Anda di halaman 1dari 9

DUALITAS

A. Formulasi Masalah Dual Dari Masalah Primal


Dualitas adalah masalah program linier yang didefinisikan secara
langsung dan sistematik dari model asli atau model primal program linier.
Dualitas didefinisikan untuk macam-macam bentuk primal tergantung pada type
batasan, tanda-tanda variabel dan fungsi tujuan serta jenis keoptimalannya.
Sebagai dasar dualitas, semua permasalahan program linier harus
disajikan dalam bentuk standar/bentuk kanonik seperti pada penggunan
metode simpleks. Hal ini disebabkan semua perhitungan primal – dual
diperoleh langsung dari tabel simpleks, sehingga sangat logis untuk
mendefinisikan masalah dual dengan cara konsisten dengan bentuk standar
dari masalah primal.
Bentuk standar masalah primal adalah sebagai berikut.
n
Mengoptimalkan Z  cj xj
j 1
n
Terhadap batasan a
j 1
ij x j  bi

xj  0
bi  0 dengan i  1,2,3,..., m dan j  1,2,3,..., n
bentuk standar ini terdiri dari n variabel sudah termasuk variabel slack, variabel
surplus, dan variabel semu.
Untuk membentuk atau membuat dual dari masalah primal, bentuk
standar masalah primal tersebut selanjutnya disusun dalam tabel primal – dual
berikut ini.
PRIMAL
KOEFISIEN NK
x1 x2 ... xn
D K y1 a11 a12 ... a1n b1
U O y2 a21 a22
... a2 n b2
A E : ……………………………… :
L F ym am1 am 2 ... amn bm
NK c1 c2 ... cm

Materi Perkuliahan Program Linier 1


Dari Tabel 1, terlihat bahwa dual dari masalah primal diperoleh menurut
aturan-aturan berikut ini.
1. Setiap fungsi batasan pada primal terdapat sebuah variabel dual.
2. Setiap variabel pada primal terdapat sebuah fungsi batasan dual.
3. Koefisien-koefisien dari sebuah variabel primal menjadi koefisien dari
variabel- variabel pada sebuah fungsi batasan dual.
4. Koefisien-koefisien pada fungsi tujuan primal menjadi nilai kanan pada
dual.
5. Nilai kanan pada primal menjadi koefisien-koefisien fungsi tujuan pada
dual.
Dari aturan tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk dual dari masalah primal
dengan n buah variabel dan m buah persamaan memiliki m buah variabel dan n
buah fungsi batasan.
Selain aturan-aturan tersebut di atas, dalam membentuk dual dari suatu
masalh primal harus dipenuhi pula ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
DUAL
FUNGSI TUJUAN
Tanda Fungsi
PRIMAL Fungsi Tujuan Variabel
Batasan
Memaksimumkan Meminimumkan  Tak dibatasi
Meminimumkan Memaksimumkan  Tak dibatasi

Aturan–aturan di atas dan ketentuan pada Tabel 2 dapat diterapkan apabila


semua fungsi batasan pada masalah primal sudah merupakan persamaan-
persamaan dengan ruas kanan non negatif dan semua variabel-variabelnya
juga non negatif.

Contoh 1:
Masalah Primal Bentuk Kanonik
Memaksimumkan Z  3a  5b Memaksimumkan Z  3a  5b
Terhadap batasan Terhadap batasan
2a  6 (1) 2a  S1  6 (1)
3b  15 (2) 3b  S2  15 (2)
6a  4b  24 (3)
6a  4b  S3  24 (3)
a, b  0
a, b, S1 , S 2 , S3  0
Bentuk standar selanjutnya dituangkan dalam tabel primal-dual berikut ini.

Materi Perkuliahan Program Linier 2


PRIMAL
KOEFISIEN NK
a b S1 S2 S3
D K y1 2 0 1 0 0 6
U O y2 0 3 0 1 0 15
A E y3 6 4 0 0 1 24
L F NK 3 5 0 0 0
Dari tabel primal-dual tersebut maka diperoleh bentuk dual dari masalah primal
contoh 1 sebagai berikut.
Meminimumkan W  6 y1  15 y2  24 y3

Terhadap batasan: 2 y1  6 y3  3

3 y2  4 y3  5

y1  0 , y2  0 , y3  0

y1 tak dibatasi, y2 tak dibatasi, y3 tak dibatasi

Karena y1  0 dan y1 tak dibatasi didominasi oleh y1  0


y2  0 dan y2 tak dibatasi didominasi oleh y2  0

y3  0 dan y3 tak dibatasi didominasi oleh y3  0


maka bentuk dual dari masalah primal tersebut menjadi:
Meminimumkan W  6 y1  15 y2  24 y3

Terhadap batasan: 2 y1  6 y3  3

3 y2  4 y3  5

y1  0 , y2  0 , y3  0

Contoh 2:
Masalah Primal Bentuk Kanonik
Memaksimumkan F  x1  x2 Memaksimumkan F  x1  x2 ' x2 "MR
Terhadap batasan Terhadap batasan
x1  x2  2 (1) x1  x2 ' x2 " S1  R  2 (1)
3x1  2 x2  12 (2) 3x1  2 x2 '2 x2 " S 2  12 (2)
x1  0 x1 , x2 ' , x2 ", S1 , S2 , R  0
x2 tak dibatasi

Materi Perkuliahan Program Linier 3


Bentuk Standar selanjutnya dituangkan dalam tabel primal-dual berikut ini.
PRIMAL
KOEFISIEN NK
x1 x2 ' x2 " S1 S2 R
D K y1 1 1 -1 -1 0 1 2
U O y2 3 2 -2 0 1 0 12
A E
NK 1 -1 1 0 0 -M
L F
Dari tabel primal-dual tersebut maka diperoleh bentuk dual dari masalah primal
contoh 2 sebagai berikut.
Meminimumkan G  2 y1  12 y2
Terhadap batasan: y1  3 y2  1
y1  2 y2  1   y1  2 y2  1
 y1  2 y2  1
 y1  0  y1  0 , y2  0
y1   M  y1  M y2 tak dibatasi
y1 tak dibatasi
Karena y1  0 , y1  M dan y1 tak dibatasi didominasi oleh y1  0
y2  0 dan y2 tak dibatasi didominasi oleh y2  0
maka bentuk dual dari masalah primal tersebut menjadi:
Meminimumkan G  2 y1  12 y2

Terhadap batasan: y1  3 y2  1
 y1  2 y2  1
y1  0
y2  0

Contoh 3:
Masalah Primal Bentuk Kanonik
Meminimumkan Meminimumkan
H  5 y1  12 y 2  4 y 3 H  5 y1  12 y 2  4 y 3  MR
Terhadap batasan: Terhadap batasan
y1  2 y 2  y 3  10 (1) y1  2 y 2  y 3  S  10 (1)
2 y1  y 2  3 y 3  8 (2) 2 y1  y 2  3 y 3  R  8 (2)
y1  0 , y2  0 , y 3  0 y1 , y 2 , y 3 , S , R  0

Materi Perkuliahan Program Linier 4


Bentuk Standar selanjutnya dituangkan dalam tabel primal-dual berikut ini.
PRIMAL
KOEFISIEN NK
y1 y2 y3 S R
D K x1 1 2 1 1 0 10
O
U
A
E x2 2 -1 3 0 1 8
F
L I NK 5 12 4 0 M
Dari tabel primal-dual tersebut maka diperoleh bentuk dual dari masalah primal
contoh 3 sebagai berikut.
Memaksimumkan F  10 x1  8 x2
Terhadap batasan
x1  2 x2  5
2 x1  x2  12
x1  3x2  4
x1  0 , x2  M
x1 tak dibatasi, x 2 tak dibatasi
Karena x1  0 dan x1 tak dibatasi didominasi oleh x1  0
x2  M dan x 2 tak dibatasi didominasi oleh
n

a x  b
j 1
ij j i tak dibatasi
maka bentuk dual dari masalah primal tersebut menjadi
Memaksimumkan F  10 x1  8 x2
Terhadap batasan
x1  2 x2  5
2 x1  x2  12
x1  3x2  4
x1  0
x 2 tak dibatasi

B. Hubungan Primal – Dual


Masalah primal dan masalah dual memiliki kaitan/hubungan yang sangat
erat. Hal ini disebabkan penyelesaian optimal dari masalah primal dapat

Materi Perkuliahan Program Linier 5


dengan segera dicari dari tablo simpleks optimal masalah dualnya begitu juga
sebaliknya.
1. Penyelesaian Optimal Dual dalam Tablo Simpleks Optimal Primal.
Perhatikan contoh permasalahan berikut ini.
Masalahan Primal Masalah Dual
Memaksimumkan Z  3a  5b Meminimumkan
Terhadap batasan W  6 y1  15 y 2  24 y 3
2a  6 (1) Terhadap batasan:
3b  15 (2) 2 y1  6 y 3  3 (1)
6a  4b  24 (3)
3 y 2  4 y3  5 (2)
a, b  0
y1  0 , y 2  0 , y3  0

Tablo simpleks dari masalah primal di atas adalah sebagai berikut:


Ket Variabel Nilai
Z a b S1 S2 S3 Rasio
Basis Kanan
Iterasi (0) Z 1 -3 -5 0 0 0 0 -
ev = b S1 0 2 0 1 0 0 6 -
lv = S 2 S2 0 0 3 0 1 0 15 5
S3 0 6 4 0 0 1 24 6

Z 1 -3 0 0 5
3 0 25 -
Iterasi (1) S1 0 2 0 1 0 0 6 3
ev = a
b 0 0 1 0 1
3 0 5 -
lv = S3
S3 0 6 0 0 4 3 1 4 4
6

Iterasi (2) Z S3 0 0 0 1 1
2 27
optimal S1 0 0 0 1 4  26 28
9 6

b 0 0 1 0 1
3 0 5
a 0 1 0 0  29 1
6
4
6

Penyelesaian masalah dual dari permasalahan di atas dapat diperoleh


langsung dari tablo simpleks masalah primalnya, yaitu dengan menggunakan
persamaan berikut ini.
Selisih antara ruas kiri dan ruas
Koefisien-koefisien persamaan
kanan dari fungsi batasan
optimal Z dari suatu variabel
= masalah dual yang dikaitkan
basis awal dalam masalah
dengan variabel basis awal
primal
dalam masalah primal.

Materi Perkuliahan Program Linier 6


Pada tablo simpleks permasalahan di atas variabel basis awalnya adalah S1,
S2, dan S3 dengan koefisien-koefisien persamaan optimal Z berturut-turut
1
adalah 0, 1, dan . Sedangkan fungsi batasan pada masalah dual yang
2
berkaitan dengan S1, S2, dan S3 berturut-turut adalah y1  0 , y 2  0 , dan y3  0 .
Dari hal tersebut maka diperoleh informasi sebagai berikut.
variabel basis awal dalam masalah primal S1 S2 S3
1
Koefisien-koefisien persamaan optimal Z 0 1
2
fungsi batasan masalah dual yang dikaitkan dengan
y1  0 y2  0 y3  0
variabel basis awal dalam masalah primal.
Selisih antara ruas kiri dan ruas kanan dari fungsi
batasan masalah dual yang dikaitkan dengan variabel y1  0 y2  0 y3  0
basis awal dalam masalah primal
Dari informasi tersebut selanjutnya dapat diperoleh penyelesaian optimal dari
masalah dual, yaitu:
y1  0  0  y1  0
y2  0  1  y2  1
1 1
y3  0   y3 
2 2
 1
Jadi, penyelesaian optimal masalah dual tercapai di  y1 , y 2 , y 3    0,1,  dengan
 2

1
nilai optimal Wmin  60  151  24   27
2

2. Penyelesaian Optimal Primal dalam Tablo Simpleks Optimal Dual.


Berikut ini disajikan tablo simpleks masalah dual dari permasalahan di
atas.

Materi Perkuliahan Program Linier 7


Ket Var
Ra
Ba y1 y2 y3 S1 S2 R1 R2 NK
sio
s
Iterasi(0) W -6+2M -15+3M -24+10M -M -M 0 0 8M -
ev= y3 R1 2 0 6 -1 0 1 0 3 3
6
lv= R1 0 3 4 0 -1 0 1 5 5
R2 4
Iterasi(1) W 2- 4 3 M -15+3M 0 -4+ 4 6 M -M 4- 10 6 M 0 12+3M -
ev= y2 1 0 1 a 2n 0 0 1 -
y3 3 y2 2
lv= R2
R2 S1 3 0 R1 -1  46 1 3 1
Iterasi(2)
optimal
 143  14 3 0 0  46 -5 4
6 -M 5-M 27
y3 1
3
0 1  16 0 1
6
0 1
2

y2  4
9 1 0 4
18  1
3
 4
18
1
3 1

Penyelesaian masalah primal dari permasalahan di atas dapat diperoleh


langsung dari tablo simpleks masalah dualnya, yaitu dengan menggunakan
persamaan berikut ini.
Selisih antara ruas kiri dan ruas
Koefisien-koefisien persamaan kanan dari fungsi batasan
optimal W dari suatu variabel = masalah primal yang dikaitkan
basis awal dalam masalah dual dengan variabel basis awal
dalam masalah dual
Dari tablo simpleks masalah dual tersebut diperoleh informasi sebagai berikut.
variabel basis awal dalam masalah dual R1 R2
Koefisien-koefisien persamaan optimal W 4
6 -M 5- M

fungsi batasan masalah primal yang dikaitkan dengan


a M b M
variabel basis awal dalam masalah dual
Selisih antara ruas kiri dan ruas kanan dari fungsi
batasan masalah primal yang dikaitkan dengan a M b M
variabel basis awal dalam masalah dual
Dari informasi tersebut selanjutnya dapat diperoleh penyelesaian optimal dari
4 4
masalah dual, yaitu: aM  M a 
6 6
bM  5M  b  5
4 
Jadi, penyelesaian optimal masalah primal tercapai di a,b    ,5  dengan nilai
6 

Materi Perkuliahan Program Linier 8


4
optimal Z maks  3   55  27 . Informasi ini dapat dilihat langsung pada tablo
6
optimal simpleks masalah primal.
Perhitungan program linier lebih tergantung pada banyaknya fungsi
batasan dari pada banyaknya variabel. Jadi, apabila masalah dual diharapkan
mempunyai fungsi batasan yang sedikit dibandingkan masalah primalnya,
secara umum akan lebih efisien menggunakan permasalahan dual untuk
memperoleh penyelesaian masalah primalnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
 Untuk sebarang pasangan, penyelesaian awal masalah primal dan
masalah dual berlaku:
Nilai fungsi tujuan dalam Nilai fungsi tujuan dalam

masalah memaksimumkan masalah meminimumkan

 Untuk sebarang pasangan, penyelesaian optimal masalah primal dan


masalah dual berlaku:
Nilai fungsi tujuan dalam Nilai fungsi tujuan dalam
=
masalah memaksimumkan masalah meminimumkan

DAFTAR PUSTAKA
Susanto. (1996). Program Linier. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Hamdy A Taha. (1987). Operation Research – An Introduction. 4th Ed. New
York: Macmillan Publishing Company.
Marwan Asri & Wahyu Hidayat. (1984). Linear Programming. Yogyakarta:
BPFE.
Pangestu Subagyo, Marwan Asri, dan T. Hani Handoko. (1983). Dasar-Dasar
Operations Research. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Materi Perkuliahan Program Linier 9

Anda mungkin juga menyukai