Penyebaran Covid-19
Hafiz Hamdi
2007101010064
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah yang
berjudul “Penggunaan Masker Kain Untuk Pencegahan Penyebaran Covid-19” ini .
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir
pada Mata Kuliah Umum (MKU) Bahasa Indonesia Semester dua di Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pemiliihan masker bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Herman R, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengajar pada MKU Bahasa
Indonesia Kelas 44
2. Kedua Orang tua saya baik ayah dan ibu selaku pemberi dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Hafiz Hamdi
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
Pada tanggal 31 desember 2019, komisi kesehatan kota wuhan mengumumkan
wabah virus corona baru, covid-19 atau corona virus disease-2019. Dalam 3 bulan sejak
pengumuman virus corona baru ini, kasusnya telah melampaui 100.000 jiwa di seluruh
dunia, dan kurang dari 2 minggu kemudian, kasusnya berlipat ganda. Organisasi
kesehatan dunia(WHO) menetapkan virus corona sebagai penyakit pandemic pada hari
kamis tanggal 12 maret 2020. Penggunaan masker merupakan salah satu penerapan
protokol Kesehatan untuk mengurangi resiko penularan Covid-19. Pemilihan dan
pemakaian masker yang benar dapat secara efektif mencegah penyebaran penularan
virus covid-19. Untuk itu diperlukan pengetahuan dalam memilih masker yang
memiliki keefektifan yang cukup untuk mengurangi resiko penularan. Penelitian ini
menggunakan metode studi literatur atau kajian literatur dengan mengumpulkan
referensi untuk menganalisis dan menyelesaikan permasalahan. Dari hasil penelitian
didapati masker N95 memiliki tingkat keefektifan(filtrasi) paling besar dan masker kain
dengan tingkat keefektifan yang paling kecil sedangkan masker surgical(bedah) berada
di antara keduanya. Disimpulkan bahwa masker N95 lebih baik digunakan oleh petugas
Kesehatan sedangkan masker surgical(bedah) dan masker kain lebih baik digunakan
oleh masyarakat untuk mengurangi resiko penyebaran Covid-19. Hal ini disebabkan
oleh terbatasnya ketersediaan masker N95.
Kata Kunci : Covid-19, Masker, Filtrasi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Covid-19
Virus SARS-cov-2 merupakan Coronavirus, jenis baru yang menyebabkan
epidemi, dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember
2019. Analisis isolat dari saluran respirasi bawah pasien tersebut menunjukkan
penemuan Coronavirus tipe baru, yang diberi nama oleh WHO COVID-19. Pada
tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama penyakitnya menjadi Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Coronavirus tipe baru ini merupakan tipe ketujuh yang
diketahui di manusia. SARS-cov-2 diklasifikasikan pada genus betacoronavirus.
Pada 10 Januari 2020, sekuensing pertama genom SARS-cov-2 teridentifikasi
dengan 5 subsekuens dari sekuens genom virus dirilis. Sekuens genom dari
Coronavirus baru (SARS-cov-2) diketahui hampir mirip dengan SARS-cov dan
MERS-cov. Secara pohon evolusi sama dengan SARS-cov dan MERS-cov tetapi
tidak tepat sama
Kejadian luar biasa di Wuhan mirip dengan kejadian luar biasa SARS di
Guangdong pada tahun 2002. Keduanya terjadi di musim dingin. Apabila
dibandingkan dengan SARS, Pneumoni COVID-19 cenderung lebih rendah dari
segi angka kematian. Angka kematian SARS mencapai 10% dan MERS 37%.
Namun, saat ini tingkat infektivitas virus pneumoni COVID-19 ini diketahui
setidaknya setara atau lebih tinggi dari SARS-cov. Hal ini ditunjukkan oleh R0-nya,
dimana penelitian terbaru menunjukkan R0 dari virus pneumoni sarscov-2 ini
adalah 4,08. Sebagai perbandingan, R0 dari SARS-cov adalah 2,0.8,14,15
Coronavirus jenis baru ini bersifat letal namun tingkat kematian masih belum pasti,
serta saat ini masih dapat dicegah dan dikontrol.
Evolusi group dari SARS-cov-2 ditemukan di kelelawar sehingga diduga host
alami atau utama dari SARS-cov-2 mungkin juga kelelawar. Coronavirus tipe baru
ini dapat bertransmisi dari kelelawar kemudian host perantara kemudian manusia
melalui mutasi evolusi. Ada kemungkinan banyak host perantara dari kelelawar ke
manusia yang belum dapat diidentifikasi. Coronavirus baru, memproduksi variasi
antigen baru dan populasi tidak memiliki imunitas terhadap strain mutan virus
sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Pada kasus ini ditemukan kasus “super-
spreader” yaitu dimana virus bermutasi atau beradaptasi di dalam tubuh manusia
sehingga memiliki kekuatan transmisi yang sangat kuat dan sangat infeksius. Satu
pasien menginfeksi lebih dari 3 orang dianggap super-spreader, jika lebih dari 10
lebih tepat lagi dikatakan super spreader(PDPI, 2020)
3
Gejala Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu>380C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolic yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulas idalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan Sebagian kecil dalam kondisi
kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk,
dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit
kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut
usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas
atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan
demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki
gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas. Atau tampak sesak disertai
napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia berat
Pada pasien dewasa Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga
infeksi saluran napas.
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien
(PDPI, 2020)
Tatalaksana
Deteksi dini dan pemilahan pasien yang berkaitan dengan infeksi COVID-
19 harus dilakukan dari mulai pasien datang ke Rumah Sakit. Triase merupakan
garda terdepan dan titik awal bersentuhan dengan Rumah Sakit sehingga penting
dalam deteksi dini dan penangkapan kasus. Selain itu, Pengendalian Pencegahan
Infeksi (PPI) merupakan bagian vital terintegrasi dalam managemen klinis dan
harus diterapkan dari mulai triase dan selama perawatan pasien.
Pada saat pasien pertama kali teridentifikasi, isolasi pasien di rumah atau
isolasi rumah sakit untuk kasus yang ringan.7 Pada kasus yang ringan mungkin
4
tidak perlu perawatan di rumah sakit, kecuali ada kemungkinan perburukan cepat.
Semua pasien yang dipulangkan diinstruksikan untuk kembali ke rumah jika sakit
memberat atau memburuk.
Beberapa upaya pencegahan dan kontrol infeksi perlu diterapkan prinsip-
prinsip yaitu hand hygiene, penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah kontak
langsung dengan pasien (darah, cairan tubuh, sekret termasuk sekret pernapasan,
dan kulit tidak intak), pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam, managemen
limbah medis, pembersihan dan desinfektan peralatan di RS serta pembersihan
lingkungan RS. Pembersihan dan desinfektan berdasarkan karakteristik
Coronavirus yaitu sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit,
eter, alkohol, asam perioksiasetat dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus. (PDPI, 2020)
Pencegahan
Cara penyebaran beberapa virus atau patogen dapat melalui kontak dekat,
lingkungan atau benda yang terkontaminasi virus, droplet saluran napas, dan
partikel airborne. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5um.
Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter) ke permukaan
mukosa yang rentan. Partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau
mengendap di udara dalam waktu yang lama. Produksi droplet dari saluran napas
diantaranya batuk, bersin atau berbicara serta tindakan invasif prosedur respirasi
seperti aspirasi sputum atau bronkoskopi, insersi tuba trakea. Partikel airborne
merupakan partikel dengan diameter yang kurang dari 5um yang dapat menyebar
dalam jarak jauh dan masih infeksius. Patogen airborne dapat menyebar melalui
kontak. Kontak langsung merupakan transmisi pathogen secara langsung dengan
kulit atau membran mukosa, darah atau cairan darah yang masuk ke tubuh melalui
membrane mukosa atau kulit yang rusak. Oleh karena itu, kita dapat melakukan
pencegahan transmisi virus.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar
virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik
kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
masyarakat :
Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %,
jika air dan sabun tidak tersedia.
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
5
Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit
atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di
luar.
Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan.
Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh
Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan
masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini,
karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker
harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan
lainnya.
(PDPI, 2020)
2.2 Masker
Masker adalah perlindungan pernafasan yang digunakan sebagai metode
untuk melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau kontaminan yang
berada di udara, perlindungan pernafasan atau masker tidak dimaksudkan untuk
menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi
digunakan untuk melindungi secara memadai pemakainya. Masker secara luas
digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap partikel dan aerosol yang
dapat menyebabkan bahaya bagi sistem pernafasan yang dihadapi oleh orang yang
tidak memakai alat pelindung diri, bahaya partikel dan aerosol dari berbagai ukuran
dan sifat kimia yang berbeda dapat membahayakan manusia. (Eshbaugh dkk, 2009).
Penggunaan masker kain 3 lapis (katun) hanya direkomendasikan untuk
masyarakat umum yang tanpa gejala terinfeksi virus dan sedang berada di fasilitas
umum. Sehingga masker kain adalah pilihan pertama untuk perlindungan terhadap
penularan virus, sehingga pemilihan masker kain yang efektif harus selalu
diperhatikan.
Penggunaan masker yang ditujukan oleh masyarakat maupun tenaga medis
memiliki jenis dan standar yang berbeda-beda. Masker yang digunakan perlu
disesuaikan dengan tingkat intensitas kegiatan tertentu. Berikut merupakan tipe
dan klasifikasi masker yang perlu diketahui perbedaannya :
1. Masker Kain
Masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan
mengantisipasi kelangkaan masker yang terjadi. Efektivitas penyaringan
pada masker kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan kerapatan
kain tenun yang dipakai. Masker kain perlu dicuci dan dapat dipakai
6
berkali-kali. Bahan yang digunakan untuk masker kain berupa bahan kain
katun, scraf, dan sebagainya. Bukti bahwa masker wajah dapat
memberikan perlindungan yang efektif terhadap infeksi pernapasan
di masyarakat masih langka.Sangat sedikit penelitian berkualitas yang
tersediatentang penggunaan maskerkain,terutama dalam konteksnon-
medis. Penggunaan masker kain selama pandemi coronavirus (Covid-
19) sampai dengan saat ini masih diperdebatkan. Efektivitas filtrasi
masker kainumumnyalebih rendah dari masker medis dan
respirator.Namun, masker kain mungkin memberikan perlindungan
yang signifikan apabila diproduksi dengan baik dan dipakai secara
benar, sesuai panduan Kementerian Kesehatan. Masker kain multilayer
didesain agar dapat menutup hidung. Masker ini biasanya terbuat dari
kain tahan air dengan jumlah serat benang yang banyak dan lebih halus,
serta dapat memberikan perlindungan secara baik.
2. Masker Bedah 3 Ply (Surgical Mask 3 Ply)
Masker bedah memiliki 3 lapisan (layers) yaitu lapisan luar kain tanpa
anyaman kedap air, lapisan dalam yang merupakan lapisan filter
densitas tinggi dan lapisan dalam yang menempel langsung dengan
kulit yang berfungsi sebagai penyerap cairan berukuran besar yang keluar
dari pemakai ketika batuk maupun bersin.
Karena memiliki lapisan filter ini, masker bedah efektif untuk menyaring
Droplet yang keluar dari pemakai ketika batuk atau bersin, namun bukan
merupakan barier proteksi pernapasan karena tidak bisa melindungi
pemakain dari terhirupnya partikel airbone yang lebih kecil. Dengan
begitu, masker ini direkomendasikan untuk masyarakat yang
menunjukkan gejala – gejala flu/influenza (batuk, bersin – bersin, hidung
berair, demam, nyeri tenggorokan) dan untuk tenaga medis di fasilitas
layanan Kesehatan
3. Masker N95(atau Ekuivalen)
Masker N95 adalah masker yang lazim dibicarakan dan merupakan
kelompok masker Filtering Facepiece Respirator (FFR) sekali pakai
(disposable). Kelompok jenis masker ini memiliki kelebihan tidak hanya
melindungi pemakai dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga
hingga cairan berukuran aerosol. Masker jenis ini pun memiliki face seal
fit yang ketat sehingga mendukung pemakai terhindar dari paparan
aerosol asalkan seal fit dipastikan terpasang dengan benar.
Kelompok masker ini direkomendasikan terutama untuk tenaga
kesehatan yang harus kontak erat secara langsung menangani kasus
dengan tingkat infeksius yang tinggi. Idealnya masker N95 tidak untuk
digunakan kembali, namun dengan stock yang sedikit, dapat dipakai
ulang dengan catatan semakin sering dipakai ulang, kemampuan filtrasi
akan menurun. Jika akan menggunakan metode pemakaian kembali,
masker N95 pelu dilapisi masker bedah pada bagian luarnya. Masker
kemudian dapat dilepaskan tanpa menyentuh bagian dalam (sisi yang
menenmpel pada kulit) dan disimpan selama 3-4 hari dalam kantung
7
kertas sebelum dapat dipakai kembali. Masker setingkat N95 yang sesuai
dengan standar WHO dan dilapisi dengan masker bedah dapat digunakan
selama 8 jam dan dapat dibuka dan ditutup sebanyak 5 kali. Masker tidak
dapat digunakan kembali jika pengguna masker N95 sudah melakukan
tindakan yang menimbulkan aerosol.
Bagi orang sehat untuk mengenakan masker yang terbuat dari bahan kain
sebagai alternatif yang sederhana, ekonomis dan berkelanjutan, sehingga masker
bedah sekali pakai yang digunakan untuk penanganan masyarakat yang terjangkit
Covid-19 dan respirator N95 dapat diprioritaskan untuk fasilitas pelayanan
kesehatan. Intervensi seperti itu kemungkinan besar akan menghemat kebutuhan
di tengah sumber daya yang terbatas) .Karena ketersediaan masker untuk tenaga
Kesehatan mengalami krisis, termasuk masker N95, dibeberapa negara masker
non-medis, seperti masker kain direkomendasikan untuk digunakan oleh
masyarakat
8
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
9
pelindung diri. Who menyarakan penggunaan masker kain sebaiknya hanya
menjadi pertimbangan dengan tujuan pengendalian sumber di masyarakat, bukan
dengan tujuan pencegahan. Hal ini dikarenakan masker kain memiliki persyaratan
standar filtrasi dan kemudahan bernapas yang lebih rendah serta perkiraan kinerja
keseluruhan yang lebih rendah. Oleh sebab itu, penggunaan masker kain (non-
medis) harus dibarengi dengan sering mencuci tangan dan penjagaan jarak fisik
Menurut WHO, efisiensi filtrasi masker bergantung pada diameter serat atau
benang, keketatan tenunan dan proses pembuatan (spunbond, meltblown, muatan
elektrostatis). Masker dan kain memiliki filtrasi yang beragam mulai dari 0.7%
sampai 60% (jung dkk., 2020). Terdapat korelasi postitif dimana semakin tinggi
efisiensi filtrasi, semakin besar hambatan yang diberikan oleh kain. Selain efisiensi
filtrasi, jenis bahan masker kain juga mempengaruhi kemudahan bernapas yang
berarti seberapa mudah pemakai bernapas menembus bahas masker. Jenis kain yang
digunakan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan pada efisiensi filtrasi dan
tingkat kemudahan bernafas sebuah masker kain. Bernafas dengan masker kain
katun komersial pada umumnya sangat mudah tetapi filtrasi masker jenis ini lebih
rendah.
Data dari penelitian di tahun 2013 yang menguji kemampuan berbagai jenis
material dalam melakukan filtrasi Bacillus atrophaeus (lebih besar dari pada SARS-
CoV-2) or the Bacteriophage MS2 (lebih kecil dari pada SARS-CoV-2). Hasil
menujukkan bahwa masker terbuat dari kain katun memiliki keefektifan sebesar
78% dengan masker medikal dalam memfiltrasi B. atrophaeus dan 56% efektif
dalam memfiltrasi Bacteriophage MS2. Regasamy dkk menemukan bahwa masker
kain dan masker surgical mampu di penetrasi oleh molekul dalam berukuran kurang
lebih SARS-CoV-2. (Cindy, 2020)
10
masker yang tepat, pemilihan kain dan rancangan masker untuk tingkat tahan air,
filtrasi dan kesesuaian. Beberapa penelitan membuktikan bahwa tingkat
perlindungan masker kain bertambah dengan adanya water-resistant, jumlah
benang yang tinggi dan tenunan kain yang lebih halus. Selain menguji kemampuan
filtrasi masker, kemampuan fluid resistance. Derajat fluid resistance mempengaruhi
keefektifan masker karena air flow mengikuti arah dengan fluid resistance terendah.
Oleh karena itu, air flow masuk melalui celah pada bagian samping masker bukan
melewati masker(Cindy, 2020)
11
filter serat tekstil pada kedua sisi yang disertai dengan kain non woven (Cindy,
2020)
Ketebalan serat masker surgical dimulai dari <1 sampai 10 µm. masker
surgical dapat dibentuk dari bahan polypropylene, polystyrene, polycarbonare,
polyethylene, polyester dan lain sebagainya . Metode pembuatan mempengeruhi
efisiensi filtrasi masker surgical dimana melalui metode elektrostatik, masker
surgical mampun memiliki jaringan berdensitas rata dengan tingkat efisiensi
masker yang tinggi. Masker surgical memiliki beberap keuntungan yaitu mampu
menangkap bakteri ukuran 1 µ atau lebih. Hal ini disebabkan oleh adanya 3-4
lapisan beserta 2 filter yang mendukung fungsional dari masker. Masker surgical
mampu melindungi dari bakteri minimal selama 4 jam. Namun jika dibandingkan
dengan penggunaan respirator N95 yang tepat, masker surgical belum mampu
memberikan proteksi dari partikel aerosol sebaik respirator N95. Tetapi,
penggunaan masker surgical lebih baik dari pada tidak menggunakan masker sama
sekali dan setara dengan penggunaan masker N95 dalam mencegah infeksi virus
pernafasan tertentu yang ditransmisikan melalui droplet
3.4 Sintesis
Masker bekerja dengan memblokir jets turbulent dari batuk dan
memfiltrasi partikel mengandung virus seperti aerosol dan droplet dengan
berperan sebagai barrier fisik dan lebih efektif jika digunakan pada seseorang yang
mengeluarkan droplet. Penggunaan masker dapat mencegah ecaporasi droplet
menjadi partikel aerosol berukuran 3-5 kali lipat lebih kecil karena Partikel aerosol
yang berukuran lebih kecil mampu bertahan di udara untuk waktu yang lebih lama
sehingga lebih beresiko untuk ditularkan kepada orang lain.
Masker Kain tidak seefektif masker N95 atau masker surgical dalam
mencegah penyebaran virus. Masker kain memiliki angka filtrasi yang beragam
mulai dari 0.7% sampai 60%. . Kemampuan filtrasi dan kemudahan bernapas pada
setiap masker berbeda-beda tergantung pada kombinasi kain dan bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan masker. Selama pandemi, kekurangan masker
medis dan respirator mendorong penggunaan masker kain sebagai alternatif
terakhir dalam menurunkan risiko penularan penyakit infeksi. Tingkat
perlindungan dipengaruhi oleh pemakaian masker yang tepat, pemilihan kain dan
rancangan masker untuk tingkat tahan air, filtrasi dan kesesuaian.
Respirator N95 diberi nama karena memiliki kemampuan untuk menyaring
95% atau lebih partikel kecil berukuran 0.3μm sehingga mampu melindungi
pemakaiannya dari patogen di udara (airborne). Masker N95 terbuat atas beberapa
12
lapisan dimana lapisan tengah filter terbuah dari polypropylene elektrostatis.
Muatan elektrostasis pada masker N95 meningkatkan efisiensi penyaringan
mekanis sebesar 10-20 kali. Dilaporkan bahwa masker dan respirator mampu
menurunkan risiko infeksi sebanyak 85% serta tingkat ke-efektifan yang lebih
tinggi bila digunakan pada fasilitas kesehatan.penelitian sub-analysis menujukkan
penggunaan N95 respirator 96% lebih efektif digunakan pada fasilitas kesehatan
dibandingkan jenis masker lainnya yang hanya 67% efektif.
Masker surgical dirancang lebih longgar. Masker surgical merupakan
pembatas fisik antara hidung dan mulut pemakai masker dengan kontaminan yang
ada di lingkungan. masker surgical memiliki tingkat ketebalan dan kemampuan
melindungi yang berbeda. Masker surgical efektif dalam memblokir percikan dan
partikel droplet besar namun tidak efektif dalam menyaring partikel kecil di udara
yang ditransmisikan melalui batuk. bersin atau prosedur medis. Masker surgical
dan N95 memiliki beberapa persamaan yaitu kedua jenis masker hanya digunakan
untuk satu kali pakai. Selain itu, kedua masker tersebut telah melalui uji fluid
resistance, efikasi penyaringan, uji mudah terbakar dan biokompatibilitas. Masker
surgical yang lebih efektif mampu memberikan 85% atau 99% perlindungan untuk
mencegah penularan penyakit menular. Efikasi penyaringan yang tinggi pada
surgical mask dibentuk dari lapisan filter serat tekstil pada kedua sisi yang disertai
dengan kain non woven.
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16