan juga danau-danau besar yang

terbentuk akibat langsung dari pergesaran sesar seperti Danau Singkarak di

Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Danau Toba di Provinsi Sumatera

Utara merupakan danau yang terbentuk dari letusan gunung berapi purba.

2.3. Stratigrafi Regional

Cekungan Sumatera Utara terletak diantara paparan sunda yang berada di

daerah lepas pantai sebelah timur laut, dan pegunungan barisan yang

terletak di sebelah barat daya. Cekungan Sumatera Utara terbentuk pada

waktu Tersier Awal. Lapisan lapisan Tersier Bawah terutama terdiri dari

pasir kuarsa mika berikut beberapa lapisan lapisan karbonat asal genang laut

yang terletak pada lapisan atas batuan Pra-Tersier. Selama kala Miosen

Tengah sebagian besar dari daerah ini digenangi lautan yang mengakibatkan

adanya pengendapan serpih Baong marin setebal 1500 m. Pada

akhir kala Miosen Tengah pegunungan barisan terangkat dan menyalurkan

bahan-bahan klastik ke cekungan busur belakang Sumatera Utara dan

mengakibatkan terbentuknya Formasi Ketapang dan Formasi Seurula yang


8

sebagian besar litologinya terdiri dari batupasir dan serpih hasil susut laut.

Pengisian berakhir pada kala Pliosen Atas dengan diendapkannya Formasi

Julu Rayeu yang terdiri dari lapisan lapisan terrestrial dan asal danau.

Seluruh daerah tersebut dipengaruhi oleh perlipatan Plio-Plistosen yang

mengakibatkan adanya konfigurasi struktur dewasa sesar yang memotong

daerah ini memperlihatkan bagian cekungan yang menurun terhadap pantai

sebelah timur. Batas barat dari cekungan ini dibentuk oleh kaki Pegunungan

Barisan (Sosromihardjo, 1988).

Stratigrafi regional Cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke

muda yaitu sebagai berikut:

2.3.1. Formasi Parapat (Agam/Bruksah)

Formasi ini diendapkan secara tidak selaras pada block faulting pada

Oligosen Akhir dengan sedimen klastik berbutir kasar nonmarine.Ada

juga literatur yang menyatakan bahwa formasi ini berasal dari Formasi

Tampura tetapi ada juga literatur yang menyanggah hal ini.

2.3.2. Formasi Bampo

Formasi ini dicirikan oleh endapan serpih hitam, lanau, lempung

pasiran, mengandung karbon dan mika. Suplai sedimen ini berasal

dari Formasi Parapat yang diendapkan pada lingkungan lagoon. Umur

dari Formasi ini adalah Upper oligosen-lower miocene.


9

2.3.3. Formasi Belumai

Formasi ini dicirikan oleh adanya pengendapan batuan karbonat pada

bagian utara dan barat cekungan, sedangkan pada bagian selatan

terdapat endapan batupasir glaukonitan berselingan dengan

batugamping dan serpih.

2.3.4. Formasi Baong

Formasi ini terbentuk pada miosen tengah pada saat tektonika yang

kedua mulai berlangsung. Pada saat ini terjadi pengangkatan yang

intensif. Ciri khas dari formasi ini adalah litologi batupasir yang

terbentuknya dipengaruhi arus turbidit.

2.3.5. Formasi Keutapang

Formasi ini terbentuk pada kala Miosen Akhir. Pengendapan sedimen

yang berkembang adalah batupasir yang berasal dari pegunungan

Bukit Barisan, hal ini disebabkan oleh aktivitas pengangkatan dari

Bukit Barisan tersebut. Pada formasi ini juga berkembang shale yang

merupakan sealing yang baik bagi akumulasi hidrokarbon.

2.3.6. Formasi Seurula

Pengangkatan mencapai puncaknya pada kala Plio-Plistosen, sehingga

terjadi pendangkalan laut pada seluruh cekungan. Pada saat ini

terbentuk batupasir dan shale yang berasal dari Bukit Barisan.


10

2.3.7. Formasi Julu Rayeu

Pengisian cekungan berakhir pada kala Pleistosen Akhir dengan

endapan berfacies terrestial-lagoonal yang berupa serpih,

batulempung dan batupasir (Davies, P. R., 1984).

Gambar 3. Kolom stratigrafi cekungan Sumatera Utara


(Sosromihardjo, 1988)
11

2.4. Gunung Sinabung

Gunungapi Sinabung adalah gunungapi stratovolkano (berbentuk kerucut),

dengan tinggi puncaknya 2460 m dpl. Lokasi Gunungapi Sinabung secara

administratif masuk ke dalam Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Secara geografis, terletak pada 432454 UTM-X dan 351263 UTM-Y. Di

kaki Gunung Sinabung terdapat sebuah danau, yaitu Danau Lau kawar

dengan luas kurang lebih 200 ha ini terletak di Desa Kuta Gugung. Lau

Kawar ini pun merupakan salah satu dari dua danau di kawasan ekosistem

Leuser.

Gambar 4. Gunung Sinabung dan Danau Lau Kawar

Secara geologi Gunung Sinabung muncul karena adanya pengangkatan-

pengangkatan (orogenesa) disusul dengan proses vulkanik berupa erupsi

Gunungapi Kwarter yang lebih bersifat efusif. Menurut NR. Cameroon,

et.al.1982, bentang alam Gunung Sinabung merupakan bagian dari dataran

tinggi Berastagi (Berastagi High Lands) yang di sebelah selatannya

berbatasan dengan dataran tinggi Kabanjahe (Kabanjahe Plateau). Bentang


12

alam ini pun masih merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan

Timur.

Dari sejarahnya, diperkirakan gunungapi ini mulai tumbuh antara Plistosen

hingga Holosen, dengan menghasilkan banyak aliran lava pada lereng-

lerengnya. Secara regional gunungapi ini termasuk tipe kwarter, sedangkan

stratigrafi vulkaniknya belum ada (belum dipetakan). Ditinjau dari pola

struktur regional yang dapat diamati, Gunung Sinabung dan Gunung

Sibayak mempunyai kelurusan dengan Danau Toba, diperkirakan aktivitas

dan kemunculan gunungapi ini mempunyai kaitan erat dengan Danau Toba

tersebut. Berdasarkan penelitian, ditemukan batuan lava berupa andesit

piroksen, lahar, agglomerate, dengan komposisi mineral terdiri atas: augit,

hornblende dan hipersten (Santoso.dkk,1982).

2.4.1. Fisiografi

Berdasarkan fisiografinya Gunung Sinabung mempunyai tubuh yang

sangat mulus dan merupakan gunungapi soliter yang muncul di atas

Dataran Tinggi Karo.

2.4.2. Morfologi

Dilihat dari bentuk tubuhnya yang relatif lebih mulus menunjukan

bahwa Gunung Sinabung relatif lebih muda dari pada Gunung

Sibayak yang terletak di sebelah timurlautnya. Gunung Sinabung

merupakan gunungapi strato dengan kerucut bagus, secara morfologi


13

dapat dibagi menjadi tiga satuan yaitu: satuan morfologi puncak,

satuan morfologi lereng dan satuan morfologi kaki.

2.4.3. Sruktur geologi

Ditinjau dari pola struktur regional yang dapat diamati, Gunung

Sinabung dan Gunung Sibayak mempunyai kelurusan dengan Danau

Toba, diperkirakan aktivitas dan kemunculan gunungapi ini

mempunyai kaitan erat dengan Danau Toba tersebut.

2.4.4. Sejarah geologi

Diperkirakan gunungapi ini mulai tumbuh antara Plistosen hingga

Holosen, dengan menghasilkan banyak aliran lava pada lereng-

lerengnya.

2.4.5. Stratigrafi

Secara regional gunungapi ini termasuk Kuarter, sedangkan stratigrafi

vulkanik gunngapi ini belum ada (belum dipetakan).

2.4.6. Petrografi

Batuan lava dari peneliti terdahulu adalah berupa andesit piroksen.

Komposisi mineral terdiri atas: augit, hornblende dan hipersten.


14

2.4.7. Aktivitas Vulkanik Gunung Sinabung

Sinabung meskipun tidak ada catatan meletus sejak tahun 1600,

namun gunung ini pada tahun 1912 dilaporkan terjadi aktivitas

solfatara di puncaknya. Aktivitas solfatara artinya ada semburan uap

dan gas belerang panas dari retakan-retakan di permukaan

tanah/batuan. Aktivitas solfatara menunjukkan bahwa Gunung

Sinabung ini masih mempunyai kegiatan vulkanik di dalamnya.

Gunung Sinabung tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600,

akan tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada 27 Agustus

2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal

29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010,

17.15 UTC).

Setelah itu pada tanggal 3 September, terjadi 2 letusan. Letusan

pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua

terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan

debu vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letuasn kedua terjadi bersamaan

dengan gempabumivulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di

sekitar gunung ini. Sedangkan pada tanggal 7 September, Gunung

Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak

gunung ini menjadi aktif pada tanggal 27 Agustus 2010. Suara letusan

ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur

hingga 5.000 meter di udara.


15

Yang terbaru pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali,

sampai 18 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan

pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian

terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2

letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas

dan abu vulkanik.

Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan

panas sampai 1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam

kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali

pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilanjutkan pada hari

berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m

di atas puncak gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan

yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena hujan abu vulkanik.

Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi

sampai 3 Januari 2014. Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan

kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai

hari berikutnya. Dan pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi

Gunung Sinabung mulai stabil.


III. TEORI DASAR

3.1. Metode Gayaberat

Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada

pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan

bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah

variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah

permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah

perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi

lainnya. Metode gayaberat umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan

minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam

eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat

massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian

struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur

bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah

eksplorasi baik minyak maupun mineral lainnya. Untuk menggunakan

metode ini dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, alat gravitasi yang

pertama berada di base sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pasang

surut gravitasi, alat yang kedua dibawa pergi ke setiap titik pada stasiun
17

mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya dalam pengerjaan

pengukuran gravitasi ini, dilakukan secara looping (Supriyadi, 2009).

Pada dasarnya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda yang

memiliki rapat massa yang berbeda, hal ini dapat diekspresikan oleh rumus

hukum Newton sederhana sebagai berikut:

F12 F21
m1 m2

Gambar 5. Gaya tarik menarik antara dua benda

dimana:

Dengan menggunakan rumus dasar inilah maka survey geofisika metode

gravitasi dapat dilakukan, namun seperti halnya metode geofisika lainnya,

tentu saja metode ini memiliki koreksi. Koreksi dalam metode gaya berat

adalah sebagai berikut:


18

3.1.1. Koreksi pasang surut (Tide)

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh gravitasi benda-benda

di luar bumi seperti bulan dan matahari, yang berubah terhadap lintang dan

waktu. Penurunan efek tidal ini hampir sebagian besar menggunakan

persamaan Longman (1959).

[ ( ) ]

Dalam prakteknya, koreksi tidal dilakukan dengan cara mengukur nilai

gayaberat di stasiun yang sama (base) pada interval waktu tertentu.

Kemudian bacaan gravimeter tersebut diplot terhadap waktu agar

menghasilkan suatu persamaan yang digunakan untuk menghitung koreksi

tidal. Nilai koreksi tidal ini selalu ditambahkan pada pembacaan gayaberat.

dimana:

3.1.2. Koreksi apungan (drift)

Koreksi apungan akibat adanya perbedaan pembacaan gayaberat dari

stasiun yang sama pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena

adanya guncangan pegas alat gravimeter selama proses transportasi dari

suatu stasiun ke stasiun lainnya. Untuk menghilangkan efek ini, akuisisi

data gayaberat didesain dalam suatu rangkaian tertutup (loop), sehingga


19

besar penyimpangan tersebut dapat diketahui dan diasumsikan linier pada

selang waktu tertentu. Koreksi drift pada masing-masing titik stasiun

adalah:

dimana:

tn = waktu pembacaan pada stasiun ke-n

t1 = waktu pembacaan pada stasiun base (awal looping)

tN = waktu pembacaan pada stasiun base (akhir looping)

g1 = bacaan gravimeter terkoreksi tidal pada stasiun base (awal looping)

gN = bacaan gravimeter terkoreksi tidal pada stasiun base (akhir looping)

glokal = gayaberat terkoreksi drift dan tidal

3.1.3. Koreksi lintang

Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi yang tidak sepenuhnya bulat

sempurna, sehingga terdapat perbedaan antara jari-jari bumi di kutub

dengan di daerah katulistiwa sebesar 21 km. Dengan demikian nilai

gayaberat di kutub akan lebih besar dibandingkan nilai gayaberat di

katulistiwa. Secara umum gravitasi terkoreksi lintang dapat ditulis sebagai

berikut :
20

3.1.4. Koreksi udara bebas (Free Air Correction)

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek topografi atau efek

ketinggian yang mempengaruhi nilai pembacaan nilai gayaberat tanpa

memperhatikan efek dari massa batuan. Dengan kata lain koreksi udara

bebas merupakan perbedaan gayaberat yang diukur pada mean sea level

(geoid) dengan gayaberat yang diukur pada ketinggian h meter dengan tidak

ada batuan diantaranya.

Nilai gaya berat pada mean sea level dengan menganggap bentuk bumi yang

ideal, spheroid, tidak berotasi, dan massa terkonsentrasi pada pusatnya,

yaitu:

Nilai gayaberat pada stasiun pengukuran dengan elevasi h (meter) dari mean

sea level (Kadir, 2000) adalah:

Perbedaan nilai gayaberat antara yang terletak pada mean sea level dengan

titik yang terletak pada elevasi h (meter) adalah koreksi udara bebas (FAC)

diberikan persamaan sebagai berikut (Telford dkk,1990):

( )

Dengan = 981785 mGal dan R=6371000 meter

Sehingga besarnya anomali pada posisi tersebut menjadi :


21

3.1.5. Koreksi Bouguer

Koreksi bouger merupakan koreksi ketinggian yang memperhitungkan

adanya efek dari massa batuan yang berada di antara bidang datum (geoid)

dan titik amat dengan asumsi memiliki jari-jari tak terhingga dengan tebal h

(meter) dan densitas (gr/cm3). Sehingga koreksi ini dapat ditulis sebagai

berikut:

dimana : rapat massa rata-rata daerah penelitian (gr/cm3)

h = ketinggian titik amat (m)

Anomali gaya berat setelah diaplikasikan koreksi udara bebas dan koreksi

Bouguer yaitu:

3.1.6. Koreksi medan (Terrain Correction)

Koreksi medan mengakomodir ketidak teraturan pada topografi sekitar titik

pengukuran. Pada saat pengukuran, elevasi topografi di sekitar titik

pengukuran, biasanya dalam radius dalam dan luar, diukur elevasinya.

Sehingga koreksi ini dapat ditulis sebagai berikut :

√ √

dengan:

: radius luar dan radius dalam kompartemen

z : perbedaan elevasi rata-rata kompartemen

n : jumlah segmen dalam zona tersebut


22

Karena komponen gaya horizontal (koreksi medan) bersifat mengurangi

nilai gayaberat terukur, maka koreksi medan harus ditambahkan pada

Simple Bouguer Anomali (SBA), sehingga anomali menjadi Complete

Bouguer Anomali (CBA).

3.2. Analisis Spektrum

Analisis spektrum dilakukan untuk mengestimasi lebar jendela dan

mengestimasi kedalaman dari anomali gayaberat. Selain itu analisis

spektrum juga dapat digunakan untuk membandingkan respon spektrum dari

berbagai metode filtering. Analisisi spektrum dilakukan dengan

mentransformasi fourier lintasan-lintasan yang telah ditentukan.

Spektrum diturunkan dari potensial gayaberat yang teramati pada suatu

bidang horizontal dimana transformasi fouriernya sebagai berikut (Blakely,

1995):

| |
dan
| |
, maka persamaannya

| |
menjadi
| |
.

dimana :

: potensial gayaberat

: anomali rapat massa

: konstanta gayaberat

: jarak
23

Transformasi fourier anomali gayaberat yang diamati pada bidang

horizontal diberikan oleh persamaan:

| |
( ) ( )

Dimana:

: anomali gaya berat

: ketinggian titik amat

: bilangan gelombang

: kedalaman benda anomali

Jika distribusi rapat massa bersifat random dan tidak ada korelasi antara

masing-masing nilai gaya berat, maka sehingga hasil

transformasi fourier anomali gaya berat menjadi :

| |

Dengan: A = amplitudo

C = konstanta

Estimasi lebar jendela dilakukan untuk menentukan lebar jendela yang akan

digunakan untuk memisahkan data regional dan residual. Untuk

mendapatkan estimasi lebar jendela yang optimal didapatkan dengan me-

logaritma-kan spektrum amplitudo yang dihasilkan dari transformasi fourier

di atas, sehingga memberikan hasil persamaan garis lurus. Komponen k

menjadi berbanding lurus dengan spektrum amplitudo.

| |
24

Dari persamaan garis lurus di atas, melalui regresi linier diperoleh batas

antara orde satu (zona regional) dan orde dua (zona residual), sehingga nilai

k pada batas tersebut diambil sebagai penentu lebar jendela. Hubungan

panjang gelombang ( ) dengan k diperoleh dari persamaan Blakely (1995):

dimana

dengan : = lebar jendela

Maka didapatkan estimasi lebar jendelanya yaitu:

Untuk estimasi kedalaman diperoleh dari nilai gradien persamaan garis lurus

di atas. Nilai gradien hasil regresi linier zona regional menunjukkan

kedalaman regional dan nilai hasil regresi linier zona residual menunjukkan

kedalaman residual.

Ln A

Zona regional

Zona residual
Zona noise

Gambar 6. Kurva Ln A dengan k


25

3.3. Moving Average

Nilai Anomali Baouguer yang terukur di permukaan merupakan gabungan

dari beberapa sumber anomali dan struktur. Sehingga perlu dilakukan

pemisahan anomali untuk memperoleh anomali target yang akan dicari.

Metode moving average merupakan salah satu cara untuk memisahkan

anomali regional, residual dan noise. Metode ini dilakukan dengan merata-

ratakan nilai anomalinya dan akan menghasilkan anomali regional. Nilai

anomali residual didapatkan dengan mengurangkan data hasil pengukuran

dengan anomali regionalnya.

Secara matematis persamaan moving average untuk satu dimensi yaitu:

Sedangkan penerapan moving average pada peta dua dimensi, harga

pada suatu titik dapat dihitung dengan metara-ratakan semua nilai di

dalam sebuah kotak persegi dengan titik pusat adalah titik yang akan

dihitung harga .

3.4. Second Vertical Derivative (SDV)

Second Vertical Derivative (SVD) dilakukan untuk memunculkan efek

dangkal dari pengaruh regionalnya dan untuk menentukan batas-batas

struktur yang ada di daerah penelitian. Sehingga filter ini dapat

menyelesaikan anomali residual yang tidak mampu dipisahkan dengan


26

metode pemisahan regional-residual yang ada. Secara teoritis, metode ini

diturunkan dari persamaan Laplace’s:

dimana

Sehingga persamaannya menjadi:

Untuk data penampang 1D, dimana y mempunyai nilai yang tetap, maka

persamaannya adalah:

Dari persamaan-persamaan di atas dapat diketahui bahwa second vertical

derivative dari suatu anomali gayaberat permukaan adalah sama dengan

negatif dari derivative dapat melalui derivative orde dua horizontalnya yang

lebih praktis dikerjakan.

Dalam filter SVD terdapat beberapa operator yang digunakan yaitu yang

dihitung oleh Henderson dan Zeits (1949), Elkins (1951) dan Rosenbach

(1952). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan filter SVD hasil

perhitungan Elkins. Beberapa filter second Vertical Derivative (SVD)

dengan berbagai macam operator filter 2-D ditunjukkan pada tabel berikut.
27

Tabel 1. Beberapa operator filter SVD

Operator filter SVD menurut Henderson dan Zeitz (1949)

0.0000 0.0000 -0.0838 0.0000 0.0000


0.0000 +1.0000 -2.6667 +1.0000 0.0000
-0.0838 -2.6667 17.0000 -2.6667 -0.0838
0.0000 +1.0000 -2.6667 +1.0000 0.0000
0.0000 0.0000 -0.0838 0.0000 0.0000

Operator filter SVD menurut Rosenbach (1952)

0.0000 +0.0416 0.0000 +0.0416 0.0000


+0.0416 -0.3332 -0.7500 -0.3332 +0.0416
0.0000 -0.7500 +4.0000 -0.7500 0.0000
+0.0416 -0.3332 -0.7500 -0.3332 +0.0416
0.0000 +0.0416 0.0000 +0.0416 0.0000

Operator filter SVD menurut Elkins (1951)

0.0000 -0.0833 0.0000 -0.0833 0.0000


-0.0833 -0.0667 -0.0334 -0.0667 -0.0833
0.0000 -0.0334 +1.0668 -0.0334 0.0000
-0.0833 0.0667 -0.0334 -0.0667 -0.0833
0.0000 -0.0833 0.0000 -0.0833 0.0000

Untuk menentukan jenis struktur patahan suatu daerah menggunakan

perumusan berikut (Reynolds, 1997):

| | | | untuk sesar turun

| | | | untuk sesar naik


28

3.5. Pemodelan Inversi 3D

Untuk mendapatkan pola struktur bawah permukaan dari data gayaberat,

maka anomali Bouguer hasil pengukuran dan perhitungan harus dilakukan

pemodelan baik dengan metode forward modelling atau inversion modelling

sehingga akan diketahui distribusi densitas dan struktur di daerah penelitian.

Selanjutnya berdasarkan distribusi densitas tersebut dilakukan interpretasi

dengan menggabungkan data-data geologi yang ada didaerah tersebut

sehingga akan diperoleh struktur bawah permukaan di daerah tersebut.

Pada penelitian ini pemodelan data anomali Bouguer dilakukan dengan

metode inversi menggunakan perangkat lunak Grav3D versi 2.0, dengan

model benda didekati dengan benda berbentuk susunan prisma tegak dengan

spasi ∆x dan ∆y. Dari susunan prisma tersebut selanjutnya dilakukan

perhitungan respon gayaberatnya. Untuk menghitung respon gayaberatnya

digunakan metode perumusan yang dilakukan oleh Plouff (1976):

∑ ∑ ∑ ( ) ( )

dimana : √
29

3.6. Data Satelit Gravity

Data satelit gravity adalah, data anomali gaya berat yang diperoleh dari

satelit gravimetri seperti satelit Topex/Poseidon dan Jason. Satelit

gravimetri merupakan satelit yang bertugas untuk untuk menyediakan

informasi yang cukup akurat dari model gravity field bumi untuk jangka

waktu proyek selama 5 tahun. Estimasi secara temporal berkala dari gravity

field bumi dapat diperoleh berikut variasinya yang terjadi.

Satelit-satelit yang umumnya digunakan untuk studi gravity field bumi

adalah satelit Topex/ Poseidon dan Jason. Konsep dasar dari satelit

gravimetri yaitu mendeteksi perubahan Gravity filed bumi dengan cara

memonitor perubahan jarak yang terjadi antara pasangan 2 satelit gravimetri

pada orbitnya. Kedua satelit ini saling melaju pada track orbit dengan jarak

satelit satu ke satelit kedua sekitar 220 kilometer. Kedua satelit ini

terkoneksi oleh K-band microwave link untuk menghitung perbedaan

jaraknya secara pasti, dan seberapa besar perubahannya dengan akurasi

lebih baik dari 1um/s. Untuk melihat precise attitude dan pergerakan akibat

gaya non gravitasi dari satelit, untuk itu kedua satelit dilengkapi dengan star

camera dan akselerometer. Sementara itu posisi dan kecepatan satelit

ditentukan dari sistem GPS yang ikut terpasang di kedua pasangan satelit

gravimetri tersebut. Satelit gravimetri mempunyai akurasi 1 cm untuk tinggi

geoid, dan 1 mGal untuk gravity anomali, pada spasial grid 100 kilometer

dipermukaan bumi bahkan kurang. (Chelton, 2001).


30

Gambar 7. Satelit gravimetri (Benada, 1997)

Satelit TOPEX/Poseidon yang diluncurkan pada Agustus 1992 merupakan

hasil kerjasama antara badan antariksa Amerika NASA (National

Aeronatics and Space Administration) dengan badan antariksa Prancis

CNES (Centre National d’Etudes Spatiales). Satelit TOPEX/Poseidon

memberikan data terakhirnya pada 4 Oktober 2005 pada cycle ke-481. Misi

TOPEX/Poseidon berakhir secara resmi pada tanggal 18 Januari 2006 untuk

kemudian dilanjutkan oleh satelit Jason-1. Satelit Jason-1 yang diluncurkan

pada 7 Desember 2001 merupakan hasil kerjasama antara NASA dengan

CNES. Satelit Jason-1 adalah misi lanjutan dari TOPEX/Poseidon dan

mempunyai karakteristik serta tujuan yang sama dengan pendahulunya yaitu

untuk mengamati tinggi muka air laut secara global.


31

Tabel 2. Karakteristik dari satelit TOPEX/Poseidon

Karakteristik Utama
Setengah sumbu panjang 7714.4278 km
Eksentrisitas 0.000095
Inklinasi bidang orbit 66.04o
Argumen of perigee 90o
Asensiorekta ascending 116.56o
Anomali rerata 253.13o
Data Tambahan
Tinggi referensi (ekuatorial) 1336 km
Periode satu lintasan orbit 6745.72 detik
Resolusi temporal (cycle) 9.9156 hari
Jumlah revolusi dalam satu cycle 127
Jarak antar lintasan pada ekuator 315 km
Sudut lintasan terhadap ekuator 39.5o
Kecepatan orbit 7.2 km/detik
Kecepatan permukaan (ground track speed) 5.8 km/detik
IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2014

di Laboratorium Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas

Lampung. Adapun susunan kegiatan dapat diberikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Jadwal Kegiatan

JADWAL PENELITIAN
Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
literatur
Pengambila
n data
Pengolahan
data
Pemodelan
3d
Analisis
SVD
Analisis
model 3D
Penyusunan
skripsi
Presentasi
usul
Presentasi
hasil
33

4.2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Satu set komputer dengan system operasi Windows XP2.

b. Beberapa perangkat lunak (software) seperti Microsoft Office Exel,

Surfer 10, grav 3d, Numeri.

c. Peta geologi regional dan manifestasi daerah Gunung Sinabung dan

sekitarnya.

4.3. Pengolahan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka

terhadap bebrapa referensi yang menjelaskan tentang Gunung Sinabung,

Pengambilan data anomali Bouguer lengkap dari pengukuran satelit

altimetri TOPEX/Poseidon di http://topex:ucsd.edu, analisis spektrum untuk

menentukan lebar jendela dan kedalaman, pemisahan anomali Bouguer

regional dan residual dengan metode moving average.

Anomali Bouguer Lengkap merupakan selisih antara nilai gayaberat

pengamatan dengan gayaberat teoritik yang didefinisikan pada titik

pengamatan bukan pada bidang referensi, baik elipsoid maupun muka laut

rata-rata. Anomali Bouguer merupakan superposisi dari anomali regional

dan residual. Anomali regional mempresentasikan kondisi daerah penelitian

secara umum seperti basement, lipatan dan patahan yang dicirikan dengan

frekuensi rendah. Sedangkan anomali residual (lokal) mempresentasikan

kondisi geologi setempat seperti reservoar, intrusi batuan, jenis dan bentuk
34

struktur batuan yang dicirikan dengan frekuensi tinggi (Haerudin dan

Karyanto, 2007).

Peta anomali Bouguer kemudian dilakukan analisis spektrum dengan

membuat 4 lintasan slice sebagai lintasan yang akan diproses dengan

software Numeri untuk mengetahui lebar jendela yang akan digunakan pada

filter moving average dan mengetahui kedalaman target yang akan dicari.

Hasil dari metode moving average adalah anomali regional. Setelah

didapatkan anomali Bouguer dan anomali regional, maka anomali residual

dapat dicari dengan mengurangkan nilai anomali Bouguer lengkap dengan

anomali regional. Selanjutnya untuk memunculkan anomali yang dangkal

dan untuk menentukan batas-batas struktur yang ada di daerah penelitian

dilakukan analisis second vertical derivative (SVD) dengan operator Elkins

dengan menggunakan software Surfer 10. Analisis SVD dilakukan pada

peta anomai Bouguer, peta anomali regional dan peta anomali residual.

Nilai anomali SVD yang bernilai nol diindikasikan sebagai struktur patahan.

Selain itu dilakukan pemodelan inversi 3D anomali Bouguer untuk melihat

sebaran densitas daerah penelitian serta keberadaan dapur magma daerah

penelitian. Pada penelitian ini pemodelan inversi 3D dilakukan

menggunakan software Grav3D dengan input data anomali Bouguer (*.grv),

topogravi (*.dat) dan mesh (*.txt) sehingga didapatkan output berupa model

3D daerah penelitian yang mendekati keadaan sebenarnya. Hasil penelitian

kemudian diinterpretasi dan dianalisis dengan membandingkan data-data

geologi di daerah tersebut.


35

4.4. Diagram Alir


Mulai

Studi Pustaka

Pengambilan
data dari topex

Filtering Tidak
moving average
Inversi
Informasi
Modelling
geologi
3D
Anomali Anomali
Regional Residual Ya

Model 3D
SVD

Peta struktur Peta struktur


Peta struktur
patahan patahan
patahan ABL
regional residual

Model bawah
permukaan

Analisis

Kesimpulan

Selesai

Gambar 8. Diagram alir penelitian


VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Dari hasil penelitian daerah Gunung Sinabung dan sekitarnya, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Anomali Bouguer daerah penelitian mempunyai rentang nilai dari -100

mGal sampai 260 mGal dengan anomali rendah berada di sebelah

timurlaut dan baratdaya daerah penelitian, sedangkan anomali tinggi

dominan berada di sebelah baratlaut dan timur daerah penelitian.

2. Gunung Sinabung memiliki anomali Bouguer tinggi yaitu 120 mGal

sampai 140 mGal.

3. Hasil analisis spektrum daerah penelitian didapatkan lebar jendela 21 km

x 21 km dengan batas anomali regional dan residual pada kedalaman

9500 meter dari MSL.

4. Hasil analisis peta SVD menunjukkan pola struktur patahan naik berarah

baratlaut sampai tenggara yang merupakan sesar besar Sumatera, dan

patahan turun yang berada di sebelah selatan Gunung Sinabung.

5. Pemodelan inversi 3D anomali Bouguer menunjukkan bahwa dapur

magma Gunung Sinabung berada pada kedalaman 8000 meter (8 km)

sampai 23000 meter (23 km).


68

6. Volume dapur magma Gunung Sinabung didapatkan dengan asumsi

berbentuk balok dengan volume 3240 km3.

6.2. Saran

Perlu dilakukan pengamatan geologi secara langsung di daerah Gunung

Sinabung dan sekitarnya untuk membuktikan dugaan patahan pada

penampang peta SVD hasil penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Bakonsurtanal. 2002. Cakupan Data Kabupaten/Kota Daerah Sumatera.


Bakonsurtanal. Cibinong.

Benada, J.R., 1997. PODAAC MGDR-B (TOPEX/Poseidon) User’s Handbook, Jet


Propulsion Laboratory, NASA, USA.

Blakely, Rj., 1995. Potential theory in gravity and magnetic aplications.


Cambridge University Press, Cambridge.

Davies, P. R. 1984. Tertiary structural evolution and related hydrocarbon


occurrences, North Sumatra basin. Indonesian Petroleum Association,
Proceedings of the 13th Annual Convention, Jakarta, 1984, 1, 19–50.

Elkins, T.A., 1951. The Second Derivative Methode of Gravity Interpretation


Geophysics. Bab XVI. Hal 29-50 dan V.23, 97-127.

Haerudin, N., dan Karyanto. 2007. Aplikasi Metode Polinomial Least Square
Berbasis Matlab untuk memisahkan Efek Anomali Residual Anomali
Regional Pada Data Gravitasi. Jurnal Sains MIPA. Vol. 13 No.1. Hal 32.

Henderson, R.G., dan Zeitz, I., 1949. The Computation of Second Vertical
Derivative of Geomagnetic Field. Geophysics. V.14. Hal. 508-516.

Kadir, W.G.A., 2000. Eksplorasi gayaberat dan magnetik. Bandung: Jurusan


Teknik Geofisika, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral.
Institut Teknologi Bandung.
70

Kearey, P., Brooks, M., dan Hill, I., 2002. An Introduction to Geophysical
exploration. Blackwell Science.

Logman, I.M., 1959. Formulas for Computing the Tidal Accelerations due to The
Moon and the Sun. Journal of Geophysical Research 64: 2351-2355.

Plouff, D., 1976. Gravity and Magnetic Field of Polygonal prims and application
to Magnetic Terrain Corrections. Geophysics, 41. 727-741.

R. Whandoyo, 1982. Peta Geologi Lembar Medan, Sumatera. Pusat Penelitian


dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Reynolds, J.M.,1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics,


Chichester. John Wiley dan sons.

Rosenbach, O., 1952. A Contribution to the Computation of “Second Derivative”


from Gravity Data. Geophysics. V.18. Hal. 894-912.

Sarkowi, M., 2009. Modul Praktikum Pengolahan Data Gayaberat. Universitas


Lampung. Bandar Lampung.

Sieh, K and Natawidjaja, 2000. Neotectonics of Sumatran Fault, Indonesia.


Journal of Geophysical Research. Vol 105. No B12. P 28.295 – 28.326.

Sosromihardjo, S. P. C, 1988. Structural analysis of the North Sumatra Basin-with


emphasis on Synthetic Aperture Radar data. Indonesian Petroleum
Association, Proceedings of the 17th Annual Convention, Jakarta. 1,
187–210..

Supriyadi, 2009. Studi Gaya Berat Relatif di Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia. Vol.5, No.1.
Telford, W.M., Geldart, L.P., dan Sherriff, R.E., 1990. Aplied Geophysics Second

Edition. Cambridge : Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai