Materi Korupsi
Materi Korupsi
Pengantar
Mengawali tulisan perihal kurupsi, ungkapan usang yang dikemukakan oleh Lord
Action bahwa kekuasaan cenderung untuk korupsi dan kekuasaan yang absolut
cenderung korupsi absolut senagaja dikutip untuk mengingatkan bahwa kekuasaan
sangat rentan terhadap korupsi. Bahkan empat tipe korupsi yang dikemukakan oleh
Piers Beirne dan James Messerschmidt semuanya berkaitan erat dengan
kekuasaan. Keempat tipe tersebut adalah :
a. Political bribery
b. Political kicback
c. Election fraud,
Praktek kampanye dengan menggunakan fasilitas negara maupun uang negara oleh
calon yang sedang memegang kekuasaan negara.
2
Pengertian Korupsi
Dilihat dari segi peristilahan, kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio
atau menurut Webster Student Dictionary adalah corruptus. Selanjutnya disebutkan
bahwa corruptio itu berasal dari kata asal corrumpere, suatu kata Latin yang lebih
tua. Dari bahasa Latin itulah turun ke banyak bahasa du Eropa seperti Inggris:
corruption, corrupt; Perancis corruption, dan Belanda corruptie (korruptie). Dapat
diduga istlah korupsi berasal dari bahasa Belanda ini yang kemudian diadopsi ke
dalam bahasa Indonesia “korupsi”.
3
Kemudian arti kata korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata
bahasa Indonesia itu, disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam kamus Umum
Bahasa Indonesia “ Korupsi adalahperbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Begitu pula Mubyarto menyorot korupsi dan penyuapan dari segi politik dan
ekonomi yang mengutip pendapat Smith sebagai berikut.
Meluasnya kejahatan korupsi di Indonesia telah terjadi sejak orde lama dan
mencapai puncaknya pada masa Orde Baru. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari
latar belakang munculnya beberapa peraturan tentang pemberantasan korupsi.
Setelah KUHP dirasakan tidak mampu lagi menjerat pelaku kejahatan korupsi,
peraturan perundangan yang menjadi dasar penanggulangan kejahatan ini telah silih
berganti. Upaya perbaikan yang menyangkut perumusan delik, perluasan perbuatan,
perluasan subyek delik, maupun hukum acara agar mampu menjangkau pelaku
korupsi telah dilakukan.
Pada tanggal 14 Maret 1957 seluruh wilayah Indonesia termasuk semua perairan
teritorialnya dinyatakan dalam keadaan darurat perang (Staat Oorlog van Beleg)
melalui Keputusan Presiden Nomor 40 tahun 1957. selanjutnya pada tanggal 17
Desember 1957 dengan Keputusan Presiden Nomor 225 Tahun 1957 keadaan
perang tersebut dicabut kembali dan seketika itu pula dinyatakan dalam keadaan
perang. Dengan Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1957 ternyata Keputusan
presiden Nomor 225 Tahun 1957 disahkan oleh DPR, sehingga dengan demikian
keadaan perang diseluruh wilayah Republik Indonesia termasuk semua teritorial
perairannya itu tetap berlaku sampai satu tahun sejak disahkannya dengan undang-
undang (lihat Undang-Undang Nomor 74 1957).
Dalam penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa perbuatan korupsi pidana
adalah sebagai berikut :
6
Berdasarkan pasal tersebut, yang menjadi pertanyaan penting ialah apakah yang
dimaksud oleh pembuat peraturan dengan perkataan melawan hukum.
Perlu dijelaskan bahwa melawan hukum adalah salah satu unsur mutlak dari
perbuatan pidana. Biasanya unsur tersebut tidak perlu dinyatakan secara eksplisit
dalam suatu rumusan delik. Apabila kata melawan hukum dimasukkan dalam
rumusan delik, maka konsekuensinya unsur tersebut harus dibuktikan oleh jaksa
penuntut umum dalam persidangan. Kata melawan hukum yang terdapat dalam
suatu rumusan delik memberikan makna melawan hukum khusus. Selain melawan
hukum khusus, kata melawan hukum mempunyai tiga makna lainnya. Pertama,
melawan hukum umum dalam pengertian melawan hukum sebagai elemen atau
unsur perbuatan pidana. Kedua, melawan hukum formal dan yang ketiga adalah
melawan hukum material sebagaimana tersebut diatas.
atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan keuangan atau perekonomian negara atau daerah atau merugikan
keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah
Kedua, Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan
atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau badan dan yang
dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan.
Ketiga, Kejahatan tercantum dalam Pasal 17 dan Pasal 21 Peraturan ini dan dalam
Pasal 209, 210, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan 435 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana.
Pada sub c (ketiga) ditunjuk kejahatan yang tercantum dalam pasal 41 sampai 50
Peraturan Penguasa Perang Pusat, dan Pasal-Pasal KUHP yang dimaksud adalah
pasal 209, 210, 418 dan 420 KUHP. Pasal-pasal tersebut berkaitan dengan
penyuapan baik yang aktif (active amkoping), maupun yang pasif (passive
omkoping). Kejahatan yang dipandang korupsi tetapi tidak dimasukkan dalam
undang-undang tersebut adalah pasal 415 KUHP tetang penggelapan oleh pegawai
negeri. Mungkin pembuat peraturan tersebut memandang bahwa kejahatan seperti
itu sudah terangkum dalam sub a, seperti telaj diuraikan di depan. Penggelapan oleh
pegawai negeri termasuk kejahatan yang sudah barang tentu merugikan keuangan
atau perekonomin negara. Permasalahannya apakah orang itu memperkaya diri
atau orang lain atau suatu badan dengan perbuatan penggelapan itu.
Perumusan sub c (ketiga) ini pun tercantum dalam Undang-Undang (PRP) Nomor
24 tahun 1960, dengan mengganti pasal 40 sampai 50 peraturan Penguasa Perang
Pusat menjadi pasal 17 dan 21, sesuai dengan apa yang terdapat dalam undang-
undang tersebut. Selain itu juga dimasukkan pasal-pasal KUHP yang bertalian
dengan suap menyuap dan diperluas, sehingga meliputi pula pasal-pasal 1415, 416,
417, 423, 425, 435 KUHP.
9
Hal ini diakibatkan unsur tindak pidana korupsi mensyaratkan adanya suatu
kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Jelas
hal ini bertentangan dengan perasaan keadilan masyarakat. Dalam kenyataannya
banyak perbuatan yang merugikan keuangan dan perekonomian negara, tidak
selamanya didahului oleh suatu kejahatan atau pelanggaran. Perbuatan-perbuatan
yang sesungguhnya bersifat koruptif tidak dapat dipidana berdasarkan undang-
undang nomor 24 tahun 1960.
Atas dasar tersebut, undang-undang nomor 24 tahun 1960 kemudian diganti dengan
Undang-Undang nomor 3 tahun 1971. rumusan tindak pidana korupsi menurut
undang-undang nomor 3 tahun 1971 mencakup perbuatan-perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang dilakukan secara melawan hukum
yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat merugikan keuangan negara
dan perekonomian negara, atau diketahui atau patut disangka bahwa perbuatan
tersebut merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
korupsi dari pada memenuhi ketentuan untuk membuktikan lebih dahulu adanya
kejahatan atau pelanggaran sebagaimana yang disyaratkan oleh undang-undang
nomor 24 tahun 1960.
b. Barangsiapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu badan, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan, yang secara langsung atau tidak langsung
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
d. Barang siapa memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri seperti
dimaksud dalam pasal 2 dengan mengingat sesuatu kekuasaan atau sesuatu
wewenang yang melekat pada jabatannya atau kedudukannya atau oleh si pemberi
hadiah atau janji dianggap melekay pada jabatan atau kedudukan itu.
e. Barang siapa tanpa alasan yang wajar, dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya setelah menerima pemberian atau janji yang diberikan kepadanya,
seperti yang tersebut dalam pasal-pasal 418, 419 dan 420 KUHP, tidak melaporkan
pemberian atau janji tersebut kepada yang berwajib.
Bola salju yang tengah digulirkan pasca runtuhnya rezim orde baru pada
tahun 1998, salah satunya diantaranya adalah mewujudkan pemerintahan yang
bersih dari kolusi, korupsi, dan nepotisme. Hal ini sebagai dampak bahwa perbuatan
korupsi telah menimbulkan kerugian negara yang sangat besar. Dampak selanjutnya
adalah timbulnya krisis di berbagai bidang kehidupan. Oleh sebab itu, upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi perlu semakin ditingkatkan dan
diintensifkan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan
masyarakat.
2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara (Pasal 3).
3. Melakukan perbuatan pidana menurut pasal 209, 210, 387, 388, 515, 416,
417, 418, 419, 420, pasal 423, pasal 425, pasal 435 (Pasal 5 s.d 12)
4. Setiap orang yang memberikan hadia atau janji kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan
atau kedudukan tersebut (Pasal 13).
diperoleh dari alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim,
diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa
dengan itu tetapi tidak terbatas pada data penghubung elektronik (electronic data
inter change), surat elektronik (e-mail), telegram, teleks, dan fasimili, dan dari
dokumen yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan
atau di dengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana,
baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang
terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.
3. Berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam
pemberantasan korupsi (trigger mechanism).
4. Berfungsi untuk melakukan supervisi dan memantau institusi yang telah ada,
dan dalam keadaan tertentu dapat mengambil alih tugas dan wewenang
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan (superbody) yang sedang dilaksanakan
oleh kepolisian dan atau kejaksaan.
17
1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam berbagai buku
juga disebutkan bahwa jujur memiliki makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah
merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti korupsi, karena tanpa
kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal,
termasuk dalam kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat
penting dan dapat diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik,
misalnya tidak mencontek, tidak melakukan plagiarisme dan tidak memalsukan nilai.
Lebih luas, contoh kejujuran secara umum dimasyarakat ialah dengan selalu berkata
jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya sebagai seorang
aparat penegak hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya
pajak.
2. Kepedulian
3. Kemandirian
4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan.
Sebaliknya untuk mengatur kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin.
Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat mencpai tujuan dengan waktu yang lebih
efisien. Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dngan nilai-nilai antikorupsi lainnya
yaitu dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur
waktu dengan baik, kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang
berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan tepat waktu, dan fokus pada
pekerjaan.
5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau
terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang
memiliki tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas
dengan lebih baik. Seseorang yang dapat menunaikan tanggung jawabnya sekecil
apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan
nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan
sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik
dengan baik, menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.
6. Kerja Keras
7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan
untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup
yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas
keinginannya.
8. Keberanian
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan
sosial, secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD
1945. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai
dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak
melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa
Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks
pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi
ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
1. Akuntabilitas
2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi
menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan. Dlam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust)
karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang
sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :
– Proses penganggaran,
– Proses penyusunan kegiatan,
– Proses pembahasan,
– Proses pengawasan, dan
– Proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi,
laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.
Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan
proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan)
dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang
berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme
pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan
finansial dan pertanggungjawaban secara teknis.
Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan
berkaitan dengan kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek
yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara
terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara
teknis dan fisik dari setiap output kerja-kerja pembangunan.
3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini
terdiri dari lima hal penting komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi,
kejujuran dan informatif. Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan
keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan,
pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah
adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi
berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value for money untuk
menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi
merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan
pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan
maupun pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun
politis. Kejujuran merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat
informatif agar dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif. Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran
dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari
kejujuran.
4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti
korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa
berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan
terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang
terkait dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada
kualitas dan integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi
apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan
tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran
masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur
kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi.
5. KontrolKebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa
partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan
kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan
pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif
kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu
mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak
buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah
menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem
hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Dilain
pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum
menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja
banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan
sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan
berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Ini
dapat menjadi indikator bahwa nilai-nilai dan prinsip anti korupsi seperti yang telah
diterangkan diatas penerapannya masih sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai
yang terabaikan dan tidak dengan sungguh-sungguh dijalani sehingga
penyimpangannya menjadi hal yang biasa.
Tak dapat dipungkiri untuk menanamkan nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi perlu
diajarkan sejak dini kepada seluruh masyarakat secara umum. Saat ini sebagain
besar baru terpusat pada golongan tertentu di tempat tertentu. Untuk langkah yang
lebih serius, seharusnya penanaman nilai dan prinsip anti korupsi ini harus di
terapkan bukan hanya di bangku kuliah saja sebagai contohnya, tetapi juga
dilakukan secara merata di berbagai kalangan masyarakat agar hasil yang
didapatkan juga bisa maksimal secara merata.
Yang ironisnya lagi dalam berbagai sistem pemerintahan termasuk di berbagai
lembaga negara praktik korupsi seakan dibiarkan dengan sistem yang menuntun,
bahkan memaksa yang berkepentingan untuk melakukan korupsi. Contoh nyata
sistem perkorupsian itu ialah sistem pemilihan kepala daerah secara langsung oleh
rakyat, yang bernama Korupsi. Sehingga penulis dapat menyebutkan bahwa “Pemilu
merupakan sistem perkorupsian baru yang terselubung menjadi penyakit di
Indonesia”.