Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN EYD

DISUSUN OLEH :

210406018 RUJANA ARSITEKTUR


220405060 ADITYA DHANRATZ TEKNIK KIMIA
220503238 MARCHEL LUBIS AKUNTANSI
220701022 PANDU WINTARA SASTRA INDONESIA
220701089 AZKA NABILA SASTRA INDONESIA
220708021 GENIA RESPATI PRADANA SASTRA JEPANG
221000058 NAURAH RAY SAHIRA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
221000250 NOEL BINSAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
221000320 MARIA THERESIA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
221001021 ALLEGRA GIZI
221101050 ADLINA HAFIZAH ILMU KEPERAWATAN
221101113 WANDA SORAYA ILMU KEPERAWATAN
221301026 DANIEL MANURUNG PSIKOLOGI
221301147 SELLY SIMANJUNTAK PSIKOLOGI
PENULISAN KATA Kata yang ditulis dengan huruf miring dan mendapat bentuk terikat
dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Misalnya :
A. Kata dasar
1. Anti-mainstream
2. Pasca-reshuffle
Kata dasar adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
3. Pra-Aufklaerung
artinya perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang bisa
digunakan dalam berbahasa.
Bentuk terikat maha- dan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu
1. Adik makan nasi pecel.
pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai
2. Letak toko itu sangat jauh dari sekolah.
pengkhususan. Misalnya :
3. Ia sudah pergi tadi pagi.

1. Yang Maha Esa


B.Kata turunan
2. Tuhan Yang Maha Kuasa
3. Yang Maha Pengasih
Kata yang mendapat imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta adonan
awalan dan akhiran) ditulis serangkai menggunakan imbuhannya.
A. Bentuk ulang
Misalnya :
bentuk ulang adalah bentuk yang mengalami perulangan, seperti sia-sia, laba-
1.berjalan
laba.
2.mempermudah
a. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara
3.menulis
unsur-unsurnya. Misalnya :
Kata yang menerima bentuk terikat ditulis serangkai jika
1. Anak-anak
mengacu pada konsep keilmuan eksklusif. Misalnya :
2. Berjalan-jalan
1. Adibusana
3. Biri-biri
2. Aerodinamika
3. Antargolongan
b.Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Kata yang diawali huruf kapital dan mendapat bentuk terikat
Misalnya :
dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Misalnya :
kapal barang → kapal-kapal barang
1.non-Indonesia
kereta api cepat → kereta-kereta api cepat
2.pan-Afrika
rak buku → rak-rak buku
3.pro-Barat
PENULISAN KATA
A.Gabungan kata
F. Kata Depan di, ke, dan dari
gabungan kata merupakan campuran morfem dasar yang mana seluruhnya mempunyai Kata depan di, ke, dan dari tidak disambung tetapi dipisah dengan kata di belakangnya ketika menunjukkan arah,
status sebagai kata menggunakan pola fonologis, gramatikal serta semantis yang spesifik, waktu, dan tempat.
sesuai kaidah bahasa yang bersangkutan. Misalnya : 1. Aku dan Andi pergi ke Bandung.
Unsur gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya : 2. Ibu sedang menjemur pakaian di siang hari.

1.cendera mata 3. Ani melihat Dodi datang dari depan.

2.duta besar

3.ibu kota Kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata yang ditulis serangakai seperti kepada

dan daripada.

Misalnya : 1. Si Ahmad lebih muda daripada si Amin.


Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
2. Kami percaya sepenuhmya kepada abangnya.
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya :

buku-sejarah baru

'buku sejarah yang baru, bukan buku bekas'


G. Kata si dan sang
buku sejarah-baru
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya : 1. Doni si kutu buku ternyata punya hobi bermain musik.


Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya :
2. Seluruh peserta upacara memberi hormat pada sang saka merah putih.
1.dilipatgandakan

2.menggarisbawahi H. Partikel
3.menyebarluaskan 1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : a. Bacalah buku itu baik-baik.

Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran ditulis terpisah.Misalnya : b. Siapakah yang akan dipilihnya?

1.bertepuk tangan c. Apatah gunanya harta benda bertumpuk jika jiwa kita menderita?

2.menganak sungai
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
3.garis bawahi
Misalnya : a. Apa pun akan kulakukan demi dia.

b. Jika ibu pergi, aku pun ikut pergi.


Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya :
1.acapkali
Kecuali kelompok yang lazim dianggap padu ditulis serangkai seperti adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,
2.adakala
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
3.apalagi
Misalnya: a. Adapun sebab-sebabnya belum diketahui

b. Walaupun miskin, ia selalu gembira.

c. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau

mengikutinya.
Misalnya: a. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

b. Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.


c. Ibu membeli buah mangga dengan harga murah per kilonya di pasar.
PENULISAN KATA
I. Singkatan dan akronim A2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan J. Angka dan lambang bilangan

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang 1. Angka

lebih. diperlakukan sebagai kata. ·Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim

·Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan ·Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan digunakan angka Arab atau angka Romawi angka Arab. Misalnya

huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: -Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,


tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:
-BIG = Badan Informasi Geospasial - Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄
-W.R. Supratman = Wage Rudolf Supratman
-BIN = Badan Intelijen Negara (1.000.000)
-M.B.A. = master of business administration
-LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ·Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
-M.Hum. = magister humaniora
lebih mudah dibaca. Misalnya:

·Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf -Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
·Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: -Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama
-Bulog = Badan Urusan Logistik -Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. -Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ·Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b)
Misalnya: -Kongres Wanita Indonesia nilai uang. Misalnya:
-NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia -0,5 sentimeter

-UI = Universitas Indonesia ·Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata -2 tahun 6 bulan 5 hari

-PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: -1 jam 20 menit

·Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri -Iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi -Rp5.000,00

ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: -Pemilu = pemilihan umum -US$3,50

-Puskesmas = pusat kesehatan masyarakat


-PT = perseroan terbatas

-MAN = madrasah aliah negeri


Catatan: ·Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
-NIP = nomor induk pegawai
Misalnya:

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat- -Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
·Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
syarat berikut. -Jalan Tanah Abang I/15
Misalnya:
(1)Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim -Hotel Mahameru, Kamar 169
-Hlm. = halaman
pada kata Indonesia.
-Dll. = dan lain-lain (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal ·Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:
-Dsb. = dan sebagainya dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim. -Bab X, Pasal 5, halaman 252
-Surah Yasin: 9
·Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat- -Markus 16: 15—16

menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:

-a.n. = atas nama ·Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:

-d.a. = dengan alamat -Lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)

-Tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)


-u.b. = untuk beliau
-Uang 5.000-an (uang lima ribuan)
PENULISAN KATA
I.1.Bilangan
ØBilangan Pecahan
·Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
Misalnya:
huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
-Setengah atau seperdua (1/2)
-Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
-Tiga dua-pertiga (3 2/3)
-Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
-Satu persen (1%)Satu permil (1o/oo)
-Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.

·Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:


·Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:
-Abad XX
-Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
-Abad ke-20
-Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta
-Perang Dunia II

-Perang Dunia Ke-2


Catatan: Hindari penulisan berikut

·Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-
*50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
undangan, akta, dan kuitansi. Misalnya:
*3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
-Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana
·Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
-Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah)
-Panitia mengundang 250 orang peserta.
untuk pembayaran satu unit televisi.
-Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno

·Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti
Catatan: Hindari penulisan berikut
berikut. Misalnya:
*250 orang peserta diundang panitia.
-Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah
*25 naskah kuno tersimpan di lemari itu
lima puluh sen).

-Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan
·Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
pada laporan pertanggungjawaban.
ØBilangan Utuh
Misalnya:
·Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf. Misalnya:
-Dua belas (12)
-Kelapadua
- puluh (30)
-Kotonanampek
-Lima ribu (5.000)
-Rajaampat
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Sumber Kata Serapan, Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan yaitu sebagai berikut.
Secara garis besar, terdapat dua sumber perluasan kosakata yang 1.-oid (Inggris), -oide (Belanda) menjadi -oid
sumber perluasan kosakata berdasarkan Arsya (2019), diataranya: Anthropoid antropoid
a.Sumber Internal Anthropoide
Sumber Internal, ialah faktor dari adanya sebuah penyerapan bahasa yaki
swadaya bahasa dalam bahasa internalnya. Maksudnya bahwa pengayaan Hominoid hominoid
bahasa yang bisa terwujud lewat sejumlah pola, diantaranya: Hominoide
·Aktivitas kata-kata lama
·Pembentukan kata-kata baru 2.-oir(e) menjadi -oar
·Penciptaan kata-kata baru Trotoir trotoar
·Pengakroniman Repertoire repertoar
Misalnya pengaktifan kata-kata lama dalam bahasa indonesia bisa dilihat
dari timbulnya sejumlah kata, contoh “baheula” dari bahsa sunda yang artinya 3.-or (Inggris), -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
zaman dahulu atau munculnya kata-kata baru, seperti zaman now yang Director, directeur direktur
artinya zaman sekarang Amateur amatir

b.Sumber Eksternal 4.-or tetap -or


Sumber luar bisa terjadi lewat persebaran dari berbagai bahasa serumpun Dictator diktator
dan lainnya. Persebaran bahasa dari bahasa lain atau serumpun ini biasanya Distributor distributor
terjadi karena adanya interaksi sosial dan intensitas komunikasi. Contohnya:
Persebaran bahasa Indonesia diduga berasal dari bahasa Arab. Para ahli 5.-ty (Inggris), -teit (Belanda) menjadi -tas
bahsa memperkirakan bahwa kosakata bahasa Indonesia maupun bahasa University, universiteit universitas
Melayu ialah serapan dari bahasa yang relatif sangat banyak yaitu Arab. Quality, kwaliteit kualitas
Karena diperkirakan sebanyak 2000 hingga 3000 kata atatu sekitar 10%
hingga 20% bahasa Indonesia dan Melayu secara keseluruhan. 6.-ure (Inggris), -uur (Belanda) menjadi -ur
Culture, cultuur kultur
Kata Serapan dari Bahasa Asing Structure, struktuur struktur
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada perkembangannya
bahasa Melayu menyerap bahasa Asing sebelum diresmikan kedalam bahasa 7.-wi, -wiyyah (Arab) menjadi -wi, -wiah
Indonesia. Dari berbagai sumber, bahasa yang banyak diserap kedalam Dunyawi duniawi
bahasa Melayu atau Indonesia merupakan bahasa Sansekerta, Belanda, Lugawiyyah lugawiah
China, Arab, Inggris, Portugis, Parsi, Tamil dan Hindi.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
SPenulisan unsur serapan Penyebab adanya kata serapan :

Kata serapan adalah kata yg diserapdaru bahasa asing (bahasa lain) Menurut Arsya tahun 2019 penyebab adanya kata serapan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor

berdasarkan kaidah bahasa yang diterima. Adapun pengertian kata serapan yang menyebabkan terjadinya pola suatu bahasa yang mengambil dari bahasa lain yang

menurut beberapa ahli. berbeda.

1Rohbiah tahun 2017 Berikut merupakan proses dan jenis-jenis kata serapan yaitu :

Menurut Rohbiah, Pengertian kata serapan adalah penyerapan bahasa yang 1.Adopsi

terjadi karena adanya suatu kontak yang berkelanjutan dalam waktu yang Merupakan unsur serapan yang diambil secara utuh tanpa penyesuaian atau perubahan dengan

lama dengan penutur bahasa yang berbeda. Kontak bahasa ini merupakan bahasa penerima atau yang diterima.

hubungan kebahasaan yang terjadi antara suatu masyarakat bahasa 2.Adaptasi

terhadap masyarakat bahasa lainnya. Merupakan unsur serapan yang disesuaikan pada ejaan dan lafal Indonesia.

2Hockett tahun 1965 3.Pungutan atau terjemahan

Menurut Hockett, pengertian kata serapan merupakan perkembangan dan


perubahan di dalam satu bahasa. Ini merupakan hal yang wajar terjadi karena Menurut soejito tahun 1950 perubahan atau penyesuaian kata- kata asing ini bergantung pada

kontak bahasa antar pengguna bahasa yang berbeda. sistem fonologi dan morfologi bahasa Indonesia.

3Sompi tahun 2017 Jenis-jenis kata serapan :

Kata serapan merupakan kata-kata yang berasal dari bahasa asing maupun 1.Kata serapan adopsi

bahasa daerah yang kemudian dipakai sebagai bahasa asli ·Bola berasal dari bahasa Portugis yaitu bola

4Firdaus tahun 2011 2.Kata serapan adaptasi

Kata serapan merupakan kata yang berasal dari bahasa asing yang telah ·Aktor berasal dari kata actor

diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan penggunaannya diterima secara 3.Kata serapan pungutan atau terjemahan

umum. Dengan adanya penyerapan ini akan dapat memunculkan saling ·Pembaharuan atau dalam bahasa Inggris disebut update

meminjam dan berpengaruh pada unsur asing 4.Kata serapan kreasi

5Juannah tahun 2010 ·Jaringan atau sinyal dalam bahasa Inggris disebut network.

Kata serapan merupakan reproduksi yang diupayakan dalam suatu bahasa


mengenai pola yang sebelumnya ditemukan pada bahasa lain Syarat-syarat penyerapan :
1.Kata serapan yang ditentukan berdasarkan konotasi yang sesuai
2.Kata serapan yang ditentukan lebih singkat daripada terjemahan bahasa Indonesia
3.Kata serapan yang ditentukan dapat memudahkan tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia memiliki banyak sinoni
PEMAKAIAN TANDA BACA
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya, Misalnya:

-Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. menunjukkan jumlah. Misalnya:
Misalnya: - Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
-Ayahku tinggal di Solo.

-Biarlah mereka duduk di sana. 7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi,

tabel, dan sebagainya. Misalnya:


2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, -Acara Kunjungan Adam Malik
atau daftar. Misalnya:

a. III. Departemen Dalam Negeri 8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa alamat pengirim surat. Misalnya:
b. 1. Patokan Umum -Jalan Diponegoro 82 Jakarta 1 April 1991
Isi Karangan

Ilustrasi 1.A. Tanda Koma (,)

Gambar Tangan 1a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:

Tabel -Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.

Grafik 2a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya

yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya:

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang - Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

menunjukkan waktu. Misalnya: 3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu

pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) mendahului induk kalimatnya. Misalnya:
-Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang 3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu

menunjukkan jangka waktu. Misalnya: mengiringi induk kalimatnya. Misalnya:

-1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) -Dia lupa akan janjinya karena sibuk. Dia tahu bahwa soal itu penting.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat

5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan

dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. tetapi. Misalnya:

Misalnya: … Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka. 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain
yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya:

-O, begitu?

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat

juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.) Misalnya:


-Kata Ibu,”Saya gembira sekali.”
PEMAKAIAN TANDA BACA
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan 1.A.A. Tanda Titik Koma (;)

(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: 1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya:

Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

Salemba 6, Jakarta. Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960 Kuala Lumpur, Malaysia

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. dalam kalimat majemuk. Misalnya:

Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal namanama pahlawan nasional;
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: B. Tanda Tititk Dua (:)

-W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
4 -Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

-Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk 1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: Misalnya:
- B. Ratulangi, S.E. -Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan -Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan.
dengan angka. Misalnya:

-12,5 m 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan ayng memerlukan pemerian. Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
-Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga Sekertaris : S. Handayani

pemakaian tanda pisah, bab V, Pasal F.) Misalnya. Bendahara : B. Hartawan


-Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara. b. Tempat Sidang : Ruang 104

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: Pengantar Acara : Bambang S.
-Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. Hari : Senin

Waktu : 09.30
12. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca–di belakang keterangan yang terdapat pada 3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

awal kalimat. Misalnya: Misalnya:


-Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Atas Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”

bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Bandingkan dengan: Tanda Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

Kita memerlukan sikap yang bersungguhsungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. Karyadi 4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di
mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus. antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya:

13. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya -Tempo, I (1971), 34:7
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: -Surah Yasin:9 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

-“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim. -Tjokronegero, Sutomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco
PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Hubung A. Tanda Pisah

1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. 1) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ada ju- Misalnya:


ga cara yang baru. Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. tercapai–diperjuangkan oleh bangsa itu

2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya sendiri.

pada pergantian baris. 2) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Misalnya:

Kini ada cara yang baru untuk meng- Rangkaian temuan ini–evolusi, teori
ukur panas. kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. telah mengubah konsepsi kita tentang alam
3) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata semesta.

ulang. 3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya: Misalnya:
anak-anak 1910–1945

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan Catatan:

pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
pada teks karangan. B. Tanda Elipsis (...)

4) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. 1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

8-4-1973 2 Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

5) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkap-an, dan (ii) penghilangan Misalnya:
bagian kelompok kata. Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti

Misalnya: lebih lanjut.

ber-evolusi Catatan:

dua puluh lima-ribuan (20 5000) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah unuk menandai

tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Bandingkan dengan: Misalnya:


be-revolusi Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan

dua-puluh-lima-ribuan (1 25000) dengan hati-hati ....

tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

6) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke-

dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan

rangkap.
Misalnya:

se-Indonesia
PEMAKAIAN TANDA BACA
AH. Tanda Tanya (?)
K. Tanda Petik (“…”)
1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Misalnya:
Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Ia dilahirkan pada tahun 1683. (?)
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
I. Tanda Seru (!)
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat” saja.
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Misalnya:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
Alangkah seramnya peristiwa itu!
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata
atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
J. Tanda Kurung ((…))
Misalnya:
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Misalnya:
Catatan:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
baris.
Misalnya:

Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
L. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yangkehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Misalnya:
Misalnya:
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
“Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku,’Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap
Misalnya:
seketika,” ujar Bapak Hamdan.
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.

J. Tanda Kurung Siku ([…]) Misalnya:

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat feed-back ‘balikan’

atau bagian kalimat yang ditulis

orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35–38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.

Anda mungkin juga menyukai