Anda di halaman 1dari 4

ESSAI

Literasi Digital dan Penggunaan Bahasa bagi Pelajar Indonesia


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Adita Widara Putra, S.Pd., M.Pd

Oleh:
1. Rizky Maulana Harahap 227007098
2. Nandi Surya Peratama 227007100
3. Muhammad Akmal Nurul Haq 227007109

KELAS B
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI

2022
Literasi Digital dan Penggunaan Bahasa bagi Pelajar Indonesia

Revolusi Industri 4.0 kini kian berganti dengan Society 5.0 yang identik dengan sebuah
sinergi tentang peradaban manusia, dan teknologi yang harus bisa bersanding tanpa ada unsur
yang merugikan. Sejak pandemi melanda, manusia khususnya pelajar kini mulai dituntut untuk
bisa “Membudayakan” Literasi Digital. Literasi Digital merupakan pengetahuan serta kecakapan
dalam memanfaatkan teknologi atau media digital, dan Budaya Literasi Digital mengacu pada
seperangkat norma, praktik, dan pemahaman bersama yang ada di antara orang-orang yang
menggunakan teknologi.
Pelajar Indonesia telah menggunakan teknologi dalam waktu yang cukup lama.
Contohnya penggunaan komputer dan internet sudah marak dikalangan pelajar sejak dulu. Dan
saat pandemi melanda, penggunaan internet melonjak sebesar 40% dikalangan pelajar dan
pekerja menurut data Kominfo. Dan dengan demikian, mereka telah mengembangkan budaya
Literasi Digital yang unik. Dalam budaya ini, pelajar dapat memahami bagaimana menggunakan
teknologi untuk mengakses informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Apalagi budaya ini
memiliki manfaat bagi pelajar Indonesia, contohnya pelajar Indonesia dapat mengakses
informasi dan berkomunikasi dimanapun dan kapanpun. Selain itu, pelajar Indonesia belajar
bagaimana menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah dan terlibat dalam tugas yang
kompleks. Misalnya, siswa dapat menggunakan teknologi untuk meneliti informasi, menulis
essai, dan berpartisipasi dalam diskusi daring.
Cara pelajar Indonesia menggunakan teknologi juga penting untuk dipahami. Pelajar
Indonesia menggunakan teknologi dengan cara yang berbeda dari pelajar di negara lain.
Misalnya, pelajar Indonesia sering hadir secara fisik saat menggunakan teknologi. Artinya,
pelajar Indonesia sering berinteraksi dengan orang lain secara real time walaupun diberi
kemudahan dalam berkomunikasi jarak jauh dengan teknologi. Hal ini menjadikan pelajar
Indonesia pelajar yang tidak apatis terhadap lingkungan sekitar. Keunggulan ini bisa
dimanfaatkan bagi kemaslahatan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk kedepannya.
Sudah banyak diterapkan oleh tenaga pendidik di Indonesia. Salah satu caranya yaitu
membuat pelajar Indonesia bekerja dalam tim untuk membahas masalah-masalah kompleks
dalam pembelajaran, dan menyusun sebuah karya tulis bersama, dengan referensi yang bisa
diakses diinternet. Selain membuat pelajar Indonesia bisa bekerja dalam tim, bersosialisasi
dengan baik, dan mengasah pikiran kritis, hal ini juga mengoptimalkan Budaya Literasi Digital
dengan memadukan manfaat dari Literasi Digital itu sendiri dengan manfaat bersosialisasi.
Dengan kata lain, Literasi Digital mempunyai banyak manfaat.
Namun, Literasi Digital memiliki kelemahannya sendiri. Nyatanya, masyarakat Indonesia
belum sepenuhnya “Siap” Untuk kemajuan teknologi, khususnya internet. Terbukti dengan
maraknya kasus penyebaran berita yang tidak benar atau yang seringkali disebut hoax. Hal ini
dapat berdampak besar pada keutuhan negara Indonesia, karena Hoax dapat memicu perpecahan.
Salah satu solusi yang masalah Hoax, adalah penggunaan bahasa.
Penggunaan dan penerapan Budaya Literasi Digital ini juga harus disertai kemampuan
untuk berpikir kritis dan menggunakan bahasa yang komunikatif, guna mengantisipasi dampak
negatif yang dapat terjadi akibat penggunaan Literasi Digital. Kemunculan Literasi Digital yang
rawan dengan berita yang tidak benar atau hoax, nyatanya menjadi suatu fakta yang cukup
mengerikan bagi pelajar Indonesia. Karena pelajar bisa saja sewaktu-waktu terjerumus kedalam
hoax atau yang lebih mengkhawatirkan, pelajar Indonesia malah menjadi salah satu penyebar
berita bohong itu. Jika pelajar Indonesia menjadi penyebar hoax . Selain itu, Literasi Digital juga
seringkali menimbulkan ambigu atau bermakna ganda karena penggunaan kata yang rancu.
Berita yang tidak benar atau hoax dapat muncul karena dua hal, yaitu penggunaan ragam
bahasa tulis dan lisan serta karakter. Selama ini masyarakat kurang memahami penggunaan
bahasa lisan dan tulis. Bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia
ragam tulis. Hal ini terjadi karena tidak semua bahasa ragam tulis dapat dilisankan begitu juga
sebaliknya. Kaidah Bahasa ragam lisan belum tentu dapat diterapkan dalam kaidah bahasa tulis.
Artinya, kedua ragam bahasa ini memiliki ragam yang berbeda satu dengan yang lain.
Beberapa pembeda antara ragam bahasa tulis dan lisan, yaitu ragam bahasa lisan
menuntut pertemuan tatap muka antara komunikan dan komunikator. Sedangkan ragam bahasa
tulis tidak menuntut pertemuan tatap muka antara komunikan dan komunikator. Lalu, unsur
gramatikal (subjek, predikat, dan objek) dalam bahasa lisan tidak selalu disampaikan. Hal ini
terjadi sebab bahasa yang disampaikan dibantu dengan gerak tubuh, mimik, dan ekspresi.
Berbeda dengan bahasa lisan, gramatikal dalam bahasa tulis harus disampaikan secara lengkap
sebab komunikan dan komunikator tidak bertatap muka. Jika gramatikal tidak ditulis secara
lengkap dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman karena komunikator dan komunikan tidak
saling mengerti yang dibicarakan. Selain itu, ragam bahasa lisan juga berpedoman pada kondisi,
situasi, ruang, dan waktu pertemuan komunikan dan komunikator sedangkan ragam tulis tidak
bergantung pada hal tersebut. Dan, ragam bahasa lisan juga dipengaruhi oleh intonasi suara
sedangkan ragam bahasa tulis bertumpu pada tanda baca.
Banyak sekali pengguna internet mengabaikan tanda baca pada percakapan daring. Inilah
salah satu aspek yang membuat pesan tidak tersampaikan dengan benar. Selain itu juga banyak
sekali sumber-sumber berita yang tidak bisa dipercaya karena memang sejak awal dirancang
untuk menyebarkan kabar burung. Hal ini menyebabkan pemanfaatan Literasi Teknologi tidak
maksimal. Oleh karena itu, penting untuk memperdalam edukasi dan pengetahuan tentang
Literasi Digital disertai dengan edukasi dalam penggunaan bahasa bagi pelajar Indonesia,
sebagai upaya untuk mengoptimalkan penggunaan dari Literasi Teknologi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Lailla, (2022, Juli 20). 51 Contoh Literasi Digital di Sekolah, Kampus, Rumah, dan
Masyarakat Sekitar. Mamikos. Diakses pada 18 September 2022 melalui
https://mamikos.com/info/contoh-literasi-digital-pljr/
Riadi, Y. (2021, November 10). Dampak Negatif Minimnya Literasi Digital. Selular.
Diakses pada 18 September 2022 melalui
https://selular.id/2021/11/pentingnya-literasi-digital-untuk/

Anda mungkin juga menyukai