YEAR 2019
DATE 30/09/2022
ABSTRAK Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahas etika profesi
guru terhadap kompetensi profesional guru untuk mewujudkan
kualitas pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik
survei, wawancara, observasi dan studi. Populasi dan sekaligus
responden dalam penelitian ini adalah 13 guru di Basilika Labuh
desa Payakumbuh Barat. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa etika profesi guru berpengaruh positif terhadap kompetensi
profesional guru dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Artikel
ini menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan kualitas pembelajaran
yang baik dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi
profesional guru, dan menerapkan etika profesional guru. Kata kunci:
etika profesi guru, kualitas pembelajaran, pendidikan anak usia dini
TUJUAN untuk membahas etika profesi guru terhadap kompetensi profesional
PENELITIAN guru untuk mewujudkan kualitas pembelajaran.
TEMUAN & Penelitian ini menguji fakta empiris tentang pengaruh etika profesi
BAHASAN guru terhadap kompetensi profesional guru untuk mewujudkan mutu
pembelajaran. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan di negara kita, salah satunya diduga yaitu lemahnya
tingkat profesionalisme guru dan kurang teraktualisasinya kode etik
guru dalam kehidupan. Peningkatan mutu pembelajaran merupakan
salah satu unsur pokok masalah pendidikan, Beberapa Faktor yang
mempengaruhi mutu pembelajaran diantaranya: a. Kepala sekolah
mempunyai peran yang sangat penting dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menselaraskan sumber daya
pendidikan yang tersedia. Untuk meningkatkan kompetensi
profesional etika profesi guru guna mewujudkan mutu
pembelajaran, maka kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan
penting di dalamnya dengan memberikan kesempatan dan peluang
serta mengarahkan dan membimbing yang maksimal dan
berkesinambungan terhadap guru.
Sebagaimana di katakan Supriadi bahwa:"Erat hubunganya antara
mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah
seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya
perilaku nakal peserta didik.
SARAN
REVIEW JURNAL 2
Kesimpulan Penelitian Berdasarkan dari beberapa uji yang dilakuakn, dapat disimpulkan
bahwa penerapan delapan pernyataan etika profesi yaitu tanggung
jawab profesi, kepentingan umum, integritas, obyektivitas, kompetensi
dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional dan standar teknis
pada unsur perilaku individu tidak terdapat perbedaan penerapan oleh
yunior auditor dan senior auditor dalam menjalankan pekerjaannya
Tanggapan Menurut saya, penelitian ini cukup penting guna mengetahui apakah
ada perbedaan antara penerapan etika profesi pada auditor senior dan
yunior. Penelitian ini juga cukup berguna untuk menambah tingkat
kepercayaan public terhadap KAP yang diteliti. Variabel penelitian yang
digunakan juga sudah sangat lengkap sehingga menunjukan bahwa
hasil penelitian ini dapat dipercaya. Meskipun pertanyaan dari
kuesioner tidak disertakan, namun dapat dilihat dari hasil uji bahwa
pertanyaan yang diberikan memenuhi uji validitas.
ABSTRAK Penelitian ini menguji pengaruh role stress, role ambiguity, self-efficacy,
sensitifitas etika profesi, gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor
dengan emotional quotient sebagai variabel moderating. Responden
dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik di Pekanbaru, Batam, Medan.Jumlah auditor yang menjadi sampel
penelitian ini adalah 145 auditor dari 29 Kantor Akuntan Publik. Metode
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive
sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti
adalah analisis regresi berganda dan analisis regresi moderate dengan
menggunakan software SPSS versi 17.00 untuk mengolah data. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa role conflict, role ambiguity
berpengaruh negative dan signifikan terhadap kinerja auditor. Selfefficacy,
sensitifitas etika profesi, gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja auditor. Emotional quotient merupakan
variabel moderating bagi self-efficacy dan sensitifitas etika profesi, tetapi
bukanlah variabel moderating bagi role conflict, role ambiguity, dan gaya
kepemimpinan. Sedangkan koefisien determinasi (R2 ) menunjukan semua
variabel yang digunakan dalam penelitian ini memberikan kontribusi
sebesar 53,5% terhadap variabel dependen. Sementara 46,5% sisanya
menjelaskan variabel independen lain yang tidak diamati dalam penelitian
ini.
TUJUAN Kemampuan seorang auditor untuk mengatur emosinya merupakan salah
PENELITIAN satu hal yang harus menjadi perhatian utama bagi auditor eksternal,
bukan hanya kemampuan intelektual saja, karena orang yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi mampu mengetahui dan menangani
perasaan mereka sendiri dengan baik, serta mampu membaca dan
menghadapi perasaan orang lain dengan efektif. Oleh karena itu
kecerdasan emosional dapat mempengaruhi hubungan antara role
conflict, role ambiguity, self-efficacy, sensitifitas etika profesi dan gaya
kepemimpinan terhadap kinerja auditorsecara empiris pengaruh
profesionalisme, pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi
kekeliruan dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas
dalam proses audit laporan keuangan.
METODE Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor
PENELITIAN independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Riau,
Kepulauan Riau, Sumatera Utara. Sedangkan sampel dari penelitian ini
adalah auditor yang bekerja di KAP kota Pekanbaru, Batam, Medan.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Variabel kinerja
diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh peneliti
dari intrumen Dwilita dan Azhar (2011).Variabel role conflict diukur
menggunakan instrument yang digunakan oleh Zaenal Fanani
(2008).Variabel role ambiguity diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Zaenal Fanani (2008). Variabel self-efficacy
diukur menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Chen et al.
Variabel sensitifitas etika profesi diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Dodik Aryanto (2010). Gaya Kepemimpinan
diukur menggunakan instrumen yang telah dikembangkan Sri
Trisnaningsih (2007).Emotional Quotient(EQ) diukur dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Rahmawati (2011). Teknik Analisis
Data Uji Hipotesis Pengujian dengan analisi Regresi Berganda Hipotesis 1
sampai hipotesis 5 Y= α + β1X1 + β2X2+ β3X3+ β4X4 + β5X5 ε Pengujian
dengan analisis regresi moderate (Moderate Regression Analysis-MRA)
Hipotesis keenam (H6) Y= α + β1X1 +β6X6 + β7 (X1X6) + ε Hipotesis
ketujuh (H7) Y= α + β2X2 + β6X6+ β8(X2X6) +ε Hipotesis kedelapan (H8) Y=
α+ β3X3+ β6X6+ β9 (X3X6) + ε Hipotesis kesembilan (H9) Y= α+ β4X4+
β6X6+ β10(X4X6) + ε Hipotesis kesepuluh (H10) Y= α + β5X5 + β6X6 +
β11(X5X6) + ε
TEMUAN & Hal ini menunjukkan bahwa emotional quotient bukan merupakan
BAHASAN variabel moderasi terhadap hubungan antara gaya kepemimpinan
terhadap kinerja auditor. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu
faktor dalam peningkatan kinerja pegawai, karena pada dasarnya sebagai
tulang punggung pengembangan organisasi dalam mendorong dan
mempengaruhi semangat kerja auditor. Para pemimpin organisasi lah
yang memiliki gaya kepemipinan yang akan mempengaruhi kinerja
karyawan dalam suatu organisasi. Oleh karena itu emotional quotient
pada diri seorang auditor tidak akan dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
dari atasannya. Sehingga emotional quotient tidak mempengaruhi
hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis didapatkan bahwa variabel role
conflict dan role ambiguity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kinerja auditor. Variabel self-efficacy, sensitifitas etika profesi, gaya
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
auditor. Variabel emotional quotient tmerupakan variabel moderating
bagi hubungan antara selfeficacy dan sensitifitas etika profesi terhadap
kinerja auditor. Tetapi emotional quotient tbukanlah variabel moderating
bagi huungan antara role conflict, role ambiguity dan gaya kepemimpinan
terhadap kinerja auditor
SARAN Perlu dilakukan wawancara yang mungkin dapat membantu dalam
mengendalikan jawaban tiap responden. Untuk penelitian selanjutnya,
perlu menambahkan variabel independen dan variabel moderating lainnya
untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja auditor.Sehingga dapat
diketahui bagaimana menciptakan kinerja auditor yang lebih baik.