Anda di halaman 1dari 17

Kasus 1

MANAJEMEN PUSKESMAS DALAM MENYIKAPI


PELAYANAN KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID-19
MELALUI POLA P1, P2 DAN P3

Pada masa pandemi COVID-19 Puskesmas perlu menyesuaikan tahapan manajemen


Puskesmas (P1,P2,P3) yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya dengan kebutuhan
pelayanan yang ada dalam upaya melakukan prevensi, deteksi dan respon di dalam
pencegahan dan pengendalian COVID-19.

I. PERENCANAAN (P1)

1.1 Melakukan penyesuaian target kegiatan yang telah disusun (kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan, bisa dilaksanakan dengan metode yang berbeda atau ditunda waktunya).

1.2 Mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator program selain diakibatkan
oleh situasi pandemi COVID-19 dan merencanakan upaya inovasi yang akan dilakukan
bila masa pandemi COVID-19 telah berakhir guna perbaikan capaian kinerja.

1.3 Pelaksanaan revisi sesuai kebutuhan pandemi COVID-19 mengacu pada juknis/
pedoman yang berlaku melalui pembinaan dan koordinasi dengan dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota.

1.4 Puskesmas menentukan target sasaran kasus terkait COVID-19 dengan angka
prevalensi dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota guna memperkirakan kebutuhan
logistik, termasuk APD, BMHP untuk pengambilan spesimen Reverse Transcription -
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan pelaksanaan rapid test.

1.5 Puskesmas menentukan populasi rentan (Lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran pemeriksaan.

II. PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN (P2)

2.1 Penggerakan dan pelaksanaan melalui forum khusus yaitu lokakarya mini (Lokmin)
bulanan dan lokmin triwulanan tetap dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah
pada saat pandemi COVID-19 seperti physical distancing, atau dapat memanfaatkan
teknologi informasi/daring.

2.2 Lokmin bulanan juga membahas bersama berbagai pedoman terkait pelayanan pada
masa pandemi COVID-19 yang penyusunan/terbitnya hampir bersamaan.

2.3 Lokmin triwulanan juga menjadi forum untuk menyampaikan informasi mekanisme
pelayanan Puskesmas pada masa pandemi COVID-19, hasil pemetaan wilayah terkait
COVID-19, serta peran lintas sektor pada saat pandemi COVID-19.

2.4 Pelaksanaan kegiatan (pemantauan/sweeping orang dengan riwayat perjalanan dari


daerah transmisi lokal/zona merah, pemantauan harian OTG, ODP dan PDP ringan,
tracing jika ditemukan kasus konfirmasi COVID-19) dilakukan bersama lintas sektor
dengan melibatkan Gugus Tugas yang ada di tingkatan.

2.5 Dapat dikembangkan sistem pelaporan/pendataan untuk memantau orang dengan


riwayat perjalanan dari daerah transmisi lokal di wilayah kerja untuk mempermudah
pelaporan secara daring oleh lintas sektor.

Gambar 3. Contoh pengembangan sistem pelaporan orang dengan riwayat


perjalanan dari daerah transmisi lokal secara daring

2.6 Dalam kondisi dimana jejaring Puskesmas menemukan kasus COVID-19, maka
Jejaring Puskesmas berkoordinasi dengan Puskesmas untuk pelaporan dan penemuan
kasus. Jejaring Puskemas seperti klinik pratama yang ada di wilayah kerjanya harus
aktif melakukan pemantauan harian isolasi diri dari peserta JKN yang terdaftar pada
klinik tersebut dan mengkoordinasikan hasilnya dengan Puskesmas. Peran dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota sangat penting dalam menggerakkan jejaring
Puskemas tersebut.
III. PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS
(P3)

3.1 Tetap melakukan pemantauan terhadap pencapaian target-target prioritas pembangunan


kesehatan di tingkat kabupaten/kota.

3.2 Menetapkan target indikator keberhasilan penanganan COVID-19 di wilayah kerjanya


untuk dinilai tiap bulan seperti misalnya:

3.2.1 Persentase Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dengan Pengawasan (ODP),
Pasien Dalam Pemantauan (PDP) yang telah di temukan, persentase ODP, PDP
yang telah sembuh, tidak ada OTG, ODP, PDP yang meninggal di rumah,
persentase pasien konfirmasi yang dilakukan tracking.

3.2.2 ODP dan PDP ringan yang diisolasi diri di rumah dilakukan pemantauan harian
sebesar 100%.

3.2.3 OTG yang karantina mandiri di rumah dilakukan pemantauan harian sebesar
100%.
Kasus 2

Langkah-Langkah Pencegahan DBD di Wilayah Pandemi


Demam berdarah dengue (DBD) adalah Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang
disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue. Indonesia termasuk negara tropis dan
subtropic sehingga menjadikan Indonesia sebagai daerah penyebaran infeksi virus demam
berdarah dengue. Puskesmas sebagai unit Pelaksana Tugas dalam memberikan pelayanan
Kesehatan tentunya berfokus dalam memberikan pelayanan yang seimbang serta
meningkatkan kewaspadaan akibat penyakit tidak menular. Masa pandemi adalah masa yang
menantang bagi Puskesmas, sehingga puskesmas berfokus dalam upaya pencegahan, deteksi
dan respon terhadap pengendalian penyakit. Di masa pandemi ini, program pembatasan (social
distancing) dan kegiatan aktivitas yang terbatas adalah alasan yang memungkinkan tempat-
tempat menjadi sarang bagi nyamuk aedes aegepty menjadi berkembang dan bertambah
banyak.
Program pencegahan dan pengendalian DBD diarahkan pada upaya memutus rantai
penularan sehingga dapat mencegah jumlah kesakitan, kematian, dan menekan penyebaran
kasus. Sebagai tindak lanjut dalam pencegahan peningkatan kasus DBD, Puskesmas bergerak
dalam;

1. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi (PE),

2. Penegakkan diagnosis dini infeksi Dengue dapat dilakukan dengan Rapid Test
Diagnostik (RDT) Antigen Dengue NS1 pada hari 1-5 demam di Puskesmas.

3. Surveilans kasus DBD

4. Setiap hasil positif dari pemeriksaan RDT Dengue NS1 harus dilakukan Penyelidikan
Epidemiologi (PE).

5. Pelaksanaan PE, petugas menggunakan Masker dan melakukan Physical Distancing,


PE dilakukan diluar rumah dan penghuni dilakukan edukasi untuk mengidentifikasi
Sarang Nyamuk didalam rumah.

6. Melakukan pemantauan sarang nyamuk (jentik)

7. Melakukan pengasapan (fogging) atau larsivida yang hanya dilakukan di luar rumah
dengan radius 200 m dari rumah penderita DBD yang ditemukan dan tetap melakukan
Physical distancing.

8. Pelaksanaan Fogging Fokus yang dilakukan harus didahului dengan hasil penilaian PE
dan harus memenuhi kriteria sesuai dengan persyaratan yang diberlakukan, serta
dilakukan 2 siklus dengan jarak 7 hari, dengan petugas menggunakan APD fogging
lengkap

9. Penegakkan diagnosis yang dilakukan ole Dokter di Fasyankes dengan menggunakan


serological RDT Dengue IgM-IgG.

10. Mengingat adanya Cross Reaction dengan Flavivirus dan unspesific virus lainnya
(termasuk Covid-19), sehingga setiap pemeriksaan Serological Dengue IM positif pada
keadaan Pandemi Covid-19, harus dipikirkan kemungkinan infeksi Covid-19 sebagai
Diffrential Diagnosis terutama bila gejala klinis semakin memberat.

Puskesmas membantu pencegahan dengan menerapkan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah


1 Jumantik serta memantau habitat perkembangbiakan dari DBD itu sendiri dalam hal ini
tempat penampungan air (TPA) seperti; drum, tangki, bak mandi, ember, bak kontrol
pembuangan air dan sejenisnya dan berperan dalam memberikan pengenalan kepada
masyarakat terkait perilaku nyamuk dewasa serta aktivitas menggigit nyamuk seperti aktivitas
yang dimulai pada pagi hingga petang hari dengan dua puncak aktivitas antara pukul 09.00-
10.00 dan 16.00-17.00.

Pengelolaan terhadap Peningkatan PTM di Masa Pandemi


Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya bersifat kronis dan beberapa telah mengalami
kerusakan organ sehingga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh penderitanya secara
bertahap dan sangat rentan terhadap infeksi termasuk yang disebabkan oleh infeksi virus covid
19. Menindak lanjuti upaya pencegahan meluasnya penularan Covid 19, maka dipandang perlu
melakukan penguatan penanganan pencegahan penularan covid19 pada orang dengan faktor
risiko dan penyandang PTM yang merupakan kelompok rentan dan komorbid covid 19.
Langkah-langkah pencegahan dalam upaya menurunkan peningkatan PTM pada masa pandemi
covid, yaitu:

1. Menghimbau orang dengan faktor risiko dan penyandang PTM tetap berada dirumah
menerapkan protokol jaga jarak, sering cuci tangan dan memakai masker jika mendesak
keluar rumah.

2. Bagi penyandang Diabetes agar rutin periksa gula darah sewaktu dirumah atau perhatikan
adanya tanda-tanda peningkatan gula darah seperti sering buang air kecil pada malam hari,
sering merasa kehausan, sakit kepala, lelah, dan lesu.

3. Bagi penyandang Hipertensi agar rutin periksa tekanan darah di rumah atau perhatikan
gejala peningkatan tekanan darah seperti nyeri kepala, jantung berdebar, penglihatan
kabur, leher kaku.

4. Penyandang PTM agar mengonsumsi obat-obatan secara teratur sesuai anjuran dokter,
menyimpan nomor kontak dokter/fasilitas pelayanan kesehatan yang merawat untuk dapat
dihubungi segera apabila ada keluhan sewaktu-waktu.

5. Bahwa obat-obatan bagi penyandang PTM peserta JKN dan Peserta Rujuk Balik (PRB) di
masa pandemi covid 19 dapat diperoleh untuk 2 bulan dengan mekanisme untuk 1 bulan
diambil pada saat berobat dan kemudian dengan copy resep dapat diambil untuk 1 bulan
berikutnya di apotik. (Surat Edaran Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS No. 14
tahun 2020 tentang Pelayanan Kesehatan bagi Peserta JKN Selama Masa Pencegahan
Covid 19)

6. Masyarakat yang memiliki faktor risiko PTM untuk cek dirumah, menerapkan perilaku
hidup sehat, mengonsumsi makanan sehat dan tidak berlebihan gula, garam dan lemak,
upayakan aktifitas fisik minimal 30 menit dirumah saja dan stop merokok.

7. Bila memerlukan layanan informasi kesehatan dapat menghubungi layanan digital health
(SehatPedia, Halodoc, Alodokter, dan lain-lain)

8. Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan jika mengalami demam, batuk, sesak nafas, suara
serak, dan diare.
Kasus 3

Pelayanan Puskesmas di masa Pandemi Covid-19 harus tetap hadir umtuk masyarakat di
wilayah kerjanya.

1. Alur pelayanan UKP dalam maupun luar gedung.

A. Pelayanan UKP Dalam gedung masa pandemic covid-19


a. Menerapkan triase/skrining terhadap setiap pengunjung yang datang, mengubah
alur pelayanan
b. Menyediakan ruang pemeriksaan khusus ISPA
c. Mengubah posisi tempat duduk pasien pada saat pelayanan (jarak dengan
petugas diperlebar),
d. Menggunakan kotak khusus bagi pasien yang mendapatkan tindakan yang
berpotensi menimbulkan aerosol yang dilakukan disinfeksi sesuai pedoman
setelah pemakaian
e. Menggunakan sekat pembatas transparan antara petugas kesehatan dan pasien.

B. Pelayanan UKP Diluar gedung masa pandemic covid-19


Pelayanan dapat dilakukan dengan cara kunjungan langsung atau melalui sistem
informasi dan telekomunikasi dengan tetap memperhatikan prinsip PPI,
penggunaan APD sesuai pedoman serta physical distancing.

Bila pemantauan kasus dilakukan dengan cara kunjungan langsung, maka


petugas Puskesmas dapat melakukan pemantauan progres hasil PISPK ataupun
pengumpulan data bila belum dilakukan sebelumnya.

Pelaksana pelayanan di luar gedung adalah petugas Kesehatan Puskesmas, yang


dapat juga melibatkan lintas sektor seperti RT/RW, kader dasawisma, atau jejaring
Puskesmas atau bersama satgas kecamatan/desa/kelurahan/RT/ RW yang sudah
dibentuk dengan tupoksi yang jelas.

C. Pembatasan pelayanan gigi dan mulut, dimana pelayanan yang dapat diberikan
meliputi pelayanan pada keadaan darurat seperti nyeri yang tidak tertahan, gusi
yang bengkak dan berpotensi mengganggu jalan nafas, perdarahan yang tidak
terkontrol dan trauma pada gigi dan tulang wajah yang berpotensi mengganggu
jalan nafas. Pelayanan gigi dan mulut darurat yang menggunakan scaler ultrasonik
dan high speed air driven dilakukan dengan APD lengkap sesuai dengan pedoman
karena memicu terjadinya aerosol.

2. Implementasi PPI di Puskesmas selama masa pandemic

PPI di Puskesmas

1. Kewaspadaan standar : Kebersihan tangan, penggunaan APD, kesehatan lingkungan,


penempatan pasien, etika batuk dan bersin, penyuntikan yang aman, pengolalaan
limbah, dekontaminasi alat, penanganan linen, perlindungan kesehatan petugas.
2. Kewaspadaan transmisi : Pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi
mekanis di dalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih yang
masuk dan keluar.

A. Kewaspadaan standar :

➢ Kebersihan tangan:
Membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir

Menggunakan cairan yang berbahan dasar alcohol.

Kebersihan tangan merupakan cara yang paling penting dari PPI. Infeksi
sebagian dapat dicegah melalui kebersihan tangan

➢ Penggunaan APD
Untuk penghalang bahan infeksius pada kulit, mulut, hidung, atau mata pasien atau
pengguna kesehatan. APD yang digunakan sesuai standar keamanan.

➢ Pengendalian lingkungan
Upaya pengendalian lingkungan melalui mutu air, udara/ventilasi, permukaan
lingkungan

➢ Pengelolaan limbah hasil kesehatan


Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar dari
penyebaran infeksi
➢ Pengelolaan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya
Mulai dari proses pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan berdasarkan
kategori kritikal, semi kritikal, dan non kritikal

➢ Pengelolaan Linen
Merupakan pengumpulan, pengangkutan, pemilahan dan pencucian yang sesuai
dengan prinsip PPI.

➢ Penyuntikan yang aman


Dolakukan sesuai prinsip-prinsip yang benar mulai saat persiapan, penyuntikan obat
hingga penanganan alat-alat bekas pakai, sehingga aman untuk pasien dan
petugas dari risiko cedera dan terinfeksi

➢ Kebersihan pernapasan dan etika batuk


Memperhatikan tata cara batuk atau bersin yang baik dan benar sehingga bakteri
tidak menyebar ke udara, tidak mengkontaminasi barang atau benda sekitarnya
agar tidak menular ke orang lain.

➢ Penempatan pasien
Menempatkan pasien pada tempat yang telah ditentukan atau mengatur jarak pasien
berdasarkan kewaspadaan transmisi (kontak, udara, dan droplet) untuk
memudahkan pelayan dengan mempertimbangkan aspek keamanan serta
keselamatan pasien maupun petugas kesehatan.

➢ Perlindungan kesehatan petugas


Melindungi keselamatan petugas, baik tenaga medis, perawat, nidan, maupun
petugas penunjang sebagai orang yang paling beresiko terpapar penyakit infeksi,
karena berhadapan langsung dengan pasien penderita penyakit menular setiap
saat atau akibat terpapar dari lingkungan kesehatan.

B. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

➢ Kewaspadaan transmisi kontak


Tindakan kewaspadaan yang dirancang untuk mencegah terjadinya infeksi yang
ditularkan melalui kontak langsung (menyentuh kulit, lesi, sekresi atau cairan
tubuh yang terinfeksi) atau kontak tidak langsung (melalui tangan petugas atau
orang lain saat menyentuh peralatan air, makanan, atau saran alai).

➢ Kewaspadaan transmisi droplet


Tindakan kewaspadaan untuk menghindari penularan penyakit infeksi melalui
droplet (sekresi yang dikeluarkan melalui saluran pernapasan) selama batuk,
bersin, atau berbicara.

➢ Kewaspadaan transmisi udara


Tidakan pencegahan yang dirancang untuk mencegah penyebaran infeksi yang
ditularkan melaui udara dengan menghirup atau mengeluarkan mikroorganisme
dari saluran pernapasan.
Kasus 4

VAKSINASI 2 MEJA
Alur vaksinasi sekarang ini terbagi dalam 2 meja yakni Meja 1 untuk screening dan vaksinasi
serta Meja 2 untuk pencatatan dan observasi. Sebelum diarahkan ke meja 1 ada ruang tunggu
untuk menunggu sasaran yang datang. Di Ruang tunggu atau pra registrasi, petugas
menyiapkan kartu kendali dan mengisi nama sasaran, NIK, alamat, No. HP serta sasaran
diarahkan ke meja 1.
Secara rinci, mekanisme pelayanan vaksinasi COVID-19 per meja dijelaskan sebagai berikut:
• Ruang tunggu
1) Sasaran dating ke tempat pelayanan kemudian petugas mengarahkan sasaran untuk
duduk di ruang tunggu
2) Petugas menyiapkan kertas kendali dan meminta sasaran untuk menunjukkan KTP,
kemudian petugas melakukan verifikasi menggunakan website
https://pedulilindungi.id/
3) Untuk manyarakat lanjut usia warga negara asing, pendidik dan tenaga kependidikan
WNA, menunjukkan bukti pendukung sebagai sasaran penerima vaksin berupa nomor
register dari Kementrian Luar Negeri, izin tinggal, Kartu Izin Tinggal Sementara
(KITAS), dan nomor paspor
4) Apabila data sasaran tidak terdapat di website tersebut maka petugas memberikan
catatan atau tanda pada kertas kendali yang menunjukkan bahwa sasaran belum
terdaftar dan pendaftaran akan dilaksanakan di Meja 2 setelah diberikan vaksinasi.
Khusus pada pelaksanaan vaksinasi tahap 2, sasaran yang belum terdaftar pada Sistem
Informasi Satu data Vaksinasi COVID-19 dapat melanjutkan ke Meja 1 jika membawa
serta 2 orang lansia untuk divaksinasi, apabila tidak membawa lansia maka petugas
dapat memberikan pemahaman kepada sasaran untuk menunggu kesempatan vaksinasi
tahap selanjutnya. Apabila sasaran benar membawa serta lansia maka petugas
memberikan kertas kendali kepada sasaran untuk diisi.
5) Sasaran mengisi bagian identitas dan pertanyaan skrining pada kertas kendali. Petugas
dapat membantu sasaran apabila dibutuhkan, misalnya sasaran lansia yang perlu
pendampingan dalam mengisi kertas kendali
6) Untuk mengurangi terjadinya penundaan vaksinasi, skrining dapat dilakukan sebelum
hari pelaksanaan vaksinasi agar dapat memberikan kesempatan bagi sasaran terkontrol
penyakitnya. Untuk pengukuran tekanan darah dapat terintegrasi dengan Posbindu
PTM
7) Sasaran membawa kertas kendali yang sudah diisi ke Meja 1
• Meja 1 (Skrining dan Vaksinasi)

Sasaran memberikan kartu kendali kepada petugas dan dilakukan screening oleh dokter
dengan pemeriksaan fisik sederhana. Jika sasaran dinyatakan layak untuk mendapatkan
vaksin, maka petugas memberikan vaksinasi kepada sasaran dan mencatat jam pemberian
serta no bacth di kartu kendali, kemudian sasaran di arahkan ke meja 2. Lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut:
1) Petugas memanggil sasaran sesuai dengan urutan kedatangan dan meminta kertas
kendali yang telah diisi sasaran
2) Petugas Kesehatan melakukan pemeriksaan fisik sederhana meliputi pemeriksaan suhu
tubuh dan tekanan darah serta memeriksa kembali pertanyaan skrining yang telah diisi
sasaran sekaligus mengidentifikasi Riwayat terkonfirmasi COVID-19 (penyintas)
3) Jika diputuskan pelaksanaan vaksinasi harus ditunda, maka sasaran dapat Kembali ke
fasilitas pelayanan Kesehatan sesuai rekomendasi jadwal yang diberikan oleh petugas
Kesehatan
4) Ketika pada saat skrining dideteksi ada penyakit tidak menular atau dicurigai adanya
infeksi COVID-19 maka pasien dirujuk ke Poli Umum untuk mendapat pemeriksaan
lebih lanjut
5) Sasaran yang dinyatakan sehat dapat diberikan vaksinasi
6) Petugas memberikan penjelasan singkat tentang vaksin yang akan diberikan, manfaat
dan reaksi simpang (KIPI) yang mungkin akan terjadi dan upaya penanganannya.
7) Sasaran duduk dalam posisi yang nyaman
8) Untuk vaksin mutidosis, petugas menuliskan tanggal dan jam dibukanya vial vaksin
dengan pulpen/spidol pada label vial vaksin
9) Petugas memberikan vaksinasi secara intra muscular sesuai prinsip penyuntikan aman
10) Selesai penyuntikan, petugas menuliskan jenis vaksin, jam pelayanan dan nomor batch
pada kertas kendali dan meminta sasaran menuju Meja 2 dengan membawa kertas
kendali yang telah diisi
• Meja 2 (Pencatatan dan observasi)

Sasaran menyerahkan kartu kendali ke petugas meja 2 yang akan dilakukan pencatatan
dengan menggunakan aplikasi p-care serta sasaran dilakukan observasi selama 15 menit
untuk pemantauan KIPI. Setelah 15 menit sasaran akan menerima kartu vaksin dan
diberikan edukasi serta jadwal ulang vaksin berikutnya. Kemudian sasaran boleh pulang.

Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:


1) Di meja 2 sasaran akan menyerahkan kertas kendali kepada petugas Meja 2
2) Sasaran menunggu selama 15 menit (masa observasi)
3) Petugas di Meja 2 akan memasukkan semua data registrasi, hasil screening dan hasil
layanan vaksinasi yang terdapat pada kertas kendali serta hasil observasi kedalam
aplikasi Pcare vaksinasi dengan menggunakan user “petugas pencatatan dan
observasi”. Sebelum menginput nama, NIK, tanggal lahir, alamat, dll petugas wajib
mengonfirmasi kembali dengan membaca ulang didepan sasaran untuk menghindari
terjadinya kesalahan.
4) Jika peserta belum terdaftar atau jika ada data yang perlu diubah, maka petugas Meja
2 akan melakukan pendaftaran atau perubahan data terlebih dahulu pada aplikasi Pcare
vaksinasi dengan menggunakan user “petugas Pra Registrasi”. Kemudian, petugas
Meja 2 meminta sasaran menandatangani formulir pernyataan registrasi sasaran
vaksinasi Covid-19 atau formulir pernyataan perubahan data sasaran vaksinasi Covid-
19 yang kemudian ditandatangani juga oleh petugas. Selanjutnya, petugas Meja 2
melakukan input data registrasi, hasil screening dan hasil layanan vaksinasi yang
tertulis pada kertas kendali serta hasil observasi kedalam aplikasi Pcare vaksinasi
dengan menggunakan user “petugas pencatatan dan observasi”.
5) Bila tidak memungkinkan untuk menginput data langsung kedalam aplikasi (misalnya
karena gangguan system, akses internet tidak ada, atau sarana tidak tersedia) maka
catatan secara manual menggunakan format excel standar untuk kemudian diinpit
kedalam aplikasi setelah tersedia koneksi internet atau kendala teratasi. Input dapat
dilakukan menggunakan menu pencatatan pelaksanaan vaksin manual atau menu
unggah data.
6) Petugas memberikan kartu vaksinasi (sebaiknya kartu manual sudah disiapakn
sebelum hari H pelayanan) kepada sasaran yang telah mendapat vaksinasi.
7) Reaksi/keluhan/gejala (KIPI) yang dialami selama observasi kemudian ditindaklanjuti
dengan pencatatan dan pelaporan KIPI melalui website keamanan vaksin.
Kasus 5

Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dalam pembangunan kesehatan mempunyai salah satu
fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan tidak
hanya mencakup pelayanan kesehatan umum,tetapi juga mencakup pelayanan kesehatan gigi
dan mulut. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak hanya dilaksanakan di dalam Gedung
puskesmas tetapi juga di luar Gedung. Dengan adanya pelayanan gigi dan mulut di luar Gedung
ini diharapkan masyarakat memiliki perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
setinggi-tingginya, khususnya derajat kesehatan gigi dan mulut.

Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu cara untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan, Kegiatan yang dilakukan lebih diarahkan
pada pelayanan promotif, preventiv dan rujukan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pada
upaya kesehatan berbasis masyarakat atau diantanya posyandu dengan sasaran kelompok
resiko tinggi salah satunya penyuluhan kesehatan gigi dan mulut ibu hamil.

Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian terpenting dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan, juga bagi kesehatan selama masa kehamilan (prenatal). Masa kehamilan
meningkatkan resiko kesehatan gigi dan mulut tertentu yang dapat mengarah pada komplikasi
kehamilan, misalnya suatu studi menunjukkan keterkaitan antara penyakit gusi dengan
kelahiran prematur.

Pada saat hamil, kadar asam di dalam mulut meningkat oleh karena rasa mual dan muntah yang
biasanya dialami ibu hamil. Rasa mual tersebut menyebabkan ibu hamil malas menyikat gigi
seperti biasanya 2x sehari karena ada kecenderungan menyikat gigi dapat memicu rasa mual.
Pada ibu hamil juga juga ditemukan adanya pengeroposan gigi/kerusakan gigi oleh karena
penurunan pH di dalam mulut slama kehamilan. Selain itu, ibu hamil juga mudah mengalami
peradangan gusi yang diperparah oleh hormone progesteron dan estrogen. Terjadinya
peningkatan hormon tersebut, mengakibatkan pelepasan histamin dan enzim proteolitik
sehingga respon peradangan gusi meningkat.

Bila, peradangan gusi makin parah, gusi menjadi membesar dan bengkak (inflamasi) dan
perlahan lahan jaringan ikat pada gusi lepas dari gigi dan gigi mudah goyang. Istilah
Pembesaran gusi pada ibu hamil ini disebut gingivitis gravidarum.
Perubahan yang terjadi selama masa kehamilan dapat mempengaruhi gigi dan gusi. Misalnya:

Jika hormon seperti progesteron dan estrogen meningkat pada tubuh selama kehamilan, hal ini
dapat meningkatkan resiko kesehatan gigi dan mulut tertentu.

Jika terjadi perubahan makan, misalnya memakan makanan tertentu secara berlebihan selama
kehamilan, dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.

Beberapa perubahan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya masalah kesehatan gigi dan
mulut selama kehamilan yaitu gingivitis, kehilangan gigi, penyakit periodontal, granuloma
pyogenic, erosi gigi.

Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu hamil akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, memonitor kesehatan gigi dan mulut ibu
hamil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut ibu hamil.

Kegiatan promotif dilakukan dengan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut bagi ibu hamil.
Kegiatan preventif yang dapat dilakukan di rumah bagi ibu hamil meliputi sikat gigi secara
rutin dan benar, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor, penggunaan benang gigi
(dental floss), mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dalam pembangunan kesehatan mempunyai salah satu
fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan tidak
hanya mencakup pelayanan kesehatan umum,tetapi juga mencakup pelayanan kesehatan gigi
dan mulut.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan secara
menyeluruh dan tidak dapat diabaikan terutama pada tingkat sekolah dasar. sebab anak usia
Sekolah Dasar (SD) tergolong ke dalam kelompok rawan penyakit gigi dan mulut.

Penyakit gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses tumbuh kembang,
bahkan masa depan anak. Tingginya angka karies gigi dan rendahnya status kebersihan mulut
merupakan permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai pada kelompok usia
anak. Karies gigi dapat menimbulkan kesulitan makan pada anak karena karies gigi
menyebabkan penurunan fungsi gigi sebagai alat cerna. Anak-anak menjadi rawan kekurangan
gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut menurunkan selera makan mereka. Kemampuan
belajar anak pun akan menurun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar

Upaya kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dilaksanakan melalui kegiatan pokok
kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yang diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam bentuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah.
Program tersebut merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar
(SD) yang dititikberatkan pada upaya penyuluhan dan gerakan sikat gigi massal, serta
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada setiap murid.

Upaya promotif dan promotif-preventif paling efektif dilakukan pada anak sekolah dasar
karena upaya peningkatan kesehatan harus sedini mungkin dan dilakukan secara terus menerus
agar menjadi kebiasaan. Di samping itu kelompok ini juga lebih mudah dibentuk mengingat
anak sekolah dasar selalu di bawah bimbingan dan pengawasan para guru sehingga pada
kelompok ini sangat potensialuntuk ditanamkan kebiasaan berperilaku hidup sehat.

Anda mungkin juga menyukai