Anda di halaman 1dari 7

 Daun Telinga (inspeksi)

o Anotia : keadaan tidaj adanya teling bagian luar secara kongenital


o Mikrotia : pengecilan daun telinga yang abnormal
o Makrotia : pembesaran pinna telnga secara abnormal
o Keloid : jaringan parut dengan bentuk tidak teratur yang jelas meninggi dan
membesar seacra progresif, akibat pembentukan kolagen yang berlebihan
dalam lapisan korium selama perbaikan jaringan ikat
o Perikondritis : infeksi yang menyerang jaringan di sekitar tulang rawan
o Kista : kantung berisi cairan (kista dermoid, kista epidermoid, kista sebasea)
o Fistel : saluran kecil di daun telinga
o Ott hematoma : kumpulan darah pada bagian daun telinga
 Linag telinga (inspeksi dengan lampu kepala)
o Atresia : ketiadaan atau tertutupnya liang telinga
o Serumen prop : kotoran telinga menumpuk dan menggumpak keras
o Epidermis prop : menumpuknya jaringan epidermis pada liang telinga
o Korpus alineum : benda asing di liang telinga
o Jaringan granulasi : jaringan parut dari bekuan darah pada liang telinga
o Exocytosis : kelainan yang terjadi akibat pertumbuhan abnormal lamella
tulang telinga
o Osteoma : tumor jinak terdiria atas tulang kompak
o Furunkel : bisul / nodul nyeri hebat yang terbentuk dalam kulit oleh
peradangan terbatas dari korium dan jarungan subkutis
 Membrane timpani (otoskopi)
o Hiperemis : merah gendang telinga
o Retraksi : tertarinya gedang telinga karna tekanan negarif
o Bulging : membrane timpani tanpak menonjol
o Atrofi : membrane timpanu tanpak mengecil
o Perforasi : robekan pada membrane timpani
o Bula : lepuhan kecil berisi cairan pada membrane timpani
o secret
 Retroaurikula (inspeksi)
o Fistel : saluran kecil pada belakang telinga
o Kista : kantung berisi cairan pada belakang telinga
o Abses: jaringan massa lunak merah muda pada belakang telinga
 Preaurikula
o Fistel : saluran kecil pada depan telinga
o Kista : kantung berisi cairan pada depan telinga
o Abses : jaringan massa lunak merah muda pada depan telinga
 Tuba eustachius :
o valsava test : membuat tekanan positif di dalam nasofaring sehingga udara
masuk ke Tuba Eustachius dengan menghembuskan napas secara paksa
dengan menutup bibir dan hidung. Jika udara masuk telinga tengah, membran
timpani akan terdorong ke lateral yang dapat diverifikasi dengan otoskop atau
mikroskop
o politzer : pada anak-anak yang tidak bisa melakukan tes valsalva. Pada tes ini,
olive-shaped dari kantong Politzer dimasukkan kelubang hidung pasien yang
ingin dites kemudian lubang hidung yang lain ditutup dan kantong ditekan
bersamaan dengan saat pasien menelan.
Untuk menilai tuba eustachius apakah tersumbat atau tidak terbuka dengan baik, yang
menyebabkan udara tidak masuk ke telinga tegah, sehingga tekanan di telinga tegah
lebih kecil dari pada luar telinga
Hidung lateral (konka dan meatus), medial (septum nasi = lurus atau deviasi), depan
(vestibulum) belakang (koana)

Rhinoskopi anterior (inspeksi) : untuk menilai kavum nasi dengan lampu kepala dan
speculum hidung

 Vestibulum nasi : medial (septum) lateral (furunkel, abses)


 Kavum nasi : lapang atau sempit, secret, darah, korpus alineum
 Selaput lender ada/ tidak
 Lantai + dasar hidung : licin, massa, edema
 Konka inferior (ukuran konkanya, apakah hipertrofi/ atrofi. Warna (hiperemis/
pucat/keunguan)
 Metaus nasi inferior : apakah ada secret atua tidak
 Konka media (ukuran konkanya, apakah hipertrofi/ atrofi. Warna (hiperemis/
pucat/keunguan)
 Meatus nasi media : apakah ada secret/tidak
 Korpus alineum : benda asing pada hidung
 Massa tumor : biasa polip atau massa yang lain

Rhinoskopi posterior (anastesi lokal, kaca laring, masukkan pada daerah ismus fausium arah
kaca ke kranial

 Kavum nasi (lapang atau sempit)


 Selaput lender
 Koana : hiperemis
 Septum nasi (lurus atau deviasi)
 Konka superior (ukuran konkanya, apakah hipertrofi/ atrofi. Warna (hiperemis/
pucat/keunguan)
 Meatus nasi media terdapat secret atau tidak
 Muara tuba : menutup atau tidak
 Adenoid : hipertrofi, hiperemis
 Massa tumor

Trasnluminasi ; pemriksaan untuk deteksi adanya sinusparanasal

 Sinusm maxilaris (-) ada cahaya seperti bulan sabit dbawah mata
 Sinus frontalis (-) ada cahaya seprti sayap di daerah frontalis

Mulut

 Selaput lender mulut +/-


 Bibir : kelainan pada bibir (pecah-pecah, ulkus, drolling, tumor, sukar membuka
mulut/ trismus
 Lidah : permukaan lidah kotor +/-, pergerakan otot lidah, paresis +/-, atrofi papil
lidah, ulcerasi, tumor
 Gigi : gigi karies +/-,
 Kelenjar ludah : hipersalivasi atau tidak

Faring (lampu kepala dan spatel lidah)

 Uvula : pergerakaan simtetris atau deviasi


 Palatum mole : hiperemis, massa, ulserasi, benjolan , permukaan licin
 Palatum durum : hiperemis, massa, ulserasi, benjolan , permukaan licin
 Plika anterior : hiperemis, edema
 Tonsil : ukuran, hiperemis, mobilitas, permukaan, kripta
 Plika posterior : hiperemis, edema
 Mukosa orofaring : hiperemis, bergranul, ulkus, post nasal drip post nasal bleeding

Laring (laringoskopi indirek)

 Pangkal lidah : tonsil lingual edema, hiperemis


 Epiglottis : edema. hiperemis
 Valekula (pertemua epiglottis dan pangkal lidah
 Plika ventrikularis : edema, hiperemis, simetris, tepi licin, pergerakan (saat adduksi
dan abduksi) lapang, massa, nodul
 Plika vokalis : edema, hiperemis, simetris, tepi licin, pergerakan (saat adduksi dan
abduksi) lapang, massa, nodul
 Komisura anterior
 Arytenoid : edema, hiperemis, sulcus dalam
 Massa tumor
 Sinus piriformis : hiperemis, massa, edema
 Trakea : massa, edema, hiperemis

Kepala/Leher

Pemeriksaan kelenjar getah bening

 Regio I
o 1A : merupakan tempat kelenjar limfe submental dan submandibula
 Regio II
o 2A : berlokasi di anteromedial saraf spinal assessorius
o 2B : bagian posteromedialnya
 Regio III : sepanjang rantai jugular tengah dan bawah
 Regio IV : sepanjang rantai jugular tengah dan bawah
 Regio V : Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.
 Regio VI : merupakan kompartemen sentral yang berisi kelenjar paratrakea,
retrosternal, prekrikoid, dan pretiroid.
 Area Parotid
 Area postaurikular
 Area occipital
 Area supraklavikula

NB : bila teraba benjolan, deskripsikan benjolan tersebut

1. Lokasi

2. Jumlah

3. Ukuran

4. Konsistensi

5. Nyeri tekan

6. Terfiksasi atau tidak

Pemeriksaan N. Cranialis

Nervus 1 : olfaktorius : mencium bau

Nervus 2 : opticus

Nervus 3 : okulomotor : pergerakan bola mata

Nervus 4 : troklearis : pergerakan bola mata

Nervus 5 : trigeminus

Nervus 6 : abdusen : pergerakan bola mata

Nervus 7 : fasialis

Nervus 8 : vestibulokoklearis

Nervus 9 : glosofaringeus

Nervus 10 : vagus

Nervus 11 : aksesorius

Nervus 12 : hipoglosus

Pemeriksaan Audiologi

Test penala

Frekuensi kanan Kiri


16
32
64
128
256
512
1024
2048

Test rinne

Test weber

Test schwabah

Test barany : digunakan untuk mengungkapkan apakah saluran semisirkular di telinga dalam
berfungsi dengan benar. Tes yang melibatkan memasukkan air dan udara hangat dan dingin
ke dalam saluran telinga dan mengamati responsnya untuk mendeteksi kerusakan saraf
telinga yang dapat menyebabkan pusing atau vertigo.

Tes berbisik

Test auropalpebra reflek

Audiogram

Pemeriksaan vestibular

Percobaan kalori

 Kobrack’s test
 Hallspike test

Percobaan static

 Percobaan tunjuk jari


 Percobaan jalan
Test Labyrinth yang Suhu air oC Arah nystagmus Lama nystagmus
no dirangsang (detik)
1 Kanan 30
2 Kanan 44
3 Kiri 30
4 Kiri 44

Waktu laten : ada/ tidak ada

Gerakan nystagmus : ada/tidak ada

Kesimpulan :

Anda mungkin juga menyukai