Anda di halaman 1dari 20

Penggunaan Masker Kain Untuk Pencegahan

Penyebaran Covid-19

Karya Tulis Ilmiah

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia Kelas 44

Hafiz Hamdi
2007101010064

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah yang
berjudul “Penggunaan Masker Kain Untuk Pencegahan Penyebaran Covid-19” ini .
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir
pada Mata Kuliah Umum (MKU) Bahasa Indonesia Semester dua di Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pemiliihan masker bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Herman R, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengajar pada MKU Bahasa
Indonesia Kelas 44
2. Kedua Orang tua saya baik ayah dan ibu selaku pemberi dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 10 Juni 2021

Hafiz Hamdi

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
Abstrak ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 2
1.5 Metode Penelitian .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
2.1 Covid-19 ............................................................................................................... .3
2.2 Masker ................................................................................................................... 6
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS .......................................................................... 9
3.1 Analisis Mekanisme Kerja Masker ....................................................................... 9
3.2 Analisis Keefektifan Masker Kain ........................................................................ 9
3.3 Analisis Keefektifan Masker Jenis Lain ............................................................. 11
3.4 Sintesis ................................................................................................................ 12
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

ii
ABSTRAK
Pada tanggal 31 desember 2019, komisi kesehatan kota wuhan mengumumkan
wabah virus corona baru, covid-19 atau corona virus disease-2019. Dalam 3 bulan sejak
pengumuman virus corona baru ini, kasusnya telah melampaui 100.000 jiwa di seluruh
dunia, dan kurang dari 2 minggu kemudian, kasusnya berlipat ganda. Organisasi
kesehatan dunia(WHO) menetapkan virus corona sebagai penyakit pandemic pada hari
kamis tanggal 12 maret 2020. Penggunaan masker merupakan salah satu penerapan
protokol Kesehatan untuk mengurangi resiko penularan Covid-19. Pemilihan dan
pemakaian masker yang benar dapat secara efektif mencegah penyebaran penularan
virus covid-19. Untuk itu diperlukan pengetahuan dalam memilih masker yang
memiliki keefektifan yang cukup untuk mengurangi resiko penularan. Penelitian ini
menggunakan metode studi literatur atau kajian literatur dengan mengumpulkan
referensi untuk menganalisis dan menyelesaikan permasalahan. Dari hasil penelitian
didapati masker N95 memiliki tingkat keefektifan(filtrasi) paling besar dan masker kain
dengan tingkat keefektifan yang paling kecil sedangkan masker surgical(bedah) berada
di antara keduanya. Disimpulkan bahwa masker N95 lebih baik digunakan oleh petugas
Kesehatan sedangkan masker surgical(bedah) dan masker kain lebih baik digunakan
oleh masyarakat untuk mengurangi resiko penyebaran Covid-19. Hal ini disebabkan
oleh terbatasnya ketersediaan masker N95.
Kata Kunci : Covid-19, Masker, Filtrasi

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada tanggal 31 desember 2019, komisi kesehatan kota wuhan mengumumkan
wabah virus corona baru, covid-19 atau corona virus disease-2019. Dalam 3 bulan
sejak pengumuman virus corona baru ini, kasusnya telah melampaui 100.000 jiwa di
seluruh dunia, dan kurang dari 2 minggu kemudian, kasusnya berlipat ganda.( laura
dkk. 2020).
Organisasi kesehatan dunia(WHO) menetapkan virus corona sebagai penyakit
pandemic pada hari kamis tanggal 12 maret 2020. Pandemi sendiri merupakan
istilah kesehatan dalam penyebaran penyakit. Pandemi adalah penyakit yang
menyerang orang dalam jumlah banyak dan terjadi di berbagai negara. Suatu
penyakit atau kondisi bukanlah pandemic hanya karena tersebar luas atau membunuh
banyak orang; penyakit atau kondisi tersebut juga harus menular. (Arum, 2020)
Informasi yang ada saat ini mengindikasikan bahwa terdapat dua cara
utama transmisi virus covid-19 yaitu percikan (droplet) saluran pernapasan dan
kontak. Percikan saluran per-napasan dihasilkan saat seseorang batuk atau
bersin. Setiap orang yang berada dalam kontak erat (dalam radius 1 m) dengan
orang yang bergejala gangguan pernapasan (batuk, bersin) akan beresiko terpapar
percikan saluran pernapasan yang kemungkinan dapat menyebabkan infeksi.
Percikan juga dapat jatuh ke permukaan benda di mana virus tetap aktif; oleh
karena itu, lingkungan sekitar terdekat dari orang yang terinfeksi dapat menjadi
sumber penularan (penularan kontak) (WHO, 2020)
Penggunaan masker merupakan salah satu penerapan protokol kesehatan.
Pemilihan dan pemakaian masker yang benar dapat secara efektif mencegah
penyebaran penularan virus covid-19. Masker medis saat ini adalah masker yang
paling efektif untuk mencegah masuknya benda asing dan virus ke dalam saluran
pernafasan. Permintaan masker medis ini semakin hari semakin meningkat sehingga
harga masker medis pun ikut meningkat dan membuat sebagian besar masyarakat
tidak dapat menjangkau untuk membelinya. Alternatif penggunaan masker kain lebih
dipilih oleh masyarakat selain mampu mengurangi resiko penyebaran penularan
virus, harga masker kain juga lebih terjangkau oleh masyarakat serta dapat digunakan
berulang kali. Selain itu model dan motif masker kain yang bervariasi membuat
masyarakat semakin tertarik untuk menggunakan masker kain. (Kustriwi, &
Hisbulloh. 2021)
Kemampuan masker kain dalam mengurangi resiko penyebaran penularan virus
covid-19 perlu diperhatikan. Salah satunya adalah dengan mengukur nilai
porositasnya. Nilai porositas merupakan ruang kosong atau pori-pori yang
mempunyai kemampuan untuk meloloskan material. Nilai porositas dari masker kain
tentu tidak akan sama dengan nilai porositas dari masker medis. Pemilihan masker
kain setidaknya memiliki nilai porositas yang mendekati dengan masker medis agar
semakin mengurangi resiko penyebaran virus covid-19. (Kustriwi, & Hisbulloh.
2021)

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana mekanisme kerja masker
2. Bagaimana keefektifan masker kain
3. Bagaimana Keefektifan Masker jenis lain

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui mekanisme kerja masker
2. Mengetahui keefektifan masker kain
3. Mengetahui Keefektifan Masker jenis lain

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan edukasi bagaimana masker bekerja dan pentingnya peran
masker dalam mengurangi transmisi virus covid-19
2. Mengedukasi agar masyarakat lebih bijak dalam memilih masker yang
digunakan untuk mengurangi resiko penyebaran virus covid-19

1.5 Metode penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi
literatur atau kajian literatur. Studi literatur adalah penelitian yang dilakukan dengan
mengkaji atau meninjau secara kritis buku atau jurnal yang berkaitan dengan
masalah dan tujuan penelitian, serta merumuskan kontribusi teoritis dan
metodologisnya untuk topik tertentu. Cooper (2010). Data yang ada akan digunakan
sebagai dasar untuk menganalisis dan menjawab permasalahan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Covid-19
Virus SARS-cov-2 merupakan Coronavirus, jenis baru yang menyebabkan
epidemi, dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember
2019. Analisis isolat dari saluran respirasi bawah pasien tersebut menunjukkan
penemuan Coronavirus tipe baru, yang diberi nama oleh WHO COVID-19. Pada
tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama penyakitnya menjadi Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Coronavirus tipe baru ini merupakan tipe ketujuh yang
diketahui di manusia. SARS-cov-2 diklasifikasikan pada genus betacoronavirus.
Pada 10 Januari 2020, sekuensing pertama genom SARS-cov-2 teridentifikasi
dengan 5 subsekuens dari sekuens genom virus dirilis. Sekuens genom dari
Coronavirus baru (SARS-cov-2) diketahui hampir mirip dengan SARS-cov dan
MERS-cov. Secara pohon evolusi sama dengan SARS-cov dan MERS-cov tetapi
tidak tepat sama
Kejadian luar biasa di Wuhan mirip dengan kejadian luar biasa SARS di
Guangdong pada tahun 2002. Keduanya terjadi di musim dingin. Apabila
dibandingkan dengan SARS, Pneumoni COVID-19 cenderung lebih rendah dari
segi angka kematian. Angka kematian SARS mencapai 10% dan MERS 37%.
Namun, saat ini tingkat infektivitas virus pneumoni COVID-19 ini diketahui
setidaknya setara atau lebih tinggi dari SARS-cov. Hal ini ditunjukkan oleh R0-nya,
dimana penelitian terbaru menunjukkan R0 dari virus pneumoni sarscov-2 ini
adalah 4,08. Sebagai perbandingan, R0 dari SARS-cov adalah 2,0.8,14,15
Coronavirus jenis baru ini bersifat letal namun tingkat kematian masih belum pasti,
serta saat ini masih dapat dicegah dan dikontrol.
Evolusi group dari SARS-cov-2 ditemukan di kelelawar sehingga diduga host
alami atau utama dari SARS-cov-2 mungkin juga kelelawar. Coronavirus tipe baru
ini dapat bertransmisi dari kelelawar kemudian host perantara kemudian manusia
melalui mutasi evolusi. Ada kemungkinan banyak host perantara dari kelelawar ke
manusia yang belum dapat diidentifikasi. Coronavirus baru, memproduksi variasi
antigen baru dan populasi tidak memiliki imunitas terhadap strain mutan virus
sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Pada kasus ini ditemukan kasus “super-
spreader” yaitu dimana virus bermutasi atau beradaptasi di dalam tubuh manusia
sehingga memiliki kekuatan transmisi yang sangat kuat dan sangat infeksius. Satu
pasien menginfeksi lebih dari 3 orang dianggap super-spreader, jika lebih dari 10
lebih tepat lagi dikatakan super spreader(PDPI, 2020)

3
Gejala Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu>380C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolic yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulas idalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan Sebagian kecil dalam kondisi
kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk,
dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit
kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut
usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas
atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan
demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki
gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas. Atau tampak sesak disertai
napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia berat
Pada pasien dewasa Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga
infeksi saluran napas.
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien
(PDPI, 2020)
Tatalaksana
Deteksi dini dan pemilahan pasien yang berkaitan dengan infeksi COVID-
19 harus dilakukan dari mulai pasien datang ke Rumah Sakit. Triase merupakan
garda terdepan dan titik awal bersentuhan dengan Rumah Sakit sehingga penting
dalam deteksi dini dan penangkapan kasus. Selain itu, Pengendalian Pencegahan
Infeksi (PPI) merupakan bagian vital terintegrasi dalam managemen klinis dan
harus diterapkan dari mulai triase dan selama perawatan pasien.
Pada saat pasien pertama kali teridentifikasi, isolasi pasien di rumah atau
isolasi rumah sakit untuk kasus yang ringan.7 Pada kasus yang ringan mungkin

4
tidak perlu perawatan di rumah sakit, kecuali ada kemungkinan perburukan cepat.
Semua pasien yang dipulangkan diinstruksikan untuk kembali ke rumah jika sakit
memberat atau memburuk.
Beberapa upaya pencegahan dan kontrol infeksi perlu diterapkan prinsip-
prinsip yaitu hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah kontak
langsung dengan pasien (darah, cairan tubuh, sekret termasuk sekret pernapasan,
dan kulit tidak intak), pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam, managemen
limbah medis, pembersihan dan desinfektan peralatan di RS serta pembersihan
lingkungan RS. Pembersihan dan desinfektan berdasarkan karakteristik
Coronavirus yaitu sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit,
eter, alkohol, asam perioksiasetat dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus. (PDPI, 2020)

Pencegahan
Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat,
lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan
partikel airborne. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5um.
Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan
mukosa yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau
mengendap di udara dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran napas
diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif prosedur respirasi
seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba trakea. Partikel airborne
merupakan partikel dengan diameter yang kurang dari 5um yang dapat menyebar
dalam jarak jauh dan masih infeksius. Patogen airborne dapat menyebar melalui
kontak. Kontak langsung merupakan transmisi pathogen secara langsung dengan
kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang masuk ke tubuh melalui
membrane mukosa atau kulit yang rusak. Oleh karena itu, kita dapat melakukan
pencegahan transmisi virus.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar
virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik
kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
masyarakat :
 Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %,
jika air dan sabun tidak tersedia.
 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
 Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.

5
 Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit
atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di
luar.
 Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan.
 Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh
 Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan
masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini,
karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker
harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan
lainnya.
(PDPI, 2020)

2.2 Masker
Masker adalah perlindungan pernafasan yang digunakan sebagai metode
untuk melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau kontaminan yang
berada di udara, perlindungan pernafasan atau masker tidak dimaksudkan untuk
menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi
digunakan untuk melindungi secara memadai pemakainya. Masker secara luas
digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap partikel dan aerosol yang
dapat menyebabkan bahaya bagi sistem pernafasan yang dihadapi oleh orang yang
tidak memakai alat pelindung diri, bahaya partikel dan aerosol dari berbagai ukuran
dan sifat kimia yang berbeda dapat membahayakan manusia. (Eshbaugh dkk, 2009).
Penggunaan masker kain 3 lapis (katun) hanya direkomendasikan untuk
masyarakat umum yang tanpa gejala terinfeksi virus dan sedang berada di fasilitas
umum. Sehingga masker kain adalah pilihan pertama untuk perlindungan terhadap
penularan virus, sehingga pemilihan masker kain yang efektif harus selalu
diperhatikan.
Penggunaan masker yang ditujukan oleh masyarakat maupun tenaga medis
memiliki jenis dan standar yang berbeda-beda. Masker yang digunakan perlu
disesuaikan dengan tingkat intensitas kegiatan tertentu. Berikut merupakan tipe
dan klasifikasi masker yang perlu diketahui perbedaannya :
1. Masker Kain
Masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan
mengantisipasi kelangkaan masker yang terjadi. Efektivitas penyaringan
pada masker kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan kerapatan
kain tenun yang dipakai. Masker kain perlu dicuci dan dapat dipakai

6
berkali-kali. Bahan yang digunakan untuk masker kain berupa bahan kain
katun, scraf, dan sebagainya. Bukti bahwa masker wajah dapat
memberikan perlindungan yang efektif terhadap infeksi pernapasan
di masyarakat masih langka.Sangat sedikit penelitian berkualitas yang
tersediatentang penggunaan maskerkain,terutama dalam konteksnon-
medis. Penggunaan masker kain selama pandemi coronavirus (Covid-
19) sampai dengan saat ini masih diperdebatkan. Efektivitas filtrasi
masker kainumumnyalebih rendah dari masker medis dan
respirator.Namun, masker kain mungkin memberikan perlindungan
yang signifikan apabila diproduksi dengan baik dan dipakai secara
benar, sesuai panduan Kementerian Kesehatan. Masker kain multilayer
didesain agar dapat menutup hidung. Masker ini biasanya terbuat dari
kain tahan air dengan jumlah serat benang yang banyak dan lebih halus,
serta dapat memberikan perlindungan secara baik.
2. Masker Bedah 3 Ply (Surgical Mask 3 Ply)
Masker bedah memiliki 3 lapisan (layers) yaitu lapisan luar kain tanpa
anyaman kedap air, lapisan dalam yang merupakan lapisan filter
densitas tinggi dan lapisan dalam yang menempel langsung dengan
kulit yang berfungsi sebagai penyerap cairan berukuran besar yang keluar
dari pemakai ketika batuk maupun bersin.
Karena memiliki lapisan filter ini, masker bedah efektif untuk menyaring
Droplet yang keluar dari pemakai ketika batuk atau bersin, namun bukan
merupakan barier proteksi pernapasan karena tidak bisa melindungi
pemakain dari terhirupnya partikel airbone yang lebih kecil. Dengan
begitu, masker ini direkomendasikan untuk masyarakat yang
menunjukkan gejala – gejala flu/influenza (batuk, bersin – bersin, hidung
berair, demam, nyeri tenggorokan) dan untuk tenaga medis di fasilitas
layanan Kesehatan
3. Masker N95(atau Ekuivalen)
Masker N95 adalah masker yang lazim dibicarakan dan merupakan
kelompok masker Filtering Facepiece Respirator (FFR) sekali pakai
(disposable). Kelompok jenis masker ini memiliki kelebihan tidak hanya
melindungi pemakai dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga
hingga cairan berukuran aerosol. Masker jenis ini pun memiliki face seal
fit yang ketat sehingga mendukung pemakai terhindar dari paparan
aerosol asalkan seal fit dipastikan terpasang dengan benar.
Kelompok masker ini direkomendasikan terutama untuk tenaga
kesehatan yang harus kontak erat secara langsung menangani kasus
dengan tingkat infeksius yang tinggi. Idealnya masker N95 tidak untuk
digunakan kembali, namun dengan stock yang sedikit, dapat dipakai
ulang dengan catatan semakin sering dipakai ulang, kemampuan filtrasi
akan menurun. Jika akan menggunakan metode pemakaian kembali,
masker N95 pelu dilapisi masker bedah pada bagian luarnya. Masker
kemudian dapat dilepaskan tanpa menyentuh bagian dalam (sisi yang
menenmpel pada kulit) dan disimpan selama 3-4 hari dalam kantung

7
kertas sebelum dapat dipakai kembali. Masker setingkat N95 yang sesuai
dengan standar WHO dan dilapisi dengan masker bedah dapat digunakan
selama 8 jam dan dapat dibuka dan ditutup sebanyak 5 kali. Masker tidak
dapat digunakan kembali jika pengguna masker N95 sudah melakukan
tindakan yang menimbulkan aerosol.

Penggunaan masker merupakan bagian dari keseluruhanu paya


pencegahan transmisi yang dilaksanakan dengan tetap menjaga jarak, menjaga
kebersihan tangan dan tindakan lain yang membentuk suatu Tindakan preventif
saling berkaitan dalam mencegah transmisi Covid-19.Mengenakan masker kain
dengan efisiensi filtrasi yang lebih rendah mungkin masih lebih baik daripada
tidak memakai masker sama sekali ketika berada pada sekelompok komunitas
dengan risiko transmisi yang tinggi.Namun, masker ini tidak melindungi individu
yang sehat dari risiko tertular virus secara utuh.

Bagi orang sehat untuk mengenakan masker yang terbuat dari bahan kain
sebagai alternatif yang sederhana, ekonomis dan berkelanjutan, sehingga masker
bedah sekali pakai yang digunakan untuk penanganan masyarakat yang terjangkit
Covid-19 dan respirator N95 dapat diprioritaskan untuk fasilitas pelayanan
kesehatan. Intervensi seperti itu kemungkinan besar akan menghemat kebutuhan
di tengah sumber daya yang terbatas) .Karena ketersediaan masker untuk tenaga
Kesehatan mengalami krisis, termasuk masker N95, dibeberapa negara masker
non-medis, seperti masker kain direkomendasikan untuk digunakan oleh
masyarakat

Perlindungan wajah, baik dalam bentuk masker atau yang lain,


tampaknya telah mengurangi pandemi seperti yang terlihat dari penyebaran
Covid-19 yang semakin berkurang dalam negara-negara yang memberlakukan
penggunaan masker secara ketat. Masker pelindung dapat mengurangi
kemungkinan infeksi, tetapi tidak menghilangkan risiko, terutama ketika suatu
penyakit memiliki lebih dari satu jalur penularan. Jadi, masker apapun
tidak akan berpengaruh dari segi efisiensi penyaringannya atau seberapa bagus
segelnya, serta akan memiliki efek minimum jika tidak digunakan bersamaan
dengan upaya pencegahan lainnya. (Kustriwi dan Hisbulloh. 2021)

8
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 Analisis Mekanisme Kerja Masker

penggunaan masker berperan dalam pencegahan transmisi COVID-19.


Menurut masker mampu memblokir jets tubulent dari batuk atau mengontrol infeksi
airborne dengan cara yang kurang berbahaya. Masker dapat memfiltrasi partikel
mengandung virus seperti aerosol atau droplet.Terdapat korelasi antara penggunaan
masker dan penurunan risiko infeksi COVID-19. WHO menyarankan penggunaan
masker yang sesuai adalah menutupi bagian mulut dan hidung, ketika bagian depan
dan dalam masker, pastikan tangan bersih sebelum memakai masker dan setelah
melepas masker.

Masker dapat mencegah penyebaran droplet ketika seseorang yang terinfeksi


berbicara, bernyanyi, batuk atau bersin. Laju emisi partikel memiliki korelasi
dengan tingkat volume suara saat berbicara atau aktivitas vokal lainnya. Sebuah
studi model in vitro melakukan uji efek masker sebagai penyaring aerosol berlabel
pada mannequin. Hasil uji menunjukan pemakaian masker pada mannequin mampu
menurunkan jumlah aerosol sehingga dapat dikatakan bahwa masker merupakan
barrier fisik dan lebih efektif jika digunakan pada seseorang yang mengeluarkan
droplet. Penggunaan masker secara benar merupakan metode untuk mencegah
ecaporasi droplet menjadi partikel aerosol berukuran 3-5 kali lipatan kecil. Partikel
aerosol yang berukuran lebih kecil mampu bertahan di udara untuk waktu yang
lebih lama. Jika setiap orang menggunakan masker untuk menurunkan risiko
penularan terhadap orang lain, maka lebih banyak orang yang terlindungi.

3.2 Analisis keefektifan masker kain

Masker kain (cloth/cotton mask) merupakan masker yang banyak digunakan


oleh petugas kesehatan di negara berkembang. Sebuah pandemi mempengaruhi
suplai dan dsitribusi masker/respirator n95 dan masker surgical oleh sebab itu
beberapa peneliti melakukan eksperimental modern untuk melihat kapasitas filtrasi
pada masker kain. Masker kain dapat diproduksi dalam jumlah besar. Selain itu,
masker kain dapat digunakan kembali setelah melalui tahap dekontaminasi dengan
teknik seperti pencucian menggunakan air hangat dan sabun. Selain metode
tersebut, metode lain diantaranya adalah menggunakan pemutih, alkohol isopropil,
hidrogen peroksida, dan radiasi ultraviolet atau dry heat. Masker kain (non medis)
terdiri dari berbagai jenis kain tenun dan tanpa tenun, salah satunya adalah
polipropilena. Kemampuan filtrasi dan kemudahan bernapas pada setiap masker
berbeda-beda tergantun pada kombinasi kain dan bahan yang digunakan dalam
proses pembuatan masker. Masker non medis bukanlah alat kesehatan maupun alat

9
pelindung diri. Who menyarakan penggunaan masker kain sebaiknya hanya
menjadi pertimbangan dengan tujuan pengendalian sumber di masyarakat, bukan
dengan tujuan pencegahan. Hal ini dikarenakan masker kain memiliki persyaratan
standar filtrasi dan kemudahan bernapas yang lebih rendah serta perkiraan kinerja
keseluruhan yang lebih rendah. Oleh sebab itu, penggunaan masker kain (non-
medis) harus dibarengi dengan sering mencuci tangan dan penjagaan jarak fisik

Menurut WHO, efisiensi filtrasi masker bergantung pada diameter serat atau
benang, keketatan tenunan dan proses pembuatan (spunbond, meltblown, muatan
elektrostatis). Masker dan kain memiliki filtrasi yang beragam mulai dari 0.7%
sampai 60% (jung dkk., 2020). Terdapat korelasi postitif dimana semakin tinggi
efisiensi filtrasi, semakin besar hambatan yang diberikan oleh kain. Selain efisiensi
filtrasi, jenis bahan masker kain juga mempengaruhi kemudahan bernapas yang
berarti seberapa mudah pemakai bernapas menembus bahas masker. Jenis kain yang
digunakan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan pada efisiensi filtrasi dan
tingkat kemudahan bernafas sebuah masker kain. Bernafas dengan masker kain
katun komersial pada umumnya sangat mudah tetapi filtrasi masker jenis ini lebih
rendah.

Data dari penelitian di tahun 2013 yang menguji kemampuan berbagai jenis
material dalam melakukan filtrasi Bacillus atrophaeus (lebih besar dari pada SARS-
CoV-2) or the Bacteriophage MS2 (lebih kecil dari pada SARS-CoV-2). Hasil
menujukkan bahwa masker terbuat dari kain katun memiliki keefektifan sebesar
78% dengan masker medikal dalam memfiltrasi B. atrophaeus dan 56% efektif
dalam memfiltrasi Bacteriophage MS2. Regasamy dkk menemukan bahwa masker
kain dan masker surgical mampu di penetrasi oleh molekul dalam berukuran kurang
lebih SARS-CoV-2. (Cindy, 2020)

Sebuah penelitian mengenai keefektifan masker kain dan surgical


menemukan ketika pasien COVID-19 yang diinstruksikan untuk batuk selama 5
kali pada petri dish selama menggunakan masker memiliki penurunan viral load
yang tidak jauh berbeda dari saat tidak menggunakan masker. Salah satu pasien
mengalami penurunan viral load dari 3.53 ke 3.26 dan 2.27 log copies/mL saat
masker surgical dan masker kain. Kesimpulan dari penelitian tersebut
mengemukakan bahwa masker surgical dan kain tidak efektif dalam mencegah
penyebaran virus. Namun penelitian tersebut mendapatkan kritik dari beberapa
aspek penelitian; masker yang diuji merupakan masker yang di rancang khusus
untuk mencegah penyebaran virus ketika seseorang bernyayi, batuk, berbicara,
bersin atau bernafas. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menguji keefektifan
masker tersebut. Seseorang individu yang batuk tanpa masker dapat
mengkontaminasi ruangan sehingga penelitian tersebut ditarik kembali karena
jumlah sampel yang sedikit (Dowd dkk., 2020).

Selama pandemi, kekurangan masker medis dan respirator mendorong


penggunaan masker kain sebagai alternatif terakhir dalam menurunkan risiko
penularan penyakit infeksi. Tingkat perlindungan dipengaruhi oleh pemakaian

10
masker yang tepat, pemilihan kain dan rancangan masker untuk tingkat tahan air,
filtrasi dan kesesuaian. Beberapa penelitan membuktikan bahwa tingkat
perlindungan masker kain bertambah dengan adanya water-resistant, jumlah
benang yang tinggi dan tenunan kain yang lebih halus. Selain menguji kemampuan
filtrasi masker, kemampuan fluid resistance. Derajat fluid resistance mempengaruhi
keefektifan masker karena air flow mengikuti arah dengan fluid resistance terendah.
Oleh karena itu, air flow masuk melalui celah pada bagian samping masker bukan
melewati masker(Cindy, 2020)

3.3 Analisis Keefektifan Masker jenis lain

Keefektifan masker sangat tergantung pada penggunaan secara dunia-nyata


dimana variabilitas filtrasi masker selama perwatan klinis lebih berfluktuasi pada
kepatuhan dan kecocokan masker dibandingkan perbedaan marginal efisiensi
filtrasi laboratorium (Dugdale dan Walensky dkk., 2020). Menurut Isaac dkk
(2020), Efikasi masker tergantung pada beberapa yaitu dianataranya penggunaan
selama pandemi; penggunaan oleh petugas kesehatan dan masyarakat umum,
protokol kesehatan seperti mencuci tangan, social distancing, dan penggunaan
APD lainnya.

Respirator N95 diberi nama karena memiliki kemampuan untuk menyaring


95% atau lebih partikel kecil berukuran 0.3μm sehingga mampu melindungi
pemakaiannya dari patogen di udara (airborne). Masker N95 terbuat atas beberapa
lapisan dimana lapisan tengah filter terbuah dari polypropylene elektrostatis.
Muatan elektrostasis pada masker N95 meningkatkan efisiensi penyaringan
mekanis sebesar 10-20 kali. Dilaporkan bahwa masker dan respirator mampu
menurunkan risiko infeksi sebanyak 85% serta tingkat ke-efektifan yang lebih
tinggi bila digunakan pada fasilitas kesehatan.penelitian sub-analysis menujukkan
penggunaan N95 respirator 96% lebih efektif digunakan pada fasilitas kesehatan
dibandingkan jenis masker lainnya yang hanya 67% efektif (MacIntyre & Wang,
2020).

Berbeda dengan respirator N95, masker surgical dirancang lebih longgar.


Masker surgical merupakan pembatas fisik antara hidung dan mulut pemakai
masker dengan kontaminan yang ada di lingkungan. masker surgical memiliki
tingkat ketebalan dan kemampuan melindungi yang berbeda. Masker surgical
efektif dalam memblokir percikan dan partikel droplet besar namun tidak efektif
dalam menyaring partikel kecil di udara yang ditransmisikan melalui batuk. bersin
atau prosedur medis. Masker surgical dan N95 memiliki beberapa persamaan yaitu
kedua jenis masker hanya digunakan untuk satu kali pakai. Selain itu, kedua
masker tersebut telah melalui uji fluid resistance, efikasi penyaringan, uji mudah
terbakar dan biokompatibilitas. Masker surgical yang lebih efektif mampu
memberikan 85% atau 99% perlindungan untuk mencegah penularan penyakit
menular. Efikasi penyaringan yang tinggi pada surgical mask dibentuk dari lapisan

11
filter serat tekstil pada kedua sisi yang disertai dengan kain non woven (Cindy,
2020)

Ketebalan serat masker surgical dimulai dari <1 sampai 10 µm. masker
surgical dapat dibentuk dari bahan polypropylene, polystyrene, polycarbonare,
polyethylene, polyester dan lain sebagainya . Metode pembuatan mempengeruhi
efisiensi filtrasi masker surgical dimana melalui metode elektrostatik, masker
surgical mampun memiliki jaringan berdensitas rata dengan tingkat efisiensi
masker yang tinggi. Masker surgical memiliki beberap keuntungan yaitu mampu
menangkap bakteri ukuran 1 µ atau lebih. Hal ini disebabkan oleh adanya 3-4
lapisan beserta 2 filter yang mendukung fungsional dari masker. Masker surgical
mampu melindungi dari bakteri minimal selama 4 jam. Namun jika dibandingkan
dengan penggunaan respirator N95 yang tepat, masker surgical belum mampu
memberikan proteksi dari partikel aerosol sebaik respirator N95. Tetapi,
penggunaan masker surgical lebih baik dari pada tidak menggunakan masker sama
sekali dan setara dengan penggunaan masker N95 dalam mencegah infeksi virus
pernafasan tertentu yang ditransmisikan melalui droplet

Sebuah penelitian meta-analisis uji coba terkontrol menujukkan pemakaian


marker surgical atau respirator N95 mampu menurunkan penyakit sistem
pernafasan pada petugas kesehatan sebesar 41% dan penyakit influenza sebesar
66%. Secara statistik masker N95 tidak memiliki kemampuan yang lebih baik
dibandingkan masker surgical dalam mencegah influenza begitu juga mencegah
COVID-19. Namun, pernyataan dibuat berdasarkan set data yang lemah (Cindy,
2020)

3.4 Sintesis
Masker bekerja dengan memblokir jets turbulent dari batuk dan
memfiltrasi partikel mengandung virus seperti aerosol dan droplet dengan
berperan sebagai barrier fisik dan lebih efektif jika digunakan pada seseorang yang
mengeluarkan droplet. Penggunaan masker dapat mencegah ecaporasi droplet
menjadi partikel aerosol berukuran 3-5 kali lipat lebih kecil karena Partikel aerosol
yang berukuran lebih kecil mampu bertahan di udara untuk waktu yang lebih lama
sehingga lebih beresiko untuk ditularkan kepada orang lain.
Masker Kain tidak seefektif masker N95 atau masker surgical dalam
mencegah penyebaran virus. Masker kain memiliki angka filtrasi yang beragam
mulai dari 0.7% sampai 60%. . Kemampuan filtrasi dan kemudahan bernapas pada
setiap masker berbeda-beda tergantung pada kombinasi kain dan bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan masker. Selama pandemi, kekurangan masker
medis dan respirator mendorong penggunaan masker kain sebagai alternatif
terakhir dalam menurunkan risiko penularan penyakit infeksi. Tingkat
perlindungan dipengaruhi oleh pemakaian masker yang tepat, pemilihan kain dan
rancangan masker untuk tingkat tahan air, filtrasi dan kesesuaian.
Respirator N95 diberi nama karena memiliki kemampuan untuk menyaring
95% atau lebih partikel kecil berukuran 0.3μm sehingga mampu melindungi
pemakaiannya dari patogen di udara (airborne). Masker N95 terbuat atas beberapa

12
lapisan dimana lapisan tengah filter terbuah dari polypropylene elektrostatis.
Muatan elektrostasis pada masker N95 meningkatkan efisiensi penyaringan
mekanis sebesar 10-20 kali. Dilaporkan bahwa masker dan respirator mampu
menurunkan risiko infeksi sebanyak 85% serta tingkat ke-efektifan yang lebih
tinggi bila digunakan pada fasilitas kesehatan.penelitian sub-analysis menujukkan
penggunaan N95 respirator 96% lebih efektif digunakan pada fasilitas kesehatan
dibandingkan jenis masker lainnya yang hanya 67% efektif.
Masker surgical dirancang lebih longgar. Masker surgical merupakan
pembatas fisik antara hidung dan mulut pemakai masker dengan kontaminan yang
ada di lingkungan. masker surgical memiliki tingkat ketebalan dan kemampuan
melindungi yang berbeda. Masker surgical efektif dalam memblokir percikan dan
partikel droplet besar namun tidak efektif dalam menyaring partikel kecil di udara
yang ditransmisikan melalui batuk. bersin atau prosedur medis. Masker surgical
dan N95 memiliki beberapa persamaan yaitu kedua jenis masker hanya digunakan
untuk satu kali pakai. Selain itu, kedua masker tersebut telah melalui uji fluid
resistance, efikasi penyaringan, uji mudah terbakar dan biokompatibilitas. Masker
surgical yang lebih efektif mampu memberikan 85% atau 99% perlindungan untuk
mencegah penularan penyakit menular. Efikasi penyaringan yang tinggi pada
surgical mask dibentuk dari lapisan filter serat tekstil pada kedua sisi yang disertai
dengan kain non woven.

13
BAB IV
KESIMPULAN

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi akut


pernafasan yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Penyebaran Covid-19 terdapat dua
jenis transmisi yaitu droplet dan airborne transmission. Salah satu protokol Kesehatan
yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran Covid-19 ini adalah dengan
mewajibkan penggunaan masker.
Ada beberapa jenis masker yaitu: Masker N95, Masker Surgical(Bedah), dan
Masker kain. Setiap jenis masker memiliki tingkat keefektifan yang berbeda yang di
ukur dari kemampuan filtrasinya. Ditemukan bahwa masker N95 dengan kemampuan
filtrasi sebanyak 95 % adalah yang paling besar dibandingkan masker lainnya. Masker
surgical memiliki kemampuan filtrasi sebesar 85 %. Pada masker kain memiliki
kemampuan filtrasi atau keefektifan yang beragam mulai dari 0.7% sampai 60%.
Kemampuan filtrasi dan kemudahan bernapas pada setiap masker berbeda-beda
tergantung pada kombinasi kain dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan
masker.
Selama pandemi, kekurangan masker medis dan respirator mendorong pemilihan
jenis masker untuk disesuaikan dengan resiko dari penggunanya. Masker N95 lebih baik
digunakan untuk fasilitas Kesehatan dan masker surgical dan masker kain dapat
digunakan oleh masyarakat sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran Covid-19

14
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, H. M. (2010). Research synthesis and meta-analysis : a step-by-step approach


(4. ed.). Los Angeles, Calif.: Sage.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia(PDPI). (2020). Panduan Praktik Klinis:
Pneumonia 2019-nCoV. PDPI: Jakarta
Eshbaugh dkk (2009). N95 and p100 respirator filter efficiency under high constant
and cyclic flow. Journal of occupational and environmental
hygiene, 6(1)
Kustriwi Ratnaning Hapsari, & Hisbulloh Ahlis Munawi. (2021). Pemilihan Masker
Kain dalam Mencegah Penularan Virus Covid-19. Nusantara of
Engineering
Putri, S. (2020). Studi Literatur: Efektivitas Penggunaan Masker Kain dalam
Pencegahan Transmisi COVID-19. Jurnal Kesehatan Manarang
World Health Organization(WHO). (2020). Anjuran mengenai penggunaan masker
dalam konteks COVID-19.
Dugdale, C. M., & Walensky, R. P. (2020).Filtration efficiency, effectiveness, and
availability of N95 face masks for COVID-19 prevention. JAMA
Internal Medicine
Isaacs, D. dkk. (2020). Do facemasks protect against COVID-19?.Journal of
Paediatrics and Child Health, 56(6): 976–977.
MacIntyre, C. R., & Wang, Q. dkk. (2020). Physical distancing, face masks, and eye
protection for prevention of COVID-19 (internet)
Laura, R. dkk. (2020). Facial protection for healthcare workers during pandemics: a
scoping review. BMJ Global Health
Dowd, K. O. dkk. (2020). Face masks and respirators in the fight against the COVID-
19 pandemic: A review of current materials, advances and future
perspectives
Cindy, G. 2020. PERAN DAN EFEKTIVITAS MASKER DALAM PENCEGAHAN
PENULARAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19).
Jurnal Medika Hutama

15
16

Anda mungkin juga menyukai