Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI KEGAGALAN KONSTRUKSI

PEMBANGUNAN FLY OVER AIR HITAM


SAMARINDA,
PROP. KALIMANTAN TIMUR

Penulis :
Ir. Herdianto Arifien, MT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN


PERUMAHAN RAKYAT
JAKARTA
2016
PENDAHULUAN
Pembangunan Fly Over Air Hitam dilaksanakan untuk mendukung kebutuhan transportasi
yang semakin meningkat di kota Samarinda, propinsi Kalimantan Timur. Pembangunan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas simpang Air Hitam yang merupakan
pertemuan dari empat jalan utama di Kota Samarinda, yaitu jalan A.W. Syahranie, jalan
Juanda, jalan Kadrie Oning dan jalan Pembangunan.

Data-data terkait proyek tersebut seperti terurai dibawah ini

I. Data Umum
a. Nama Proyek : Pembangunan Fly Over Simpang Air Hitam
b. Lokasi : Kota Samarinda, Prop. Kalimantan Timur
c. Nilai Pagu : Rp. 116.510.186.000,00
d. Pemilik : Dinas Bina Marga dan Pengairan , Dinas Pekerjaan Umum
e. Kontraktor : PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
f. Konsultan M.K. : PT. Hanata.
g. Sumber Dana : APBD Kota Samarinda T.A. 2013 - 2016
h. Waktu Pelaksanaan : 716 Hari Kalender (16 Mei 2014 s.d. 30 April 2016)

II. Data Teknis


a. Sistem Konstruksi : Fly Over
b. Panjang Jembatan : 358,8 m (total 11 bentang); 60,8 m (1bentang); 29,8 m
(10 bentang ).
c. Lebar Jembatan : 7,5 m (lebar lajur); 9 m (lebar total)
d. Lebar Bahu jalan : 1 m (pedestrian)
e. Jumlah jalur : 2 lajur
f. Panjang Oprit : 109m ( jalan A.W. Syahranie); 142m (sisi jalan Juanda)
g. Konstruksi Oprit : Timbunan tanah dan dinding modular

PERMASALAHAN
Pada saat pelaksanaan terjadi dua permasalahan yang menghambat kemajuan pelaksaan
proyek tersebut, yaitu:
1. Kegagalan pengangkatan balok T-Girder pada bentang tengah (60,8m) pada tanggal 5
November 2015 yang disebabkan kegagalan portal gantry mengangkat balok girder
dengan berat 230 ton.
2. Penurunan timbunan oprit pada kedua sisi pada tanggal 14-15 februari 2016.
Penurunan maksimum yang terjadi pada oprit 1 (jl. A.W. Syahranie) mencapai
±50cm, sedangkan pada oprit 2 (jl. Juanda) mencapai ±90cm

PEMBAHASAN
A. KEGAGALAN PORTAL GANTRY

Sistem Portal Gantry yang digunakan adalah seperti pada gambar dibawah ini.

Data Teknis
Geometri
• Lebar dalam 13.65 m
• Tinggi bebas dalam 11 m
• Tumpuan di atas deck beton
Fitur
• Dapat di dismantle menjadi
segmental L=6 m
• Sambungan baut antar segmental
Pembebanan
• Berat T-girder : 240 ton
• Menggunakan 2 portal
• Beban / portal : 120 ton
• Menggunakan 2 jack per portal
• Beban / jack : 60 ton
Mutu material
• BJ 37 / SS400

Adapun data Girder yang akan diangkat atau digunakan sebagai beban pada portal gantry
adalah seperti dibawah ini
Sedangkan kronologis kejadian keruntuhan seperti tercantum pada tabel dibawah ini

Berdasarkan invedtivigasi yang telah dilakukan oleh pihak pelaksana, kegagalan terjadi pada
pulley di hoist system
Lokasi pin pulley yg mengalami kegagalan

Sesuai dengan permasalahan tersebut diatas, pihak pelaksana mengajukan pergantian system
pengangkatan (lifting system). System tersebut terdiri dari tiga bagian: lifting jack, control
system, dan hydraulic pump, seperti pada gambar dibawah ini

Lifting jack
Control system Hydraulic Pump

Sistem ini memadukan mekanisme elektrik, hidrolik dan antarmuka pengguna yang dapat
dikendalikan secara jarak jauh. Adapun system jack yang digunakan telah mengantisipasi slip
dan kejut saat pengangkatan. Spesifikasi dan type lifting jack dan hydraulic pump yang
digunakan adalah sebagai berikut

Terkait perubahan penggunaan peralatan pengangkatan tersebut diatas, maka agar menjamin
keamanan dalam operasi pengangkatan dibutuhkan standar prosedur operasional. Sesuai
dengan hal tersebut mekanisme pengangkatan yang diusulkan berubah juga. Skema prosedur
operasi pengangkatan tersebut dan mekanisme pengangkatannya dapat dilihat pada bagan alir
dan gambar dibawah ini.

Masing-
masing
menerima
60 ton
Berdasarkan verifikasi lebih lanjut dari Ganeshatama Consulting ternyata elemen-elemen
pada portal gantry perlu dievaluasi ulang terkait mekanisme pembebanan yang terjadi. Dalam
desain portal gantry tersebut belum memasukkan beban kejut vertikal (vertical impact)
sebesar 25% sesuai pasal 13.3 AISC steel design guide. Dari hasil analisis dengan kombinasi
beban tersebut, maka terdapat elemen-elemen pada portal gantry yang mengalami overstress.

Stress Ratio
pada
Member
Portal
Gantry

Sesuai dengan hal itu, beberapa rekomendasi yang diperlukan untuk perkuatan portal
tersebut, seperti antara lain:
1. Perkuatan-perkuatan pada sebagian elemen-elemen dan penggantian elemen tiang
portal.

1. Perkuatan elemen Top Chord (IWF 600.300.12.20)

2. Perkuatan elemen diagonal A-Truss (UNP 200.90.8.13,5)

3. Perkuatan elemen strut diagonal (IWF 300.150.6,5.9)


4. Penggantian elemen tiang vertikal kolom pipa D=800mm

5. Penggantian elemen tiang vertikal kolom pipa D=12inch

2. Untuk pemasangan tiang kolom agar digunakan konfigurasi segitiga untuk


meningkatkan kestabilan.
3. Pemasangan strut diagonal pada setiap sisi portal diubah sudut pemasangannya
sehingga membentuk sudut 60o dari rangka portal.

Seiring dengan hal tersebut terdapat beberapa saran yang diberikan dalam evaluasi perkuatan
portal gantry seperti sebagai berikut dibawah ini:
 Menggunakan mutu baut A-490 (high strenght bolt)
 Mutu Angkur yang digunakan untuk sambungan base plate S45C dengan Fy = 343
Mpa dan Fu = 569 Mpa, panjang penanaman 500mm
 Material baja profil yang digunakan mutu BJ-37
 Pemakaian Stiffner pada setiap sambungan agar tidak terjadi kegagalan lokal pada
profil baja yg disambung
 Pada saat pengangkatan, hindari kemiringan > 1% pada masing-masing portal
 Kecepatan pengangkatan jangan melebihi 30cm/mnt agar tidak menimbulkan vertical
impact.

B. KEGAGALAN OPRIT
Sesuai dengan kondisi penurunan oprit yang telah dijelaskan tersebut diatas, dan
memperhatikan bahwa penurunan yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan pada dinding
modular, maka penurunan ini adalah akibat penurunan tanah dasar yang dalam. Adapun
kondisi dan rencana konstruksi penanganannya pada kedua oprit tersebut adalah seperti
berikut dibawah ini
1. Sisi jalan A.W. Syahrani (oprit 1)
 Tinggi timbunan 4 m, Lebar 9 m
 Timbunan dilaksanakan dengan perlayer 30cm. Dasar timbunan menggunakan
geotekstil,
 Penurunan oprit maks 507mm (kiri) dan 458mm (kanan) dalam waktu 4 bulan.
 Telah dilakukan uji sondir 6 titik dengan kedalaman tanah keras 27 – 32 m.
 Penangan yang digunakan adalah pile slab dan tidak membongkar timbunan
oprit eksisting. Instalasi pile slab dilakukan dengan pengeboran sedalam
timbunan oprit dan pemacangan pada sisa kedalamannya.
 Karakteristik konstruksi terpasang seperti pada tabel dibawah ini:

1 Tebal Slab 35 cm
2 Mutu Beton K-350
3 Pondasi Spun pile (30m)
4 Diameter 50 cm
5 Jarak antar tiang 3 m (arah melintang)
4,85 m (arah memanjang)

2. Sisi jalan Juanda (oprit 2)


 Tinggi timbunan 5 m, Lebar 9 m
 Timbunan dilaksanakan dengan perlayer 30cm. Dasar timbunan langsung pada
tanah dasar.
 Penurunan oprit maks 907mm (kiri/kanan) dalam waktu 2 hari.
 Telah dilakukan uji sondir 3 titik dengan kedalaman tanah keras 15 – 22 m.
 Penangan yang digunakan adalah raft pile
 Karakteristik konstruksi terpasang seperti pada tabel dibawah ini:

1 Tebal Slab 35 cm
2 Mutu Beton K-350
3 Pondasi Square pile (15m) K-500
4 Diameter 25x25cm
5 Jarak antar tiang
 Segmen 1 (60 titik) 1,80 m (arah melintang)
2,00 m (arah memanjang)
 Segmen 2 (50 titik) 2,25 m (arah melintang)
2,00 m (arah memanjang)
 Segmen 3 (45 titik) 2,25 m (arah melintang)
2,20 m (arah memanjang)
 Segmen 4 (25 titik) 2,25 m (arah melintang)
2,50 m (arah memanjang)

Rekomendasi tambahan yang diperlukan terkait pelaksanaan dilapangan adalah sebai berikut:
1. Dilakukan tes tiang pancang dengan Pile Dynamic Analysis (PDA)
2. Pemancangan menggunakan diesel hammer minimal setara K-45.
3. Pemancangan dilaksanakan hingga mencapai tanah keras.
4. Pemancangan spun pile pada pada timbunan oprit dilakukan pengeboran terlebih
dahulu hingga tanah dasar oprit, baru kemudian dipancang. Selisih lebar diameter
pengeboran dan spun pile diisi pasir untuk menghindari negativ friksi.
5. Pembiayaan pelaksanaan dilakukan dengan total biaya tetap atau balanced budget.

C. KOREKSI GAMBAR TEKNIS


Dalam desain teknis yang diajukan masih membutuhkan bebrapa koreksi, untuk menghindari
multitafsir dan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan, seperti antara lain:
1. Tidak adanya label dan skala gambar pada tiap potongan atau detail.
2. Inkonsistensi gambar spun pile, seperti :
a. Penggunaan kepala spun pile disatu gambar, dilain gambar tidak
menggunakan.
b. Diameter spun pile, sebagian gambar menyatakan ø50cm, ø60cm, ø80cm.
Diameter yang benar digunakan adalah ø50cm.
3. Penebalan pelat pada peretemuan antara slab beton dan spun pile semula bebentuk
bujur sangkar, diubah menjadi memanjang melintang sesuai lebar slab beton

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kegagalan system portal disebabkan rekondisi material dan ketidaksesuaian daya


dukung portal terhadap beban girder. Perlu penggantian system pendongkrakan dan
material komponen portal seperti teruarai diatas.
2. Kegagalan oprit pada kedua sisinya disebabkan daya dukung tanah dasar yang sangat
lemah. Pile slab adalah sebagai solusi konstruksi yang dipilih dalam keterbatasan
waktu pelaksnaan.
3. Dua bentuk kegagalan tersebut dapat digunakan sebagai pembelajaran. Bahwa dalam
penggunaan alat bantu, dalam hal ini traveler, perlu mekanisme pengujian sebelum
digunakan. Dan perlu kecermatan dan keluasan pandangan dalam melakukan
perencanaan untuk mengantisipasi sejak dini kegagalan oprit. Antisipasi dini
memudahkan dalam memilih tipe konstruksi yang lebih efisien. Sedangkan
kecermatan perencanaan yang lemah terlihat dalam dokumen perencanaan yang
penuh koreksi.

REFERENSI

• Notulensi rapat-rapat pembahasan.


• Bahan Presentasi dari PT. Wijaya Karya.
• Laporan Analisis Portal dari Ganeshatama Consulting
• Laporam Perencanaan Pile Slab oleh PT. Hanata

Anda mungkin juga menyukai