Produktivitas
Pengembangan Tambak
Berkelanjutan
INTENSIF
MSF
PENGEMBANGAN
PERIKANAN BUDIDAYA
UNTUK PENINGKATAN
TAMBAK UDANG
EKSPOR (PROGRAM
PRIORITAS/TEROBOSAN KKP)
LIMBAH
(INTERNAL LOADING)
• BIAYA TINGGI
• DEGRADASI LINGKUNGAN
ASPEK • PRODUKSI RENDAH
EKONOMI • KEGAGALAN BUDIDAYA
LIMBAH NON TAMBAK
(EXTERNAL LOADING)
x Air Pasang
θ V0 h
MSL
Air Surut
Vs
Kedalaman
Penentuan Volume Perairan Pantai Water Intake
untuk Pengenceran Limbah
h
V0 0.5.h. y 2 x
tg
V0 s 0.5.h. y 4 x
3h 1
Vs 0.5.h. y 2 x
2h 1 tg
tg
Vtot f .Vos
Vos = volume air laut yang memasuki perairan pesisir satu siklus pasang surut (m3)
Vtot = volume total air tersedia di perairan pesisir (m3/hari)
f = frekuensi pasang surut
h = kisaran pasang surut (tidal range) setempat (m)
y = panjang garis pantai (m)
x = jarak dari garis pantai (pada waktu pasang) hingga ke
lokasi pengambilan air laut (sea water intake) untuk keperluan tambak (m)
θ = kemiringan dasar laut
48 % Ekskresi (metabolisme,
kelebihan nutrien)
Ecdysis (moulting)
Pemeliharaan (energi)
FLOW PAKAN TAMBAK
UDANG INTENSIF
UDANG Dipanen (17 %)
Dibuang melalui
Dimakan 85 % faeces 20 %
Pakan 100 %
Sumber : Primavera dan Apud (1994)
Larut dalam air 15 %
Limbah Organik TSS (Total Suspended Solid)
Konsentrasi TSS dalam tambak sebelum
Pakan (P) : TAMBAK UDANG penambahan air (pengenceran) :
Padat tebar Pakan hari ke 1 (kg) (Volume total air tambak [ (35 % . P1) . 1000 ]
(ekor) udang (m3)) Ca1 = --------------------------- ppm
Masa Vtb
pemeliharaan
(hari) 35 % dari pakan
menjadi limbah TSS Hari kedua dilakukan pergantian air
(Primavera, 1994) (air tambak dibuang) sebesar Q %
(P1 x 35 %) =…..kg
(TSS)
Jumlah air tambak (Vt2) yang Vt(2)
dibuang ke perairan pesisir : TLp = -------- x Cb(2) = A kg TSS
Penambahan air
Sisa volume air tambak (m3) Vt2 = ( Q % .Vtb) m3 1.000
tambak sebesar Q %
Konsentrasi TSS air buangan :
Cb2 = Ca1 ppm
Volume air tambak normal (m3) Pemberian pakan hari ke-n (2) sebesar P2
menurunkan konsentrasi TSS dalam tambak dari meningkatkan konsentrasi TSS dalam
Ca1 menjadi Ce2 sebesar : tambak menjadi :
Ce2 = (Ca1 . % sisa Vtb) ppm [(Ce2 . Vtb ) + ( 35 % . P2 . 1000)]
Ca2 = ---------------------------------------------
Vtb
Jumlah air tambak (Vt2) yang
Vt(3) dibuang ke perairan pesisir :
TLp = -------- x Cb(3) = A kg TSS Vt3 = ( Q % . Vtb) m3 Hari ketiga dilakukan pergantian air
1.000 konsentrasi TSS air buangan : (air tambak dibuang) sebesar Q %
Cb3 = Ca2 ppm
FLOW PAKAN DAN LIMBAH TAMBAK UDANG (N dan P)
Pakan 1.5 kg
(Protein 35 %)
1.2 % P 5.6 % N
15 gr P= 83 % 3 gr P = 7 % 56.5 gr N = 27.5 g N =
limbah retensi 67.27 % 2.73 % retensi
limbah
Sumber : Boyd (1994)
KUANTIFIKASI LIMBAH SELAIN TAMBAK UDANG
(EXTERNAL LOADING)
Limbah N
Kegiatan selain Koefisien limbah Pustaka Level kegiatan Total N DIN
tambak udang (KL) (LK) (kg/h) (mol/th)
(LK x KL)
Rumah tangga
a. Limbah padat 1.86 kg N/th 1 35 390 org 7) ………… ……….
b. Sampah 4 kg N/th 2 35 390 org 7) ………… ……….
Peternakan
a. Sapi/kerbau/kuda 43.8 kg N/ekor/th 3 3345 ekor 7) …………. ………
b. Kambing 4 kg N/ekor/th 3 5329 ekor 7) …………. ………
c. Ayam 0.3 kg N/ekor/th 4 199 772 ekor 7) …………. ………
Akuakultur
Hatchery 2.21 kg N/jt ekor/th 5 52 juta ekor 7) ................ ...........
Pertanian
Erosi lahan 1.68 kg N/ton 6 1 397 952.39 8) ................ ............
pertanian
Total N ................ ............
Sumber : 1) Sogreah (1974); 2) World Bank (1993); WHO (1993); 4)Valiela et al.(1997); 5) Rachmansyah (2003);
6) Padilla et al. (1997) ; 7) Data di lokasi Wilayah Pesisir (Dalam Angka) ; 8) Kesaulija (1998).
Limbah P
Kegiatan selain Koefisien limbah Pustaka Level kegiatan Total P DIP
tambak udang (KL) (LK) (kg/h) (mol/th)
(LK x KL)
Rumah tangga
a. Limbah padat 0.37 kg p/th 1 35 390 org 7) ………… ……….
b. Sampah 1 kg P/th 2 35 390 org 7) ………… ……….
c. Deterjen 1 kg P/th 2 35 390 org 7) ………… ……….
Peternakan
a. Sapi/kerbau/kuda 11.3 kg P/ekor/th 3 3 345 ekor 7) …………. ………
b. Kambing 21.5 kg P/ekor/th 3 5 329 ekor 7) …………. ………
c. Ayam 0.7 kg P/ekor/th 4 199 772 ekor 7) …………. ………
Akuakultur
Hatchery 0.05 kg P/jt ekor/th 5 52 juta ekor 7) ................ ...........
Pertanian
Erosi lahan 0.04 kg P/ton 6 1 397 952.39 8) ................ ............
pertanian
Total P ................ ............
Sumber : 1) Sogreah (1974); 2) World Bank (1993); WHO (1993); 4)Valiela et al.(1997); 5) Rachmansyah (2003);
6) Padilla et al. (1997); 7) Data Lokasi di Wilayah Pesisir (Dalam Angka) ; 8) Kesaulija (1998).
METODE PENDUGAAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Jika diketahui jumlah limbah limbah organik per ton udang = A, maka kapasitas produksi
budidaya udang sesuai dengan daya dukung lingkungan :
JL = Jumlah limbah maksimum yang dapat ditampung perairan pesisir (ton/hari); B =
produksi budidaya udang sesuai dengan daya dukung lingkungan (ton)
METODE PENDEKATAN II
Pendugaan daya dukung lingkungan berdasarkan kapasitas ketersediaan
oksigen terlarut dalam kolom air untuk menguraikan limbah organik.
Pada metode ini, jumlah limbah yang dapat ditampung oleh perairan
pesisir didasarkan pada ketersediaan oksigen terlarut dalam kolom air
dengan menggunakan modifikasi formula (Willioghby 1968, diacu
dalam Meade 1989) dan Boyd (1990), dimana pergantian pasang surut
akan menyediakan atau memasok oksigen di perairan pesisir.
Oksigen terlarut sangat dibutuhkan untuk mendekomposisi limbah
organik tambak udang yang masuk dan berada di lingkungan perairan
pesisir sehingga akan menentukan kemampuan perairan pesisir dalam
menerima beban limbah organik tanpa melampaui daya dukung
lingkungan.
Ketersedian oksigen terlarut dalam kolom air perairan pesisir ditentukan yaitu
selisih antara konsentrasi O2 terlarut di dalam kolom air perairan pesisir
(Okolom air) dan konsentrasi O2 terlarut minimal yang dikehendaki dalam
sistem budidaya (Obudidaya).
Jika diketahui volume total air yang tersedia di perairan pesisir sebesar Vtot
m3, maka total oksigen terlarut (O2) yang tersedia di perairan pesisir selama
periode 24 jam (1.440 menit/hari) adalah :
Jika diketahui jumlah limbah organik per kg organisme = E, maka kapasitas prouksi
budidaya udang sesuai dengan daya dukung lingkungan :
D = jumlah limbah organik yang dapat ditampung oleh perairan pesisir (kg/hari);
F= produksi udang sesuai dengan daya dukung lingkungan (kg)
METODE PENDEKATAN III
Pendugaan daya dukung lingkungan berdasarkan kapasitas asimilasi
perairan terhadap limbah nitrogen dan phosfor.
Metode ini didasarkan pada kemampuan perairan pesisir untuk menerima
beban limbah tanpa menyebabkan perairan pesisir tersebut
tercemar.Parameter limbah yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan
daya dukung ini adalah nitrogen dan phosfor.
Kriteria kelayakan kualitas air yang diperkenankan atau diperbolehkan
untuk kegiatan budidaya untuk limbah nitrogen 1.0 mg/l dan phosfor 0.5
mg/l (Meade 1989; Poernomo 1992; Wedmeyer 1996; Boyd 1998; Widigdo
2002).
Total limbah nitrogen (TN) dan phosfor (TP) yang berasal dari kegiatan budidaya
tambak udang dan kegiatan selain budidaya tambak udang/antropogenik yang
masuk ke lingkungan perairan pesisir :
TN = Total nitrogen (ton); TP = Total phosfor (ton); TNa = total nitrogen ambien (ton); TPa = total
phosfor ambien (ton); TNtu = total nitrogen tambak udang; TP tu = total phosfor tambak udang
(ton); TNst = total nitrogen selain tambak udang/antropogenik (ton); TPst = total phosphor selain
tambak udang/antropogenik (ton).
Total limbah limbah nitrogen ambien (TNa) dan phosphor ambien (TPa) :
TNa = total limbah nitrogen ambien di perairan (ton); TP a = total limbah phosfor
ambien di perairan (ton); Nhp = konsentrasi total nitrogen hasil pengukuran(mg/l); P hp =
konsentrasi total phosfor hasil pengukuran(mg/l); V tot = Volume total air perairan
pesisir (m3)
Jika diketahui setiap ton produksi udang menghasilkan beban limbah (kg N) dan
beban limbah (kg P) :
TN = total nitrogen (ton); TP = total phosfor (ton); b = limbah nitrogen (kg/ton udang/ha); c =
limbah phosfor (kg/ton udang/ha); KN = kapasitas produksi setelah ada masukan limbah nitrogen
(ton); KP = kapasitas produksi setelah ada masukan limbah phosfor (ton); LN = limbah nitrogen
tambak udang (kg); LP = limbah phosfor tambak udang (kg); a = produksi udang (ton/ha)
Volume perairan pesisir diketahui sebesar Vtot, maka konsentrasi total limbah nitrogen
dan phosfor di perairan pesisir Konsentrasi total limbah nitrogen :
TN = Total limbah nitrogen (ton); TP = Total limbah phosfor (ton); Vtot = volume
total air perairan pesisir (m3); CTN = konsentrasi total limbah nitrogen (mg/l) ; CTP =
konsentrasi total limbah phosfor (mg/l).
Kapasitas asimilasi perairan terhadap beban limbah nitrogen berdasarkan nilai
kelayakan kualitas air untuk budidaya :
CNkkb = konsentrasi nitrogen berdasarkan nilai kelayakan kualitas air N untuk budidaya
(mg/l); CPkkb = Konsentrasi phosfor berdasarkan nilai kelayakan kualitas air P untuk
budidaya (mg/l) ; Vtot = volume total air perairan pesisir (m3); TNkkb = total limbah
nitrogen yang mampu diasimilasi oleh perairan berdasarkan nilai kelayakan kualitas air
N untuk budidaya (ton); TPkkb = total limbah phosfor yang mampu diasimilasi oleh
perairan berdasarkan nilai kelayakan kualitas air P untuk budidaya (ton); kkb = nilai
kelayakan kualitas air yang diperkenankan atau diperbolehkan untuk budidaya untuk N
(TN) sebesar 1.0 mg/l dan P (TP) sebesar 0.5 mg/l.
Kapasitas produksi berdasarkan kemampuan asimilasi perairan terhadap beban
limbah N berdasarkan nilai kelayakan kualitas air untuk budidaya :
TNa= total limbah nitrogen ambien (ton); TPa = total limbah phosfor ambien (ton); KNkkb = kapasitas
produksi udang sesuai dengan kemampuan asimilasi perairan terhadap nitrogen berdasarkan nilai kelayakan
kualitas air N untuk budidaya (ton); KPkkb= kapasitas produksi udang sesuai dengan kemampuan asimilasi
perairan terhadap phosfor berdasarkan nilai kelayakan kualitas air P untuk budidaya (ton); Y = limbah
nitrogen (kg/ton udang/ha); Z = limbah phosfor (kg/ton udang/ha)
KNkkb = kapasitas produksi berdasarkan nilai kelayakan kualitas air N untuk budidaya (ton);
KN = kapasitas produksi setelah ada masukan limbah nitrogen (ton); KPN=kapasitas
produksi yang masih diperkenankan berdasarkan kemampuan asimilasi perairan terhadap
nitrogen ( ton); KPkkb = kapasitas produksi berdasarkan nilai kelayakan kualitas air P untuk
budidaya (ton); KP = kapasitas produksi setelah ada masukan limbah phosfor (ton); KPP =
kapasitas produksi yang masih diperkenankan berdasarkan kemampuan asimilasi perairan
terhadap phosfor (ton).
Contoh Kasus Penghitungan DDL Pengembangan Tambak
Udang di Wilayah Pesisir X (METODE I)
Data Pasang
Surut
2.Dari 100 % total pakan yang diberikan, sebanyak 85 % pakan termakan oleh udang dan 15
% pakan tidak termakan oleh udang (larut dalam air) (Primavera dan Apud 1994).
Berdasarkan hal ini, maka total pakan tidak termakan oleh udang = 10 058.25 x 0.15 =
1508.74 kg pakan, dengan kandungan N dan P pakan :
N (6.16 %) = 1508.74 kg pakan x 0.0616 = 92.94 kg
P (1.59 %) = 1508.74 kg pakan x 0.0159 = 23.99 kg
3.Total pakan yang termakan oleh udang sebesar 85 % (total pakan yang diberikan – total
pakan yang tidak termakan) = 10 058.25 kg – 1508.74 kg = 8549.51 kg pakan (Primavera
dan Apud 1994). Dari total pakan tersebut sebesar 28 % digunakan untuk energi
(hilang)(Soewardi 2007) yaitu 8549.51 kg x 0.28 = 2393.86 kg. Sehingga total pakan yang
termakan menjadi 8549.51 kg–2393.86 kg = 6155.65 kg, dengan kandungan N dan
P pakan :
N (6.16 %) = 6155.65 kg pakan x 0.0616 = 379.19 kg
P (1.59 %) = 6155.65 kg pakan x 0.0159 = 97.87 kg
4. Kecernaan N dan P pakan, dari N dan P pakan yang dimakan yaitu :
N (37.25 %) = 379.19 kg x 0.3725 = 141.25 kg
P (18.15 %) = 97.87 kg x 0.1815 = 17.76 kg
5. Kandungan N dan P dalam feses ( N dan P pakan dimakan – kecernaan N dan P), yaitu :
N = 379.19 kg – 141.25 kg = 237.94 kg
P = 97.87 kg – 17.76 kg = 80.11 kg
6. Kecernaan N dan P pakan akan tersimpan dalam daging udang (retensi), yaitu :
N (7.77 %) = 141.25 kg x 0.077 = 10.88 kg
P (1.54 %) = 17.76 kg x 0.0154 = 0.27 kg
7. N dan P yang akan terbuang sebagai eksresi (terlarut) berasal dari kecernaan N dan P
pakan – retensi N dan P dalam daging :
N = 141.25 kg – 10.88 kg = 130.37 kg
P = 17.76 kg – 0.27 kg = 17.49 kg
Total limbah N dan P yang akan masuk kedalam perairan N dan P dari sisa pakan, feses dan
eksresi, yaitu :
N = 92.94 kg + 237.94 kg + 130.37 kg = 461.25 kg N/0.375 ha/MT atau 1231.54 kg N/ha/MT
P = 23.99 kg + 80.11 kg + 17.49 kg = 121.59 kg P/0.375 ha/MT atau 324.65 kg P/ha/MT