Anda di halaman 1dari 5

 

36

 Smart With Islam

Dia bingung milih, karena belum ada informasi sebelumnya (

Ma’lumatsabiqah 

) tentang ketiga benda tadi. Apalagi, kalo misalnya si anak balitatersebut, belum pernah sama sekali
melihat fakta atau diperlihatkanketiga buah tersebut.

Then 

, ketika kita minta dia menunjuk apel, bisa jadi dia milihapel. Akan tetapi, bisa saja dia ragu-ragu, trus
dia letakkan apel, dandiambilah buah pear. Suatu saat dia ragu lagi, dia letakkan buah pear,trus
diambil buah kesemek. Begitu seterusnya, sampai dia yakin kalodiantara ketiga buah itu, salah
satunya adalah apel.Sekilas ketiga buah tersebut memang memiliki kemiripan, tapiada ciri-ciri
khusus yang membedakan ketiganya. Nah, informasi awaltentang ketiga benda tersebut menjadi
penting bagi si anak balita tadi.Kemudian dilanjutkan dengan memberikan gambaran fakta
ketigabuah tersebut.Sehingga kalo suatu saat kita coba lagi percobaan diatas, danminta si anak kecil
tadi atau mungkin kita yang udah dewasa untukmenunjuk mana apel, maka tanpa ragu anak kecil
dan kita yang udahdewasa yang udah paham informasi dan fakta apel, akan tetap padapilihannya.
Kenapa bisa seperti itu? Karena otak kita sudah bisamengaitkan antara informasi dengan fakta dari
ketiga buah tersebut.Nah, ilustrasi diatas coba kita bawa ke pembahasan tentang‘sebuah pilihan’.
Kita yang sudah

Akil baligh 

 (dewasa), ketika diminta

Bagian 2 ~ Dewasa itu Pilihan


37

Untuk membuat sebuah pilihan maka akan sama kejadiannya, jika kitatidak tahu atau tidak paham
terhadap apa yang mau kita pilih. Dimanaketidakpahaman itu muncul dari, “tidak adanya informasi
tentang apayang kita pilih”, serta “fakta seputar apa yang kita mau pilih”, makakita akan
bingung.Kalo misal terkait hal yang lebih spesifik, ketika kita diminta milihjalan hidup yang baik dan
benar yakni Islam, versus jalan hidup yangmungkin selama ini kita jalani. Maka itu pun juga sangat
tergantungdari pemahaman (

Mafhum 

) kita tentang Islam.Kita sebagai seorang muslim yang sudah dewasa yang sudahbergaul dengan
lingkungan kita, sehingga bisa jadi, jati diri kita adalahjati diri lingkungan tempat dimana kita hidup
yang bergaya hidupsekular. Yang mengukur benar-salah dengan ukuran kemanfaatan.Mengukur
baik-buruk sesuai selera masyarakat. Yang menjadikanIslam, sebagai ajaran yang terpinggirkan.
Maka bisa dipastikan, itulahfakta dan informasi yang masuk menjejali otak kita.Kita yang dibentuk
oleh lingkungan seperti itu, kemudiandihadapkan pada sebuah pilihan, misalnya harus memilih Islam
sebagaijalan hidup (

Way of life 

), maka apa yang terjadi? Kalau tidak bingung,pastilah resistensi alias penolakan. Sekali lagi, bingung
ataupenolakan itu muncul karena pemahaman terhadapIslam nggak ada, atau informasi yang masuk
dalambenak kita, maklumat tentang Islam yang salah.Maksudnya ‘maklumat Islam yang salah’,
adalahinformasi tentang Islam bukan sebagai

Way oflife 

Standar of life 

, melainkan Islam hanya sebatasajaran ritual belaka.Di sisi yang lain ada beberapa faktor
yangmenyebabkan kita ragu atau salah dalam menentukanpilihan hidup. Faktor-faktor itu antara
lain: faktor diri
 

38

 Smart With Islam

Sendiri, faktor teman, faktor keluarga, faktor masyarakat, danfaktor negara.

Pertama:

Faktor diri sendiri, lebih terkait dengan

Mafhum 

 Tentang

Mental block 

. Kalo kita terlanjur mengutuk diri sebagai “bodoh,miskin, ahli maksiat, dll”, itulah yang bakal
tertanam dalam benak pikirankita, kemanapun kita pergi. Maka jadi sangat penting disini
bahwapenanaman aqidah Islam sejak dini. Aqidah Islam yang tidak hanyasekedar terucap di lisan,
tapi juga menancap dalam hati, serta mewujuddalam perbuatan sehari-hari. Selanjutnya tantangan
dan pengalamanhidup sepahit apapun, akan bisa kita lalui, karena kita telah
menyiapkanbentengnya, berupa aqidah Islam yang menancap kuat.

Kedua:

Faktor teman juga bisa menghalangi kita dalammenentukan pengambilan keputusan atas sebuah
pilihan. Maka dengansiapa kita berteman itu menjadi sangat penting bagi pembentukan jatidiri kita.
Mungkin ada teman pernah berbisik di telinga kita,

“kamutidak akan jauh lebih baik, ketika berani memilih Islam sebagai jalanhidupmu” 

. Kalo ada teman yang bilang gitu, maka ada dua hal yang bisakita lakukan;
Pertama 

, biarkan teman kita ‘menggonggong’, kita tetapsaja berlalu.

Kedua 

, kita membalik dan membantah apa yang dibilangteman kita tadi, dan justru kita ingin mengajak
teman kita mengikutilangkah kita.

Ketiga:

Faktor selanjutnya adalah keluarga. Keluarga adalahsalah satu sekolah kehidupan. Bisa jadi, kita
seperti sekarang ini,karena dibentuk oleh keluarga kita. Mungkin ada yang mengeluh dankecewa
karena dilahirkan dari keluarga yang miskin, nggak pahamIslam dan seterusnya. Memang, kita nggak
bisa memilih dilahirkandari keluarga yang mana dan bagaimana. Tapi yakinlah setelahnya,kita bisa
memilih untuk seperti apa dan mau bagaimana, karena cobaperhatikan, kita dengan mereka yang
soleh, dengan mereka yangsudah taubat, punya waktu yang sama, yakni 24 jam sehari, yang

Bagian 2 ~ Dewasa itu Pilihan

39

Dimakan juga sama, hidup pun di bumi yang sama. Lalu kenapa kitamasih ragu untuk memilih Islam?

Keempat:

 Berikutnya adalah faktor masyarakat.Masyarakat, akan menjadi faktor eksternal yang


ikut mempengaruhipembentukan kepribadian kita. Masyarakat yang cenderung permisif(serba
bebas), akan mengajari kita menjadi orang yang permisif juga.Banyak orang tua atau
keluarga mengeluh terhadap anaknya menjadiseperti yang tidak diinginkan, karena ternyata
lingkungan ataumasyarakat lebih berhasil membentuk karakter si anak. Orang tuayang mendidik
anaknya agar menjadi soleh, tapi ternyata lingkungantempat bergaulnya kurang mendukung, maka
terbawalah si anak padapergaulan. Demikian pula dengan kita, kalau tidak kuat benteng yangkita
bentuk, maka benturan dari masyarakat yang sekular, permisif,akan mempengaruhi kita mengambil
keputusan untuk memilih Islam. Kitajadi minder untuk tampil Islami, hanya karena gara-gara kita
berpikirmasyarakat banyak yang belum melakukan itu. Kita jadi enggan untukmenjadi soleh, karena
gara-gara melihat masyarakat yang menurutPengaruh:

• Diri sendiri• Teman• Keluarga• Masyarakat• Negara

40

 Smart With Islam

Anda mungkin juga menyukai