Anda di halaman 1dari 29

TUGAS 1

INSTRUMENTASI GEOFISIKA

DI SUSUN OLEH :

NAMA : AZWAR

NIM : R1A120002

KELAS :B

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNILOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
TUGAS 1

1. Buatlah ringkasan materi tentang rangkaian Analog to Digital Converter (ADC)


dan Digital To Analog Converter (DAC)

Jawab

ADC/DAC memegang peranan penting dalam pemprosesan sinyal. Tanpa


ADC/DAC, tidak akan ada sistem telekomunikasi atau sistem kontrol pada pengukuran.
Hal ini disebabkan karena ketiadaan ADC/DAC berarti tidak akan ada sinyal
analog(seperti suara, gambar, suhu, tekanan, intensitas cahaya atau gelombang radio)
yang bisa diolah oleh komputer atau mikroprosesor karena sinyal tidak terdigitasi,
sehingga sinyal tersebut tidak dapat diproses, dikontrol apalagi ditransmisikan.
Teknologi berkembang pesat karena proses digitalisasi yang semakin cepat pada mesin
prosesor (misalnya komputer). KONVERTER Alat bantu digital yang paling penting
untuk teknologi kontrol proses adalah yang menerjemahkan informasi digital ke bentuk
analog dan juga sebaliknya. Sebagian besar pengukuran variabel-variabel dinamik
dilakukan oleh piranti ini yang menerjemahkan informasi mengenai vaiabel ke bentuk
sinyal listrik analog. Untuk menghubungkan sinyal ini dengan sebuah komputer atau
rangkaian logika digital, sangat perlu untuk terlebih dahulu melakukan konversi analog
ke digital (A/D).

A. Analog-Digital Converter (ADC)

Analog To Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi kode –
kode digital. ADC banyak digunakan sebagai Pengatur proses industri, komunikasi
digital dan rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai
perantara antara sensor yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti sensor
suhu, cahaya, tekanan/ berat, aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan
menggunakan sistim digital (komputer). ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2
karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi.

1. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog


dikonversikan kebentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan
sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS).

2. Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai contoh:
ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input dapat
dinyatakan dalam 255 (2n – 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output
data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit.
Dari contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi
yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit.
Gambar 1. ADC dengan kecepatan sampling rendah dan kecepatan sampling tinggi

Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog kedalam bentuk besaran yang
merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi. Sebagai contoh, bila
tegangan referensi (Vref) 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input terhadap referensi adalah
60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala maksimum 255, akan didapatkan
sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk decimal) atau 10011001 (bentukbiner).

Proses di dalam ADC

Ada 3 proses yang terjadi di dalam ADC, yaitu :

1. Pencuplikan

Adalah proses mengambil suatu nilai pasti (diskrit) dalam suatu data kontinu dalam satu
titik waktu tertentu dengan periode yang tetap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
ilustrasi gambar berikut :

Gambar 2.1 Proses ADC berupa pencuplikan

Semakin besar frekuensi pencuplikan, berarti semakin banyak data diskrit yang
didapatkan, maka semakin cepat ADC tersebut memproes suatu data analog menjadi data
digital.

2. Pengkuantisasian

Adalah proses pengelompokan diskrit yang didapatkan pada proses pertama kedalam
kelompok-kelompok data. Kuantisasi, dalam matematika dan pemrosesan sinyal digital,
adalah proses pemetaan nilai input seperti nilai pembulatan
Gambar 2.2 Proses ADC berupa pengkuantisasian

Semakin banyak kelompok-kelompok dalam proses kuantisasi, berarti semakin kecil


selisih data diskrit yang didapatkan dari data analog, maka semakin teliti ADC tersebut
memproses suatu data analog menjadi data digital.

3. Pengkodean

Adalah mengkodekan data hasil kuantisasi kedalam bentuk digital (0/1) atau dalam
suatu nilai biner.

Gambar 2.3 Proses ADC berupa pengkodean


Dengan: X1 = 11, X2 = 11, X3 = 10, X4 = 01, X5 = 01, X6 = 10.

Secara matematis, proses ADC dapat dinyatakan dalam persamaan:


Data ADC = (Vin/Vref) x Maksimal Data Digital

Dengan Vref adalah jenjang tiap kelompok dalam proses kuantisasi,kemudian


maksimal data digital berkaitan proses ke-3 (peng-kode-an). Sedangkan proses ke-1 adalah
seberapa cepat data ADC dihasilkan dalam satu kali proses.

B. Digital-Analog Converter (DAC)

Dalam bidang Elektronika, DAC adalah sebuah piranti untuk mengubah sebuah
masukan digital (umumnya adalah biner) menjadi sebuah sinyal analog (arus, tegangan atau
muatan elektrik). DAC adalah penghubung antara rangkaian digital dengan rangkaian analog.
DAC pada dasarnya mengkonversi masukan (berupa bilangan biner) ke dalam suatu besaran
fisik, biasanya berupa tegangan suatu tegangan listrik. Pada umumnya tegangan keluaran
adalah suatu fungsi linear dari sejumlah masukan. Kebanyakan sistem menerima suatu kata
digital sebagai sinyal masuk dan menterjemahkan atau mengubahnya menjadi tegangan atau
arus analog. Kata digital biasanya dinyatakan dalam berbagai kode, yang paling umum adalah
biner murni.
Rangkaian Dasar DAC

Rangkaian Dasar DAC ada 2 jenis :

1. DAC Jenis Binary Weight Resistor

Gambar 2.4 Binary Weight D/A Converter

Pada DAC jenis ini pemasangan nilai resistor pada inputinput D0, D1, D2,… adalah
sebagai berikut : Nilai R yang ada di D1 adalah ⁄2 dari nilai yang ada di D0, nilai R yang ada
di D2 adalah ⁄2 dari nilai yang ada di D1 (atau ⁄ dari R yang ada di D0) dan seterusnya.
Pemasangan nilai R yang seperti itu adalah untuk mendapatkan Vout yang linier (kenaikan
per stepnya tetap) Rin dicari dengan memparallel nilai-nilai resistor yang ada pada masing-
masing input (D) bila input yang masuk lebih dari satu.

2. DAC Jenis R-2R LADDER

Gambar 2.5 DAC R-2R LADDER

Pada DAC jenis R-2R Ladder pemasangan nilai Resistor pada inputinputnya adalah R-
2R, jadi kalau nilai R = 10 k, maka 2Rnya dipasang 20 k. pemasangan nilai resistor yang
seperti itu adalah untuk mendapatkan Vout yang linier (kenaikan per stepnya tetap).
2. Tentukan element-element dasar sistem akusisi data metode geofisika :Resistivitas,
Seismik,GPR,gravity,Magnetik

JAWAB

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan
pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi
bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan
penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988).

A. Metode Resistivitas

Metode resistivitas
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan jenis
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Berdasarkan tujuan penyelidikan metode resistivitas
ini dibagi menjadi dua kelompok besar:
- metode resistivitas mapping
- metode resistivitas sounding
Metode ini dikenal berbagai macam konfigurasi. Diantaranya yang sring digunakan
adalah :
- konfigurasi wenner
- konfigurasi schlumberger
- konfigurasi Bipol-dipol

Konfigurasi diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu harus
dilakukan pemilihan terlebih dahulu jenis konfigurasi yang sesuai dengan kasus yang
dihadapi.
Metoda ini menggunakan medan potensial listrik bawah permukaan sebagai objek
pengamatan utamanya. Kontras resistivity yang ada pada batuan akan mengubah potensial
listrik bawah permukaan tersebut sehingga bisa kita dapatkan suatu bentuk anomali dari
daerah yang kita amati.

Dalam metoda geolistrik terdapat beberapa spesifikasi yaitu :


a. Self potensial (SP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang terdapat di alam.
b. Induced potential (IP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang kita induksikan
sendiri kedalam tanah.
Teori utama dalam metoda resistivity sesuai dengan hokum Ohm yaitu arus yang
mengalir (I) pada suatu medium sebanding dengan voltage (V) yang terukur dan berbanding
terbalik dengan resistansi (R) médium, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
V = I.R
Dimana R (Resistansi) sebanding dengan panjang medium yang dialiri (x), dan
berbanding terbalik dengan luas bidang (A), yang sesuai dengan rumus :
R = x/A
 Teknik akusisi data resistivity
Peralatan yang dibutuhkan
a. Sepasang elektroda arus dan elektroda potensial
b. Accu (biasanya 14 &, 1 A)
c. Peralatan elektronik pengukuran (ares dan supersting R8/R1

 Tennik Pengukuran
a. Sounding ntuk informasi bawah permukaan secara vertikal (model bumi berlapis)
b. Profilling : Untuk informasi bawah permukaan profil sounding yang kontinyu
secara lateral

 Tahap akusisi data


a. Tentukan konfigurasi elektroda yang ingin dipakai

b. Pasang elektroda sesuai dengan konfigurasi yang dipilih


c. Ukur besar resisti&ity semunya
d. Catat hal-hal penting : posisi dan elevasi elektroda, arus dan potensial yang
digunakan tiap pengukuran, resistivity semu yang didapat di alat, kondisi geologi
dilapangan secaraUmum
e. Plot pada kurva bI-log antara jarak AB/2 Vs resisti&ity semu yang didapat untuk
alatnya kita bisa menggunakan ares

Dan supersting
Bedanya di kabel ,kalau supersting dia menggunakan switch box untuk conector
antara means unit sama kabel ,Sedangkan ares tidak menggunakan switch box . Arex lrbih
ringan dan mudah dibawa kemana mana ,karena kabel yang relative pendek,sedangkan
supersting relatif panjang .Kedua means unit ini sama sama menggunakan IP. Untuk
penggunaan softwarenya sendiri , Untuk super sting,menggunakan earth imager , Ares bias
menggunakan RES2DINV dan earth imager

 Re2div
Di software inilah data – data dari lapangan akan divisualisasikan menjadi 2D.
Tahapan pertama buka softwarenya, lalu buka file dan pilih read data file. Kemudian
pilih data notepad tadi yang sudah di save dan open. Setelah itu buka inversion lalu
least-squares iversion, dan kemudian tampil hasilnya berupa :

Untuk metode pengambilan data resistivitas

Pengambilan data pada metode geofisika tahanan jenis (Resistivitas) Pada umumnya
digunakan 2 metode yaitu :

a. Metode observasi , Yaitu pengambilan data dengan pengukuran dan pengambilan data
kelapangan secara langsung denan alat geolistrik

b. Metode literature,yaitu dengan menggunakan bahan pustaka sebagai referensi penunjang untuk
memperoleh data tentang range resistivitas batuan, peta dan informasi daerah survey.

Dalam proses pengambilan data ada beberapa hal atau tahapan yang umumnya harus
dilakukan guna kelancaran dalam pengambilan data dilapangan, yaitu : survey pendahuluan,
penentuan titik sounding di lapangan, dan pengambilan data. Untuk teknik akuisisi metode
resistivitas ada 4, yaitu mapping dan sounding.

Tujuan dari pengukuran mapping adalah untuk memperoleh informasi megenai


Variasi resistivitas secara lateral, yaitu dengan cara seluruh elektroda dipindahkan menurut
lintasan tertentu. configurasi yang dipgunakan antara lain pole - pole, dipole - dipole,
wenner.Sedangkan tujuan dari sounding adalah untuk memperkirakan variasi resistivitas
sebagai fungsi kedalaman, yaitu dengan cara pengukuran dilakukan pada satu titik dengan
jarak elektroda bervariasi. konfigurasi bisa menggunakan schlumberger
B. Metode seismic

Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang dikelompokkan
dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan
„sumber‟ seismik (palu, ledakan,dll). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan gelombang di
dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan
mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan.
Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu.
Berdasar data rekaman inilah dapat „diperkirakan‟ bentuk lapisan/struktur di dalam tanah. Di
dalam eksplorasi, seismik dikenal 2 macam metode yakni metode seismik bias (refraksi)
dan meode seismik pantul (refleksi).

Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika aktif yang memanfaatkan


sumber seismik buatan (dapat berupa ledakan, pukulan, dll). Setelah gelombang buatan
tersebut diberikan, maka gelombang tersebut akan merambat melalui medium tanah/batuan di
bawah permukaan, dimana perambatan gelombang tersebut akan memenuhi hukum-hukum
elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan maupun pembiasan sebagai akibat dari
adanya perbedaan kecepatan ketika melalui pelapisan medium yang berbeda. Pada jarak
tertentu di permukaan, gerakan partikel tersebut direkam sebagai fungsi waktu. Berdasarkan
data rekaman tersebut selanjutnya dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur bawah
permukaan.

Cara Pengambilan Data

Akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel time dari sumber
energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada jenis sumber energi yang
dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator.
Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi secara
sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi
impulsif untuk akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut adalah
air gun. Sumber energi vibrator merupakan sumber energi dengan durasi beberapa detik.
Panjang sinyal input dapat bervariasi. Gelombang outputnya berupa gelombang sinusoidal.
Seismik refleksi resolusi tinggi menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.
Gambar 6.2 Desain survey seismic refraksi

Dalam seismik refleksi, analisis dikonsentrasikan pada energi yang diterima setelah getaran
awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah gelombang-gelombang yang
terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah permukaan. Analisis yang
dipergunakan dapat disamakan dengan „echo sounding‟ pada teknologi bawah air, kapal,
dan sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo
gelombang refleksi yang direkam.Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi
analisis yang dilakukan masih sama dengan seismik refraksi, yaitu analisis berdasar kontras
parameter elastisitas medium.

Bumi sebagai medium rambat gelombang seismik tersusun dari perlapisan batuan
yang memiliki sifat fisis yang berbeda-beda, terutama sifat fisis densitas batuan (ρ) dan cepat
rambat gelombang (v). Sifat fisis tersebut adalah sifat fisis yang mempengaruhi refleksivitas
seismik. Dengan berdasar konsep tersebut sehingga dapat dilakukan perkiraan bentuk
lapisan/struktur bawah permukaan. Penerapan konsepnya kemudian disebut sebagai
Impedansi Akustik, dimana sebagai karekteristik akustik suatu batuan dan merupakan
perkalian antara densitas dan cepat rambat gelombang pada medium, yang dinyatakan
sebagai :

Apabila terdapat dua lapisan batuan yang saling berbatasan dan memiliki perbedaan
nilai impedansi akustik, maka refleksi gelombang seismik dapat terjadi pada bidang batas
antara kedua lapisan tersebut. Besar nilai refleksi yang terjadi kemudian dinyatakan sebagai
Koefisien Refleksi :
Gambar 5.2 Skema pemantulan gelombang seismik pada batas dua medium berbeda nilai AI nya

Koefisien refleksi menunjukkan perbandingan amplitudo (energi) gelombang pantul dan


gelombang datang, dimana semakin besar amplitudo seismik yang terekam maka semakin besar
koefisien refleksinya.

Gambar 5.3Ilustrasi survey metode seismic

Cara Pengolahan Data dan Software

Pengolahan data seismik, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data seismik
lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang kemudian dapat dilakukan
interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan
penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah
bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga
dapat dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan
bumi seperti kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik
didefinisikan sebagai suatu tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.
Gambar Proses pengolahan data seismic dan data seismic mentah (raw data)

Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang seismik kemudian
diinterpretasikan/ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik adalah menggali dan mengolah
berbagai informasi-informasi geologi bawah permukaan dari penampang seismik. Pada
eksplorasi minyak dan gas bumi, interpretasi ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoar
hidrokarbon di bawah permukaan.

Pada umumnya, penampang seismik ditampilkan sebagai penampang waktu (time


section), namun dapat juga ditampilkan sebagai penampang kedalaman (depth section)
setelah melalui beberapa tahapan perhitungan tertentu.

Gambar Interpretasi data seismik


C. METODE GPR (Ground Penetrating Radar)

Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode geofisika
yang mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan
menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar
menggunakan gelombang elektromagnet dan memanfaatkan sifat radiasinya yang
memperlihatkan refleksi seperti pada metode seismik refleksi.Pengukuran dengan
menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk mendeteksi benda benda kecil
yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter) dengan resolusi yang tinggi yang artinya
konstanta dielektriknya menjadi rendah.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi.
Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran
velocity Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus
kedalaman, dan transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.

Selain itu, Ground Penetrating Radar juga merupakan metode non-invasif analisis
material berdasarkan transmisi band ultra wide EM sinyal ke dalam bahan. Sebuah bagian
dari gelombang EM terpantul saat mencapai batas antara dua bahan dengan sifat listrik yang
berbeda. Sinyal yang dipantulkan akan dicatat pada sumber gelombang EM dan ditampilkan
untuk operator dan sering direkam untuk analisis nanti.

Gambar Metode GPR


Seperti dijelaskan di awal, radar memancarkan semacam gelombang elektromagnet
yang kemudian ditangkap balik oleh sensor alat. Spektrum frekuensi yang digunakan
disesuaikan kebutuhan pengukurannya. Gelombang yang dipancarkan adalah gelombang
pendek (mikro) agar bisa terpenetrasi ke bawah permukaan bumi. Respons data yang
diterima, diolah berdasarkan hukum pantulan (refleksi) dan pembiasaan (gelombang). Tentu
saja banyak hal yang mempengaruhi penjalaran (propagasi) gelombang.

Secara keseluruhan, alat GPR berbobot tidak lebih dari lima kilogram, sehingga
sangat leluasa bergerak. Alat ini bekerja dengan dua antena. Satu berfungsi sebagai
transmiter, yaitu bertugas memancarkan gelombang radar. Lainnya sebagai receiver, bertugas
menerima gelombang radar yang dipantulkan bahan di sekelilingnya kemudian diolah
grafiknya ke dalam komputer. Pada prinsipnya, metode georadar dengan metode seismik
sama yaitu membangkitkan gelombang buatan ke dalam bumi. Perbedaannya hanya pada
jenis gelombang yang digunakan.

Pengambilan Data

Gambar 7.5Metode pengambilan data GPR

Pada survey GPR dengan metode CRP parameter yang digunakan adalah sebagai
berikut,

1. Frekuensi kerja (Fc) = 100 MHz


2. Time window (W) = … ns
3. Window Length = … dB Disesuaikan untuk mendapatkan bentuk
4. Lower cutoff = … MHz trace/spectrum yang baik atau sesuai dengan
5. Lower Plateau = … MHz target struktur yang diharapkan terlihat.
6. Upper Plateau = … MHz
7. Upper cutoff = … MHz
8. Offset = 20 cm (untuk unshielded) & 100 cm (untuk shielded)
9. Interval trace = ± 0.2 s
10. Parameter lain disesuaikan dengan kondisi akuisisi di lapangan
Salah satu contoh penelitian yang dilakukan yaitu “Identifikasi Zona Bidang Gelincir
Tanah Longsor Dengan Metode Georadar”. Pada survei dengan metode GPR dilakukan
dengan metode Radar Reflection Profiling (antenna bistatic mode). Cara ini dilakukan
dengan membawa antena radar (tansmitter dan receiver) bergerak bersamaan di atas
permukaan tanah dengan jarak pengambilan sampel 1 meter, dimana. Mode antena bistatik
merupakan seting untuk kedua antena dengan jarak pemisah tertentu, dalam survey kali ini
seting antena memiliki jarak pemisah 0, 1 m. Frekuensi kerja yang digunakan adalah 100
MHz.

Pengolahan Data GPR

Untuk pengolahan data mentah GPR dan untuk membantu dalam


menginterpretasidata, software yang digunakan adalah Software Reflexw versi 4.5, yang
dikeluarkan olehSandmeier Scientific Software. Relexw merupakan contoh software
sederhana yang denganbaik dapat digunakan untuk memproses, menganalisa dan membantu
menginterpretasi datahasil pengukuran GPR. Reflexw secara khusus didesain untuk
melakukan processing secaralengkap dan membantu menginterpretasi data GRP baik secara
2D ataupun 3D. Program inisupport untuk format data GPR. Terpisah dari filter-filter
alogaritma standar yang ada,cakupan luas dari metoda khusus juga tersedia dalam fitur
program ini seperti pengolahandengan borehole dan spasial.

Hasil Interprestasi

Pada gambar di bawah merupakan contoh hasil pengukuran GPR dimana pada
gmbar sebelah kiri menunjukan adanya gorong-gorong yang ditunjukan pada gambar 3D,
selain itu warna biru yang terlihat menunjukan air, hijau menunjukan tanah dan orange
menunjukan adanya kandungan metal.
Gambar Contoh hasil pengukuran yang didapat GPR

D. METODE GRAVITY

Metode gravity (gaya berat) adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada
pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal
maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat
variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang
diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi
lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap).
Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya.

Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu
material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat
diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan
langkah-langkah eksplorasi baik minyak maupun mineral lainnya. Untuk menggunakan
metode ini dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di base
sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat yang kedua dibawa
pergi ke setiap titik pada stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya dalam
pengerjaan pengukuran gravitasi ini, dilakukan secara looping.

Dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat


masa cebakan mineral dari daerah sekeliling (r=gram/cm3). Metode ini adalah metode
geofisika yang sensitive terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini disukai
untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan sungai purba,
lubang di dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan
dalam bentuk kisi atau lintasan penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa dari
kedalaman berbeda dilakukan dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di
pasaran sekarang didapat alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi (mgal), dengan
demikian anomali kecil dapat dianalisa. Hanya saja metode penguluran data, harus dilakukan
dengan sangat teliti untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi, di kapal maupun diudara. Dalam
metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di
bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan
gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi
umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini
juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya. Prinsip pada metode ini
mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan
tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi
baik minyak maupun meneral lainnya.

Hukum Gravitasi Newton

Pada dasarnya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki
rapat massa yang berbeda, hal ini dapat diekspresikan oleh rumus hukum Newton sederhana
sebagai berikut:

Dengan menggunakan rumus dasar inilah maka survey geofisika metode gravitasi
dapat dilakukan, namun seperti halnya metode geofisika lainnya,.
Cara Pengambilan Data

Hal-hal yang dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran adalah


sebagai berikut :

Kalibrasi terhadap data / titik pengukuran yang telah diketahui nilai gravitasi
absolutnya, misalnya IGSN‟71.

1. Melakukan pengikatan pada base camp terhadap titik IGSN‟71 terdekat yang telah
diketahui nilai ketinggian dan gravitasinya, dengan cara looping.
2. Bila perlu di base camp diamati variasi harian akibat pasang surut dan akibat faktor
yang lainnya. Setelah melakukan hal di atas barulah pengamatan yang sebenarnya
dilakukan.

Pengukuran metoda gayaberat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan titik
ikat dan pengukuran titik-titik gayaberat. Sebelum survei dilakukan perlu menentukan
terlebih dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil, mudah dikenal
dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu tergantung dari keadaan lapangan.
Masing-masing base station sebaiknya dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi
posisi, nama tempat, skala dan petunjuk arah. Base station yang baru akan diturunkan dari
nilai gayaberat yang mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) yang terletak di
daerah penelitian. TTG tersebut pada dasarnya telah terikat dengan jaringan Gayaberat
Internasional atau ”International Gravity Standardization Net”, (IGSN 71). Base station
berada di Hotel Sari Bakung kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi
Lampung. Base station diturunkan dari TTG.2327 yang berada di pertigaan jalan terminal
Panarakan-Menggala-Panarakan depan kuburan, 800 m membesar dari km.121 TB;km.2
Menggala; km.20 Panarakan. Penurunan tersebut dilakukan dengan metode kitaran/looping.

Pengukuran data lapangan meliputi pembacaan gravity meter juga penentuan posisi,
waktu dan pembacaan barometer serta suhu. Pengukuran gayaberat pada penelitian ini
menggunakan alat gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 berketelitian 0,03
mGal/hari atau ± 0,1 mGal/bulan. Penentuan posisi dan waktu menggunakan Global
Positioning System (GPS) Garmin, sedangkan pengukuran ketinggian menggunakan
Barometer Aneroid Precission dan termometer. Pengukuran pada titik-titik survei dilakukan
dengan metode kitaran/looping dengan pola A-B-C-D-A, dengan „A‟ adalah salah satu
cell center (CC) yang merupakan base station setempat. Jarak antar titik pengukuran pada
keadaan normal ± 5 km, tergantung dari medan yang akan diukur dengan pertimbangan
berdasarkan pada kecenderungan (trend) geologi di daerah survei.

Metode kitaran/looping diharapkan untuk menghilangkan kesalahan yang disebabkan


oleh pergeseran pembacaan gravity meter. Metode ini muncul dikarenakan alat yang
digunakan selama melakukan pengukuran akan mengalami guncangan, sehingga
menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut
Cara Pengolahan Data dan Software

Pemrosesan data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data gayaberat,
secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar dan proses lanjutan.
Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat di lapangan sampai
diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik amat. Proses tersebut meliputi tahap-tahap
sebagai berikut: konversi pembacaan gravity meter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift
correction), koreksi pasang surut (tidal correction), koreksi lintang (latitude correction),
koreksi udara bebas (free-air correction), koreksi Bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh
nilai anomali Bouguer Sederhana (ABS) pada topografi.), dan koreksi medan (terrain
correction). Pemrosesan data tersebut menggunakan komputer dengan software MS. Excel.
Proses lanjutan merupakan proses untuk mempertajam kenampakan/gejala geologi pada
daerah penyelidikan yaitu pemodelan dengan menggunakan software Surfer 8 dan
GRAV2DC. Beberapa koreksi dan konversi yang dilakukan dalam pemrosesan data metoda
gayaberat, dapat dinyatakan sebagai berikut :

a. Konversi Pembacaan Gravity Meter

Pemrosesan data gayaberat dilakukan terhadap nilai pembacaan gravity meter untuk
mendapatkan nilai anomali Bouguer. Untuk memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap
titik amat, maka dilakukan konversi pembacaan gravity meter menjadi nilai gayaberat dalam
satuan milligal. Untuk melakukan konversi memerlukan tabel konversi dari gravity meter
tersebut. Setiap gravity meter dilengkapi dengan tabel konversi.

Cara melakukan konversi adalah sebagai berikut:

- Misal hasil pembacaan gravity meter 1714,360. Nilai ini diambil nilai bulat sampai
ratusan yaitu 1700. Dalam tabel konversi (Tabel 3.1) nilai 1700 sama dengan
1730,844 mGal.
- Sisa dari hasil pembacaan yang belum dihitung yaitu 14,360 dikalikan dengan faktor
interval yang sesuai dengan nilai bulatnya, yaitu 1,01772 sehingga hasilnya menjadi
14,360 x 1,01772 = 14.61445 mGal.
- Kedua perhitungan diatas dijumlahkan, hasilnya adalah (1730,844 + 14.61445) x CCF
= 1746.222 mGal. Dimana CCF (Calibration Correction Factor) merupakan nilai
kalibrasi alat Gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 sebesar 1.000437261.
b. Posisi dan Ketinggian

Penentuan posisi menggunakan GPS, sedangkan pengukuran ketinggian


menggunakan barometer aneroid dan termometer. Pengukuran ketinggian dilakukan secara
diferensial yaitu dengan menggunakan dua buah barometer dan termometer. Pengukuran
tersebut dilakukan dengan menempatkan satu alat di base station sedangkan alat yang lain
dibawa untuk melakukan pengukuran pada setiap titik amat.

Adapun pemrosesan data posisi dan ketinggian sebagai berikut.

1. Pemrosesan Data GPS


Setiap kali pembacaan posisi titik amat langsung dapat diketahui dari bacaan tersebut,
yaitu berupa bujur (longitude) dan lintang (latitude). Posisi yang ditunjukan GPS dalam
satuan derajat, menit dan detik. Maka perlu melakukan konversi posisi dari satuan waktu ke
dalam satuan derajat. Posisi ini selanjutnya digunakan untuk menghitung koreksi lintang atau
perhitungan normal.

2. Pemrosesan Data Barometer

Barometer merupakan alat ukur tekanan udara yang secara tidak langsung digunakan
untuk mengukur beda tinggi suatu tempat di permukaan bumi. Prinsip pengukuran ketinggian
barometer didasarkan pada suatu hubungan antara tekanan udara disuatu tempat dengan
ketinggian tempat lainnya, yaitu dengan adanya tekanan udara suatu tempat dipermukaan
bumi sebanding dengan berat kolom udara vertikal yang berada diatasnya (hingga batas atas
atmosfer). Ketelitiaan pengukuran tinggi barometer sangat tergantung pada kondisi cuaca,
sebab keadaan tersebut akan mempengaruhi tekanan udara di suatu tempat. Perbedaan
temperatur udara dan kecepatan angin disuatu tempat akan menyebabkan tekanan udara naik
turun (berfluktuasi), sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam beda tinggi antara dua
tempat yang berbeda. Maka perlu dilakukan pengukuran temperatur udara untuk menentukan
koreksi temperatur yang harus diperhitungkan dalam penentuan beda tinggi, sehingga akan
memperkecil kesalahan (Subagio, 2002). Pengukuran ketinggiaan dengan menggunakan
barometer selain tergantung pada tekanan udara, dipengaruhi juga oleh beberapa parameter
seperti temperatur udara, kelembaban udara, posisi lintang titik amat, serta ketinggian titik
ukur.

Dalam pemrosesan data metoda gayaberat terdapat beberapa tahapan dengan koreksi-
koreksi diantaranya adalah :

1. Koreksi Apungan (Drift Correction)

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi alat (gravity
meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi apungan muncul karena gravity meter selama
digunakan untuk melakukan pengukuran akan mengalami goncangan, sehingga akan
menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut. Koreksi ini dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran dengan metode looping, yaitu dengan pembacaan ulang
pada titik ikat (base station) dalam satu kali looping, sehingga nilai penyimpangannya
diketahui. Besarnya koreksi Drift dirumuskan sebagai berikut

drift

dengan g adalah medan gravitasi hasil pengukuran (mGal).

2. Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction)

Koreksi ini adalah untuk menghilangkan gaya tarik yang dialami bumi akibat bulan
dan matahari, sehingga di permukaan bumi akan mengalami gaya tarik naik turun. Hal ini
akan menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan bumi secara periodik.
Koreksi pasang surut juga tergantung dari kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi.
Koreksi tersebut dihitung berdasarkan perumusan Longman (1965) yang telah dibuat dalam
sebuah paket program komputer. Koreksi ini selalu ditambahkan terhadap nilai pengukuran,
dari koreksi akan diperoleh nilai medan gravitasi di permukaan topografi yang terkoreksi drift
dan pasang surut.

3. Koreksi Lintang (Latitude Correction)

Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi gayaberat di setiap lintang geografis


karena gayaberat tersebut berbeda, yang disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal dan bentuk
ellipsoide. Dari koreksi ini akan diperoleh anomali medan gayaberat. Medan anomali tersebut
merupakan selisih antara medan gayaberat observasi dengan medan gayaberat teoritis
(gayaberat normal).

Menurut (Sunardy, A.C., 2005) gayaberat normal adalah harga gayaberat teoritis yang
mengacu pada permukaan laut rata-rata sebagai titik awal ketinggian dan merupakan fungsi
dari lintang geografi. Medan gayaberat teoritis diperoleh berdasarkan rumusan-rumusan
secara teoritis, maka untuk koreksi ini menggunakan rumusan medan gayaberat teoris pada
speroid referensi (z = 0) yang ditetapkan oleh The International of Geodesy (IAG) yang
diberi nama Geodetic Reference System 1967 (GRS 67) sebagai fungsi lintang (Burger,
1992),

4. Koreksi Ketinggian

Koreksi ini digunakan untuk menghilang perbedaan gravitasi yang dipengaruhi oleh
perbedaan ketinggian dari setiap titik amat. Koreksi ketinggian terdiri dari dua macam yaitu:

a) Koreksi Udara Bebas (free-air correction)

b) Koreksi Bouguer

a) Koreksi Udara Bebas (free-air correction)

Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian sebesar h


dengan mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat dengan sferoid referensi.
Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomali medan gayaberat di topografi. Untuk
mendapat anomali medan gayaberat di topografi maka medan gayaberat teoritis dan medan
gayaberat observasi harus sama-sama berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu
dilakukan. Koreksi udara bebas dinyatakan secara metematis dengan rumus :

FAC =0.3085h mGal

dimana h adalah beda ketinggian antara titik amat gayaberat dari sferoid referensi
(dalam meter).

Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan didapatkan anomali udara bebas di
topografi yang dapat dinyatakan dengan rumus :
FAA =gobs-g(f) +FAC mGal

dimana :

FAA: anomali medan gayaberat udara bebas di topografi (mGal)

Gobs: medan gayaberat observasi di topografi (mGal)

G(f): medan gayaberat teoritis pada posisi titik amat (mGal)

FAC : koreksi udara bebas (mGal)

b). Koreksi Bouguer

Bouguer Correction adalah harga gaya berat akibat massa di antara referensi antara
bidang referensi muka air laut samapi titik pengukuran sehingga nilai gobservasi bertambah.
Setelah dilakukan koreksi-koreksi terhadap data percepatan gravitasi hasil pengukuran
(koreksi latitude, elevasi, dan topografi) maka diperoleh anomali percepatan gravitasi
(anomali gravitasi Bouguer lengkap) yaitu :

gBL = gobs ± g(ϕ) + gFA–gB + gT

dimana :

gobs = medan gravitasi observasi yang sudah dikoreksi pasang surut

g(ϕ) = Koreksi latitude

gFA = Koreksi udara bebas (Free Air Effect)

gB = Koreksi Bouguer

gT = Koreksi topografi (medan)

Dengan memasukan harga-harga numerik yang sudah diketahui,

gBL = gobs ± g(ϕ) + 0.094h– (0.01277h – T) σ

5. Anomali Bouguer

Nilai anomali Bouguer lengkap dapat diperoleh dari nilai anomali Bouguer sederhana
yang telah terkoreksi medan, Merupakan anomali yang dicari dengan cara mereduksi hasil
pengukuran lapangan dengan koreksi-koreksi seperti yang telah diuraikan di atas.

Dg = {Dgobs ± DgF + (3,086 – 0,4191r) h + Tr} gu


E. METODE MAGNETIK

Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana
medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih
kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya
medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang
dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada
anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral
maupun vertikal.

Gambar alat metode magnetik

Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap : akuisisi
data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau
kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan
satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi
pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan
koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.

Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang
diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat
kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas
magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian
benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam.
Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin
banyak.

Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan
distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai
susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat
kemagnetan dan yang tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah
horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda Resistivity
2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari
daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey
Resistivity 2D.

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan


menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika
mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh
pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan
Savit, 1988). Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
- Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi.
- Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur
respon yang dilakukan oleh bumi.

Medan dalam ilmu geofisika terdiri dari 2, yakni :


- Medan alami adalah misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi,
medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi
radiokativitas bumi.
- Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah,
pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.
Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :

- Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang
dihitung dari utara menuju timur
- Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
- Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.
- Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Gambar 3.1 Tiga Elemen medan magnet bumi


Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-
nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai
IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km 2
yang dilakukan dalam waktu satu tahun.

Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :

1. Medan magnet utama (main field)


Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih
dari106 km2.

2. Medan magnet luar (external field)


Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan
hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari.
Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam
lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih
cepat.

3. Medan magnet anomali


Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field).
Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet
seperti magnetite ( Fe7 S8 ), titanomagnetite ( Fe 2Ti O4 ) dan lain-lain yang berada di
kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi
batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan
magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi
(Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :
H T M HLHA

dengan : HT : medan magnet total bumi

H M : medan magnet utama bumi

L : medan magnet luar

H A : medan magnet anomali

Cara Pengambilan Data

Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan


adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di
lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang
digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat
pendukung di dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini
digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian,
dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit.
Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak
terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.

Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik,
antara lain (Sehan, 2001) :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet bumi.
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada
saat survei magnetik di lokasi
c. Sarana transportasi
d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
e. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.

Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan


PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran
adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan.

Tabel 2. Contoh form untuk mencatat data hasil pengukuran


No Stasiun Waktu Posisi Geografis Kuat Keadaan
Pengukuran Tgl. Jam Bujur Lintang Tinggi Medan Lokasi
1
2

Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah menentukan
base station dan membuat station - station pengukuran (usahakan membentuk grid - grid).
Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan
pengukuran medan magnet di station - station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang
bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base station.

Pengaksesan Data IGRF

IGRF singkatan dati TheInternational Geomagnetic Reference Field. Merupakan


medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat
medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita
melakukan pengukuran medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen
paling besar dalam survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk
menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran
dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik
(ΔHr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari
hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak
menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut
deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.

Cara Pengolahaan Data dan Software

Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan
koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau
stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi.

1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik
bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data
medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai
variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi.
Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga
komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan
anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan
nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik
pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi
harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
dimanaH0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat
kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah
satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model
topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika
melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui,
sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop)
sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan
IGRF) dapat dituliska sebagai

ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop

Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur
dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk
mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam
pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data anomali
harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang
pembanding tertentu.

Anda mungkin juga menyukai