Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DEMOKRASI PARLEMENTER 1945

Oleh:
Bian Felisya S.P
Nafisah Khairah P.H

KELAS IX J
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada miss Dinar yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan Demokrasi Parlementer…………………...............................
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………

3.2 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kami mengangkat tema Demokrasi Parlementer karena ini adalah tema yang
direkomendasikan oleh guru pembimbing. Dan juga kami sadar bahwa diusia kami
yang terbilang masih remaja dianjurkan untuh lebih memahami dan mengetahui
tentang hal ini karena ini akan berguna untuk kita semua kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dan juga ada rumusan masalah yang akan kami tuangkan pada makalah kami,
antara lain sebagai berikut yang akan tercantum pada BAB II :
a. Penjelasan demokrasi parlementer 1945
b. Penjelasan demokrasi parlementer 1945 Menurut para ahli
c. Pimpinan demokrasi parlementer dan tahunnya
d. Maksud dari demokrasi parlementer
1.3 Tujuan Penulisan
Ada pun tujuan penulisan makalah kami sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tentang demokrasi parlementer 1945
b. Untuk mengetahui pimpinan demokrasi parlementer 1945

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi parlementer 1945

Demokrasi parlementer ialah sistem pengorganisasian dalam suatu negara dengan


adanya tanggungjawab kepada lembaga legislatif untuk melakukan pembentukan
kabinet kerja dan melakukan pemilihan predisen dan wakil presiden.

Sistem demokrasi parlementer cenderung lebih dekat dengan kekuasaan yang


diberikan oleh rakyat, namun sistem ini melakukan pemilihan pada saat pemilu
legislatif sedang dilaksanakan. Sistem parlementer dalam pemerintah sendiri kurang
stabil. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan demokrasi
parlementer.

5
2.1.1 Pendapat Ahli tentang demokrasi parlementer

Berikut adalah beberapa pendapat ahli tentang demokrasi parlementer

1. Kabinet Natsir

Pertama, ada kabinet Natsir yang langsung dipimpin oleh Mohammad Natsir selaku
perdana menteri. Natsir adalah tokoh politik dari partai Masyumi - partai Islam
terbesar pada saat itu. Natsir menjabat mulai 6 September 1950 hingga 21 Maret 1951

2. Kabinet Sukiman-Suwirjo

Kedua, ada kabinet Sukiman-Suwirjo yang merupakan koalisi politik dari dua partai,
yakni partai Masyumi dan PNI. Di kabinet ini, Sukiman Wirjosandjojo bertindak
sebagai kepala pemerintahan dan Suwirjo sebagai wakil kepala pemerintahan.
Kabinet ini mengudara mulai 27 April 2951 hingga 3 April 1952.

3. Kabinet Wilopo

Ketiga, ada kabinet Wilopo yang memimpin dari 3 April 1952 hingga 31 April 1953.
Kabinet ini sangat cepat demisioner karena berbagai dinamika politik yang
menghantuinya.

Misalnya, muncul gerakan separatisme di Indonesia dan dianggap bersalah dalam


kejadian Tanjung Morawa di Sumatera Utara.

6
2.1.3 Pempimpin demokrasi parlementer

Biasanya pempimpin demokrasi parlementer memiliki ciri sebagai berikut :

 Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala


pemerintahan sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
 Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja
diseleksi berdasarkan undang-undang.
 Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk
mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang
memimpin departemen dan non-departemen.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Disini yang kita telah ketahui bahwa demokrasi parlementer itu memiliki
banyak memiliki sejarah dari tahun ke tahun, disini kami juga berharap agar pembaca
dapat lebih mengetahui soal demokrasi parlementer, mungkin itu saja yang kami
dapat sampaikan pada makalah kami, lebih dan kurang kami mohon maaf, sekian.

8
9

Anda mungkin juga menyukai