Anda di halaman 1dari 12

1.

Pendahuluan

Pada masa remaja sering terjadi peralihan yang menimbulkan gejolak. Selama masa remaja,
anak pasti mengalami masa puber dimana seluruh tubuh mengalami berbagai perubahan mulai
dari bagian luar hingga bagian dalam tubuh serta struktur tubuh maupun fungsinya. Ketika
remaja mengalami masa puber maka remaja harus dapat mengontrol diri di lingkungan keluarga,
sekolah, teman sebaya serta masyarakat. Jika perilaku remaja bertentangan dengan nilai etika
dalam masyarakat, maka remaja akan dianggap memiliki karakter yang buruk. Ada berbagai hal
pemicu yang membuat terjadinya perubahan karakter anak dijenjang remaja terlebih khusus di
masa pandemi covid-19 saat ini.1 Akhir tahun 2019, seluruh masyarakat di dunia dihebohkan
oleh berita mengenai Covid-19 atau biasa disebut corona virus. Di Indonesia sendiri,
pemberitahuan untuk belajar, bekerja serta beribadah dari rumah telah dilaksanakan sejak bulan
Maret 2020. Bulan Juli 2020 telah diberlakukan era New Normal sehingga beberapa tempat telah
dibuka kembali, hanya saja hingga sampai saat ini beberapa sekolah masih belum bisa dibuka
kembali secara khusus di SMPN 1 Pamona Barat mengingat situasi yang masih belum
memungkinkan. sehingga sekolah memutuskan untuk tetap melaksanakan pembelajaran daring.2

Metode pembelajaran daring memang cukup baik mengingat situasi yang ada. Akan tetapi,
metode tersebut memberi beberapa dampak seperti dampak positif yakni siswa dapat
membantu orangtua bekerja di rumah, proses pembelajaran di lakukan daring, siswa dapat
membedahkan dan mengetahui, bagaimana proses pembelajaran pada waktu keadaan New
Normal dan di waktu pandemi covid-19 seperti sekarang, siswa di ajar lebih bijak menggunakan
waktu yang ada untuk mengerjakan Tugas walaupun di sibukan oleh berbagai kesibukan serta
siswa di ajar untuk taat pada protokol kesehatan yang sedang di berlakukan pemerintah.
Disamping dampak positif, ada juga dampak negatifnya yakni siswa mengalami penurunan
kesehatan mental dan psikis, siswa menjadi bosan dan jenuh dengan proses pembelajaran daring,
1
Syafni Ermayulis, 2020. https://www.stit-alkifayahriau.ac.id/penerapan-sistem-
pembelajaran-daring-dan-luring-di-tengah-pandemi-covid-19/ (diakses 05 Februari, Pukul 20.22)

2
Aprista Ristyawati, “Efektivitas Kebijakan Pembatasan Sosial Beskala Besar Dalam Masa
Pandemi Corona Virus 2019 Oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun 1945”, Journal
Adminstrative Law & Governance. Vol. 3. No.2. Juni 2020, h.241.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/view/7989 (diakses 04 Februari 2021)
hubungan antara anak didik dan guru menjadi renggang karna tidak bertatapan langsung dalam
proses pembelajaran, akibat pengaruh lingkungan dan situasi pandemi Covid-19 siswa menjadi
pemalas,tidak kreatif,serta memiliki perilaku seperti anak yang tidak berpendidikan, siswa
memiliki keinginan putus sekolah, dan menikah di usia dini karena jenuh dengan pembelajaran
yang di laksanakan secara daring, siswa menjadi pembohong,memiliki perilaku dan karakter
yang tidak terpuji.3

Terjadinya perubahan karakter di kalangan remaja pada masa pandemi covid-19 sebagai
dampak negative dari pembelajaran daring menuntut adanya perang guru. terutama guru
Pendidikan Agama Kristen harus mampu membentuk karakter remaja melalui mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen sesuai dengan harapan.4 Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian di SMPN 1 Pamona Barat dengan harapan bahwa kehadiran PAK harus
lebih mampu membimbing, membantu untuk kembali membentuk karakter peserta didik.

2. Metode
Metode penelitian yang digunaka oleh peneliti tercakup dalam dua desain yakni
penelitian kepustakaan serta penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian
kepustakaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui teori apa saja yang relefan terkait topik
yang diangkat oleh penulis serta dapat membantu penulis ketika melaksanakan proses penelitian.
Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif juga dilakukan penelitian dengan tujuan untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setingg sosial atau di maksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang di teliti antara fenomena yang
di uji.5 Dalam kegiatan analisis peneliti menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT
merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi data yang ditemukan sehingga
memperoleh hasil yang baik.

3
Wahyu Ajie Fatma Dewi, “Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring di sekolah’’, Jurnal
ilmiah Pendidikan, Vol. 2 No. 1. Tahun 2020, hlm. 57.
4
Data hasil observasi online terhadap guru kelas VII,VIII,IX. SMPN 1Pamona Barat, 2021.
5
https://id.wikipedia,org/wiki/penelitian_deskriptif, diakses 8 juni 2021.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Pengertian Pendidikan secara umum
Perluasan ranah pengetahuan disebut dengan pendidikan atau pembelajaran. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Bab Pertama menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses interaksi
peserta didik dengan guru serta sumber belajar pada lingkungan belajar. 6 Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa, ketika seorang guru melakukan proses interaksi dengan siswanya maka hal
tersebut adalah sebuah pembelajaran. Dalam proses interaksi peranan guru lebih besar, sebab
ia adalah orang dewasa yang memiliki pengalaman pengetahuan dan keterampilan yang
lebih.7 Pendidikan dapat disebut sebagai usaha untuk membimbing siswa. Sehingga dapat
dikatakan bahwapendidikan merupakan kegiatan interaksi antara guru dan siswa bahkan
usaha membimbing siswa untuk membawa suatu perubahan guna tercapainya suatu tujuan
pendidikan.

B. Hakikat Pendidikan Menurut Pandangan Alkitab PL dan PB


1. Menurut Pandangan Alkitab PL
Allah adalah pusat pengetahuan dalam Perjanjian Lama. Dalam kejadian 2:9,27
dijelaskan bahwa pengetahuan itu merupakan pemberian dari Allah untuk manusia, dan
manusia diharuskan untuk menanggapinya secara aktif.8 Allah memberikan manusia
pikiran agar mereka mampu berpengetahuan dan terampil dengan baik. Pendidikan dalam
PL merupakan pengenalan akan Allah yang membuat kita memanusiakan manusia. Sebab
pengenalan akan Allah pasti akan mendatangkan sikap solidaritas dan tanggung jawab
untuk kehidupan manusia bersama.
2. Menurut Pandangan Alkitab PB
Pendidikan dalam Perjanjian Baru tidak terlepas dari Perjanjian Lama, karena
sama-sama berpusat kepada Allah. Dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah Guru Agung,
dimana ketika Ia menjadi seorang guru, Ia memusatkan seluruh pengajarannya kepada

6
Pemerintah republic Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. (Jakarta:
Sinar Grafika, 2009), 5
7
Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),3
8
Rantung, Djoys Anneke. Pendidikan Agama Kristen dalam Kehidupan Masyarakat Majemuk. (Yogyakarta:
Lintang Rasi Aksara Books, 2017), 6
Allah disurga. Apa yang Yesus ajarkan juga selalu Ia praktekkan dalam kehidupan-Nya.
Totalitas kehidupan Yesus ialah pengajaran itu sendiri. Artinya, mulai dari kelahiran,
karya-karyanya sampai Ia mati di kayu salib, itu semua merupakan pengajarannya.
C. Tinjauan Pendidikan Agama Kristen

1. Pengertian Pendidikan Agama Kristen


Sebuah bentuk pelayanan di bidang pendidikan dengan tujuan agar gereja yang
adalah persekutuan sosial bisa hidup serta berkembang melalui identitas yang
terpelihara serta dihayati. Pendidikan Agama Kristen ialah amanat dari Tuhan yang
harus dilaksanakan dan ditujukan kepada umat-Nya baik yang tua maupun yang muda
sehingga dengan demikian mereka boleh masuk persekutuan iman dengan Tuhan dan
dalam jemaat.9
2. Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan agama Kristen merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab gereja
bagi perkembangan dan pertumbuhan rohani jemaat. Dari sekian banyak tugas dan
tanggung jawab gereja, secara khusus gereja harus menitik beratkan PAK sebagai tugas
penting gereja karena Tuhan telah memberikan amanat kepada gereja supaya mengajar.
PAK harus dikerjakan selayaknya dan sewajarnya terhisab dalam tugas gereja yang sah,
sehingga harus dilaksanakan bersama dan oleh seluruh anggota jemaat. Tujuan adanya
pendidikan agama Kristen di sekolah ialah untuk membentuk dan membimbing peserta
didik agar dapat bertumbuh dan berkembang mencapai kepribadian yang utuh yang
mencerminkan sebagai gambar Allah
3. Manfaat Pendidikan Agama Kristen Di Sekolah
Tugas Pendidikan Agama Kristen di sekolah adalah bagian dari tugas panggilan
gereja dalam menyatakan kesaksian dan pelayanan dengan mengutamakan Pengajaran
(didache) dan Pemberitaan (kerygma) dalam bentuk Kelompok Belajar Mengajar (KBM)
dan kegiatan lainnya, sehingga anak-anak Kristen dapat mengalami hidup yang baru.
4. Bimbingan terhadap Anak
Telah kita lihat, bahwa demi tercapainya manusia yang dewasa, sehat jasmani dan
rohani, maka ia perlu dicegah dari pengaruh negatif dan timbulnya gangguan dalam
perkembagan kepribadiannya. Sebagai suatu cara dalam usaha pencegahan gangguan
9
EG Homrighausen, I.H Enklaar,
perkembangan kepribadian, maka bimbingan dan penyuluhan telah banyak peranannya
dalam ikut membentuk manusia dan masyarakat yang sehat mentalnya. Sehingga
sejatinya PAK perlu menjadi sarana yang mampu membimbing kehidupan anak.
5. Tantangan Tugas Pendidikan Agama Kristen di Sekolah
Harus didasari bahwa proses Pendidikan Agama Kristen di sekolah tidak
selamanya berjalan mulus melainkan selalu menemui hambatan bahkan jalan buntu.
Namun dengan hambatan tersebut tidak berarti pula melemahkan semangat misi
pendidikan di sekolah, sebaliknya justru menjadi acuan dalam peningkatan mutu
selanjutnya. Adapun hambatan yang dimaksudkan adalah masalah - masalah yang terjadi
pada diri murid, baik karena faktor diluar dalam diri anak (internal), maupun karena diri
anak (eksternal).
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu anak, yaitu
faktor jasmani (fisik) dan faktor psikologis (kejiwaan). Adapun faktor yang bersifat
jasmaniah adalah seperti penglihatan, pendengaran, keterampilan bicara, anggota
tubuh, dan lain sebagainya. Jika salah satu dari faktor jasmaniah ini terganggu, maka
Pendidikan Agama Kristen tidak dapat mencapai tugas sasarannya pada individu
tersebut. Sedangkan yang bersifat internal adalah seperti kecerdasan, minat,
psikologis (kejiwaan) bakat, motive, perhatian, ingatan, inteligensia, dan lain
sebagainya. Apabila salah satu atau lebih dari faktor tersebut yang mengalami
gangguan atau lebih tidak normal, maka dapat dipastikan pula bahwa sama halnya
dengan faktor jasmaniah, maka faktor inipun dapat mempengaruhi proses pencapaian
tugas Pendidikan Agama Kristen bagi individu tersebut.
b. Faktor Ekaternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri anak dan merupakan
kebutuhan dalam pertumbuhan dân perkembangannya, seperti fasilitas belajar anak
sekolah, buku, pakaian, kurikulum dan lain-lain, lingkungan (keluarga, masyarakat,
udara dan suasana). Kedua taktor eksternal ini jika tidak terpenuhi kan sangat
mempengaruhi minat belajar anak Semakin banyak faktor yang tidak mendukung,
maka semakin banyak pula pengaruhnya pada diri anak. Menyadari bahwa akibat
yang akan ditimbulkan oleh kedua faktor tersebut, baik taktor internal maupun taktor
eksternal, maka diharapkan kepada semua pilak baik siswa, guru, sekolah. orang tua,
pemerintah dan masyarakat kiranya dapat menjalin kerjasama yang baik sehingga
akibat yang akan menimpa diri anak-anak dapat dihindari dan diatasi, Dan yang
paling penting adalah bagaimana siswa, guru dan orang tua mewujudkan tugas
Pendidikan Agama Kristen dalam kapasitasnya masing-masing.
6. Program Pendidikan Agama Kristen di Sekolah
Untuk mengoptimalisasikan tugas Pendidikan Agama Kristen di sekolah, maka
sangat diperlukan adanya program. Lewat program dari tugas Pendidikan Agama Kristen
tersebut, segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mensukseskan kegiatan belajar mengajar
dapat dicapai. Adapun program dimaksud adalah mencakup beberapa aspek, antara lain :
a. Pengadaan Tenaga Guru
Guru sebagai tenaga dan fasilitator tetapi di sekolah adalah bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari tugas pendidikan Agama Kristen di sekolah. Tanpa fasilitator
térsebut, maka tugas Pendidikan Agama Kristen tidak dapat berjalan dengan sendirinya.
Oleh karena itu gereja sebagai penyalur dan pencipta tenaga tersebut harus menjalin
kerjasama yang baik dengan pemerintah dan sekolah-sekolah yang membutuhkan
tenaga tersebut.
b. Pengadaan Tenaga Pembina
Pengadaan Tenaga Pembina yang dimaksudkan dengan tenaga pembina adalah
tenaga khusus yang díhasilkan oleh gereja dan telah bekerja pada salah satu instansi
atau lembaga gereja, secara khusus yang berlatar belakang pendidikan S1 Jurusan
Pendidikan Agama Kristen (PAK) Theologia. Tenaga-tenaga tersebut sangat membantu
jika sekolah dan guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) serta orang tua dapat
memanfaatkan mereka untuk membantu mewujudkan tugas Pendidikan Agama Kristen
(PAK) di sekolah.
7. Peran Guru Pendidikan Agama Kristen
Guru merupakan orang yang dipercayakan Tuhan dalam melaksanakan
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan karunia yang telah diberikan kepadanya. Selain
sebagai pengajar, guru juga sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan
dan menuntun siswa ke cita-cita dan kepada kebaikan. Dalam sejarah pendidikan, guru
merupakan sosok teladan bagi peserta didik. Dengan demikian, guru harus memiliki
strategi atau cara dalam mengajar. Guru pendidikan agama Kristen memiliki tugas yang
sanagat kompleks dan terpadu. Sebagai wujud nyata peranan guru PAK tersebut harus
melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang sempurna.
Peran guru PAK dalam mengajarkan iman Kristen bagi remaja merupakan sebuah
contoh dan teladan bagi dunia kekristenan maupun dalam dunia pendidikan. Sebagai
seorang pemimpin dapat menjadi contoh dan teladan yang baik dan benar dalam setiap
dimensi kepemimpinannya. Kualitas pendidikan agama Kristen di sekolah berhubungan
dengan kemampuan guru PAK membaca dan menafsir isi Alkitab dan hidup sesuai
dengan apa yang diajarkan sehingga dapat menjadi teladan bagi siswa.

D. Tinjauan Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter ialah upaya sengaja yang menolong orang memahami,
peduli , serta bertindak atas dasar inti nilai-nilai etis. Karakter (watak) ialah istilah yang
diambil dari bahasa yunani yang berarti menandai. yakni menandai tindakan ataupun
perilaku seseorang. Seseorang bisa dianggap sebagai “orang yang berkarakter” ketika
perillakunya sesuai dengan kaidah moral.

Pendidikan karakter guna membentuk kepribadian seseorang melalui


pendidikan budi pekerti, yang hasilnya nampak pada tindakan nyata , yaitu berperilaku
baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, serta kerja keras. Pendidikan
ialah alat guna pembentukan manusia berkualitas. Melalui pemahaman pendidikan
karakter di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter ialah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter bagi warga sekolah yang mencakup pengetahuan, kesadaran ataupun
kemauan, serta tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik bagi Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga dapat menjadi
manusia yang berkarakter.10
Pendidikan ialah investasi masa depan bangsa, termasuk untuk menerapkan
perilaku sosial yang penuh dengan praktek etika. Ini berarti selain berfungsi sebagai

10
Moh Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2009), cet. Ke-1, 54.
pelestari pendidikan juga berfungsi sebagai alat transformasi agar segera beradaptasi
dengan perubahan social yang sedang terjadi. Tentu dalam hal ini tanpa
meninggalkan karakter baik pada masyarakat itu sendiri. Pembangunan karakter
ialah usaha penting yang bisa diberikan bagi manusia. Sistem pendidikan yang benar
ialah yang memiliki tujuan membangun karakter.
2. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan karakter
manusia di rasa tidak penting atau tidak di perhatikan, sehinggah di perlukan peran
guru agama kristen dalam membentuk karakter siswa. Perkembangan terus terjadi tanpa
memperhatikan etika, moral,serta karaakter manusia. Sehingga peran guru pendidikan
agama kristen ialah mengontrol siswa yang terbawa arus oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peran guru harus sangat serius sehinggah bisa menghasilkan
siswa yang baik dan terpuji. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun
perubahan zaman, bukanlah alasan bagi guru untuk tidak mengajarkan pendidikan agama
kristen serta melaksanakan perannya sebagai guru yang di percayakan oleh Allah untuk
mendidik dan membentuk karakter siswa.
Perilaku menyimpang yang setiap hari mempengaruhi siswa terutama di kalangan
remaja, ialah kekerasan, ketidak sopanan, penyala gunaan obat terlarang, serta
perkelahian,mempunyai maksud yang sama yaitu tidak adanya karakter baik sehingga hal
ini memang harus menjadi perhatian guru pendidikan agama kristen sebagai dasar dari
pendidikan karakter. Guru pendidikan agama kristen tidak bisa mengabaikan perannya
sebagai guru yang mempunyai tanggung jawab membentuk karakter siswa. Bukan
sekedar mengajar, tetapi juga membarikan kotribusi berharga yaitu dengan
membentuk siswa. Ada begitu banyak faktor yang bisa membentuk karakter siswa,
seperti kondisi para siswa, tersedianya sarana, prasarana, metode belajar, serta peran
guru. Dari faktor tersebut guru merupakan komponen penting yang harus menjadi
perhatian. Ini berarti bahwa guru mempunyai peran dan pegaruh yang dominan untuk
membentuk karakter siswa. Guru harus dapat menjadi teladan bagi siswa sehingga apa
yang di ajarkan dapat memberi pengaruh terhadap pembentukan karakter.

E. Tinjauan Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi
dewasa”. usia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-21 tahun. Remaja mempunyai
keragaman yang tinggi dimana perkembanagan gaya hidup, status sosial ekonomi,
jenis kelamin, sejarah, kultur, serta etnis, mencerminkan perjalanan hidup mereka.11 Masa
remaja ialah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja ialah
masa yang rentan terhadap berbagai masalah. Masa remaja juga merupakan masa
kebimbangan. Oleh sebab itu, remaja perlu mendapatkan pendidikan yang memadai dari
berbagai pihak.
2. Tahap perkembangan Masa Remaja
Ada tiga tahap masa remaja, yaitu:12
1) Masa remaja awal (10-12 tahun)
a. Ingin lebih dekat dengan teman sebaya
b. Menyukai kebebasan
c. mulai memperhatikan keadaan tubuhnya dani berpikir serta berkhayal
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a. Ingin mencari identitas diri
b. Memiliki keinginan untuk berpacaran atau tertarik dengan lawan jenis
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berkhayal makin berkembang mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan seksual
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)
a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b. Lebih selektif dalam mencari teman
c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta
e. Berfikir khayal atau abstrak

11

12
f. Mencoba hal baru
g. Emosi yang labil
3. Ciri-ciri remaja
Menurut (Hurlock 2004 dalam Alkatiri 2017) masa remaja memiliki ciri tertentu
seperti berikut ini:
a. Periode penting
Di masa ini, berkembangnya fisik secara cepat mengakibatkan diperlunya
pembentukan sikap, nilai dan minat yang baru. Masa remaja dianggap sebagai
periode yang penting karena semua perubahan yang terjadi akan memberi efek janka
panjang.
b. Periode peralihan
masa remaja ialah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Seorang remaja bukan lagi anak-anak tetapi juga bukan orang dewasa. Peralihan
bukan berubah dari yang sudah terjadi sebelumnya tetapi peralihan dari satu tahap ke
tahap perkembangan selanjutnya.
c. Periode perubahan
Pada masa ini terjadi banyak hal di bandingkan masa-masa lain. Perubahan itu
seperti perubahan emosi yang sulit untuk dikontrol, minat dan peran yang bisa
menimbulkan masalah, perubahan minat serta perilaku bisa mengakibatkan
perubahan nilai-nilai. Serta terjadi perubahan sikap yang menuntut kebebasan tanpa
tanggung jawab.
d. Usia bermasalah
Pada masa ini, laki-laki atapun perempuan yang susah untuk diatasi sesuai dengan
cara mereka sehingga kebanyakan remaja menjadi sadar bahwa penyelesaian masalah
tidak bisa selalu sesuai dengan keinginan mereka.
e. Pencarian identitas
Pada masa ini, remaja masih dalam tahap pencarian identitas dengan tujuan bisa
diakui baik oleh teman sebaya maupun lingkungan pergaulan.
f. Usia yang menimbulkan ketakutan
Ketika anak memasuki masa remaja, orang tua menjadi lebih takut dan khawatir hal
ini diakibatkan karena kebanyakan remaja tidak bisa dipercaya, cenderung merusak
serta berperilaku buruk.
g. Masa yang tidak realistic
Seorang remaja lebih memandang dirinya maupun orang lain seperti apa yang
mereka ingnkan, terutama perihal cita-cita. Hal tersebut menyebabkan banyak remaja
menjadi marah serta kecewa ketika sesuatu tidak terjadi sesuai dengan apa yang
mereka inginkan.

h. Akhir masa dewasa


Pada masa remaja akhir, sering memperlihatkan keinginan dengan memberikan
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, namun mereka akan sadar bahwa pakaian
serta perilaku seperti orang dewasa tidak cukup untuk dianggap sebagai orang dewasa
sehingga mereka akan mencoba berperilaku seperti perilaku yang diidentikkan
dengan orang dewasa yakni merokok, berkelahi, minum alcohol, menggunakan obat
dan melakukan seks.

F. Tinjauan Pandemic Covid-19


1. Konsep Covid-19
Covid-19 merupakan virus yang berasal dari keluarga coronavirus yang bisa
menyebabkan penyakit menular dan fatal, serta menyerang manusia dan mamalia lain
hingga ke paru-paru di saluran pernapasan. Gejala yang dialami berupa demam, radang
tenggorokan, pilek atau bahkan batuk yang dapat menimbulkan gejala awal pneumonia.
Virus ini dapat menyebar melalui kontak dekat dengan penderita cairan pernafasan dan
covid-19.
Virus ini pertama kali muncul di pasar hewan dan makanan laut di Wuhan.
Kemudian di laporkan banyak pasien yang terjangkit virus ini, yang ternyata terkait
dengan pasar hewan dan makanan laut tersebut. Hewan liar seperti ular, kelelawar dan
ayam banyak di jual di pasaran sehingga di duga virus tersebut menyebar dari hewan ke
manusia kemudian dari manusia ke manusia lain.
2. Dampak yang Ditimbulkan Dari Covid-19
Keberadaan penyakit covid-19 ini menimbulkan banyak dampak. Tidak hanya di
Indonesia, tetapi seluruh dunia merasakan dampaknya. Mulai dari bidang ekonomi,
kesehatan, pekerjaan, hingga pendidikan terkena dampaknya. Di Indonesia sendiri,
pemberitahuan untuk belajar, bekerja serta beribadah dari rumah telah dilaksanakan sejak
bulan Maret 2020. Bulan Juli 2020 telah diberlakukan era New Normal sehingga
beberapa tempat telah dibuka kembali, hanya saja untuk beberapa sekolah masih belum
bisa dibuka kembali.
Untuk melaksanakan proses pembelajaran, dilaksanakan pembelajaran daring
maupun offline sesuai dengan aturan sekolah. Hal tersebut jelas selalu akan memberikan
dampak negative maupun positif. Adanya sistem pendidikan yang sudah berbeda dari
adanya sebelum covid-19, membuat proses pembelajaran tidak efektif. Dan hal tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan karakter siswa terutama di kalangan remaja.

Anda mungkin juga menyukai