(HOSEA 6:4-6)
i
CHRISTINE VERONIKA DAWAN
FIRMAN PANJAITAN
ii
Judul : Setia (Khesed) Hosea 6:4-6
Penulis : Christine Veronika Dawan
Firman Panjaitan
Editor : Dr. Marthin S. Lumingkewas, M.Div
Design Sampul : Aziz Wijaya
Diterbitkan oleh:
STT Tawangmangu
ISBN:
iii
Daftar Isi
iv
KATA PENGANTAR
Penulis
v
Bab 1
Krisis Gereja Masa Kini
1
Makmur Halim. 2011. Gereja di Tengah-tengah Perubahan
Dunia (Malang: Gandum Mas), hlm. 15-16.
1
menjalankan tugas dan tanggung jawab dari Allah di tengah-
tengah perubahan dunia.
Gereja memiliki tantangan untuk melihat keadaan
zaman sekarang ini dengan mata terbuka. Perubahan secara
global mempengaruhi keadaan lokal. Menyimak perubahan
lokal berarti juga menganalisis perubahan universal. Gereja
juga harus menyadari bahwa segala perubahan yang terjadi
itu membawa dampak bagi kehidupan gereja dan
pelayanannya. Itulah sebabnya gereja harus selalu berjaga-
jaga den mengevaluasi pelayanan yang sudah
dikerjakannya. Berdasarkan konteks perubahan inilah, maka
gereja dapat semakin hari semakin maju dalam cara
berpikir, cara melayani, dan cara untuk tetap bereksistensi di
dunia. Namun sangat disayangkan karena ada banyak gereja
yang mengabaikan konteks yang sedang berlaku2 di era
milenium ketiga ini. Bahkan gereja mulai mengabaikan
tugasnya. Gereja seringkali tidak seimbang dalam
melaksanakan tugasnya. Gereja yang seharusnya berisi
orang percaya, kenyataanya terjebak dan berada di sekitar
situasi dan kondisi ini. Memang ada sebagian golongan
berpendapat bahwa segala hal yang terjadi di tengah
masyarakat adalah bagian dari ladang pelayanan gereja.
Sementara yang lain beranggapan bahwa hal itu tidak terkait
dengan tugas gereja. Bahkan yang lebih memprihatinkan
lagi ada juga situasi dan kondisi serta kenyataan yang terjadi
di tengah masyarakat yang konon sangat memprihatinkan,
dibawa ke dalam kehidupan bergereja dan berjemaat. Hal ini
2
Ibid., hlm. 17.
2
dapat dibuktikan dengan adanya pertikaian, perpecahan,
saling tuduh dan berkeras hati di dalam gereja. Ada juga
gereja yang sibuk untuk dirinya sendiri. Gereja bersikap
eksklusif ketimbang inklusif.3 Akibatnya gereja selalu hidup
dalam sejarah masa lalu, dan gereja tidak lagi melihat dunia
sekarang ini sebagai sasarannya, tetapi melihat dirinya
sebagai sasarannya. Gereja terlalu melayani kebutuhan
untuk dirinya sendiri dan tidak melihat kebutuhan dunia
sekitarnya.4 Gereja harus steril dengan kehidupan yang tidak
sejalan dengan ajaran Alkitab. Ada gereja yang menolak
sekuralisme tapi tidak berupaya memberikan alternatif ke
arah yang lebih baik. Gereja hanya menjadi penonton.
Apabila ada peristiwa memprihatinkan bukan tindakan
preventif yang dilakukan tapi menghadapinya dengan
melakukan kritik, kecaman bahkan tuduhan yang terkadang
membuat permasalahan semakin kompleks.
Persoalan yang lain yang sedang dihadapi gereja masa
kini ialah mengenai doktrin gereja dan mengenai
manajemen gereja. Gereja masa kini seringkali berpikir
bahwa kekayaaan atau aset yang dimiliki gereja, jumlah
jemaat yang banyak, dan gedung gereja yang megah,
menjadi ukuran gereja itu mengalami pertumbuhan. Dan
tragisnya gereja menganggap bahwa itu semua merupakan
miliknya. Anggapan itu membuat gereja menjadi seenaknya
3
Dadi Hudaya Baiin, Juli 2010. “Gereja dan Relasi Sekitarnya,”
Oikumene, hlm. 9.
4
Makmur Halim. 2011. Gereja di Tengah-tengah Perubahan
Dunia (Malang: Gandum Mas), hlm. 17.
3
dalam mengelola apa yang dimilikinya. Seperti yang
diungkapkan oleh Drs. Titus K Kurniadi dalam artikel yang
dimuat pada majalah Oikumene yaitu,
“Sering telah disadari dengan benar bahwa aset milik
gereja-gereja adalah titipan dari Tuhan untuk dikelola,
dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
gereja, warga gereja dan masyarakat. Namun sering
tidak disadari dengan baik, adalah bahwa aset yang
dititipkan harus pula dijaga dan dipelihara serta
dikembangkan. Jadi bukan hak untuk memanfaatkan
aset itu yang didahulukan, melainkan kewajiban untuk
memeliharanya.”5
5
Titus K Kurniadi, Februari 2009. “Mengelola Aset Gereja
dengan Bijak dan Bijak,” Oikumene, hlm. 6.
4
kasih setia kepada Allah dan kehidupan mereka mulai
menyimpang dari hukum. Hal itu dikarenakan kenyamanan,
kejayaan yang berhasil dibawa pada akhir masa
pemerintahan Yerobeam. Kehidupan bangsa Israel mulai
tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. Mereka mulai tidak
mempedulikan keadaan di lingkungan sekitar dan berfokus
pada diri mereka sendiri. Bangsa Israel memamerkan sikap
beragama dengan pengurbanan tanpa penyerahan dan
ketaatan kepada Allah. Sehingga hal itu memengaruhi
kehidupan agama, politis, dan moral. Mereka menyembah
YAHWEH dengan memberikan korban kepada YAHWEH,
tetapi di samping itu juga menyembah baal dengan
memberikan korban kepada baal. Hal itu seperti yang
tertulis dalam buku yang berjudul Smart Book of Christianty,
yaitu Sekalipun Israel tetap menyembah Allah, namun
mereka bercampur dengan penyembahan berhala dan paham
Baalisme.6 Sikap bangsa Israel yang demikian merupakan
bentuk dari ketidaksetiaan mereka kepada Allah. Hal itu
tidak sesuai dengan perjanjian yang telah diikat di gunung
Sinai pada zaman Musa. Di mana dalam perjanjian itu
mengandung dasar dari setiap aspek kehidupan bangsa
Israel sebagai umat pilihan Allah. Dan dalam menjaga
perjanjian tersebut harus memiliki kasih setia untuk
menjaganya. Oleh sebab itu Allah memakai Hosea untuk
menjadi gambaran-Nya, agar bangsa Israel dapat mengerti
kasih Allah. Hosea diperintahkan Allah untuk menikahi
6
Lukas Adi S. 2015. Smart Book of Christianity Perjanjian
Lama (Yogyakarta: Andi), hlm. 120.
5
seorang perempuan sundal yang bernama Gomer. Hosea
melakukan seperti yang Allah perintahkan kepadanya.
Hubungan Allah dengan bangsa Israel digambarkan melalui
hubungan Hosea dengan Gomer. Ketika Gomer dinikahi
Hosea, dia masih saja melakukan hubungan dengan orang
lain tetapi Hosea masih tetap mau menerima Gomer.
Ketidaksetiaan Gomer menggambarkan ketidaksetiaan Israel
kepada Allah. Sekalipun bangsa Israel bersikap tidak setia
kepada Allah, namun Allah tetap mengasihi mereka.
Demikian juga dengan keadaan gereja masa kini yang
seringkali melakukan seperti yang telah dilakukan bangsa
Israel dalam hal ketidaksetiaan.
Dalam kehidupan gereja masa kini yang telah penulis
jelaskan di atas, gereja harus memiliki kepedulian terhadap
lingkungan di sekitarnya. Penyembahan-penyembahan dan
setiap upaya yang dilakukan gereja untuk memberikan
persembahan yang terbaik kepada Tuhan tidak akan berarti
tanpa adanya kepedulian terhadap keadilan di lingkungan
sekitarnya. Kasih setia kepada Allah berkaitan dengan
kepedulian kepada sesama. Bagaimanapun juga gereja harus
bermanfaat dan berguna bagi dunia sekitarnya tanpa
terkecuali. Gereja harus dapat menjawab tantangan yang
dihadapi siapapun. Gereja harus punya hati yang
berperasaan, punya empati yang peduli, punya mata yang
melihat dan punya telinga yang mendengar. Dan tentunya
gereja harus punya jiwa dan raga yang dapat bertindak
untuk kebaikan. Gereja harus berperan dalam menyikapi
permasalahan yang terkait dengan ketidakadilan.
6
Keikutsertaan gereja dalam menyikapi hal tersebut dapat
menunjukkan kasih setianya kepada Allah.
Untuk lebih memahami tentang kasih setia yang
terdapat dalam kitab Hosea perlu melakukan Studi
Eksegesis Kasih Setia ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed) dalam Hosea 6:4-6
sehingga didapat standar nilai yang akan di
implementasikan bagi Gereja masa kini.
7
Bab 2
Teori Setia ( – ֶ ֶ֥חסֶדKhesed)
7
Jan Christian Gertz, et al., 2017. Purwa Pustaka Eksplorasi
Ke dalam Kitab-kitab Perjanjian Lama dan Deuterokanonika (Jakarta:
BPK Gunung Mulia), hlm. 562-563.
9
kompleks dan terjadi dalam periode waktu yang lebih lama.
Berikut, di bawah ini merupakan pendapat dari para
peneliti.8
1. Hans Walter Wolff (1911-1993) – Mengikuti Para Ahli
Skandinavia
“Mengargumentasikan teks-teks individual tidak
lengkap dengan isi berbeda-beda yang tetap terpisah antara
satu dengan yang lainnya, yang dipercaya sebagai “garis
besar khotbah” dan melalui isinya Hosea menyapa
lingkungan murid-muridnya.”
2. Jorg Jeremias (1939)
“Menunjukkan bahwa materi tekstual dari korpus
kitab (4-11) tidak sekedar memberikan kompilasi-kompilasi
yang dirangkai dari potangan-potongan teks individual,
tetapi disimpan ke dalam suatu teks yang harus dibaca
sebagai potongan berkesinambungan, potongan yang cair.
Hakikat teks yang terbuka dan tidak selesai tidaklah
disebabkan oleh konteks lisannya yang asli (seperti sang
nabi sedang berkhotbah kepada lingkaran murid-muridnya),
tetapi berasal dari konteks literer yang khusus.”
8
Ibid., hlm. 563.
9
Ibid., hlm. 567-568.
10
pada hubungan-hubungan politisnya, kebijakan
aliansinya yang salah arah (5:4; 8:2) dan kultus yang
sesat (6:6). Hal ini juga dianggap sebagai melupakan
YHWH (2:12; 4:6; 8:14).
Tema YHWH – Baal: Tidak ada keraguan bahwa
konflik antara YHWH dan Baal membentuk sebagian
besar tradisi Hosea. Secara tradisional polemik dalam
kitab Hosea ini dipercaya ada kaitannya dengan konflik
kultur yang secara khusus terjadi dengan keras antara
Kanaan dan Israel.
Metafora-metafora Perkawinan: Metafora Perkawinan
yang diperluas dalam Hosea 1-3 yang digunakan untuk
menggambarkan hubungan Allah dan Israel harus
dipahami berdasarkan latar belakang tradisi-tradisi
Timur Dekat Kuno.
11
perempuan sundal.” Terdapat banyak pandangan mengenai
ayat tersebut, yaitu:10
1. Calvin, Keil, von Hoonacher, Reus, Gressman, Robert
Pfeiffer dan E. J. Young.
Perkataan itu dimaksudkan untuk menyajikan sebuah
alegori yang dirancang untuk menanamkan pelajaran
spiritual tentang ketidaksetiaan Israel dan bahwa Hosea
tidak benar-benar menikah seperti itu.
2. T. H. Robinson dan T. Laetsch
Berpendapat bahwa Hosea benar-benar menikah
dengan serang pelacur, mungkin pelacur kuil.
3. Ehrlich, Marti, W.R. Harper, dan G. W. Anderson
Berpendapat bahwa Hosea menikah dengan seorang
wanita yang tadinya ia kira suci, tetapi belakangan
mengetahui bahwa sang istri tidak setia. Menurut pandangan
ini, ungkapan “perempuan sundal” (Hos. 1:2) di pakai
secara profetik. Pada waktu menulis buku ini, Hosea melihat
bahwa tangan Allah yang telah membuat suatu pernikahan
yang dari sudut pandang manusia merupakan tragedi yang
berat. Dengan harapan-harapan ang besar Hosea menikahi
Gomer, hanya untuk mengetahui kecenderungan sang istri
untuk berzina. Kemudian mereka bercerai, dan Hos. 2:1
sebetulnya berisi formula perceraian. Hosea tetap
mencintainya, dan menikah lagi dengannya (Hos. 3:1). Ini
paralel dengan cara Allah menghadapi Israel. Setelah
10
Ed. Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison. 2014. The
Wycliffe Bible Commentary – Tafsiran Alkitab Wycliffe (Malang:
Gandum Mas), hlm. 948.
12
bersumpah setia pada hukum Tuhan, Israel masih terus
mengejar-ngejar Baal dan dewa-dewa Kanaan lain sampai
Allah menolaknya untuk sementara. Setelah Israel dihajar
seperti itu, ia dikembalikan kepada Kasih Allah di tanah
Yudea. Pandangan ini menyamakan perempuan dalam Hos.
3:1 dengan “perempuan sundal” dalam Hos. 1:2.
11
Yayasan Komunikasi Bina Kasih (YKBK). 2011.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L (Jakarta: YKBK) hlm. 524.
14
ada banyak pakar yang memberikan terjemahan lain,
diantaranya: kasih yang jujur (G Adam Smith), kesalehan
(C.H. Dodd), solidaritas (Koehler - Baumgartner), dan kasih
perjanjian (N. Snaith). Dalam penelitian lain
mengungkapkan bahwa kata ( ֶחסֶדkhesed) sangat erat
hubunganya dengan dua pengertian, yaitu perjanjian dan
kesetiaan.12
a. N. H. Snaith13
ֶחסֶד- khesed merupakan kata terpenting dari ketiga
kata yang menjelaskan mengenai kesetiaan. Pada umumnya
para ilmuan Alkitab sering mengeluh bahwa kata ֶ ֶ֥חסֶד-
khesed dalam Alkitab Ibrani sulit diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris karena bahasa tersebut benar-benar tidak
memiliki kesamaan yang tepat dalam bahasa Inggris
maupun bahasa Indonesia. Versi bahasa Inggris yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, biasanya mencoba
untuk mewakilinya dengan kata-kata seperti cinta kasih,
rahmat, cinta yang teguh, dan kesetiaan, tetapi arti
keseluruhan dari kata tersebut tidak dapat disampaikan
tanpa penjelasan.
ֶחסֶד- khesed sering diterjemahkan kasih setia, tetapi
persamaan yang lainnya untuk terjemahan ini ialah
mencintai kebaikan (Loving-Kindness). Mencintai kebaikan
12
Ed. J.D Douglas. 2011. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I
A-L (Jakarta: YKBK), hlm. 528.
13
Norman H. Snaith. 1951. A Theological Word Book of the
Bible (New York: MacMillan), hlm. 136-137.
15
adalah kata alkitabiah yang ditemukan oleh Miles
Coverdale, dan membawanya ke dalam versi bahasa Inggris
pada umumnya. Ini adalah salah satu kata yang ia gunakan
dalam Mazmur (23 kali, ditambah Hosea 2:19) untuk
menerjemahkan bahasa Ibrani yang mengacu pada kasih
Allah bagi umat-Nya Israel. Selain itu ia juga menggunakan
istilah mercy, goodness, dan great kindness dalam Mazmur
untuk sikap Allah terhadap manusia. Dan di luar Mazmur,
istilah seperti mercy, goodness, favor untuk sikap Allah
terhadap manusia, dan kindness untuk sikap manusia
terhadap manusia. Penting untuk diperhatikan bahwa
Coverdale berusaha menghindari penggunaan kata kindness
dari sikap Allah terhadap manusia, meskipun tidak diikuti
oleh Authorized Version dan Revised Version. Terdapat
satu kasus dalam Mazmur 141:5, di mana kata ֶ ֶ֥חסֶד- khesed
digunakan untuk sikap manusia terhadap manusia, dan
bahkan Coverdale menghindari kata kindness demikian juga
AV dan RV, tetapi menggunakan kata friendly. Kesamaan
yang terdekat dalam Perjanjian Baru dengan bahasa Ibrani
ֶ ֶ֥חסֶד- khesed ialah χαρις – charis (kasih karunia), seperti
yang Luther sadari ketika ia menggunakan gnade (Jerman:
rahmat) untuk kedua kata tersebut.
Kata itu hanya digunakan dalam kasus dimana ada
beberapa ikatan yang diakui antara pihak-pihak yang terkait.
Hal ini tidak digunakan tanpa pandang bulu tentang
kebaikan pada umumnya, serampangan,perbuatan baik.
Inilah sebabnya mengapa Coverdale berhati-hati untuk
menghindari penggunaan kata kebaikan sehubungan dengan
16
hubungan Allah dengan umat-Nya Israel. Pentingnya kata
teologi dari kata ֶ ֶ֥חסֶד- khesed adalah bahwa kata itu lebih
dari sekedar kata lain untuk sikap yang harus dipelihara oleh
kedua belah pihak. George Adam Smith menyarankan
sumbangan leal-love. Kelebihan terjemahan ini adalah
menggabungkan gagasan yang sama tentang cinta dan
kesetiaan, yang keduanya sangat penting. Di sisi lain, tidak
cukup menyampaikan gagasan tentang ketabahan dan
ketekunan cinta Allah yang pasti bagi umat perjanjian-Nya.
Sarannya yang lain ialah troth, hal ini lebih baik, namun inti
etimologis kata ini adalah keinginan, ketajaman, dan
walaupun ada perkembangan yang cukup besar dari ini, kata
tersebut tidak pernah memungkiri asal-usulnya. Dalam
Yesaya 40:6, misalnya kata ֶ ֶ֥חסֶד- khesed digunakan untuk
menggambarkan ketabahan manusia, atau lebih tepatnya
kekurangannya. Snaith berpendapat bahwa dalam Yesaya
40:6 kata ֶ ֶ֥חסֶד- khesed harus diterjemahkan keteguhan hati,
tetapi yang lain menyimpulkan bahwa di sini kata itu
digunakan dalam arti anugerah atau keindahan. Sedangkan
penerjemah RSV memberi kata keindahan tanpa memberi
alternatif yang marjinal,14 dan Koehler, Baumgartner,
menyatakan maknanya pada Yesaya 40:6 dijelaskan sebagai
pesona.15 Snaith menjelaskan lebih terperinci lagi bahwa:16
14
Norman H. Snaith. 1951. A Theological Word Book of the
Bible (New York: MacMillan), hlm. 137.
15
Koehler dan Baumgartner. 2001. Ibrani dan Aramik Lexicon
Perjanjian Lama I (Leiden: Brill), hlm. 337.
17
“Kasih sayang Tuhan adalah cinta yang pasti yang
tidak akan membiarkan Israel pergi. Tidak semua
kebohongan Israel terus-menerus bisa
menghancurkannya. Meskipun Israel tidak beriman,
namun tetap setia pada Tuhan. Penolakan Allah yang
terus-menerus dan gigih untuk membasuh tangannya
dari Israel yang patuh adalah arti pinting dari kata
Ibrani yang diterjemahkan kebaikan kasih. Dalam
Yeremia 2:2 kata ֶ ֶ֥חסֶד- khesed diartikan kebaikan,
yang di mana memiliki referensi untuk kebaikan
kepada sesama dan ungkapan ini disejajarkan dengan
cinta atau kasih kepada sesama. Artinya bukan berarti
bahwa Israel lebih lembut dalam sikapnya kepada
Tuhan atau dalam kasih sayangnya, tetapi pada hari-
hari pertama setelah penyelamatan dari Mesir ia setia
dengan perjanjian pernikahan kepada Tuhan. Tuduhan
para nabi adalah bahwa kesetiaan Israel terhadap
perjanjiannya dengan Tuhan (Hosea 6:4) adalah
seperti awan pagi, dan sebagai embun yang pergi lebih
awal, ciri khas dari iklim di Palestina saat hujan
musim semi sudah lewat.”
16
Norman H. Snaith. 1951. A Theological Word Book of the
Bible (New York: MacMillan), hlm. 136.
18
b. V.M. Siringo-Ringo17
Ia menjelaskan dalam bukunya bahwa ֶ ֶ֥חסֶד- khesed
memiliki arti anugerah, kasih, kasih setia, kebaikan, ramah,
(Kej. 24:12; Yos. 2:12; Ams. 20:28). ֶ ֶ֥חסֶד- khesed mengarah
pada menyebut kesetiaan Allah yang kekal kepada
perjanjian-Nya, kehendak-Nya yang tidak dapat digoyahkan
untuk memegang janji anugerah-Nya. Hal yang sudah Dia
putuskan dan tegakkan dalam keadilan, Dia pertahankan
dengan tujuan pasti. Terjemahan kasih setia lebih dekat
dengan arti yang sebenarnya. ֶ ֶ֥חסֶד- khesed dan צְדָ ָ ָֽקה-
sering dipasangkan sejajar sebagai sifat-sifat perbuatan
Allah, dan tuntutan etis kepada manusia (Hos. 10:12; Mi.
6:8).
c. Kevin Maxey18
Menurut Maxey, ֶ ֶ֥חסֶד- khesed memiliki beberapa
definisi, yaitu:
ֶ ֶ֥חסֶד- khesed terhubung dengan kasih. ֶ ֶ֥חסֶד- khesed
adalah kasih setia dalam merendahkan kebutuhan
makhluk-Nya allah (Brown-Driver-Briggs Leksikon
Ibrani, hlm 339). Hal ini mengacu pada kasih setia dan
tabah (Maz. 119:159).
17
V.M. Siringo-Ringo. 2013. Teologi Perjanjian Lama
(Yogyakarta: Andi), hlm. 151.
18
Kevin Maxey. 2011. Hesed. www.terangdunia.net. Diakses
Januari 2018.
19
ֶ ֶ֥חסֶד- khesed terhubung dengan belas kasihan. ֶ ֶ֥חסֶד-
khesed juga berarti kasih karunia, belas kasihan ,
kebaikan (Vine Expository Dictionary, hlm. 232). Ini
melibatkan campur tangan atas nama orang yang
menderita dalam kesusahan atau kesuliatan. Ini
mencakup minat aktif dan kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain (Maz. 59:17).
ֶ ֶ֥חסֶד- khesed terhubung dengan loyalitas perjanjian. ֶ ֶ֥חסֶד
- khesed sering dikaitkan bersama-sama dengan kata
ibrani untuk perjanjian ב ְִרית- berith Perhatikan
hubungan antara ֶ ֶ֥חסֶד- khesed dan ב ְִרית- berith dalam
Ualang 7:9,12. ֶ ֶ֥חסֶד- khesed berlaku terutama untuk
mengasihi Tuhan khususnya untuk orang-orang pilihan-
Nya. ב ְִרית- berith juga menekankan hubungan timbal-
balik (Vine Ekspository dictionary, hlm 233-234).
Ketika Tuhan menunjukkan ֶ ֶ֥חסֶד- khesed kepada umat-
Nya, Dia sedang setia pada perjanjian-Nya. ֶ ֶ֥חסֶד- khesed
juga diterjemahkan sebagai loyalitas dalam konotasi
Tuhan yang konsisten (teguh). ֶ ֶ֥חסֶד- khesed bukan
hanya perasaan kasih sayang yang hangat terhadap orang
lain, tetapi itu berakar pada hubungan perjanjian dengan
harapan kesetiaan bagi semua pihak yang terlibat.
ֶ ֶ֥חסֶד- khesed terhubung dengan kebenaran. ֶ ֶ֥חסֶד- khesed
disamakan dengan kata ֱאמֶת- emer (kebenaran)(Maz.
25:10;89:14). Banyak yang mencoba untuk menghapus
kebenaran dari rahmat Allah. Banyak juga yang
20
mengklaim bahwa kebenaran dan doktrin adalah elemen
subyektif dan tidak penting dalam kaitannya dengan
kasih karunia.
24
b. Adam Clarke20
“Efraim, apa yang harus aku lakukan
kepadamu?” Inilah jawaban Tuhan atas keputusan-
keputusan saleh di atas; tulus saat mereka bertahan,
tapi sering dilupakan, karena orangnya berubah-ubah.
Kebaikan mereka (untuk kebaikan itu sementara itu
bertahan) seperti awan pagi yang menyelimuti diri
sebelum matahari terbit, atau seperti embun awal yang
cepat diuapkan oleh panas. Efraim dan Yehuda
memiliki terlalu banyak kebaikan untuk mengakui
penolakan total mereka, dan terlalu banyak kejahatan
untuk mengakui keberadaan mereka di antara anak-
anak. Berbicara menurut cara manusia, keadilan dan
belas kasihan Tuhan tampak bingung bagaimana
bertindak terhadap mereka. Ketika keadilan hendak
menghancurkan mereka karena kesalahan mereka, hal
itu dicegah oleh pertobatan dan penyesalan mereka:
ketika belas kasihan akan menuangkan kepada mereka
sebagai penerima berkat terpilihnya, hal itu dicegah
oleh keriuhan dan kekambuhan mereka! Hal-hal ini
mendorong Tuhan yang adil dan pengasih untuk
berseru, "Efraim, apa yang harus aku lakukan
kepadamu? Yehuda, apa yang harus aku lakukan
kepadamu? Satu-satunya hal yang bisa dilakukan
dalam kasus seperti itu adalah apa yang Tuhan
lakukan.
20
PC Study Bible V5. Adam Clarke’s Commentary.
25
Oleh karena itu, saya telah menasihati mereka
oleh para nabi. Saya telah mengirim nabi-nabi saya
untuk bersaksi melawan kerabian mereka. Mereka
telah memukul mereka dengan ancaman yang paling
serius dan mengerikan; mereka telah membunuh
mereka dengan kata-kata dari mulutku. Tapi untuk
tujuan apa? Penilaian-Mu adalah seperti terang yang
keluar. Alih-alih uwmishpaaTeykaa atau belum, "dan
penilaian-Mu adalah terang yang keluar," versi-versi
pada umumnya telah dibaca uwmishpaaTiyk ° owr,
"dan penilaian saya adalah sebagai terang." Kaph
akhir k dalam bacaan umum secara tidak sengaja telah
diambil dari Owr, dan bergabung dengan mishpaaTiy;
dan dengan demikian mengubahnya dari jumlah
tunggal menjadi jumlah jamak, dengan akhiran -kaa.
Bacaan yang tepat adalah, kemungkinan besar, "Dan
penghakiman saya adalah sebagai terang yang keluar."
Ini akan menjadi jelas dan cepat; menyinggung baik
dengan kecepatan dan kemegahan cahaya.
Saya menginginkan belas kasihan, dan bukan
pengorbanan. Saya mengajarkan mereka kebenaran
oleh para nabi saya; karena aku menginginkan belas
kasihan. Saya lebih rela menabung daripada
menghancurkan; dan lebih suka melihat mereka yang
penuh dengan resolusi yang bertobat dan suci,
daripada melihat mereka menawarkan korban terbaik
dan paling banyak di altar saya. Lihat Matius 9:13.
26
c. Matthew Henry21
Ada dua hal, Yehuda dan Efraim di sini
dituduh dengan adil:
Pertama, bahwa mereka tidak teguh pada
keyakinan mereka sendiri, tapi tidak stabil, tidak stabil
seperti air, ay 4,5. Hai Efraim! apa yang harus aku
lakukan kepadamu? Hai Yehuda! apa yang harus aku
lakukan kepadamu? Ini adalah ekspresi yang aneh.
Bisakah Kebijaksanaan Tak Terbatas bingung apa
yang harus dilakukan? Mungkinkah itu tercengang,
atau memakai tindakan baru? Dengan tidak
bermaksud; tapi Tuhan berbicara sesuai dengan cara
manusia, untuk menunjukkan betapa masuk akal dan
tidak masuk akal mereka, dan bagaimana prosesnya
terhadap mereka. Biarlah mereka tidak mengeluh
kepadanya dengan keras dan berat dalam merobek
mereka, dan memukul mereka, seperti yang telah
dilakukannya; untuk apa lagi yang harus dia lakukan?
Apa saja yang bisa dia lakukan dengan mereka?
Tuhan telah mencoba berbagai metode dengan mereka
(Apa yang bisa dilakukan lebih banyak ke kebun
anggurnya daripada yang telah dia lakukan? Yes 5: 4),
21
Matthew Henry. 1712. Matthew Henry’s Commentary on the
Whole Bible Vol. IV. – Isaiah To Malachi (Old Tappan, New Jersey:
Fleming H. Revell Company), hlm. 1151-1156.
27
dan sangat mudahnya membiarkan hal-hal sampai ke
ekstremitas; dia beralasan dengan dirinya sendiri
(seperti pasal 11: 9), Bagaimana saya dapat
memberikan Anda, Efraim? Tuhan akan
melakukannya dengan baik, tapi mereka tidak
memenuhi syarat untuk itu: "Apa yang harus aku
lakukan kepadamu? Apa lagi yang bisa saya lakukan
selain mengusir Anda, kapan saya tidak dapat
menyelamatkan Anda? Perhatikan, Tuhan tidak
pernah menghancurkan orang berdosa sampai dia
melihat tidak ada jalan lain dengan mereka.
(1) Apa perilaku mereka terhadap Tuhan:
kebaikan atau kebaikan mereka sama seperti awan
pagi hari. Beberapa orang memahaminya tentang
kebaikan mereka terhadap diri mereka sendiri dan jiwa
mereka sendiri, dalam pertobatan mereka; Sungguh
ampun kepada diri kita sendiri untuk bertobat dari
dosa-dosa kita, namun mereka segera menarik kembali
kebaikan itu kepada diri mereka sendiri, membukanya
lagi, dan menganiaya jiwa mereka sendiri sama seperti
sebelumnya. Tapi ini lebih ditujukan untuk kesalehan
dan agama mereka; Apa yang baik muncul di
dalamnya kadang-kadang, segera lenyap dan hilang
lagi, seperti awan pagi dan embun awal. Demikianlah
kebaikan orang Israel pada zaman Yehu dan Yehuda
pada zaman Hizkia dan Yosia; itu segera hilang. Pada
masa kekeringan awan pagi menjanjikan hujan, dan
embun awal adalah penyegaran saat ini ke bumi; tetapi
28
awan itu tersebar (dan orang-orang munafik
dibandingkan dengan awan tanpa air, Yudas 12) dan
embunnya tidak meresap ke dalam tanah, namun
ditarik kembali ke udara, dan bumi masih kering. Apa
yang akan dia lakukan dengan mereka? Haruskah dia
menerima kebaikan mereka? Tidak, karena ia
meninggal dunia; dan factum non dicitur quod non
perseverat - yang tidak terus berlanjut hampir tidak
bisa dikatakan dilakukan. Perhatikan, kebaikan itu
tidak akan pernah menyenangkan hati Tuhan atau
menguntungkan diri kita sendiri seperti awan pagi dan
embun awal. Ketika pria menjanjikan yang adil dan
tidak melakukan, saat mereka memulai dengan baik
dalam agama dan tidak berpegang pada, saat mereka
meninggalkan cinta pertama dan karya pertama
mereka, atau, meskipun mereka tidak membuang
agama, belum goyah, tidak rata, dan Tak kekal di
dalamnya, maka adalah kebaikan mereka seperti awan
pagi dan embun awal.
(2) Apa saja yang telah diambil Tuhan dengan
mereka (ayat 5): "Oleh karena itu, karena mereka
sangat kasar dan tidak sehat, saya telah memakmurkan
mereka oleh para nabi, seperti kayu atau batu yang
dipahat untuk digunakan, saya telah membunuh
mereka dengan kata-kata dari mulutku. " Apa yang
dilakukan para nabi dilakukan oleh firman Tuhan di
mulut mereka, yang tidak pernah kembali batal.
Dengan itu mereka mengira diri mereka terbunuh, siap
29
untuk mengatakan bahwa para nabi membunuh
mereka, atau memotongnya ke hati saat mereka setia
kepada mereka.
1) Para nabi memperlakukan mereka dengan
keyakinan akan dosa, berusaha untuk melepaskan
pelanggaran mereka dari dosa-dosa mereka.
Mereka tidak merata dalam agama (ayat 4), oleh
karena itu Tuhan membantu mereka. Hati orang
berdosa tidak hanya sebagai batu, tapi sebagai batu
kasar, yang membutuhkan banyak rasa sakit untuk
mewujudkannya, atau sebagai kayu yang rumit, itu
tidak kuadrat tanpa banyak kesulitan; pekerjaan
menteri adalah untuk membantu mereka, dan
Tuhan oleh pendeta memperlakukan mereka,
karena dengan kemacetan akan dia menunjukkan
dirinya sebagai orang yang froward. Dan ada yang
harus ditegur oleh para menteri; setiap kata harus
dipotong, dan meskipun keripiknya terbang di
hadapan si pekerja, meskipun lalat yang ditegakkan
di wajah si reprover dan menganggapnya musuh
karena dia mengatakan yang sebenarnya, namun
dia meneruskan pekerjaannya.
35
dari perjanjian, maka Allah akan melakukan kehendak-
Nya.22
Konteks di dalam Alkitab mengenai perjanjian yaitu
bahwa perjanjian dibuat tanpa menunggu kesepakatan
manusia (dua sisi), tetapi perjanjian itu langsung dibuat dan
ditetapkan Allah yang kemudian diberikan kepada manusia.
Dan ketika Allah melakukan perjanjian ב ְִרית- berith pada
tokoh-tokoh di dalam Perjanjian Lama, maka perjanjian itu
datang begitu saja dan mengikat mereka. Apabila perjanjian
itu bersyarat, maka syarat tersebut harus terpenuhi dan
mereka menerima penggenapan dari perjanjian tersebut.
Dengan demikian perjanjian menjelaskan kemahakuasaan
Allah terhadap segala sesuatu. Dari sisi-nya Allah mengikat
diri-Nya sendiri dan kehendak-Nya untuk melakukan
sesuatu bagi kepentingan manusia. Oleh sebab itu, hal yang
sangat penting dalam perjanjian ialah kepercayaan yang
kokoh, ketaatan tanpa syarat dan aspek penyerahan diri
secara total terhadap apa yang telah Tuhan ikat melalui
perjanjian-Nya dan peraturan-Nya.23 Berikut di bawah ini
pandangan mengenai perjanjian.
22
Sonny Zaluchu. 2011. Biblical Theology (Semarang: Sinai
Plubisher), hlm. 54.
23
Ibid., hlm. 54.
36
a. Berkhof (1949)24
“Berbeda dengan perjanjian atau kesepakatan
pada umumnya, kovenan memiliki dua pelaku dalam
posisi yang tidak berimbang. Allah berada di atas
manusia dan mengikat perjanian dengan manusia yang
tidak punya pilihan selain taat, setuju atau menerima
perjanjian itu jika ingin berada di dalam kehendak Allah
yang sempurna.”
b. Mendenhall (1962)25
“Perjanjian adalah suatu janji sungguh-sungguh
yang diikat oleh sumpah, yang dapat merupakan ucapan
lisan ataupun tindakan simbolis. Hampir tidak dapat
disangkal sekarang bahwa semacam tradisi perjanjian
antara ketuhanan dan para leluhur itu merupakan unsur
penting dalam warisan Israel.”
24
Louis Berkhof. 1949. Systematic Theology (Grand Rapids,
Michigan: Baker Academic), hlm. 262-263.
25
William Dyrness. 2004. Tema-tema dalam Teologi
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 95.
26
Ibid., hlm. 97-98.
37
itu tidak diubah. Perjanjian itu hanya dimusnahkan dan
diganti dengan yang baru. Jadi, bentuk perjanjian itu
telah siap sedia untuk digunakan oleh Tuhan. Maka
Perjanjian Lama keseluruhan dapat ditafsirkan sebagai
sebuah dokumen perjanjian. Semua kepustakaan yang
diilhami yang berasal dari pemujaan dan berhubungan
dengan kebudayaan tersebut membantu perjanjian itu dan
tak dapat tidak memperlihatkan tandanya.”
Perjanjian Sinai
Israel merupakan sebuah bangsa yang dipilih oleh
Allah. Sebagai bangsa pilihan, Israel dituntut untuk hidup di
dalam standard Allah. Oleh karena itu, pemerintahan Allah
yang nyata atas Israel, dikendalikan melalui hukum dan
aturan yang disampaikan-Nya melalui Musa.27 Sejumlah
aturan itu dikenal dengan istilah covenant code yang ketika
dibacakan didahului dengan pemberian korban bakaran
dihadapan Tuhan (Kel. 24: 5-8). Berdasarkan isi dari
perjanjian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Tuhan
menuntut respon Israel. Hal tersebut dapat dilihat dalam
Kel. 19:5.28 Hal itu membawa bangsa Israel ke dalam
perjanjian bersyarat dihadapan Allah yang dilakukan di kaki
gunung Sinai. Peristiwa ini sering disebut dengan istilah
Perjanjian Sinai. Dalam perjanjian ini tidak ada pilihan bagi
27
D. Brent Sandy & Ronald L. Giese. 1995. Cracking the Old
Testament Code (Nashville, tennesse: Broadman & Holman Publisher),
115.
28
Walther Zimmerli. 1978. Old Testament Theology in Outline
(Louisville: Jhon Knox Press), hlm. 48.
38
Israel selain mereka taat, karena ada konsekuensi yang akan
mereka terima yaitu ketaatan mendatangkan berkat dan
ketidaktaatan mendatangkan hukuman.29
V.M. Siringo-Ringo30
Kasih setia sering dikaitkan dengan perjanjian. Dalam
terjemahan bahasa aslinnya kata ֶ ֶ֥חסֶדselalu berkaitan dengan
ב ְִרית- berith Perjanjian yang diikat oleh Allah terhadap
Israel ialah perjanjian di Sinai yang diawali dari
pembebasan Israel dari Mesir. Kemudian Allah membawa
Israel ke Gunung Sinai dan Allah menyatakan diri-Nya di
gunung ini. Penyataan Allah di Gunung Sinai, pada akhirnya
menjadi credo umat Israel. Rumusan credo ini diambil dari
doa Nehemia (psl. 9). Gunung Sinai memiliki nama lain.
Menurut sarjana kritis (theolog liberal), nama Gunung Sinai
bersumber dari Yahwist (Y) dan Priest (P), sedangkan
sumber Elohist (E) dan Deuteronomist (D) menyebutkan
Gunung Horeb. Gunung Sinai (Horeb) disebut juga Gunung
Allah yang berarti sebagai tempat Allah yang memberikan
hukum, ketetapan, peraturan, dan perintah (Neh. 9:13).
Yang menjadi tekanan utama dalam peristiwa Gunung Sinai
adalah pemberian firman dan penyataan. Hukum, ketetapan,
peraturan, dan perintah merupakan khotbah dan penjelasan
29
Sonny Zaluchu. 2011. Biblical Theology (Semarang: Sinai
Plubisher), hlm. 62.
30
V.M. siringo-Ringo. 2013. Teologi Perjanjian Lama
(Yogyakarta: Andi), hlm. 64.
39
dari firman dan penyataan. Menurut Siringo-Ringo, semua
peristiwa ini tidak dapat diceritakan, hanya dapat diajarkan.
Perjanjian di Sinai menjadi dasar fundamental bagi
umat Israel. Tetapi perjanjian ini berkesinambungan dengan
semua perjanjian Allah yang lebih awal, yaitu dengan Nuh
(Kej.6:18), Abraham (Kej. 15 & 17), bahkan tersirat dengan
perjanjian Adam dan Hawa (Kej. 3:15). Umat Israel
memandang perjanjian sbagai dasar kehidupan beragama
dan sosial. Motif Allah membebaskan Israel dari Mesir
adalah Allah mengasihi mereka (Ul. 7:6-8). Dengan
dipilihnya Israel, Allah mengingat perjanjian-Nya dengan
bapa leluhur (Kel. 2:24). Karena itu maksud membebaskan
Israel dari Mesir adalah penebusan, melepaskan umat dari
perbudakan dan memungkinkan umat beribadah kepada
Allah dalam kesucian dan kebenaran (Kel. 3:2; 6:6-8; 19:4-
6).
Perjanjian di Sinai adalah perjanjian yang diikat oleh
Allah terhadap Israel. Perjanjian ini mengikat bukan kepada
seorang pribadi (Musa), melainkan kepada satu umat
(Israel). Perjanjian ini diadakan oleh YAHWEH (Kel. 34:10,
27) dan Musa sebagai imam pengantara. Dengan perjanjian
ini, Allah dan umat Israel saling mengikat diri. Dengan
ikatan perjanjian ini diketahui bahwa Tuhan adalah Allah
Israel, dan Israel adalah umat Tuhan. Itu berarti Israel
merupakan suatu persekutuan agamis yang terikat dalam
kesetiaan kepada Allah yang telah memilih mereka menjadi
umat-Nya. Ada dua hal yang ditekankan dalam hubungan
perjanjian ini. Pertama, hubungan perjanjian merupakan
40
hubungan anugerah. Ini diresmikan pada waktu dan tempat
tertentu dalam sejarah. Kelanjutan dan kelestarian hubungan
tergantung pada keteguhan dan kesetiaan ֶ ֶ֥חסֶד- khesed Allah
yang memilih Israel (Kel. 34:6-7). Kedua, makna dan
pemberlakuan perjanjian harus diterima oleh setiap generasi
penerus. Setiap generasi penerus seolah-olah ikut hadir di
Gunung Sinai itu. (Ul. 5:2-3).
Perjanjian yang dilakukan di gunung Sinai
mengandung beberapa aspek yang terdiri dari:31
Hukum Moral (Kel. 20:2-17; Ul. 5:6-21) yang berisi
sepuluh Perintah Allah.
Hukum Sipil (Kel. 21:1- 24: 18) yang mengatur
mengenai hukum, keadilan dan kekayaan.
Hukum Upacara (Kel. 25: 1- 40:38) yang mengatur
mengenai pengorbanan, persembahan, tata cara ibadah
dan pembersihan, serta fungsi imamat para pelayan.
Dalam deklarasi perjanjian formal yang terdapat
dalam Kel. 19:5-6, Allah memberikan jaminan, apabila
mereka taat, yaitu:32
Menjadikan Israel sebagai milik-Nya yang berharga.
Membuat Israel menjadi kerajaan imam dan menjadi
mediator berkat Allah bagi bangsa-bangsa.
Dia akan membuat mereka menjadi bangsa yang kudus.
31
Sonny Zaluchu. 2011. Biblical Theology (Semarang: Sinai
Plubisher), hlm. 63.
32
Ibid.
41
Teologi Sinai
Untuk menjejak hadirnya ide teologi Sinai dalam kitab
Hosea, Cook menggunakan beberapa teks, seperti Hosea
6:7-10 dan 8:1-3, yang mengindikasikan adanya ikatan
perjanjian (Sinai?) yang telah dilanggar Israel. Nampaknya
Cook melihat istilah covenant dalam pasal 8:1 sejajar
dengan istilah tora. Jadi, jika Israel melanggar covenant
yang dilambangkan dalam ikatan perkawinan, maka mereka
dianggap melanggar tora yang merupakan intruksi atau
aturan utama yang diberikan Tuhan kepada Israel.
Ikatan perjanjian Sinai dapat juga ditelusuri melalui
ide pemberian tanah kepada Israel sebagai milik pusakanya.
Dalam Hosea 8:1, teritori yang dimiliki Israel dipandang
sebagai ‘rumah YAHWEH’. Di sini Israel wajib mengakui
YAHWEH sebagai pemberi tanah dan Israel sebagai
penerimanya. Konsekuensinya Israel harus mengakui
YAHWEH sebagai satu-satunya allah penguasa sekaligus
pemberi kesuburan hidup bagi Israel. Tanah harus
diupayakan dan diusahakan dengan baik, tidak boleh
digarap dengan semena-mena. Ada akibat buruk menanti
apabila Israel memperlakukan tanah pemberian Tuhan
dengan semena-mena sebab ikatan perjanjian yang dibuat
YAHWEHternyata memiliki sederet pasal penghukuman
bagi yang melangar. Semua ini dapat terlihat dari sederet
teks Hosea 8:7; 9:12,16; yang menegaskan kegagalan panen
disebabkan penyembahan berhala Israel. Hosea 9:12,
42
memberi nuansa hukuman berbeda, yaitu sisa-sisa dalam
mengasuh anak dan pandangan negatif lainnya.33
Dari berbagai macam pandangan di atas, maka penulis
melihat bahwa dalam menanggapi Hosea 6:4-6 terdapat
beberapa pendapat yang dapat digolongkan menjadi lima
bagian.
1. Yang berpendapat tentang kitab Hosea, di mana Hans
Wlater Wolff dan Jorg Jeremias, memiliki pandangan
yang hampir sama dengan mengikuti pandangan para ahli
Skandinavia. Sedangkan Jan Christian Gertz, Angelika
Berlejung, dkk, mmeiliki pandangan bahwa kitab Hosea
membahas amengenai pengenalan akan Allah, tema
YAHWEH – baal dan metafora-metafora tentang
perkawinan.
2. Yang berpendapat bahwa dalam kitab Hosea terdapat
pandagan yang kontradiksi mengenai kisah perkawinan
yang ada di dalamnya. Calvin, Keil, dkk, berpendapat
bahwa pernikahan hosea dengan gomer hanya penyajian
alegori yaitu bahwa Hosea tidak benar-benar menikah
sepeti itu. T.H. Robinson dan T. Laetsch berpendapat
bahwa Hosea benar-benar menikah dengan seorang
perempuan pelacur. Dan Ehrlich, mart, dkk, berpendapat
bahwa Hosea menikah dengan seorang perempuan yang
awalnya suci dan yang kemudian bersundal. Pandangan
ini beranggapan bahwa Hosea menikahi Gomer hanya
untuk mengetahui kecenderungan sang istri untuk
33
Marthin S. Lumingkewas. 2017. Bunga Rampai: Teologi
Perjanjian Lama (Yogyakarta: Diandra Kreatif), hlm. 147-148.
43
berzina. Penulis setuju dengan pendapat bahwa Hosea
benar-benar menikah dengan perempuan pelacur.
3. Pengertian kasih yang terdapat dalam Perjanjian Lama.
Di mana kasih dalam Perjanjian Lama memiliki banyak
arti dan penggunaan secara spesifik sesuai dengan
konteks kejadian yang terjadi. Dalam hal ini, Hos. 6:4-6
berbicara mengenai kasih setia yang berasal dari kata
dalam bahasa Ibrani yaitu – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed.
4. Yang berpendapat mengenai kasih setia ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed)
yang terdapat dalam Hos. 6:4-5. Menurut Snaith kata ֶ ֶ֥חסֶד
– khesed sangat sulit untuk diterjemahkan kedalam
bahasa Ingris, karena kata tersebut memiliki makna yang
dalam. Menurut Siringo-ringo, kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed
memiliki arti anugerah, kasih, kasih setia, dll. Kata
tersebut mengarah pada menyebut kesetiaan Allah yang
kekal kepada perjanjian-Nya. Sedangkan Maxey
menyebutkan ada beberapa definisi mengenai kata – ֶ ֶ֥חסֶד
khesed, yaitu: ֶ ֶ֥חסֶד- khesed terhubung dengan kasih yang
mengacu pada kasih setia dan tabah (Maz. 119:159). ֶ ֶ֥חסֶד
- khesed terhubung dengan belas kasihan. Ini mencakup
minat aktif dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang
lain (Maz. 59:17). ֶ ֶ֥חסֶד- khesed terhubung dengan
loyalitas perjanjian yang berlaku terutama untuk
mengasihi Tuhan khususnya untuk orang-orang pilihan-
Nya. ב ְִרית- berith juga menekankan hubungan timbal-
balik. ֶ ֶ֥חסֶד- khesed terhubung dengan kebenaran. ֶ ֶ֥חסֶד-
44
khesed disamakan dengan kata ֱאמֶת - emer
(kebenaran)(Maz. 25:10;89:14).
45
Bab 3
Kasih Setia ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed) dalam Hosea 6:4-6
(Studi Eksegesis)
34
Andrew E. Hil & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 582.
46
bagian dari kitab Hosea ditulis oleh penulis yang berbeda.
Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan isi dan gaya
penulisan yang terdapat pada pasal 1-3 dan 4-14.35 Tetapi
pandangan tersebut tidak terlalu dihiraukan. Sebagaimana
pendapat dalam Wycliffe Bible Commentary yang
mengatakan bahwa “Hosea adalah nabi yang juga seorang
penulis dari Kerajaan Utara yang menyapa bangsanya
sendiri”.36 Pada masa Perjanjian Lama nama Hosea
merupakan nama lain dari Yosua, yang memiliki arti
keselamatan (Bil. 13:16; Ul. 32:44).37 Hosea memulai
pelayanannya setelah Amos. Ia disebut sebagai penulis
kedua dari empat penulis yang dikenal sebagai nabi pada
abad kedelapan.38 Berikut pembagian menurut masa
pengasingan Israel dan Yehuda.39
35
W.R.F. Browning. 2007. Kamus Alkitab (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), hlm. 142.
36
Ed. Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. 2014. The
Wycliffe Bible Commentary – Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol. 2 (Malang:
Gandum Mas), hlm. 947.
37
Andrew E. Hil & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 582
38
Philip Johnston. 2011. IVP Introduction to the Bible
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup), hlm. 208.
39
Jeane Ch. Obadja. 2004. Survei Ringkas Perjanjian Lama
(Surabaya: Momentum), hlm. 147.
47
Pengasingan Hosea 755-715
Obaja 840
Yoel 835-796
Nabi-nabi Mikha 740-690
Yehuda Nahum 630-612
Habakuk 606-604
Zefanya 625
Nabi-nabi Hagai 520
Kaum Remnan Zakharia 515
Pasca-
Maleakhi 430
pengasingan
40
Leon J. Wood. 2005. The Prophets of Israel (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), hlm. 396.
41
Andrew E. Hil & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 583.
49
Hosea dengan Gomer.42 Di mana kisah Hosea dan Gomer
sebagai penggambaran hubungan antara Allah dan Israel.
Penjelasan kasih setia di dalam kitab Hosea
menggunakan kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed. Kasih setia melahirkan
keselamatan ditengah kehidupan umat Israel, baik secara
individu maupun sosial.43
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed (Kasih Setia): Ketaatan pada Perjanjian
Sinai44
Kasih setia merupakan ketaatan atau kesetiaan
Tuhan dalam hubungan perjanjian di gunung Sinai. Hos.
4:1 merupakan seruan mengajak umat untuk
mendengarakan perkatan Tuhan agar mereka
memperoleh keselamatan. Perkataan yang dimaksud
dalam ayat tersebut adalah sepuluh hukum yang Tuhan
berikan di Gunung Sinai. Gunung Sinai disebut juga
Horeb, yaitu sebagai tempat menyatakan hukum-hukum-
Nya agar Israel diselamatkan.45 Dengan memperhatikan
perintah tersebut, dengan kata lain, Israel tidak
mendengarkan perkataan Yahweh sebelumnya. Maka hal
tersebut menunjukkan ketidaktaatan/ ketidaksetiaan
42
Jeane Ch. Obadja. 2012. Survei Ringkas Perjanjian Lama
(Surabaya: Momentum), hlm. 149.
43
Sih Budidoyo. 2014. John Wesley: Manusia Dibenarkan,
Dikuduskan, dan Disempurnakan – Menelaah Pandangan John Wesley
tentang Arti dan Makna Keselamatan Orang Percaya (Yogyakarta:
Andi), hlm. 26.
44
Ibid., hlm. 26.
45
Th. C. Vriezen. 2001. Agama Israel Kuno (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), hlm. 222.
50
Israel kepada Yahweh sesuai dengan apa yang sudah
diikrarkan oleh mereka dalam kredo yang terdapat dalam
Ul. 6:4. Kredo merupakan pegakuan kepercayaan orang
Israel yang memiliki arti besar dalam kehidupan rohani
mereka. Takut akan allah adalah memelihara dan
melakukan hukum Allah, sehinga mereka diselamatkan.
Semua itu merupakan buah dari ketaatan dan kesetiaan
ketaatan kepada Tuhan dalam hubungan perjanjian
sehingga mereka diselamatkan.
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed (Kasih Setia): Hubungannya dengan
Korban Persembahan
Penyataan mengenai kaitan kasih setia dengan
kurban persembahan terdapat dalam Hos. 6:6. Kurban
persembahan merupakan bagian dari ibadah Israel.
Kurban bakaran dan sembelihan menunjukkan kurban
dalam arti umum.46 Allah menghendaki kasih setia – ֶ ֶ֥חסֶד
khesed dan pengenalan akan Allah lebih dari pada kurban
bakaran. Dalam hal ini, allah tidamenolak kurban
sembelihan maupun kurban bakaran, tetapi bagi Allah
kurban sembelihan dan kurban bakaran tidak dapat
menggantikan kasih setia Allah dna pengenalan akan
46
H.H. Rowley. 1983. Ibadah Israel Kuno (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), hlm. 39.
51
Allah.47 Kasih setia merupakan suatu tuntutan utama
untuk memperoleh dan memelihara keselamatan.48
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed (Kasih Setia): Hubungannya dengan
Ibadah yang Benar49
Tuhan menuntut Israel untuk melakukan keadilan
dan mencintai kasih setia. Mencintai kasih setia berarti
memelihara hubungan dengan Tuhan. Apabila kasih setia
tidak terpelihara, maka hubungan kedua belah pihak
menjadi rusak. Kerusakan itu ditimbulkan oleh yang
melanggar perjanjian tersebut.
47
E.d. Tom Jacobs. 1986. Yesus Kristus Pusat Theologi
(Yogyakarta: Kanisius), hlm. 10-11.
48
Sih Budidoyo. 2014. John Wesley: Manusia Dibenarkan,
Dikuduskan, dan Disempurnakan – Menelaah Pandangan John Wesley
tentang Arti dan Makna Keselamatan Orang Percaya (Yogyakarta:
Andi), hlm. 27.
49
Ibid., 2014. John Wesley: Manusia Dibenarkan,
Dikuduskan, dan Disempurnakan – Menelaah Pandangan John Wesley
tentang Arti dan Makna Keselamatan Orang Percaya (Yogyakarta:
Andi), hlm. 27-28.
52
dengan Isarel di Gunung Sinai.50 Tetapi Israel justru
berlaku tidak setia kepada Allah dan kepada perjanjian-
Nya. Sekalipun demikian Allah tetap mengasihi Israel
dan Allah tetap konsisten dengan perjanjian-Nya. Di
dalam kitabnya, Hosea menyampaikan ancaman
hukuman kepada Israel, ancaman tersebut bukan untuk
menakut-nakuti tetapi untuk mengingatkan Israel bahwa
di dalam perjanjian terdapat berkat apabila mereka
menaatinya dan sebaliknya terdapat hukuman apabila
mereka melanggar perjanjian tersebut.51 Perjanjian
tersebut dijelaskan sebagai hubungan yang berdasarkan
kasih, di mana hosea menggambarkan hubungan tersebut
dengan perkawinan (Hos. 2:16-22).52
50
William Dyrness. 2004. Tema-tema dalam teologi Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 100.
51
Tremper Logman III. 2001. Memahami Perjanjian Lama
(Malang: Literatur SAAT), hlm. 65.
52
Denis Green. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 187.
53
memiliki rentang tanggal dari abad kedelapan sampai abad
kelima SM. Berikut urutan kronologis nabi-nabi kecil.53
Nabi-nabi Abad
Hosea
Amos Abad ke-8
Mikha
Nahum
Habakuk Abad ke-7
Zefanya
Yoel
Obaja
Hagai Abad ke-6 sampai 5
Zakaria
Maleakhi
Yunus Tidak Jelas
53
Ed. Roy B. Zuck. 2005. A Biblical Theology of the Old
Testament (Malang: Gandum Mas), hlm. 705.
54
W.S. LaSor, D.A Hubbard, F.W. Bush. 2011. Pengantar
Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia), hlm. 209.
54
Tema-tema Teologis dalam Kitab Hosea
Setiap kitab memiliki tema-tema utama. Tema-tema
yang ditentukan dalam setiap kitab bertujuan untuk
mempermudah pembaca dalam memahami isi kitab.
Demikian juga dengan kitab Hosea. Kitab Hosea memiliki
tema-tema utama yang membahas isi kitab. Berikut, di
bawah ini merupakan tema teologis yang terdapat dalam
kitab Hosea.
a. Perkawinan Hosea55
Perkawinan Hosea dengan Gomer yang ditulis
dalam kitabnya, menimbulkan bermacam-macam
pendapat dari para Ahli Alkitab, yaitu:
b. Perkawinan Simbolis (Calvin, Keil, von Hoonacher,
Reus, Gressman, Robert Pfeiffer dan E. J. Young)
Pendekatan ini menafsirkan perkawinan Hosea
secara hipotesis sebagai alegori atau disebut sebagai
penglihatan nabi, dan bukan sebagai kejadian nyata
dalam sejarah Ibrani.
c. Perkawinan yang Sesungguhnya: Narasi Logis (T. H.
Robinson dan T. Laetsch)
Dalam penafsiran ini menegaskan kesejarahan
perkawinan Hosea dengan Gomer secara nyata dan
memandang pasal 1 dan 3 sebagai dua peristiwa yang
terpisah dalam kehidupan Hosea.
55
Andrew E. Hil & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 587-590.
55
d. Perkawinan yang Sesungguhnya: Narasi yang sejajar
(Ehrlich, Marti, W.R. Harper, dan G. W. Anderson)
Tafsiran ini merupakan bentuk tafsiran yang
sedikit dipaksakan mengenai pengalaman pribadi Hosea
dengan menegaskan kesejajaran perkawinan itu, tetapi
mengartikan pasal 1 dan 3 sebagai kisah paralel dari
kejadian yang sama atau dua versi dari peristiwa sama
yang ditulis pada waktu yang berbeda.
Baalisme
Baalisme merupakan sistem kepercayaan kepada
Baal. Baal sendiri adalah dewa yang diyakini sebagai
dewa kesuburan. Perselisihan yang terjadi antara Allah
dan Israel bermula pada ideologi keagamaan yang
bertentangan antara Baalisme orang Kanaan dan
Yahwisme orang Ibrani (Hos. 4:4). Berdasarkan
ketentuan-ketentuan perjanjian Israel dengan Yahweh,
Israel terikat oleh sumpah untuk menyembah Dia saja
(Kel. 20:1-6; Ul. 4:15-31). Tetapi hidup berdampingan
dengan orang Kanaan membawa pada perkawinan antar
suku dan akhirnya kepada pemujaan dewa-dewa orang
Kanaan (Hak. 2:11-15).56 Keadaan hidup yang
berdampingan dengan orang kanaan membuat Israel
tidak lagi setia. Bangsa Israel terkadang menyebut nama
Allah dengan sebutan Baal, tetapi sama sekali tidak
mengandung maksud yang jelek. Tetapi penyebutan
56
Ibid., 2013. Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas),
hlm. 587-590.
56
tesebut mengarah pada penyembahan kepada YAHWEH
dengan upacara-upacara baal.57
Keadaan ini membuat Hosea melihat bahwa
Israel telah gagal mengintegrasikan iman mereka pada
YAHWEH ke dalam kehidupan berbangsa dan bernega-
ra. Di satu pihak mereka telah memasukkan unsur-unsur
agama asing - seperti ibadah kesuburan Kanaan - di lain
pihak mereka terpaksa tunduk kepada kekuasaan bangsa
lain, yakni Asyur dan Mesir. Pada masa Yerobeam,
sinkretisme mencapai puncaknya, karena penyembahan
dan pengenalan akan Allah telah dikanaanisasikan,
sebagaimana hidup kita yang sekarang
diamerikanisasikan. Mereka melupakan tradisi luhur
bangsa dalam praktik kehidupan meskipun dalam teori
mereka masih merasa sebagai bangsa beriman. Dalam
praktik itu Baal menjadi dewa kesuburan, disembah dan
dianggap sebagai pemberi kesejahteraan bagi bangsa di
tempat-tempat jiarah, 2:12; 9:10; 11:2; 13:1. Terhadap
ketidaksetiaan ini para imam ikut bertanggungjawab.
mereka yang seharusnya membantu Israel mengenal
YAHWEH justru melakukan dosa yang kian
menggerogoti iman umat, 4:1-10; 6:4.9.58
Pengalaman Hosea dengan Gomer yang tidak
setia, secara langsung paralel dengan hubungan
YAHWEH dengan umat yang sudah meninggalkan Allah
57
Ensikloedi Alkitab Masa Kini
58
Darmawijaya Pr.1997. Menjadi ManusiaBaru dalam Kristus
(Semarang: Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Semrang).
57
mereka untuk melacur dengan Baal (Hos. 4:10, 12, 15,
17; 5:3-4, dll.). Bangsa Israel dikatakan sebagai pelacur
yang tidak setia. Dalam hal ini yangdimaksud sebagai
elacur yang tidak setia adalah para pemimpin agama dan
sipil, semua berjenis kelamin pria (Hos. 4:4-11; 5:1-3).59
Perjanjian
Kehidupan Israel selalu dipengaruhi dengan
perjanjian, karena tradisi perjanjian ini yang menjadi
dasar fundamental bagi bangsa Israel.60 Maka perjanjian
menjadi salah satu tema yang dibahas di dalam kitab
Hosea. Di mana Hosea memperingatkan Israel untuk
berbalik kepada Tuhan, karena mereka telah hidup dalam
ketidaksetiaan terhadap perjanjian yang telah diikat.
Perjanjian tersebut merupakan kehendak Allah. Dengan
adanya perjanjian yang merupakan inisiatif Allah sendiri
membuat kehidupan bangsa Israel mempunyai arti
khusus karena dalam perjanjian tersedia suatu jamianan.
Perjanjian yang dinyatakan dalam hukum Taurat,
membuat bangsa Israel hidup dalam tatanan. Itulah
sebabnya perjanjian ini menjadi dasar kehidupan bangsa
Israel. Namun, yang menjadi tuntutan dasar adalah
mengenal Tuhan yaitu menikmati hubungan pribadi yang
hidup dengan Allah. Hubungan ini lebih penting dari
59
Ed. Dianne Bergant, CSA & Robert J. Karris, OFM. 2006.
Tafsiran Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Penerbit Kanisius), hlm.
630.
60
William Dyrness. 2004. Tema-tema Dalam Teologi
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 100.
58
pada persembahan dan korban (Hos. 6:6).61 Akan tetapi
Israel menyimpang dari perjanjian itu.
Fakta Sejarah
Hosea memulai pelayanannya setelah pelayanan
Amos. Pelayananya berlangsung sediktnya selama 30 tahun
(755 -725 SM) dan mencakup dekade-dekade terakhir yang
penuh pergolakan dari Kerajaan Israel. Kehidupan
pernikahan Hosea menggambarkan pesan yang dibawanya
untuk bangsa Israel pada masa itu.63 Hosea melakukan
61
Ibid., hlm. 106.
62
Ed. Roy B. Zuck. 2005. A Biblical of the Old Testament
(Malang: Gandum Mas), hlm. 707.
63
Philip Johnston. 2011. IVP Introduction to the Bible (Jakarta:
Yayasan Kalam Hidup), hlm. 208-209.
59
pelayanan ke Kerajaan Utara dan yang sepertinya berakhir
ketika salmaneser V dari Asyur menyerbu israel, merusak
samaria dan mendeportasi lebih dari 27.000 orang Israel ke
Mesopotamia yang terjadi sekitar tahun 722 SM (II Raj.
17:1-34).64
Pemerintahan Yerobeam II pada umumnya diangap
sebagai abad keemasan dari Kerajaan Utara. Tetapi Sebelum
Yerobeam memerintah, kebangkitan politik dan ekonomi di
bangsa itu telah dimulai oleh Yoas, ayah Yerobeam. Pada
masa pemerintahannya, Yoas telah berhasil memimpin tiga
pengiriman militer untuk melawan orang-orang asyur atau
aram (II Raj. 13:25). Dan ia berhasil membebaskan Israel
dari penghinaan dan penindasan bangsa asing. Kemudian
Yerobeam II melanjutkan kepemimpinan yang telah dimulai
oleh Yoas. Ia melanjutkan politik perluasan militer dan
hampir menetapkan kembali batas-batas teritorial Israel
yang telah diperoleh di timur dan utara selama zaman Daud
dan Salomo (II Raj. 14:25, 28). Pada masa
pemerintahannya, Yerobeam berhasil mencapai kestabilan
dalam bidang polotik dan militer, sehingga ia dapat
menghasilkan golongan pedagang yang kaya raya di Israel.
Keadaan tersebut membawa kemakmuran dalam Kerajaan
Yerobeam yang ditunjukkan melalui kemegahan arsitektur,
kemewahan materi, dan kelimpahan dibidang pertanian.
Akan tetapi, Allah melihat masa keemasan
Yerobeam dengan kriteria yang berbeda. Karena beberapa
64
Andrew E. Hill & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 583.
60
tahun sebelumnya, Allah memerintahkan Amos untuk
bernubuat di Israel (760 – 750 SM). Pada saat itu Hosea
dengan berani memperingatkan bangsa “kosmopolitan
(warga negara dunia)” ini, mengutuk politik kekerasan,
penindasan, ketidakadilan, dan peraturan-peraturan yang
mementingkan diri sendiri dari rezim Yerobeam (bnd. Am.
2:6-16). Tetapi mereka tidak memperhatikan peringatan
Amos, dan Amos diusir dari negeri itu serta dilarang untuk
bernubuat lagi di Betel (Am. 7: 10-17). Maka Allah
mengutus Hosea untuk menyampaikan tuduhan ilahi dan
mengumumkan kepastian dari putusan Allah (Hos. 4:1-6).
Karena kekayaan dan kemakmuran di bangsa itu
menimbulkan kesombongan, mementingkan diri sendiri, dan
ketamakan, sehingga umat Israel mengalami kemerosotan
moral (Hos. 9:9) bahkan kerusakan sosial (Hos. 4:2, 18; 6:8-
9; 7:1).
Keadaan tersebut dapat dibuktikan dari kemurtadan
yang dilakukan Israel. Di mana mereka meninggalkan
Tuhan Allah yang telah menuntun mereka keluar dari
perbudakan dan mereka berpaling kepada para baal,
penyembahan berhala dan kejahatan yang dahsyat (Hos.
10:15; bnd. 4:17; 7:16; 11:2; 13:1-2). Kemerosotan yang
dialami Kerajaan Utara setelah kematian Yerobeam II telah
membuktikan ucapan Hosea.65 Di mana masa kejayaan itu
berganti menjadi masa kekecewaan. Zakharia yang adalah
anak dari Yerobeam II, mati dibunuh oleh Salum. Salum
65
Andrew E. Hill, John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 583-584.
61
hanya memerintah selama satu bulan dan kemudian dibunuh
oleh Manahem.
66
Denis Green. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 22.
67
J.B. Hindley BENG, M.A., P.S. Naipospos. 2012. Tafsiran
Alkitab Masa Kini 2 Ayub – Maleakhi (Jakarta: YKBK), hlm. 570.
62
Analisis Gramatikal
Terjemahan Sementara
4 Apa yang akan Aku lakukan kepadamu Efraim, apa
yang akan Aku lakukan kepadamu Yehuda, kasih setia
kalian seperti awan pagi dan seperti embun pada waktu
malam yang berjalan di bawa pergi untuk naik pagi-pagi.
5. Dengan demikian Aku memotong di dalam perkataan
nabi, Aku membunuh mereka di dalam perkataan mulut-
Ku dan hukum-hukum mu membawa terang.
6. Karena kesukaan-Ku ialah kasih setia dan bukan
korban, dan pengenalan akan Allah melebihi semua
korban/persembahan.
Kritik Teks
Ayat 4
Kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed dalam TB diartikan sebagai
kasih setia. NIV dan RSV menggunakan kata love yang
berarti cinta. Tetapi dalam NKJV kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed di
ayat 4 ini menggunakan kata faithfulness yang memiliki
arti kesetiaan. Dalam terjemahaan LXX kata yang
digunakan adalah ἔλεος - eleos yang berarti rahmat.
Kandungan yang terdapat dalam kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed ini
yaitu terdapat tanggung jawab bersama dari mereka, yang
65
artinya tanggung jawab akan – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed merupakan
tanggung jawab bersama. Dalam hal ini penulis
sependapat dengan terjemahan NKJV yaitu faithfulness
yang artinya kesetiaan. Di mana kesetiaan itu sebagai
tanggung jawab bersama.
Sehingga terjemahan yang tepat dalam ayat 4
adalah “Apa yang akan Aku lakukan kepadamu Efraim,
apa yang akan Aku lakukan kepadamu Yehuda, kesetiaan
kalian seperti awan pagi dan seperti embun pada waktu
malam yang berjalan di bawa pergi untuk naik pagi-
pagi.”
Ayat 5
Kata שפ ֶ ָָ֖טיך ֶ֥אֹור
ְ – ּו ִמwumispatika Or memiliki
arti “dan hukum-hukum mu terang”. Dalam teks Yunani
asli kata tersebut diganti dengan frasa kai to
krima mou fwj – kai to krima mou fos, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani sebagai ו מ ש פ תִ י
כאֹור- wmspti ka’or, yang berarti “dan hukuman-Ku
seperti terang”. Menurut penulis, frasa yang lebih tepat
digunakan dalam ayat 5 yaitu frasa dalam teks Yunani
asli, yang memiliki arti “dan hukuman-Ku seperti
terang”.
Sehingga terjemahan yang tepat dalam ayat 5
adalah “Dengan demikian Aku memotong di dalam
perkataan nabi, Aku membunuh mereka di dalam
perkataan mulut-Ku dan hukuman-Ku seperti terang.”
66
Ayat 6
Frasa ֱֹלהים
ָ֖ ִ ו ַ ְֶ֥דעַת א- wuda’at Elohim dalam
terjemahan TB diartikan sebagai pengenalan akan Allah.
Dalam terjemahan RSV dan NKJV farasa yang
digunakan untuk mengartikannya adalh knowledge of
God yang berarti pengetahuan akan Allah. Tetapi NIV
menerjemahkannya sebagai acknowledgment of God
yang memiliki pengertian pengakuan akan Allah. Jadi
yang dimaksudkan ialah pengenalan akan Allah yang itu
harus dibuktikan bukan hanya sekedar kata-kata, tetapi
harus diterapkan dalam kehidupan, bagamana seharusnya
sikap hidup orang-oang yang pengenal Allah. Menurut
penulis frasa yang lebih tepat digunakan dalam ayat 6 ini
ialah pengakuan akan Allah. Karena pengenalan yang
dimaksud harus sampai kepada sikap hidup yang
seharusnya dilakukan oleh orang yang mengenal Allah.
Sehingga terjemahan yang tepat dalam ayat 6
adalah “Karena kesukaan-Ku ialah kesetiaan dan bukan
korban, dan pengakuan akan Allah melebihi semua
korban/persembahan.”
67
Bagan Gramatikal
Yehuda
ְו ַחסְדְ כֶם 248 kali ְוparticle Partikel
(wüHasD conjunction ֶחסֶד konjungsi
ükem) noun common (Dan)
masculine
singular construct Kata benda
suffix 2nd person umum
masculine plural maskulin
homonym 2 tunggal,
konsep
akhiran
orang
kedua
68
maskulin
jamak
homonim 2
(Kebaikan,
kebajikan,
kasih setia)
Dan kasih
setia kalian
Hos. שפ ֶ ָָ֖טיך
ְ ּו ִמ 421 kali ְוparticle Partikel
6:5 (ûmišPä† conjunction konjungsi
ʺkä) שפָטְ ִמnoun (dan)
common
masculine plural Kata benda
construct suffix umum
2nd person maskulin
masculine jamak
singular konsep
akhiran
orang
kedua
tunggal
maskulin
(pengadila
n, hukum)
Dan
hukum-
hukum mu
ֶ֥אֹור 123 kali Noun common Kata benda
(´ôr) both singular umum
absolute tunggal
kedua
mutlak
69
(terang)
Terang
Hos. ֶ ֶ֥חסֶד 248 kali Noun common Kata benda
6:6 (Heºsed) masculine umum
singular absolute maskulin
homonym 2 tunggal
mutlak
homonim 2
(kebaikan,
kebajikan,
kasih setia)
Kasih setia
ח ַ ָָ֖פצְתִ י 75 kali Verb qal perfect Kata kerja
(HäpaºcT 1st person aktif
î) common singular sederhana
homonym 1 sempurna
orang
pertama
tunggal
umum
homonim 1
(menyukai,
kesukaan,
berkenan)
Aku sukai
וְֹלא־ ָ ָ֑זבַח 76 kali ְוparticle Partikel
(wülö´- 162 kali conjuntion konjungsi
zäºbaH) ֹלאparticle (dan)
negative
זֶבַחnoun common Partikel
masculine negatif
70
singular absolute (tidak,
homonym 1 bukan)
Kata benda
umum
maskuline
tunggal
mutlak
homonim 1
(pengorban
an, korban)
Dan bukan
korban
ו ַ ְֶ֥דעַת 93 kali ְוparticle Partikel
(wüdaº`at conjunction konjungsi
) דַ עַתnoun common (dan,
feminine singular tetapi,
construct atau)
homonym 1
Kata benda
umum
feminin
tunggal
konsep
homonim 1
(pengetahu
an)
Dan
pengetahua
n
ֱֹלהים
ָ֖ ִ א 2606 kali Noun common Kata benda
(´élöhîm) masculine plural umum
71
absolute maskuline
jamak
mutlak
(Allah)
Allah
מעֹלָֹֽות 289 kali מִןparticle Partikel
(më`ölôt) preposition kata depan
עֹלָהnoun common (dari)
feminine plural
absolute Kata benda
umum
feminin
jamak
mutlak
(keseluruh
an korban,
persembah
an)
Dari
seluruh
korban
68
Ed. Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM. 2002.
Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Penerbit Kanisius), hlm.
633.
72
kepemimpinan Yerobeam II membawa kejayaan bagi Israel
yang membuat Israel dapat menikmati kekayaan,
kemakmuran pada saat itu. Tetapi keadaan tersebut pada
akhirnya menimbulkan kesombongan, sikap mementingkan
diri sendiri, serta ketamakan, sehingga hal tersebut membuat
Israel mengalami kemerosotan secara moral, bahkan hingga
kerusakan sosial. Yang kemudian membawa pada
kemurtadan Israel. Di mana mereka meninggalkan Tuhan
Allah yang telah menuntun mereka keluar dari perbudakan
dan mereka berpaling kepada baal. Israel telah berbuat tidak
setia kepada Allah. Sehingga dalam Hos. 6:4-6, Allah
menolak persembahan mereka, karena Allah mengetahui
ketidaksetiaan mereka.
69
Ibid., hlm. 633.
73
mengambil langkah baru.70 Teks pada ayat 6 menjelaskan
bahwa bangsa Israel tidak setia kepada perjanjian dengan
Allah. Padahal sebenarnya, Allah membuat perjanjian itu
dengan persyaratan yang diberikan, memiliki maksud untuk
kebaikan bangsa Israel sendiri. Tetapi sangat sedikit dari
mereka yang menghormati perjanjian tersebut, sekalipun
perjanjian itu untuk kebaikan mereka.71
Analisis Sintesis
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai “kasih
setia ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed)” yang terdapat dalam Hosea 6:4-6,
penulis memperhatikan keadaan yang terjadi pada masa itu.
Di mana pada masa itu Israel dipimpin oleh Yerobeam II
yang sepertinya membawa pada masa kejayaan bagi Israel.
Tetapi masa kejayaan tersebut cepat berubah menjadi
kekacaun bagi Israel. Hal tersebut terjadi karena sikap dari
bangsa Israel itu sendiri. Kenyamanan, kekayaan,
kemakmuran yang dirasakan oleh bangsa Israel membuat
mereka tidak lagi mengutamakan Tuhan. Keadaan tersebut
juga membuat bangsa Israel tidak memelihara perjanjian
yang telah diikat dengan Musa di gunung Sinai. Bahkan
Allah telah memelihara mereka, memimpin mereka keluar
dari tanah perbudakan, dan Ia menjanjikan tanah perjanjian
70
Matthew Henry. 1712. Matthew Henyi’s Commentary on the
Whole Bible Vol. IV. – Isaiah To Malachi (Old Tappan, New Jersey:
Fleming H. Revell Company), hlm. 1153.
71
Matthew Henry. 1712. Matthew Henyi’s Commentary on the
Whole Bible Vol. IV. – Isaiah To Malachi (Old Tappan, New Jersey:
Fleming H. Revell Company), hlm. 1154, 1155.
74
kepada umat-Nya itu serta dengan kesetiaan Allah telah
menggenapinya. Hosea telah menegaskan bahwa tanah
perjanjian yang diberikan Allah kepada Israel merupakan
sebuah warisan khusus atau sebagai bentuk pinjaman Allah
kepada Israel72 yang harus senantiasa dijaga dengan
melakukan setiap hukum-hukum ketetapan Tuhan. Akan
tetapi bangsa Israel tidak memelihara dan tidak melakukan
hukum-hukum Tuhan. Memang sekalipun demikian, dalam
perikop tersebut mereka berniat untuk berbalik kepada
Tuhan, tetapi mereka melakukan itu dalam kepura-puraan
dengan memberikan korban kepada Tuhan. Akan tetapi
Tuhan menolak korban-korban yang mereka berikan
kepada-Nya.
Dalam ayat 4, apa yang hendak Allah lakukan kepada
Israel? Ada banyak hal yang dapat Allah lakukan kepada
bangsa itu, dan allah telah melakukannya, tetapi perlu
diingat bahwa mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk,
dan mereka telah berulangkali melakukan pelanggaran
dihadapan Allah. Sekalipun demikian, Allah tetap menjaga
kasih setia-Nya untuk bangsa itu. Apa yang Ia lakukan
untuk bangsa itu adalah suatu tindakan yang sesuai dengan
kapasitas atau kemampuan mereka. Maka dengan cara apa
yang harus Allah lakukan untuk membuat mereka jera.
Dalam hal ini, Tuhan tidak pernah menghancurkan orang
berdosa dampai Ia melihat bahwa tidak ada jalan lain bagi
72
Marthin S. Lumingkewas. 2017. Bunga Rampai: Teologi
Perjanjian Lama (Yogyakarta: Diandra Kreatif), hlm. 163.
75
mereka.73 Dalam ayat tersebt juga dikatakan bahwa kasih
setia mereka seperti kabut pagi, dan seperti embun yang
hilang pagi-pagi benar. Apa yang telah mereka perbuat
kepada Allah menunjukkan bahwa mereka tidak benar-benar
setia dan mengasihi Allah. Sifat kabut, awan, embun, yaitu
datang secara tiba-tiba dan hanya sebentar saja ia
menghilang. Sehingga Allah menilai bahwa kesetiaan
mereka hanya seperti awan pagi dan embun malam yang
sedang pergi untuk menghilang. Pada ayat 4 ini
menunjukkan bahwa apa yang Allah lakukan, Ia
melakukannya karena Ia mengasihi umat-Nya dan
bagaimana sikap yang dimiliki oleh bangsa Israel
membuktikan bahwa kesetiaan mereka hanyalah pura-pura.
Pada ayat 5, menunjukkan bahwa Allah telah melakukan
banyak hal untuk menghukum umat-Nya. Dikatakan bahwa
hukuman yang Allah berikan seperti terang.
Menurut hasil studi eksegesis yang telah penulis
lakukan pada ayat 6 terdapat suatu perbandingan di
dalamnya. Dalam Terjemahan Baru dikatakan bahwa “Aku
menyukai kasih setia dan bukan korban sembelihan”. Dan
menurut terjemahan penulis yaitu, “Kesukaan-Ku ialah
kesetiaan dan bukan korban”. Maka penulis melihat bahwa
pada ayat 6 terdapat perbandingan antara kesetiaan dan
korban. Di mana yang seharusnya korban merupakan bentuk
pembuktian dari sikap kesetiaan, tetapi dalam ayat ini justru
73
Matthew Henry. 1712. Matthew Henyi’s Commentary on the
Whole Bible Vol. IV. – Isaiah To Malachi (Old Tappan, New Jersey:
Fleming H. Revell Company), hlm. 1153.
76
menjadi perbandingan yang seolah-olah sangat kontradiksi.
Di antara keduanya itu tidak ada yang salah apabila korban
itu benar-benar sebagai pembuktian dari kesetiaan. Akan
tetapi tidak demikian dengan bangsa Israel. Karena mereka
tidak hanya memberikan korban kepada YAHWEH,
melainkan mereka juga memberikan korban kepada baal.
Maka korban yang mereka berikan kepada YAHWEH
bukanlah sebagai pembuktian dari kesetiaan mereka kepada
Allah. Dan dengan tegas ayat tersebut mengatakan “Aku
lebih menyukai kasih setia ... dan menyukai pengenalan
akan Allah ...”. Kasih setia yang dimaksudkan ialah
mengenai bagaimana cara hidup bangsa Israel dalam hal
menjaga perjanjian dengan Allah. Dalam perjanjian tersebut
terdapat hukum yang harus ditaati untuk menjaga cara hidup
bangsa Israel, yaitu:74
Hukum Moral (Kel. 20:2-17; Ul. 5:6-21) yang berisi
sepuluh Perintah Allah.
Hukum Sipil (Kel. 21:1- 24: 18) yang mengatur
mengenai hukum, keadilan dan kekayaan.
Hukum Upacara (Kel. 25: 1- 40:38) yang mengatur
mengenai pengorbanan, persembahan, tata cara ibadah
dan pembersihan, serta fungsi imamat para pelayan.
Kesetiaan ini merupakan suatu respon yang
seharusnya dimiliki bangsa Israel sebagai tanggung jawab
mereka di hadapan Allah. Kesetiaan menjadi tanggung
jawab bersama, bukan hanya untuk satu orang atau dua
74
Sonny Zaluchu. 2011. Biblical Theology (Semarang: Sinai
Plubisher), hlm. 63.
77
orang dalam bangsa itu, melainkan semua orang di dalam
bangsa itu. Karena ketika Allah mengikat perjanjian,
perjanjian itu untuk suatu bangsa yang telah dipilih Allah.
Dan bukan hanya kesetiaan yang harus dimiliki oleh bangsa
itu, tetapi juga pengenalan akan Allah. Pengenalan akan
Allah yang seharusnya dimiliki bangsa Israel yaitu
kehidupan yang sesuai dengan pengetahuan mereka tentang
Allah. Dalam perjanjian, Allah telah memberikan hukum
sebagai dasar kehidupan bangsa Israel. Dan ketika mereka
menjaga perjanjian dengan kesetian mereka kepada Allah,
maka seharusnya mereka hidup sesuai dengan hukum yang
telah ditetapkan Allah sabagai dasar kehidupan mereka. Dan
kemudian pengenalan akan Allah itu sebagai pengakuan
yang harus ditunjukkan dalam kehidupan bangsa Israel.
Maka yang dimaksudkan dalam hal ini ialah kesetiaan
dalam hal sikap hidup bangsa Israel yang lebih diutamakan
dari pada korban-korban yang mereka persembahkan. Serta
pengakuan melaui gaya hidup bahwa mereka benar-benar
orang yang mengenal Allah.
Perbuatan bangsa Israel tidak selalu benar di hadapan
Allah, sekalipun mereka adalah umat pilihan, tetapi mereka
telah banyak melakukan pelanggaran yang serius. Dalam
menyikapi setiap pelanggaran-pelangaran mereka, Allah
memberikan konsekuensi. Karena setiap perbuatan yang
dilakukan selalu ada konsekuensi yang harus ditanggung.
Mengenai konsekuensi ini, Allah telah memberlakukannya
sejak zaman manusia pertama. Di mana, pada saat itu
manusia pertama melanggar perintah Allah, Ia memberikan
78
konsekuensi. Konsekuensi tidak hanya diberikan ketika
melanggar perintah Allah, tetapi juga ketika mamatuhi
perintah Allah. Allah selalu memiliki pola bahwa selalu ada
konsekuensi dari setiap perbuatan, apabila melanggar
perintah Allah maka akan menerima kutuk dan apabila
melakukan perintah Allah maka akan menerima berkat.
Itulah konsekuensi yang akan diterima, termasuk oleh
bangsa Israel. Dalam hal ini bangsa Israel harus menerima
konsekuensi dari sikap mereka yang tidak setia kepada
Allah. Yang mana mereka tidak hidup sesuai dengan
ketetapan Allah. Allah telah menyertai bangsa Israel keluar
dari pebudakan di Mesir dan mengikat perjanjian di gunung
Sinai. Perjanjian yang Allah berikan bukan semata-mata
hanya ingin mengikat dan membatasi kehidupan bangsa
Israel. Melainkan pemilihan Allah atas Israel merupakan
upaya untuk menyelamatkan umat manusia. Allah memilih
bangsa Israel, supaya mereka dapat hidup mematuhi
ketetapan Allah sehingga nantinya dari kehidupan bangsa
itu akan ada bangsa-bangsa lain yang melihat penyertaan
Allah atas Israel. Tetapi bangsa Israel justru menyimpang
dari perintah Allah dan bercampur degan kehidupan
disekitar mereka.
Dalam masa pelayanan nabi Hosea, ia diperintahkan
Tuhan untuk menikahi seorang perempuan sundal yang
bernama Gomer. Hosea melakukan seperti yang Allah
perintahkan, tetapi Gomer sekalipun ia telah bersuami, ia
tetap melakukan hubungan dengan orang lain. Di dalam
pernikahan terdapat ikatan sebagai janjian untuk saling setia
79
satu sama lain. Tetapi tindakan Gomer merupakan tindakan
yang tidak setia terhadap suaminya yaitu Hosea. Hubungan
Hosea dengan Gomer menggambarkan hubungan Allah
dengan bangsa Israel. Seperti Gomer yang tidak setia
demikian juga dengan Israel yang tidak setia menjaga
perjanjian dengan Allah. Hal ini dilakuakan supaya bangsa
Israel dapat melihat gambar dirinya di dalam diri Gomer. Di
mana mereka telah berada dalam keadaan yang membuat
mereka nyaman, sehingga hal itu membuat mereka
melupakan Tuhan Allah mereka. Mereka mulai hidup hanya
berfokus untuk diri mereka sendiri dan tidak peduli dengan
keadaan di sekitar mereka, mereka melupakan apa yang
seharusnya mereka lakukan, mereka melupakan hukum
yang menjadi dasar dari kehidupan mereka. Bahkan mereka
mulai bercampur dengan menyembah baal. Keadaan bangsa
Israel digambarkan oleh kisah rumah tangga Hosea.
80
Bab 4
Implementasi Kasih Setia ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed) dalam
Hosea 6:4-6
Implementasi Teologis
Israel merupakan sebuah bangsa yang dipilih oleh
Allah. Alkitab telah menjelaskan bagaimana Allah sangat
mengasihi umat pilihan-Nya. Hal itu Ia buktikan melalui
perjanjian yang diikat dengan umat pilihan-Nya setelah
mereka keluar dari Mesir, di gunung Sinai. Sebelumnya
81
Allah telah mengikat perjanjian dengan bapa leluhur Israel,
yaitu Abraham, Ishak dan Yakub, yang kemudian perjanjian
itu diturunkan kepada Musa. Perjanjian tersebut merupakan
inisiatif Allah sendiri. Sebagai bangsa pilihan, Israel dituntut
untuk hidup di dalam standard Allah. Oleh karena itu,
pemerintahan Allah yang nyata atas Israel, dikendalikan
melalui hukum dan aturan yang disampaikan-Nya melalui
Musa.75 Perjanjian itu dibuat bukan semata-mata untuk
memberikan hukum bagi Israel, melainkan perjanjian itu
dapat mengikat Israel untuk hidup berkenan kepada Allah
dan memiliki sikap yang berbeda dengan bangsa-bangsa
yang lain, yang dapat diwujudkan dengan mematuhi hukum
yang diberikan. Akan tetapi dalam hal perjanjian antara
Allah dengan Israel, diperlukan kerja sama untuk saling
menjaga ikatan perjanjian tersebut. Pihak Allah telah jelas
bahwa Ia tentu menjaga perjanjian itu karena Ia yang
berinisiatif. Dan dari pihak bangsa Israel, mereka pun harus
menjaga perjanjian tersebut. Dalam setiap respon atau sikap
Israel terhadap perjanjian itu tentu akan ada konsekuensi
yang harus diterima untuk menunjukkan keadilan Allah.
Alkitab juga menjelaskan mengenai konsekuensi yang akan
diterima Israel apabila mereka taat ataupun sebaliknya,
karena di dalam perjanjian tersebut tersedia suatu jaminan.
Jika mereka taat dalam menjaga perjanjian itu, maka mereka
75
D. Brent Sandy dan Ronald L. Giese. 1995. Cracking the Old
Testament Code (Nashville, tennesse: Broadman & Holman Publisher),
hlm. 115.
82
akan menerima berkat, tetapi jika mereka tidak taat dalam
menjaga perjanjian itu, maka mereka akan menerima kutuk.
Perjanjian dalam bahasa aslinya disebut ב ְִרית- berith.
Kata ב ְִרית- berith, sebenarnya memiliki arti yang lebih
dalam dari perjanjian yang sering dilakukan anatara sesama
manusia. Karena ב ְִרית- berith di sini, merupakan perjanjian
anatar Allah dan manusia. Dalam terjemahan lain ב ְִרית-
berith dapat diartikan sebagai covenant, league,
confederacy, confederate. ב ְִרית- berith memiliki makna
perjanjian between God and man yang diwujudkan dalam
alliance (of friendship); covenant (divine ordinance with
signs or pledges). Oleh sebab itu ב ְִרית- berith dikatakan
memiliki arti yang lebih dalam dari perjanjian yang biasa
dilakukan oleh manusia, karena ב ְִרית- berith berdasarkan
pada inisiatif Allah yang bersifat ilahi. ב ְִרית- berith yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah perjanjian yang diikat di
gunung Sinai yang dapat disebut dengan perjanjian Sinai.
Sejak perjanjian itu diikat, kehidupan Israel mulai
memiliki aturan hukum. Alkitab menjelaskan bahwa Israel
merupakan suatu bangsa yang tegar tengkuk (Kel. 32:9).
Maka bukan hal yang mudah tentunya bagi Israel untuk bisa
menjaga perjanjian itu. Dalam hal ini, perjanjian anatara
Allah dan umat pilihan-Nya tidak dapat dilakukan dengan
mudah. Oleh sebab itu kata ב ְִרית- berith berkaitan dengan
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed. Karena – ב ְִריתberith tidak dapat diwujudkan
tanpa – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed, selain itu tidak ada kata lain yang dapat
83
mewujudkan – ב ְִריתberith. Karena – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed adalah
satu-satunya kata yang dipakai untuk menjaga – ב ְִרית
berith.
Dalam kehidupan bangsa Israel yang tegar tengkuk,
mereka tidak selalu bisa menjaga perjanjian tersebut. Realita
yang terjadi pada bangsa Israel, mereka berulangkali
melanggar perjanjian. Mereka berbalik kepada Allah dengan
memberikan korban dan persembahan bagi Allah tetapi
tidak dengan kesungguhan hati, melainkan seolah-olah
mereka berbalik kepada Allah hanya supaya mereka tidak
menerima kutuk. Padahal yang sebenarnya, yang lebih
penting dari persembahan Israel adalah keintiman mereka
dengan Tuhan. Di mana yang menjadi tuntutan dasar dalam
kehidupan bangsa Israel adalah mengenal Tuhan yaitu
menikmati hubungan pribadi yang hidup dengan Allah.
Hubungan ini lebih penting dari pada persembahan dan
korban (Hos. 6:6).76
Original Setting
Mengenai kepenulisan kitab Hosea, ada banyak
pakar yang meyakini bahwa kitab Hosea dalam Perjanjian
Lama ditulis oleh seorang yang bernama Hosea. Hal
tersebut ditunjukkan pada ayat pendahuluan dari kitab
tersebut (1:1).77 Hosea merupakan anak laki-laki dari
76
William Dyrness. 2004. Tema-tema Dalam Teologi
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 106.
77
Andrew E. Hil & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 582.
84
seorang yang bernama Beeri yang menjadi penduduk Israel
selama abad keemasan di bawah kepemimpinan Raja
Yerobeam II. Sekalipun beberapa penafsir menganggap
bagian dari kitab Hosea ditulis oleh penulis yang berbeda.
Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan isi dan gaya
penulisan yang terdapat pada pasal 1-3 dan 4-14.78 Tetapi
pandangan tersebut tidak terlalu dihiraukan. Sebagaimana
pendapat dalam Wycliffe Bible Commentary yang
mengatakan bahwa “Hosea adalah nabi yang juga seorang
penulis dari Kerajaan Utara yang menyapa bangsanya
sendiri”.79 Pada masa Perjanjian Lama nama Hosea
merupakan nama lain dari Yosua, yang memiliki arti
keselamatan (Bil. 13:16; Ul. 32:44).80 Hosea memulai
pelayanannya setelah Amos. Ia disebut sebagai penulis
kedua dari empat penulis yang dikenal sebagai nabi pada
abad kedelapan.81
Kitab Hosea menjelaskannya dalam pasal 1:1. Dia
melayani pada masa pemerintahan Uzia, Yotam, Ahas,
Hizkia, raja-raja Yehuda, dan Yerobeam II, raja Israel. Uzia,
raja Yehuda memulai pemerintahannya pada tahun 767 SM,
sedangkan Yerobeam II, raja Israel wafat pada tahun 753
78
W.R.F. Browning. 2007. Kamus Alkitab (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), hlm. 142.
79
Ed. Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. 2014. The
Wycliffe Bible Commentary – Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol. 2 (Malang:
Gandum Mas), hlm. 947.
80
Andrew E. Hil & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 582
81
Philip Johnston. 2011. IVP Introduction to the Bible
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup), hlm. 208.
85
SM. Hal itu dapat menunjukkan bahwa permulaan
pelayanan Hosea ada diantara kedua tahun itu, yaitu sekitar
tahun 760 SM. Hosea terus melayani setidaknya sampai
awal pemerintahan tunggal Raja Hizkia, yaitu pada tahun
715 SM, itu berarti Hosea melayani dalam waktu yang
cukup lama yaitu sekitar 40-50 tahun. Cara Hosea
menunjukkan tahun penulisannya kitabnya, lebih banyak
menandai waktu penulisannya berdasarkan pemerintahan
raja-raja Yehuda dari pada raja-raja Israel. Meskipun Hosea
sendiri adalah seorang nabi Israel. Ia menyebutkan empat
nama raja Yehuda dan yang lain tidak disebutkan, dan ia
hanya menyebut satu raja Israel. Hal ini dikerenakan Hosea
adalah nabi Israel yang lebih mengakui raja-raja Yehuda
dari pada raja-raja Israel sebagai pewaris takhta Daud,
sehingga ia lebih suka menunjukkan waktu pelayanannya
berdasarkan pemerintahan raja-raja Yehuda.82 Kemungkinan
besar kitab Hosea ditulis pada suatu waktu antara tanggal
pembayaran upeti oleh Raja Menahem kepada Tiglat-Pileser
III dari Asyur, sekitar tahun 739 SM (Hos. 5:13; 8:9; 12:1)
dan masa kejatuhan Samaria pada tahun 722 SM.83
Kitab Hosea dipilih sebagai kitab yang pertama
dalam kumpulan kitab nabi-nabi kecil. Disebut kitab-kitab
nabi-nabi kecil bukan karena kitab-kitab itu secara teologis
kurang penting, tetapi karena isinya yang relatif singkat
82
Leon J. Wood. 2005. The Prophets of Israel (Jakarta: BPK
Gunung Mulia), hlm. 396.
83
Andrew E. Hil & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 583.
86
dibandingkan dengan kitab-kitab Yesaya, Yeremia, dan
Yehezkiel. Kitab-kitab nabi kecil berjumlah dua belas yang
memiliki rentang tanggal dari abad kedelapan sampai abad
kelima SM. Berikut urutan kronologis nabi-nabi kecil.84
Hosea memulai pelayanannya setelah pelayanan
Amos. Pelayananya berlangsung sediktnya selama 30 tahun
(755 -725 SM) dan mencakup dekade-dekade terakhir yang
penuh pergolakan dari Kerajaan Israel. Kehidupan
pernikahan Hosea menggambarkan pesan yang dibawanya
untuk bangsa Israel pada masa itu.85 Hosea melakukan
pelayanan ke Kerajaan Utara dan yang sepertinya berakhir
ketika salmaneser V dari Asyur menyerbu israel, merusak
samaria dan mendeportasi lebih dari 27.000 orang Israel ke
Mesopotamia yang terjadi sekitar tahun 722 SM (II Raj.
17:1-34).86
Pemerintahan Yerobeam II pada umumnya diangap
sebagai abad keemasan dari Kerajaan Utara. Tetapi Sebelum
Yerobeam memerintah, kebangkitan politik dan ekonomi di
bangsa itu telah dimulai oleh Yoas, ayah Yerobeam. Pada
masa pemerintahannya, Yoas telah berhasil memimpin tiga
pengiriman militer untuk melawan orang-orang asyur atau
aram (II Raj. 13:25). Dan ia berhasil membebaskan Israel
dari penghinaan dan penindasan bangsa asing. Kemudian
84
Ed. Roy B. Zuck. 2005. A Biblical Theology of the Old
Testament (Malang: Gandum Mas), hlm. 705.
85
Philip Johnston. 2011. IVP Introduction to the Bible (Jakarta:
Yayasan Kalam Hidup), hlm. 208-209.
86
Andrew E. Hill & John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 583.
87
Yerobeam II melanjutkan kepemimpinan yang telah dimulai
oleh Yoas. Ia melanjutkan politik perluasan militer dan
hampir menetapkan kembali batas-batas teritorial Israel
yang telah diperoleh di timur dan utara selama zaman Daud
dan Salomo (II Raj. 14:25, 28). Pada masa
pemerintahannya, Yerobeam berhasil mencapai kestabilan
dalam bidang polotik dan militer, sehingga ia dapat
menghasilkan golongan pedagang yang kaya raya di Israel.
Keadaan tersebut membawa kemakmuran dalam Kerajaan
Yerobeam yang ditunjukkan melalui kemegahan arsitektur,
kemewahan materi, dan kelimpahan dibidang pertanian.
Akan tetapi, Allah melihat masa keemasan
Yerobeam dengan kriteria yang berbeda. Karena beberapa
tahun sebelumnya, Allah memerintahkan Amos untuk
bernubuat di Israel (760 – 750 SM). Pada saat itu Hosea
dengan berani memperingatkan bangsa “kosmopolitan
(warga negara dunia)” ini, mengutuk politik kekerasan,
penindasan, ketidakadilan, dan peraturan-peraturan yang
mementingkan diri sendiri dari rezim Yerobeam (bnd. Am.
2:6-16). Tetapi mereka tidak memperhatikan peringatan
Amos, dan Amos diusir dari negeri itu serta dilarang untuk
bernubuat lagi di Betel (Am. 7: 10-17). Maka Allah
mengutus Hosea untuk menyampaikan tuduhan ilahi dan
mengumumkan kepastian dari putusan Allah (Hos. 4:1-6).
Karena kekayaan dan kemakmuran di bangsa itu
menimbulkan kesombongan, mementingkan diri sendiri, dan
ketamakan, sehingga umat Israel mengalami kemerosotan
88
moral (Hos. 9:9) bahkan kerusakan sosial (Hos. 4:2, 18; 6:8-
9; 7:1).
Keadaan tersebut dapat dibuktikan dari kemurtadan
yang dilakukan Israel. Di mana mereka meninggalkan
Tuhan Allah yang telah menuntun mereka keluar dari
perbudakan dan mereka berpaling kepada para baal,
penyembahan berhala dan kejahatan yang dahsyat (Hos.
10:15; bnd. 4:17; 7:16; 11:2; 13:1-2). Kemerosotan yang
dialami Kerajaan Utara setelah kematian Yerobeam II telah
membuktikan ucapan Hosea.87 Di mana masa kejayaan itu
berganti menjadi masa kekecewaan. Zakharia yang adalah
anak dari Yerobeam II, mati dibunuh oleh Salum. Salum
hanya memerintah selama satu bulan dan kemudian dibunuh
oleh Manahem.
87
Andrew E. Hill, John H. Walton. 2013. Survei Perjanjian
Lama (Malang: Gandum Mas), hlm. 583-584.
89
sikap bangsa Israel yang merupakan bangsa yang tegar
tengkuk yang berlaku tidak setia terhadap perjanjian dengan
Allah. Masa-masa itu merupakan masa terakhir dari
kejayaan Yerobeam II. Masa pemerintahan raja Yerobeam II
merupakan masa keemasan bagi Israel. Akan tetapi kondisi
yang terlihat baik di luar, justru mengakibatkan kemerosotan
moral terjadi di dalam Israel. Di mana dengan kondisi yang
menyenangkan itu membuat Israel bermegah, karena
mereka berpikir bahwa Tuhan telah memberkati mereka,
sehingga mereka mendirikan tempat ibadah dimana-mana,
mereka memiliki semangat untuk menyembah YAHWEH.
Akan tetapi kegiatan penyembahan mereka kepada
YAHWEH dipengaruhi juga dengan ritual agama lain. Maka
sambil menyembah YAHWEH mereka juga sujud
menyembah baal, sambil berdoa kepada YAHWEH mereka
juga melakukan kejahatan-kejahatan besar (Hos 5:4). Dan
Allah melihat bahwa mereka tidak memiliki kasih, kesetiaan
dan pengenalan akan Allah.
Dalam Hosea pasal 5, Allah memerintahkan Hosea
untuk memberikan hukuman yang sangat keras bagi para
pemimpin bangsa Israel yaitu para imam dan keluarga Raja
yang menyebarkan kesesatan. Dan dalam pasal 6 Hosea
memberikan kesempatan sekali lagi dengan menawarkan
berita pertobatan yang terdapat dalam ayat 1-3. Di mana
ayat 1-3 merupakan resolusi bangsa Israel untuk kembali
kepada Tuhan, dan dengan kesenangan, mereka mendorong
diri mereka untuk kembali. Ayat 1-3 ini, dapat dikatakan
sebagai perkataan nabi kepada umat, yang memanggil
90
mereka untuk bertobat, atau seperti perkataan satu sama
lain, saling menarik dan saling mendorong untuk mencari
Tuhan, dan untuk merendahkan diri dihadapan-Nya, dengan
harapan mencari belas kasihan bersama-Nya.88
Ayat 4 dan 5 merupakan keadaan ketidakstabilan
dalam profesi dan janji pertobatan mereka serta bagian yang
berat yang diambil oleh Tuhan bersama mereka. Mereka
tidak memiliki pendirian yang kokoh, tetapi mereka mudah
goyah, tidak stabil seperti air. Ayat tersebut merupakan
ungkapan yang aneh. Mereka kehilangan hikmat yang tidak
terbatas atas apa yang mereka lakukan. Hal itu membuat
mereka mengambil langkah baru. Tetapi bukan berarti
bahwa Allah berbicara setelah manusia mengambil cara
baru untuk memperlihatkan bahwa cara yang mereka
lakukan itu tidak masuk akal, dan apa yang mereka lalukan
itu melanggar perjanjian. Biarkan mereka tidak
mengeluhkan kepada-Nya selama mereka menerima
hukuman yang berat seperti yang Ia lakukan kepada mereka,
maka apa lagi yang harus Ia lakukan? Apa saja yang dapat
Ia lakukan dengan mereka? Tuhan telah mencoba berbagai
metode kepada mereka, dan Ia sangat tidak ingin
membiarkan hal-hal yang melebihi batas kemampuan
mereka. Hal tersebut Ia lakukan dengan alasan mengenai
diri-Nya sendiri. Allah menjaga perjanjian dnegan baik,
tetapi bangsa Israel tidak memenuhi persyaratan. Apa yang
88
Matthew Henry. 1712. Matthew Henry’s Commentary on the
Whole Bible Vol. IV. – Isaiah To Malachi (Old Tappan, New Jersey:
Fleming H. Revell Company), hlm. 1151.
91
harus Ku lakukan kepadamu? Apa lagi yang bisa Aku
lakukan selain mengusir. Kapan Aku bisa membuang mu?
Perhatikan, Tuhan tidak pernah menghancurkan orang
berdosa sampai Ia melihat tidak ada jalan lain bagi
mereka.89 Karena Allah sangat mengasihi umat-Nya.
Ayat 6 menjelaskan bahwa bangsa Israel tidak setia
kepada perjanjian dengan Allah. Padahal sebenarnya, Allah
membuat perjanjian itu dengan persyaratan yang diberikan,
memiliki maksud untuk kebaikan bangsa Israel sendiri.
Tetapi sangat sedikit dari mereka yang menghormati
perjanjian tersebut, sekalipun perjanjian itu untuk kebaikan
mereka.90 Fakta yang mendasari dalam ayat 6 ialah sikap
hidup bangsa Israel, yang mana mereka menyimpang dari
ketetapan Tuhan. Bangsa Israel memberikan korban kepada
Allah tidak dengan kesungguhan hati mereka. Karena
mereka juga memberikan korban kepada allah lain yaitu
baal (dewa kesuburan). Sehingga dalam ayat 6 dituliskan
“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban
sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih
dari pada korban-korban bakaran.” (TB). Dan dalam
terjemahan penulis yaitu “Karena kesukaan-Ku ialah
kesetiaan dan bukan korban, dan pengakuan akan Allah
melebihi semua korban/persembahan.”
Penulis memberi kesimpulan pada ayat 6 yaitu
bahwa Allah merindukan kesetiaan yang seharusnya
dipelihara oleh umat pilihan Allah. Karena bangsa Israel
89
Ibid., hlm.1153.
90
Ibid., hlm. 1154, 1155.
92
adalah bangsa yang tegar tengkuk sehingga hal itu membuat
mereka seringkali melakukan pelanggaran dihadapan Allah,
tetapi Allah memiliki kemurahan hati untuk selalu
menerima mereka, ketika bangsa itu melakukan pertobatan.
Tetapi dalam ayat 6 ini, bangsa Israel harus mendapat
peringatan yang keras. Di mana, Hosea sebagai penulis kitab
ini menyatakan dengan tegas mengenai apa yang berkenan
kepada Alla, yaitu mengenai kasih setia. Hosea
menyatakannya dengan tegas, karena kasih setia (– ֶ ֶ֥חסֶד
khesed) berkaitan dengan perjanjian ( ב ְִרית- berith). – ֶ ֶ֥חסֶד
khesed merupakan pokok yang penting bagi bangsa Israel
untuk menjaga perjanjian dengan Allah. Tanpa memiliki
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed bangsa Israel tidak dapat menjaga perjanjian
itu. Hal itu dibuktikan di dalam ayat 6, yang mana mereka
melanggar ketetapan Allah dikarenakan mereka telah
kehilangan – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed.
93
Karena, ketika Allah mengikat perjanjian maka Allah
mengikat perjanjian itu dengan kasih setia.
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed sendiri bersifat deontologi, yang
memiliki pengertian sebagai suatu kewajiban yang harus
dilakukan. Di dalamnya terdapat kebenaran dan keadilan
Allah. Sedangkan – ב ְִריתberith merupakan perjanjian yang
telah dibuat oleh Allah sendiri untuk bangsa Israel. Dalam
hal ini, – ב ְִריתberith selalu berkaitan dengan – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed.
Bangsa Israel harus memiliki – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed yang bertujuan
untuk menjaga – ב ְִריתberith. Tanpa adanya – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed,
bangsa Israel tidak dapat menjaga – ב ְִריתberith. Itulah
sebabnya, bahwa – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed merupakan suatu kewajiban
yang harus dimiliki bangsa Israel, dan bukan hanya itu,
tetapi juga bahwa – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed, sebagai sesuatu yang harus
dilakukan dalan cara hidup bangsa Israel.
Kasih setia Allah ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed) dalam perjanjian-
Nya diberikan untuk kepentingan umat-Nya. Karena Allah
mengerti bahwa bangsa Israel tidak akan mampu sendiri,
melainkan mereka memerlukan Allah untuk membantu
mereka. Oleh karena kasih Allah kepada bangsa Israel,
maka Allah menyertai mereka salah satunya dengan
memberikan rasa aman bagi bangsa Israel. Ketika mereka
menghadapi musuh, ketika mereka berperang mereka tidak
takut dan gentar karena Allah memberikan rasa aman bagi
mereka sekalipun dalam bahaya.
Rasa aman merupakan kebutuhan dasar manusia,
manusia membutuhkan rasa aman untuk dapat
94
melaksanakan aktivitasnya secara maksimal. Apabila
kebutuhan rasa aman itu tidak terpenuhi, manusia akan
cenderung terus mencarinya sampai ia mendapatkannya.
Dengan demikian apabila bansa Israel dapat bekerjasama
dengan Allah dalam hal menjaga perjanjian-Nya maka rasa
aman itu akan diterima oleh mereka. Karena Allah adalah
sumber rasa aman yang sejati.
92
A. De Kuiper. 2008. Tafsiran Alkitab Kitab Hosea (Jakarta:
BPK Gunung Mulia), hlm. 180.
96
bagi Israel sampai ajaran Tuhan, διδαχῇ - didakhe (Kis.
13:12).93
Kitab Hosea menampilkan Mesias sebagai Anak
Allah (Hos. 11:1 bnd. Mat. 2:15). Di mana Mesias sebagai
satu-satunya Juruselamat umat-Nya (Hos. 13:4 bnd. Yoh.
14:6), sebagai yang akan menebus manusia dari kematian
(Hos. 13:14 bnd. 1 Kor. 15:55), sebagai yang mengasihi
manusia secara luar biasa (Hos. 11:4), dan sebagai yang
menyembuhkan mereka yang berbalik kepada-Nya (Hos.
6:1).94 Secara keseluruhan bagian kitab Hosea memberikan
pemahaman bahawa dengan memiliki – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed
membuat manusia dapat menaati setiap perintah Tuhan di
dalam Alkitab. Sehingga ketika manusia melakukan apa
yang Tuhan perintahkan, manusia memperoleh keselamatan
itu.
93
Ibid., hlm. 181.
94
Jane. Ch. Obadja. 2004. Survei Ringkas Perjanjian Lama
(Surabaya: Momentum), hlm. 151.
97
dalam kehidupan Hosea sebagai seorang nabi. Semuanya
diungkapkan dengan jelas. Diawali dari pernikahan Hosea.95
Di mana Hosea menikahi seorang perempuan sundal yang
bernama Gomer. Kehidupan pernikahan Hosea tidak
seharmonis pernikahan-pernikahan tokoh Alkitab yang
lainnya. Hal itu menunjukkan bahwa kitab Hosea terbuka
dengan kebenaran berdasarkan relita yang terjadi pada
zamannya. Di dalamnya juga mengungkapkan mengenai
ketidaksetiaan umat pilihan Allah, yaitu bangsa Israel.
Bagaimana mungkin umat yang telah dipilih Allah, justru
tidak setia kepada Allah? Apakah Allah salah dalam
memilih umat-Nya? Kitab Hosea tidak bermaksud untuk
menyudutkan bahwa Allah salah dalam memilih umat-Nya.
Karena Allah memang tidak pernah salah dalam mengambil
keputusan termasuk ketika Ia memutuskan untuk memilih
umat pilihan. Justru di dalam kitab Hosea Allah sendiri yang
memerintahkan Hosea untuk menjadi gambaran Allah
dengan umat-Nya. Hal itu dibuktikan dari kasih Allah
kepada umat pilihan-Nya itu. Ia menolong umat pilihan-Nya
untuk keluar dari perbudakan, bahkan Ia menuntun mereka.
Allah memiliki peran yang sangat penting di dalam keluaran
mereka dari Mesir. Sampai Allah mengikat perjajian dengan
mereka di Sinai. Dasar Allah mengikat perjanjian dengan
umat pilihan-Nya itu adalah kasih. Seperti kasih menjadi
dasar atas perjanjian itu, demikian juga dalam mewujudkan
95
David L. Baker. 1986. Mari Mengenal Perjanjian Lama
(Jakarta: BPK Gunung Mulia), hlm. 112.
98
perjanjian itu untuk tetap terjaga, sehingga Allah dan umat
pilihan-Nya tetap memiliki hubungan yang baik.
Kitab Hosea telah menjelaskannya, bahwa dalam
menjaga perjanjian itu umat Israel harus mendasarinya
dengan – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed. Karena tanpa – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed perjanjian
itu tidak akan terwujud. Perjanjian yang diikat Allah dengan
umat-Nya mengarah kepada keselamatan, baik itu
keselamatan bangsa Israel yang sebagai umat pilihan-Nya
dan juga keselamatan bangsa-bangsa lain di luar Israel. Dan
pada akhirnya pembahasan itu sampai kepada keselamatan
di dalam Kristus. Maka dari itu, kebenaran yang terdapat
dalam kitab Hosea, perjanjian serta – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed (kasih
setia) yang menuju ke pada keselamatan menjadi panggilan
yang penting dalam kehidupan.
96
Marthin S. Lumingkewas. 2017. Bunga Rampai: Teologi
Perjanjian Lama (Yogyakarta: Diandra Kreatif), hlm. 163.
97
Ibid.
100
dengan keadaan gereja masa kini. Di mana bangsa Israel
hidup dalam ketidaksetiaan karena dipengaruhi dengan
keadaan di sekitar mereka sehingga mengakibatkan
kemerosotan moral terjadi diantara bangsa Israel. Dan gereja
masa kini juga dipengaruhi dengan perkembangan zaman.
Sehingga hal itu membuat gereja masa kini mulai
mengalami hal yang serupa dengan bangsa Israel dengan
mengabaikan kasih setia dan tidak memiliki pengenalan
akan Allah. Maka tidak sedikit juga gereja-gereja masa kini
mulai mengalami kemerosotan moral. Di mana gereja mulai
berpusat pada diri sendiri, dan mengabaikan keadaan di
sekitar. Gereja mulai memegahkan bangunan gedung gereja
tetapi mengabaikan pelayanan kepada orang-orang yang
membutuhkan. Bahkan gereja mulai memiliki fokus yang
lain dalam penyembahannya sebagaimana Israel juga
menyembah baal. Oleh karena itu sekalipun gereja
memberikan korban ibadah, persembahan kepada Tuhan
tetapi itu tidak ada artinya tanpa kesetiaan mereka dalam
melayani Tuhan. Seperti yang tertulis dalam Hosea 6:6,
bahwa Allah lebih menyukai kasih setia dari pada korban
sembelihan dan menyukai pengenalan akan Allah dari pada
korban-korban bakaran.
Kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed dalam Hosea 6:4-6, memiliki
pengertian kasih setia, kebaikan, belas kasihan. Dalam
terjemahan Septuaginta menggunakan kata ἔλεος - eleos
yang berarti rahmat, belas kasihan. Sebenarnya – ֶ ֶ֥חסֶד
khesed, merupakan kasih setia untuk menjaga perjanjian
dengan Allah yang merupakan tanggung jawab bersama. N.
101
H. Snaith (1944) menyatakan bahwa kata tersebut
merupakan kata yang diikuti secara substansi.98 Maka – ֶ ֶ֥חסֶד
khesed memiliki sifat kebersamaan. – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed sangat
penting kaitannya dengan perjanjian Sini. Sehingga hanya
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed, kasih yang menjaga perjanjian. Oleh sebab itu
gereja masa kini juga perlu memiliki – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed. Agar
perjanjian dengan Allah tetap terjaga.
98
Norman H. Snaith. 1951. A Theological Word Book of the
Bible (New York: MacMillan), hlm. 136-137.
102
yang terkandung dalam ibadah itu bukan berada pada proses
atau tata cara liturgi gereja atau pengkhotbah, atau
kemewahan yang ditawarkan dalam ibadah, dan juga bukan
terletak pada semarak kemeriahan ibadah itu. Yang
terpenting dari semuanya itu adalah sikap hati yang
diekspresikan dalam bentuk penyembahan kepada Allah.
Tentunya dalam ibadah yang dilakukan harus
berpusat kepada Allah. Dalam hal ini, gereja harus selalu
mengevaluasi setiap kegiatan ibadah yang diadakan di
dalam gereja. Evaluasi ini bertujuan untuk terus
mengingatkan gereja supaya selalu berpusat kepada Tuhan.
Gereja perlu untuk mempertanyakan, apakah ibadah yang
selama ini dilakukan benar-benar untuk mempermuliakan
Tuhan atau mempermuliakan tim praise and worship, atau
mempermuliakan pengkhotbah, atau hanya untuk mencari
keuntungan bagi gereja? Apakah pujian dan penyembahan
benar-benar diberikan kepada Tuhan atau kepada manusia?
Dan dari hasil evaluasi itu gereja dapat melihat, apakah
selama ini gereja memiliki kasih setia kepada Tuhan?
Apakah selama ini gereja memiliki pengenalan yang intim
dengan Tuhan? Dan apakah selama ini gereja sudah
berkenan kepada Tuhan? Dengan demikian gereja dapat
terus meningkatkan pertumbuhan yang dewasa. Oleh sebab
itu gereja mmbutuhkan – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed. – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed
merupakan dasar yang harus dimiliki oleh gereja masa kini.
Karena hanya – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed yang dapat memampukan gereja
untuk selalu berpusat kepada Tuhan.
103
Gereja harus menyadari bahwa – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed adalah
tanggung jawab bersama
Dalam aktifitas gereja, seringkali gereja
mengabaikan kasih setia ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed). Gereja tidak
memiliki kesetiaan di dalam setiap aktifitasnya. Misalnya,
dalam pelayanan seorang Worship Leader (WL), awalnya ia
akan merasa memberikan pelayanan kepada Tuhan, tetapi
sering tanpa disadari ketika sedang melakukannya
(memimpin ibadah), fokus yang awalnya untuk Tuhan telah
bergeser menjadi untuk diri sendiri. Hal itu sering terjadi,
karena gereja tidak menyadari betapa pentingnya memiliki
kesetiaan ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed) ketika sedang melayani secara
komunal. – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed yang seharusnya diutamakan di
dalam aktifitas gereja masa kini justru mulai diabaikan,
bahkan mulai dianggap tidak penting. Karena gereja
seringkali mengartikan – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed sebagai kasih setia
yang bersifat pribadi. Di mana setiap orang percaya harus
memiliki hubungan pribadi yang intim dengan Tuhan.
Sehingga secara komunal hal itu tidak diutamakan. Memang
benar, bahwa setiap orang percaya harus memiliki hubungan
yang intim secara pribadi dengan Tuhan. Tetapi – ֶ ֶ֥חסֶד
khesed dalam hal ini memiliki sifat kebersamaan atau
komunal, yang seharusnya dibangun bersama-sama dan
menghasilkan kesatuan di dalam gereja.
Namun hal itu sulit ditemukan di dalam gereja masa
kini. Karena seringkali gereja lebih bersifat eksklusif.
Eksklusif di sini sering terjadi bukan hanya antar gereja,
104
tetapi juga antar jemaat yang ada di dalam gereja. Bahkan
terdapat garis pemisah yang berdasarkan pada faktor
ekonomi, kedudukan, dan status sosial pada lingkup gereja
masa kini. Permasalahan itu terjadi karena gereja tidak lagi
menekankan kesetiaan di dalam melayani Tuhan. Oleh
sebab itu, gereja masa kini perlu untuk memiliki kesadaran
tentang hal itu dengan menekankan secara tegas bahwa
kesetian kepada Tuhan harus dibangun bersama sebagai
kesatuan anggota tubuh Kristus. Sehingga gereja, baik itu
secara individu maupun komunal memiliki kesetiaan (– ֶ ֶ֥חסֶד
khesed).
108
perjanjian dengan Allah (perjanjian Sinai). Dan kehadiran
Hosea, kembali mengingatkan dengan tegas bahwa menjaga
perjanjian dengan Allah merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan oleh bangsa Israel. Hal ini juga berlaku bagi
gereja masa kini. Mengenai menjaga perjanjian, bukan
hanya untuk bangsa Israel pada masa Perjanjian Lama.
Melainkan perjanjian Allah dengan umat-Nya harus selalu
dijaga sampai kapanpun. Bagi gereja masa kini, yang
dimaksudkan bukan saja perjanjian Sinai, tetapi setiap
janjian Tuhan yang telah dituliskan di dalam Alkitab harus
dijaga. Dan gereja perlu menyadari hal ini. Karena
seringkali ada banyak gereja yang sudah tidak peduli lagi
dengan perjanjian Allah. Bahkan terdapat pengajaran
didalam gereja yang mengutamakan berkat tanpa melihat
konteks yang sedang terjadi. Padahal ada dua pilihan bagi
gereja, yaitu: berkat akan diberikan kepada mereka yang
menaati hukum Tuhan dan kutuk akan diberikan bagi
mereka yang melanggar hukum Tuhan. Sehingga Tuhan
tidak hanya berjanjii untuk memberi berkat, tetapi Tuhan
juga berjanji akan memberi kutuk kepada mereka yang
melanggar ketetapan Tuhan. Oleh sebab itu gereja harus
memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga perjanjian.
Untuk menjaga perjanjian gereja memerlukan – ֶ ֶ֥חסֶד
khesed. Karena hanya – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed yang dapat menjaga
perjanjian, tanpa memilikinya, gereja tidak akan mampu
untuk menjaga perjanjian.
Bagi gereja masa kini, menjaga perjanjian Tuhan
berkaitan dengan melakukan Firman-Nya. Banyak orang
109
percaya yang sudah terlalu sering mendengarakan Firman
Tuhan tetapi sedikit melakukan, atau bahkan tidak
melakukannya sama sekali. Karena gereja telah kehilangan
kesetiaan ( – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed) kepada Tuhan. Bahkan gereja
menganggap bahwa perjanjian itu tidak penting lagi. Oleh
sebab itu, gereja masa kini harus mengingat kembali tentang
perjanjian dengan Tuhan. Dan gereja harus menyadari
betapa pentingnya perjanjian itu, betapa pentingnya Firman
Tuhan itu bagi kehidupan gereja. Dengan demikian – ֶ ֶ֥חסֶד
khesed memiliki peran penting dalam menjaga perjanjian
dengan Tuhan.
110
mereka telah berlaku tidak setia kepada perjanjian dengan
Allah. Mereka telah kehilangan – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed sehingga
bangsa Israel tidak dapat menjaga perjanjian dengan
YAHWEH serta mematahkan perjanjian. Dalam hal ini,
setiap keputusan yang diambil selalu ada konsekuensi yang
harus diterima. Bangsa Israel berlaku tidak setia sehingga
Allah menolak korban yang mereka berikan (Hos. 6:6).
Demikian juga dengan gereja masa kini, Allah telah
memberikan perjanjian-Nya di dalam Firman Tuhan yang
tertulis di dalam Alkitab. Maka gereja masa kini harus hidup
sesuai dengan Firman Tuhan. Gereja juga perlu menjaga
perjanjian dengan Allah. Untuk itu gereja harus memiliki
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed. Hal ini bukan hanya sekedar menjaga, karena
– ֶ ֶ֥חסֶדkhesed mengandung sebuah kewajiban yang harus
dilakukan. Dan gereja harus mewujudkannya di dalam
kehidupan sosial masyarakat. Kesetiaan akan nyata, ketika
gereja mulai melihat keluar, memperhatikan dan menolong
orang-orang yang lemah. Sehingga gereja tidak lagi berpusat
pada diri sendiri melainkan berpusat kepada Tuhan yang
diwujudkan melalui pelayanan kepada sesama.
111
Bab 5
Penutup
Simpulan
Gereja masa kini sedang diperhadapkan dengan
pergolakan dunia yang semakin tidak beraturan. Dunia
semakin mengalami kemajuan IPTEK dan mengalami
perubahan dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi,
bahkan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Perubahan
zaman yang begitu pesat membuat gereja harus berpikir
bagaimana caranya supaya gereja tetap eksis di tengah
pergolakan zaman ini. Keadaan tersebut membuat gereja
menggunakan berbagai cara untuk tetap bertahan ditengah
pergolakan dunia in. Dalam hal ini cara yang digunakan
untuk mempertahankan eksistensi gereja harus memiliki
112
batasan-batasan tertentu. Hal ini dilakukan agar gereja tidak
tercampur dengan dunia, gereja harus tetap memiliki ke-
khas-an yang membuat gereja berbeda dengan dunia.
Tidak sedikit gereja masa kini yang mulai melakukan
berbagai cara untuk mempertahankan eksistensinya.
Diantaranya, gereja mulai mengupayakan untuk melakukan
pembangunan gedung gereja yang megah dengan desain
interior yang menarik perhatian dan menyediakan berbagai
vasilitas di dalam gereja. Hal tersebut dilakukan tentunya
dengan tujuan yang baik, yaitu supaya jemaat dapat merasa
nyaman ketika mereka datang beribadah. Ada pula gereja
yang mulai menarik perhatian dengan mengubah konsep
ibadah dengan membuat ibadah itu menjadi menarik
sehingga ibadah itu diminati oleh banyak orang. Usaha-
usaha itu tidak salah, tetapi ada hal yang tidak boleh
dilupakan oleh gereja ketika gereja mulai melakukan
berbagai usaha untuk tetap menjaga eksistensinya, yaitu
kasih setia dan pengenalan akan Allah.
Berdasarkan hasil studi eksegesis yang telah penulis
lakukan dalam pembahasan skripsi ini, penulis
menyimpulkan bahwa gereja masa kini harus memiliki kasih
setia dan pengenalan akan Allah. Karena itulah yang Allah
inginkan berdasarkan yang tertulis dalam Hosea 6:4-6.
Dalam ayat tersebut secara tertulis telah menjelaskan
mengenai keadaan bangsa Isarel pada masa itu. Di mana
bangsa Israel telah berlaku tidak setia kepada Allah. Dan
Allah sendiri telah melakukan berbagai cara untuk
membawa Israel kembali, tetapi bangsa Israel mengingkari
113
kesetiaan Allah yang telah memimpin mereka keluar dari
Mesir. Bahkan mereka mengingkari perjanjian Sinai yang
seharusnya mengikat hidup mereka. Hal ini berarti mereka
harus hidup sesuai ketetapan Allah. Bangsa Israel menyadari
ketidaksetiaan mereka kepada Allah, dan mereka mau
kembali kepada Allah, tetapi mereka kembali tidak dengan
kesungguhan hati, karena mereka menyembah YAHWEH
sambil menyembah baal. Padahal yang sebenarnya Allah
kehendaki bukan penyembahan atau korban persembahan
yang mereka berikan kepada Allah, melainkan kesetiaan
mereka yang senantiasa dipertahankan untuk tetap menjaga
perjanjian dengan Allah, serta keintiman dengan Allah.
Dalam hal ini, Allah melihat kebersamaan umat pilihan-
Nya, sekalipun tidak semua orang melakukan demikian,
tetapi karna perjanjian yang dibuat adalah untuk suatu
bangsa, maka bangsa itu harus bersama-sama menjaganya
dengan kasih setia (khesed).
Demikian juga dengan gereja masa kini. Apa yang
dihadapi gereja masa kini, usaha-usaha untuk
mempertahankan eksistensinya di tengah dunia, gereja harus
mengutamakan kasih setia kepada Allah. Karena usaha-
usaha apapun yang dilakukan gereja tidak akan berguna
tanpa adanya kesetiaan, sehingga pada akhirnya “aku tidak
mengenal kamu” (Mat. 7:23).
114
Saran
Berdasarkan studi eksegesis yang telah penulis
lakukan, penulis menyadari bahwa ada hal-hal penting yang
terdapat di dalam kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed. Berdasarkan arti dan
makna yang telah penulis teliti dalam kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed,
penulis berharap pemahaman yang sebenarnya yang telah
penulis uraikan pada karya tulis ini dapat diimplementasikan
bagi gereja masa kini. Maka, berdasarkan hasil yang telah
penulis dapatkan melalui studi eksegesis ini, penulis
memberi saran kepada gereja, yaitu:
1. Gereja masa kini harus menjaga integritas di dalam
menyampaikan kebenaran kepada jemaat.
2. Untuk mempertahankan eksistensinya, gereja masa kini
harus menggunakan cara yang alkitabiah.
3. Sesuai dengan pengertian dari kata – ֶ ֶ֥חסֶדkhesed, bahwa
gereja masa kini harus menunjukkan kesetiaan kepada
perintah Tuhan dengan mempedulikan lingkungan di
sekitar, dan tidak bersifat eksklusif.
4. Gereja masa kini harus memiliki kesadaran penuh bahwa
kesetiaan dalam melayani Tuhan merupakan tanggung
jawab bersama, bukan individu.
5. Gereja Masa Kini harus lebih menekankan kesetiaan
sebagai dasar aktifitas pelayanan gereja.
6. Gereja masa kini harus berdampak bagi sekitarnya untu
menjadi alat Tuhan menyelamatkan dunia.
7. Gereja masa kini harus memiliki kesadaran untuk
menjaga perjanjian dengan Allah.
115
Daftar Pustaka
Buku:
Adi S., Lukas. 2015. Smart Book of Christianity Perjanjian
Lama.Yogyakarta: Andi.
Baker, David L. 1986. Mari Mengenal Perjanjian Lama.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
BENG, J.B. Hindley & Naipospos, P.S. 2012. Tafsiran
Alkitab Masa Kini 2 Ayub – Maleakhi. Jakarta:
YKBK.
Bergant, Dianne & Karris, Robert J. 2002. Tafsir Alkitab
Perjanjian Lama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Berkhof, Louis. 1949. Systematic Theology. Grand Rapids,
Michigan: Baker Academic.
Browning, W. R. F. 2008. Kamus Alkitab (A Dictionary of
The Bible). Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Budidoyo, Sih. 2014. John Wesley: Manusia Dibenarkan,
Dikuduskan, dan Disempurnakan – Menelaah
Pandangan John Wesley tentang Arti dan Makna
Keselamatan Orang Percaya. Yogyakarta: Andi.
Dyrness, William. 2004. Tema-tema dalam Teologi
Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.
Feinberg, John S. 1996. Masih Relevankah Perjanjian Lama
di Era Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
Gertz, Jan Christian. et. al. 2017. Purwa Pustaka Eksplorasi
Ke dalam Kitab-kitab Perjanjian Lama dan
Deuterokanonika. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
116
Green, Denis. Pembimbing Pada Pengenalan Perjanjian
Lama. Malang: Gandum Mas.
Halim, Makmur. 2011. Gereja di Tengah-tengah Perubahan
Dunia. Malang: Gandum Mas.
Henry, Matthew. 1712. Matthew Henyi’s Commentary on
the Whole Bible Vol. IV. – Isaiah To Malachi. Old
Tappan, New Jersey: Fleming H. Revell Company.
Hil, Andrew E. & Walton, John H. 2013. Survei Perjanjian
Lama. Malang: Gandum Mas.
Jacobs, Tom. 1986. Yesus Kristus Pusat Theologi.
Yogyakarta: Kanisius.
Johnston, Philip. 2011. IVP Introduction to the Bible.
Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Koehler & Baumgartner. 2001. Ibrani dan Aramik Lexicon
Perjanjian Lama I. Leiden: Brill.
Kuiper, A. De. 2008. Tafsiran Alkitab Kitab Hosea. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
LaSor, W.S; Hubbard, D.A dan Bush, F.W. 2011.
Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Logman III, Tremper. 2001. Memahami Perjanjian Lama.
Malang: Literatur SAAT.
Lumingkewas, Marthin S. 2017. Bunga Rampai: Teologi
Perjanjian Lama. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Obadja, Jeane Ch. 2004. Survei Ringkas Perjanjian Lama.
Surabaya: Momentum.
117
Pfeiffer, Charles F. & Harrison, Everett F. 2014. The
Wycliffe Bible Commentary Vol. 2. Malang: Gandum
Mas.
Rowley, H.H. 1983. Ibadah Israel Kuno. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Sandy, D. Brent & Giese, Ronald L. 1995. Cracking the Old
Testament Code. Nashville, tennesse: Broadman &
Holman Publisher.
Siringo-Ringo, V.M. 2013. Teologi Perjanjian Lama.
Yogyakarta: Andi.
Snaith, Norman H. 1951. A Theological Word Book of the
Bible. New York: MacMillan.
Vriezen, Th. C. 2001. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Wood, Leon J. 2005. The Prophets of Israel. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Yayasan Komunikasi Bina Kasih (YKBK). 2011.
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L. Jakarta:
YKBK.
Zaluchu, Sonny. 2011. Biblical Theology. Semarang: Sinai
Plubisher.
Zimmerli, Walther. 1978. Old Testament Theology in
Outline. Louisville: Jhon Knox Press.
Zuck, Roy B. 2005. A Biblical Theology of the Old
Testament. Malang: Gandum Mas.
118
Majalah:
Baiin, Dadi Hudaya. 2010. “Gereja dan Relasi Sekitarnya,”
Oikumene. Juli.
Kurniadi, Titus K. 2009. “Mengelola Aset Gereja dengan
Bijak dan Bijak,” Oikumene. Februari.
Kamus:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (PPPB). 1997.
Kamus Besar Bahasa indonesia (KBBI). Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai
Pustaka.
Internet:
Kevin Maxey. 2011. Hesed.
www.terangdunia.net. Diakses Januari 2018.
119