INSTRUMENTASI GEOFISIKA
DI SUSUN OLEH :
NAMA : AZWAR
NIM : R1A120002
KELAS :B
Jawab
Analog To Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi kode –
kode digital. ADC banyak digunakan sebagai Pengatur proses industri, komunikasi
digital dan rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai
perantara antara sensor yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti sensor
suhu, cahaya, tekanan/ berat, aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan
menggunakan sistim digital (komputer). ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2
karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi.
2. Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai contoh:
ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input dapat
dinyatakan dalam 255 (2n – 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output
data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit.
Dari contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi
yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit.
Gambar 1. ADC dengan kecepatan sampling rendah dan kecepatan sampling tinggi
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog kedalam bentuk besaran yang
merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi. Sebagai contoh, bila
tegangan referensi (Vref) 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input terhadap referensi adalah
60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala maksimum 255, akan didapatkan
sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk decimal) atau 10011001 (bentukbiner).
1. Pencuplikan
Adalah proses mengambil suatu nilai pasti (diskrit) dalam suatu data kontinu dalam satu
titik waktu tertentu dengan periode yang tetap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
ilustrasi gambar berikut :
Semakin besar frekuensi pencuplikan, berarti semakin banyak data diskrit yang
didapatkan, maka semakin cepat ADC tersebut memproes suatu data analog menjadi data
digital.
2. Pengkuantisasian
Adalah proses pengelompokan diskrit yang didapatkan pada proses pertama kedalam
kelompok-kelompok data. Kuantisasi, dalam matematika dan pemrosesan sinyal digital,
adalah proses pemetaan nilai input seperti nilai pembulatan
Gambar 2.2 Proses ADC berupa pengkuantisasian
3. Pengkodean
Adalah mengkodekan data hasil kuantisasi kedalam bentuk digital (0/1) atau dalam
suatu nilai biner.
Dalam bidang Elektronika, DAC adalah sebuah piranti untuk mengubah sebuah
masukan digital (umumnya adalah biner) menjadi sebuah sinyal analog (arus, tegangan atau
muatan elektrik). DAC adalah penghubung antara rangkaian digital dengan rangkaian analog.
DAC pada dasarnya mengkonversi masukan (berupa bilangan biner) ke dalam suatu besaran
fisik, biasanya berupa tegangan suatu tegangan listrik. Pada umumnya tegangan keluaran
adalah suatu fungsi linear dari sejumlah masukan. Kebanyakan sistem menerima suatu kata
digital sebagai sinyal masuk dan menterjemahkan atau mengubahnya menjadi tegangan atau
arus analog. Kata digital biasanya dinyatakan dalam berbagai kode, yang paling umum adalah
biner murni.
Rangkaian Dasar DAC
Pada DAC jenis ini pemasangan nilai resistor pada inputinput D0, D1, D2,… adalah
sebagai berikut : Nilai R yang ada di D1 adalah ⁄2 dari nilai yang ada di D0, nilai R yang ada
di D2 adalah ⁄2 dari nilai yang ada di D1 (atau ⁄ dari R yang ada di D0) dan seterusnya.
Pemasangan nilai R yang seperti itu adalah untuk mendapatkan Vout yang linier (kenaikan
per stepnya tetap) Rin dicari dengan memparallel nilai-nilai resistor yang ada pada masing-
masing input (D) bila input yang masuk lebih dari satu.
Pada DAC jenis R-2R Ladder pemasangan nilai Resistor pada inputinputnya adalah R-
2R, jadi kalau nilai R = 10 k, maka 2Rnya dipasang 20 k. pemasangan nilai resistor yang
seperti itu adalah untuk mendapatkan Vout yang linier (kenaikan per stepnya tetap).
2. Tentukan element-element dasar sistem akusisi data metode geofisika :Resistivitas,
Seismik,GPR,gravity,Magnetik
JAWAB
Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan
pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi
bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan
penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988).
A. Metode Resistivitas
Metode resistivitas
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan jenis
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Berdasarkan tujuan penyelidikan metode resistivitas
ini dibagi menjadi dua kelompok besar:
- metode resistivitas mapping
- metode resistivitas sounding
Metode ini dikenal berbagai macam konfigurasi. Diantaranya yang sring digunakan
adalah :
- konfigurasi wenner
- konfigurasi schlumberger
- konfigurasi Bipol-dipol
Konfigurasi diatas memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu harus
dilakukan pemilihan terlebih dahulu jenis konfigurasi yang sesuai dengan kasus yang
dihadapi.
Metoda ini menggunakan medan potensial listrik bawah permukaan sebagai objek
pengamatan utamanya. Kontras resistivity yang ada pada batuan akan mengubah potensial
listrik bawah permukaan tersebut sehingga bisa kita dapatkan suatu bentuk anomali dari
daerah yang kita amati.
Tennik Pengukuran
a. Sounding ntuk informasi bawah permukaan secara vertikal (model bumi berlapis)
b. Profilling : Untuk informasi bawah permukaan profil sounding yang kontinyu
secara lateral
Dan supersting
Bedanya di kabel ,kalau supersting dia menggunakan switch box untuk conector
antara means unit sama kabel ,Sedangkan ares tidak menggunakan switch box . Arex lrbih
ringan dan mudah dibawa kemana mana ,karena kabel yang relative pendek,sedangkan
supersting relatif panjang .Kedua means unit ini sama sama menggunakan IP. Untuk
penggunaan softwarenya sendiri , Untuk super sting,menggunakan earth imager , Ares bias
menggunakan RES2DINV dan earth imager
Re2div
Di software inilah data – data dari lapangan akan divisualisasikan menjadi 2D.
Tahapan pertama buka softwarenya, lalu buka file dan pilih read data file. Kemudian
pilih data notepad tadi yang sudah di save dan open. Setelah itu buka inversion lalu
least-squares iversion, dan kemudian tampil hasilnya berupa :
Pengambilan data pada metode geofisika tahanan jenis (Resistivitas) Pada umumnya
digunakan 2 metode yaitu :
a. Metode observasi , Yaitu pengambilan data dengan pengukuran dan pengambilan data
kelapangan secara langsung denan alat geolistrik
b. Metode literature,yaitu dengan menggunakan bahan pustaka sebagai referensi penunjang untuk
memperoleh data tentang range resistivitas batuan, peta dan informasi daerah survey.
Dalam proses pengambilan data ada beberapa hal atau tahapan yang umumnya harus
dilakukan guna kelancaran dalam pengambilan data dilapangan, yaitu : survey pendahuluan,
penentuan titik sounding di lapangan, dan pengambilan data. Untuk teknik akuisisi metode
resistivitas ada 4, yaitu mapping dan sounding.
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang dikelompokkan
dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan
„sumber‟ seismik (palu, ledakan,dll). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan gelombang di
dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan
mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan.
Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu.
Berdasar data rekaman inilah dapat „diperkirakan‟ bentuk lapisan/struktur di dalam tanah. Di
dalam eksplorasi, seismik dikenal 2 macam metode yakni metode seismik bias (refraksi)
dan meode seismik pantul (refleksi).
Akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel time dari sumber
energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada jenis sumber energi yang
dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator.
Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi secara
sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi
impulsif untuk akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut adalah
air gun. Sumber energi vibrator merupakan sumber energi dengan durasi beberapa detik.
Panjang sinyal input dapat bervariasi. Gelombang outputnya berupa gelombang sinusoidal.
Seismik refleksi resolusi tinggi menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.
Gambar 6.2 Desain survey seismic refraksi
Dalam seismik refleksi, analisis dikonsentrasikan pada energi yang diterima setelah getaran
awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah gelombang-gelombang yang
terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah permukaan. Analisis yang
dipergunakan dapat disamakan dengan „echo sounding‟ pada teknologi bawah air, kapal,
dan sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo
gelombang refleksi yang direkam.Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi
analisis yang dilakukan masih sama dengan seismik refraksi, yaitu analisis berdasar kontras
parameter elastisitas medium.
Bumi sebagai medium rambat gelombang seismik tersusun dari perlapisan batuan
yang memiliki sifat fisis yang berbeda-beda, terutama sifat fisis densitas batuan (ρ) dan cepat
rambat gelombang (v). Sifat fisis tersebut adalah sifat fisis yang mempengaruhi refleksivitas
seismik. Dengan berdasar konsep tersebut sehingga dapat dilakukan perkiraan bentuk
lapisan/struktur bawah permukaan. Penerapan konsepnya kemudian disebut sebagai
Impedansi Akustik, dimana sebagai karekteristik akustik suatu batuan dan merupakan
perkalian antara densitas dan cepat rambat gelombang pada medium, yang dinyatakan
sebagai :
Apabila terdapat dua lapisan batuan yang saling berbatasan dan memiliki perbedaan
nilai impedansi akustik, maka refleksi gelombang seismik dapat terjadi pada bidang batas
antara kedua lapisan tersebut. Besar nilai refleksi yang terjadi kemudian dinyatakan sebagai
Koefisien Refleksi :
Gambar 5.2 Skema pemantulan gelombang seismik pada batas dua medium berbeda nilai AI nya
Pengolahan data seismik, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data seismik
lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang kemudian dapat dilakukan
interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan
penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah
bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga
dapat dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan
bumi seperti kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik
didefinisikan sebagai suatu tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.
Gambar Proses pengolahan data seismic dan data seismic mentah (raw data)
Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang seismik kemudian
diinterpretasikan/ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik adalah menggali dan mengolah
berbagai informasi-informasi geologi bawah permukaan dari penampang seismik. Pada
eksplorasi minyak dan gas bumi, interpretasi ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoar
hidrokarbon di bawah permukaan.
Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode geofisika
yang mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan
menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar
menggunakan gelombang elektromagnet dan memanfaatkan sifat radiasinya yang
memperlihatkan refleksi seperti pada metode seismik refleksi.Pengukuran dengan
menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk mendeteksi benda benda kecil
yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter) dengan resolusi yang tinggi yang artinya
konstanta dielektriknya menjadi rendah.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi.
Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran
velocity Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus
kedalaman, dan transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
Selain itu, Ground Penetrating Radar juga merupakan metode non-invasif analisis
material berdasarkan transmisi band ultra wide EM sinyal ke dalam bahan. Sebuah bagian
dari gelombang EM terpantul saat mencapai batas antara dua bahan dengan sifat listrik yang
berbeda. Sinyal yang dipantulkan akan dicatat pada sumber gelombang EM dan ditampilkan
untuk operator dan sering direkam untuk analisis nanti.
Secara keseluruhan, alat GPR berbobot tidak lebih dari lima kilogram, sehingga
sangat leluasa bergerak. Alat ini bekerja dengan dua antena. Satu berfungsi sebagai
transmiter, yaitu bertugas memancarkan gelombang radar. Lainnya sebagai receiver, bertugas
menerima gelombang radar yang dipantulkan bahan di sekelilingnya kemudian diolah
grafiknya ke dalam komputer. Pada prinsipnya, metode georadar dengan metode seismik
sama yaitu membangkitkan gelombang buatan ke dalam bumi. Perbedaannya hanya pada
jenis gelombang yang digunakan.
Pengambilan Data
Pada survey GPR dengan metode CRP parameter yang digunakan adalah sebagai
berikut,
Hasil Interprestasi
Pada gambar di bawah merupakan contoh hasil pengukuran GPR dimana pada
gmbar sebelah kiri menunjukan adanya gorong-gorong yang ditunjukan pada gambar 3D,
selain itu warna biru yang terlihat menunjukan air, hijau menunjukan tanah dan orange
menunjukan adanya kandungan metal.
Gambar Contoh hasil pengukuran yang didapat GPR
D. METODE GRAVITY
Metode gravity (gaya berat) adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada
pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal
maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat
variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang
diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi
lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap).
Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya.
Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu
material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat
diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan
langkah-langkah eksplorasi baik minyak maupun mineral lainnya. Untuk menggunakan
metode ini dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di base
sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat yang kedua dibawa
pergi ke setiap titik pada stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya dalam
pengerjaan pengukuran gravitasi ini, dilakukan secara looping.
Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi, di kapal maupun diudara. Dalam
metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di
bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan
gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi
umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini
juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya. Prinsip pada metode ini
mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu material terhadap lingkungan
sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan
tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi
baik minyak maupun meneral lainnya.
Pada dasarnya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki
rapat massa yang berbeda, hal ini dapat diekspresikan oleh rumus hukum Newton sederhana
sebagai berikut:
Dengan menggunakan rumus dasar inilah maka survey geofisika metode gravitasi
dapat dilakukan, namun seperti halnya metode geofisika lainnya,.
Cara Pengambilan Data
Kalibrasi terhadap data / titik pengukuran yang telah diketahui nilai gravitasi
absolutnya, misalnya IGSN‟71.
1. Melakukan pengikatan pada base camp terhadap titik IGSN‟71 terdekat yang telah
diketahui nilai ketinggian dan gravitasinya, dengan cara looping.
2. Bila perlu di base camp diamati variasi harian akibat pasang surut dan akibat faktor
yang lainnya. Setelah melakukan hal di atas barulah pengamatan yang sebenarnya
dilakukan.
Pengukuran metoda gayaberat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan titik
ikat dan pengukuran titik-titik gayaberat. Sebelum survei dilakukan perlu menentukan
terlebih dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil, mudah dikenal
dan dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu tergantung dari keadaan lapangan.
Masing-masing base station sebaiknya dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi
posisi, nama tempat, skala dan petunjuk arah. Base station yang baru akan diturunkan dari
nilai gayaberat yang mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) yang terletak di
daerah penelitian. TTG tersebut pada dasarnya telah terikat dengan jaringan Gayaberat
Internasional atau ”International Gravity Standardization Net”, (IGSN 71). Base station
berada di Hotel Sari Bakung kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi
Lampung. Base station diturunkan dari TTG.2327 yang berada di pertigaan jalan terminal
Panarakan-Menggala-Panarakan depan kuburan, 800 m membesar dari km.121 TB;km.2
Menggala; km.20 Panarakan. Penurunan tersebut dilakukan dengan metode kitaran/looping.
Pengukuran data lapangan meliputi pembacaan gravity meter juga penentuan posisi,
waktu dan pembacaan barometer serta suhu. Pengukuran gayaberat pada penelitian ini
menggunakan alat gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 berketelitian 0,03
mGal/hari atau ± 0,1 mGal/bulan. Penentuan posisi dan waktu menggunakan Global
Positioning System (GPS) Garmin, sedangkan pengukuran ketinggian menggunakan
Barometer Aneroid Precission dan termometer. Pengukuran pada titik-titik survei dilakukan
dengan metode kitaran/looping dengan pola A-B-C-D-A, dengan „A‟ adalah salah satu
cell center (CC) yang merupakan base station setempat. Jarak antar titik pengukuran pada
keadaan normal ± 5 km, tergantung dari medan yang akan diukur dengan pertimbangan
berdasarkan pada kecenderungan (trend) geologi di daerah survei.
Pemrosesan data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data gayaberat,
secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar dan proses lanjutan.
Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat di lapangan sampai
diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik amat. Proses tersebut meliputi tahap-tahap
sebagai berikut: konversi pembacaan gravity meter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift
correction), koreksi pasang surut (tidal correction), koreksi lintang (latitude correction),
koreksi udara bebas (free-air correction), koreksi Bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh
nilai anomali Bouguer Sederhana (ABS) pada topografi.), dan koreksi medan (terrain
correction). Pemrosesan data tersebut menggunakan komputer dengan software MS. Excel.
Proses lanjutan merupakan proses untuk mempertajam kenampakan/gejala geologi pada
daerah penyelidikan yaitu pemodelan dengan menggunakan software Surfer 8 dan
GRAV2DC. Beberapa koreksi dan konversi yang dilakukan dalam pemrosesan data metoda
gayaberat, dapat dinyatakan sebagai berikut :
Pemrosesan data gayaberat dilakukan terhadap nilai pembacaan gravity meter untuk
mendapatkan nilai anomali Bouguer. Untuk memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap
titik amat, maka dilakukan konversi pembacaan gravity meter menjadi nilai gayaberat dalam
satuan milligal. Untuk melakukan konversi memerlukan tabel konversi dari gravity meter
tersebut. Setiap gravity meter dilengkapi dengan tabel konversi.
- Misal hasil pembacaan gravity meter 1714,360. Nilai ini diambil nilai bulat sampai
ratusan yaitu 1700. Dalam tabel konversi (Tabel 3.1) nilai 1700 sama dengan
1730,844 mGal.
- Sisa dari hasil pembacaan yang belum dihitung yaitu 14,360 dikalikan dengan faktor
interval yang sesuai dengan nilai bulatnya, yaitu 1,01772 sehingga hasilnya menjadi
14,360 x 1,01772 = 14.61445 mGal.
- Kedua perhitungan diatas dijumlahkan, hasilnya adalah (1730,844 + 14.61445) x CCF
= 1746.222 mGal. Dimana CCF (Calibration Correction Factor) merupakan nilai
kalibrasi alat Gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 sebesar 1.000437261.
b. Posisi dan Ketinggian
Barometer merupakan alat ukur tekanan udara yang secara tidak langsung digunakan
untuk mengukur beda tinggi suatu tempat di permukaan bumi. Prinsip pengukuran ketinggian
barometer didasarkan pada suatu hubungan antara tekanan udara disuatu tempat dengan
ketinggian tempat lainnya, yaitu dengan adanya tekanan udara suatu tempat dipermukaan
bumi sebanding dengan berat kolom udara vertikal yang berada diatasnya (hingga batas atas
atmosfer). Ketelitiaan pengukuran tinggi barometer sangat tergantung pada kondisi cuaca,
sebab keadaan tersebut akan mempengaruhi tekanan udara di suatu tempat. Perbedaan
temperatur udara dan kecepatan angin disuatu tempat akan menyebabkan tekanan udara naik
turun (berfluktuasi), sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam beda tinggi antara dua
tempat yang berbeda. Maka perlu dilakukan pengukuran temperatur udara untuk menentukan
koreksi temperatur yang harus diperhitungkan dalam penentuan beda tinggi, sehingga akan
memperkecil kesalahan (Subagio, 2002). Pengukuran ketinggiaan dengan menggunakan
barometer selain tergantung pada tekanan udara, dipengaruhi juga oleh beberapa parameter
seperti temperatur udara, kelembaban udara, posisi lintang titik amat, serta ketinggian titik
ukur.
Dalam pemrosesan data metoda gayaberat terdapat beberapa tahapan dengan koreksi-
koreksi diantaranya adalah :
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi alat (gravity
meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi apungan muncul karena gravity meter selama
digunakan untuk melakukan pengukuran akan mengalami goncangan, sehingga akan
menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut. Koreksi ini dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran dengan metode looping, yaitu dengan pembacaan ulang
pada titik ikat (base station) dalam satu kali looping, sehingga nilai penyimpangannya
diketahui. Besarnya koreksi Drift dirumuskan sebagai berikut
drift
Koreksi ini adalah untuk menghilangkan gaya tarik yang dialami bumi akibat bulan
dan matahari, sehingga di permukaan bumi akan mengalami gaya tarik naik turun. Hal ini
akan menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan bumi secara periodik.
Koreksi pasang surut juga tergantung dari kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi.
Koreksi tersebut dihitung berdasarkan perumusan Longman (1965) yang telah dibuat dalam
sebuah paket program komputer. Koreksi ini selalu ditambahkan terhadap nilai pengukuran,
dari koreksi akan diperoleh nilai medan gravitasi di permukaan topografi yang terkoreksi drift
dan pasang surut.
Menurut (Sunardy, A.C., 2005) gayaberat normal adalah harga gayaberat teoritis yang
mengacu pada permukaan laut rata-rata sebagai titik awal ketinggian dan merupakan fungsi
dari lintang geografi. Medan gayaberat teoritis diperoleh berdasarkan rumusan-rumusan
secara teoritis, maka untuk koreksi ini menggunakan rumusan medan gayaberat teoris pada
speroid referensi (z = 0) yang ditetapkan oleh The International of Geodesy (IAG) yang
diberi nama Geodetic Reference System 1967 (GRS 67) sebagai fungsi lintang (Burger,
1992),
4. Koreksi Ketinggian
Koreksi ini digunakan untuk menghilang perbedaan gravitasi yang dipengaruhi oleh
perbedaan ketinggian dari setiap titik amat. Koreksi ketinggian terdiri dari dua macam yaitu:
b) Koreksi Bouguer
dimana h adalah beda ketinggian antara titik amat gayaberat dari sferoid referensi
(dalam meter).
Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan didapatkan anomali udara bebas di
topografi yang dapat dinyatakan dengan rumus :
FAA =gobs-g(f) +FAC mGal
dimana :
Bouguer Correction adalah harga gaya berat akibat massa di antara referensi antara
bidang referensi muka air laut samapi titik pengukuran sehingga nilai gobservasi bertambah.
Setelah dilakukan koreksi-koreksi terhadap data percepatan gravitasi hasil pengukuran
(koreksi latitude, elevasi, dan topografi) maka diperoleh anomali percepatan gravitasi
(anomali gravitasi Bouguer lengkap) yaitu :
dimana :
gB = Koreksi Bouguer
5. Anomali Bouguer
Nilai anomali Bouguer lengkap dapat diperoleh dari nilai anomali Bouguer sederhana
yang telah terkoreksi medan, Merupakan anomali yang dicari dengan cara mereduksi hasil
pengukuran lapangan dengan koreksi-koreksi seperti yang telah diuraikan di atas.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana
medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih
kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya
medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang
dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada
anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral
maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap : akuisisi
data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau
kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan
satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi
pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan
koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang
diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat
kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas
magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian
benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam.
Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin
banyak.
Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan
distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai
susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat
kemagnetan dan yang tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah
horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda Resistivity
2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari
daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey
Resistivity 2D.
- Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang
dihitung dari utara menuju timur
- Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
- Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.
- Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi
batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan
magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi
(Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :
H T M HLHA
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik,
antara lain (Sehan, 2001) :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet bumi.
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada
saat survei magnetik di lokasi
c. Sarana transportasi
d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
e. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah menentukan
base station dan membuat station - station pengukuran (usahakan membentuk grid - grid).
Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan
pengukuran medan magnet di station - station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang
bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base station.
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan
koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau
stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik
bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data
medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai
variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi.
Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga
komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan
anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan
nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik
pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi
harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
dimanaH0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat
kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah
satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model
topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika
melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui,
sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop)
sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan
IGRF) dapat dituliska sebagai
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur
dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk
mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam
pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data anomali
harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang
pembanding tertentu.