Anda di halaman 1dari 13

Kritik Terhadap Konsep Worldview Barat dan

Urgensi Worldview Islam di Era Disrupsi

Anastasya Bayu Aji


Anisah Khoiriyah
Maritza Dyah Listyawan
Yumna Zahro Kuraini

Universitas Darussalam Gontor

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk membahas mengenai karakteristik dan


kelemahan worldview Barat dan kritik terhadapnya. Mengingat beberapa konsep
yang ditawarkan oleh worldview Barat sangat lemah dan cenderung identik
dengan sekularisme yang menepis nilai spiritualitas dalam kehidupan.
Permasalahan mengenai pandangan hidup (worldview) yang semakin kompleks
mengantarkan kita bahwa hanya worldview Islam yang mampu menjadi perisai
dalam membentengi perang pemikiran dan ideologi di era disrupsi ini. Era
dimana segala perubahan terjadi dengan tidak terduga, mendasar, dan hampir
dalam setiap tatanan kehidupan masyarakat. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kajian literatur dengan mengolah dan menganalisis
berbagai artikel ilmiah yang sudah terpublikasi sebelumnya. Hasil dari penelitian
ini adalah worldview Barat pada dasarnya memiliki konsep yang lemah dalam
menawarkan ide dan pandangannya terhadap konsep dasar tentang kehidupan.
Sementara itu, urgensi worldview Islam di era disrupsi yaitu untuk
menyelamatkan manusia dari jurang kenistaan dalam memandang esensi
kehidupan dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.

Kata Kunci: Kritik, worldview Barat, urgensi, worldview Islam, era disrupsi

1
PENDAHULUAN

Dunia terus berubah dan melesat seiring dengan perubahan pemikiran


manusia tentang kehidupan. Sayangnya, tiap orang memiliki cara pandang dan
berpikir yang berbeda-beda. Sebuah peradaban akan berkembang pesat jika
didorong oleh pemikiran yang maju dan sistematis. Tetapi di sisi lain, sekelompok
orang yang tidak memiliki kecepatan berpikir dan ketajaman menganalisis akan
menjadi korban pemikiran yang lainnya sehingga menjadi golongan yang
tertinggal. Proses globalisasi yang begitu cepat membawa banyak perubahan
mendasar di berbagai lini kehidupan seperti teknologi, politik, ekonomi,
transportasi, kesehatan, kebudayaan, bahkan masuk ke dalam ranah pemikiran dan
ideologi (Supriani and Arifudin 2022). Peradaban Barat kini semakin mendarah
daging di segala aspek lapisan tatanan masyarakat. Peradaban Barat yang
didominasi oleh pandangan hidup saintifik (scientific worldview) semakin
menggeser nilai luhur yang melekat pada peradaban Islam (Hakim, 2019).
Imbasnya adalah rusaknya moral manusia dengan berbagai tingkah laku yang
tidak manusiawi, seperti anggapan bahwa manusia pemilik hierarki tertinggi
dalam kehidupan sehingga melakukan eksploitasi terhadap alam dengan semena-
mena tanpa memperhatikan keseimbangan alam. Rusaknya cara pandang manusia
terhadap kehidupan juga menjadi masalah serius yang harus diperhatikan agar
bisa diantisipasi di era dimana moral sudah semakin terkikis.

Era disrupsi merupakan masa ketika perubahan terjadi sedemikian tidak


terduga, mendasar, dan hampir dalam semua lini kehidupan (Bashori 2018).
Dewasa ini, dunia sedang menghadapi sebuah fenomena yang mana pergerakan
tidak lagi linear dan konstan, namun semakin berliku dan kompleks. Tatanan baru
hadir menggantikan tatanan kehidupan lama yang sudah tidak relevan dengan
tuntutan zaman. Cakupan perubahan yang luas meliputi dunia usaha, perbankan,
transportasi, politik, bahkan ideologi. Oleh sebab itu, era ini melahirkan dua
pilihan penting: berubah atau punah. Untuk menghindari kepunahan pola berpikir
dan eksistensi, worldview atau cara pandang terhadap dunia hadir menjadi tameng
pelindung bagi manusia. Oleh karena itu, perlu dikupas secara tuntas peran
worldview dalam era yang serba tidak pasti ini.

2
Elemen terkecil dari suatu peradaban adalah manusia. Manusia sejatinya
memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda, dimana pandangan hidup
(worldview) itu lahir dari proses pengalaman hidup dan tradisi intelektual yang
panjang1. Peradaban Barat memiliki worldview yang cenderung identik dengan
rasionalisme, empirisme, dan sekularisme yang memisahkan antara agama dan
negara. Sedangkan worldview Islam bersumber pada wahyu yang diperkuat oleh
agama dan didukung oleh prinsip akal dan intuisi (Hasan, 2014). Oleh karena itu,
worldview Islam memiliki karakteristik yang konsisten, permanen, kokoh, dan
sempurna sejak awal terbentuknya. Dari pemaparan singkat di atas, terdapat
beberapa rumusan masalah yang akan dikaji dalam artikel ini. Ini menitikberatkan
pada kritik terhadap lemahnya konsep worldview Barat dan bagaimana worldview
Islam dan urgensinya di era disrupsi ini.

IDENTIFIKASI WORLDVIEW BARAT

Sebuah kebudayaan atau peradaban akan lahir dan berkembang sejalan


dengan berkembangnya konsep keilmuan yang ada di dalamnya. Karena dengan
ilmu, manusia mengetahui hal yang benar dan salah yang akhirnya melahirkan
aktivitas sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan aktivitas kultural lainnya.
Yunani dan Romawi adalah faktor penting bagi lahirnya worldview Barat yang
memengaruhi tradisi filsafat, perundangan, sistem hukum, pendidikan, dan
ketatanegaraan (Hasan, 2014). Worldview Barat menjadikan rasio sebagai satu-
satunya indikator kebenaran dan ilmu pengetahuan, sehingga lahirlah berbagai
paham ekstrem seperti empirisme, rasionalisme, humanisme, materialisme,
kapitalisme, liberalisme, relativisme, dan ateisme (Hakim, 2019). Semua paham
ini merupakan paham aliran kiri yang kurang sesuai dengan fitrah dan moral
manusia, serta berpotensi berdampak negatif pada kehidupan manusia itu sendiri
dan lingkungan sekitarnya.

Worldview Barat juga mengarah pada aspek antroposentris, yang


menganggap manusia sebagai kepentingan primer. Hal ini menjadikan manusia
memiliki sifat arogan terhadap keseimbangan alam. Akhirnya, manusia akan
mengeksploitasi sumber daya alam hayati maupun non-hayati yang terdapat di
1
M. Kholid Muslih, Worldview Islam: Pembahasan tentang Konsep-konsep Penting dalam Islam
(Ponorogo: UNIDA Gontor Press, 2018), 2.

3
alam untuk memenuhi nafsunya tanpa memperhatikan dampaknya. Akibatnya,
hubungan manusia dengan alam menjadi tidak harmonis dan tidak seimbang.

Syed Muhammad Naquib al-Attas mengungkapkan bahwa sekularisme


adalah salah satu ideologi yang melahirkan worldview Barat. Sekularisme adalah
paham yang berusaha memisahkan antara agama dan negara. Paham ini berupaya
untuk melepaskan manusia dari kungkungan agama dan metafisika yang mengatur
akal, bahasa, dan perilakunya. Paham ini menepis nilai-nilai spiritual yang luhur
dan suci untuk mengalihkan pandangan manusia kepada ruang dan waktu yang
ada di masa kini. Ini yang menyebabkan worldview Barat memiliki jarak pandang
yang terbatas dalam memandang konsep dasar kehidupan. Tujuan worldview
Barat hanyalah sebatas pada dunia yang ada di depan mata, tanpa menyisipkan
nilai religiusitas bahwa terdapat kehidupan setelah kematian. Dimana semua baik
dan buruk yang dilakukan di dunia akan bermuara dan mendapat balasan yang
sempurna di negeri akhirat.

KARAKTERISTIK WORLDVIEW BARAT

Sebagai sebuah peradaban yang berakar dan dipengaruhi oleh bangsa


Yunani dan Romawi, worldview Barat memiliki corak tersendiri dan berbeda
dengan peradaban yang berkembang lainnya (Setiawan et al. 2013). Worldview
Barat lebih bercorak rasional empirik dan memisahkan diri dari hal-hal yang
berbau irrasional dan non-rasional (metafisika). Sehingga implementasi dalam
kehidupan yang konkrit pun menjadi tidak seimbang antara aspek rohani dan
jasmani, antara akal dan hawa nafsu, terlebih lagi antara dunia dan akhirat.

Worldview Barat memiliki beberapa karakteristik yang sekaligus menjadi


inti dari worldview tersebut. Karakteristik utama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berasaskan akal dan panca indera sebagai sumber utama ilmu pengetahuan.
Lebih jauh, worldview Barat menolak wahyu sebagai sumber utama ilmu
pengetahuan dan menepis unsur spiritualitas dalam ranah ilmu pengetahuan,
sehingga ilmu pengetahuan yang berkembang jauh dari keterlibatan agama.
2. Worldview Barat bersifat antroposentrisme (Setiawan et al. 2013) yang
menempatkan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta dan

4
lingkungan. Hal ini membuat alam menjadi unsur sekunder untuk memenuhi
nafsu manusia yang seringkali mengeksploitasi alam tanpa tanggung jawab.
3. Worldview Barat bersifat rasional, terbuka, dan selalu berubah. Akibatnya,
sulit menetapkan parameter untuk menentukan kadar suatu hal karena
worldview Barat tidak stabil dan permanen.
4. Objek kajian worldview Barat hanya terbatas pada tata nilai masyarakat.
Maka tidak heran, jika peradaban Barat hanya terfokus pada kesejahteraan
dan kebahagiaan manusia di dunia tanpa memperhatikan aspek spiritualitas
yang mendukung.
5. Cenderung mengarah kepada sekularisme yang berusaha untuk memisahkan
antara urusan agama dan dunia. Hal ini mengakibatkan manusia mengalami
lepas kendali dan kontrol karena tidak ada aturan agama yang menjaga dan
mengikatnya untuk menjadi manusia berkualitas.

WORLDVIEW ISLAM DAN KARAKTERISTIKNYA

Dalam agama Islam, istilah worldview tidak lain adalah apa yang disebut
aqidah itu sendiri. Aqidah menjadi alat untuk meluruskan hati dan segala perilaku
yang terpancar dalam diri manusia. Worldview Islam bersumber pada Al-Qur’an
dan Sunnah yang diolah secara intensif melalui tradisi intelektual yang panjang,
sehingga worldview Islam tidak bisa dipengaruhi dan diruntuhkan oleh sistem dan
worldview yang lain (Kholid Muslih 2018). Hal ini karena sifat worldview Islam
yang konsisten, permanen, dan tidak bisa berubah.

Seperti halnya worldview Barat, worldview Islam juga memiliki


karakteristik yang menjiwai worldview ini2, antara lain:

1. Bersifat rabbani, yang artinya berasal dari Tuhan sehingga dapat disebut juga
sebagai visi ilahi. Inilah karakteristik mendasar yang membedakan worldview
Islam dengan worldview lainnya. Worldview Islam bersumber pada wahyu
yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sumber ilmu
pengetahuan yang utama.

2
Nur Hasan, Kritik Islamic Worldview Syed Muhammad Naquib al-Attas terhadap Western
Worldview, (MARAJI’: JURNAL STUDI KEISLAMAN: Volume 1, 2014)

5
2. Worldview Islam bersifat konstan, permanen, dan tidak berubah. Esensi dari
worldview Islam ini senantiasa relevan dengan ruang gerak zaman dan
peradaban sehingga dapat diimplementasikan sepanjang zaman.
3. Universal dan komprehensif, dimana segala prinsip dan ajarannya mencakup
segala aspek kehidupan dalam setiap tatanan masyarakat. Sehingga manusia
terikat dalam sebuah aturan agama yang mengantarkannya menjadi insan
kamil (manusia yang berkualitas).
4. Pendekatan worldview Islam adalah tauhid, yang merupakan karakteristik
paling mendasar dari pandangan hidup Islam.
5. Worldview Islam memaknai realitas dan kebenaran berdasarkan kajian
metafisika terhadap dunia yang nampak (visible world) dan dunia yang tidak
nampak (invisible world).

Itulah beberapa karakteristik worldview Islam yang memiliki elemen penting


yang menjadi poin utamanya, sekaligus membedakan worldview Islam dengan
worldview Barat. Urgensi worldview Islam di era serba modern ini adalah bahwa
seiring dengan maraknya westernisasi yang terjadi di berbagai lini kehidupan,
worldview Islam adalah tameng terkuat yang menjaga akal pikiran, tingkah laku,
dan moral manusia dari kehancuran dan kenistaan. Hal ini disebabkan nilai-nilai
luhur dan kearifan hidup mulai terkikis oleh modernisasi dan westernisasi.

KRITIK TERHADAP KONSEP WORLDVIEW BARAT

Worldview Barat telah menawarkan pandangannya mengenai beberapa


konsep dasar kehidupan. Namun, beberapa ide dan pandangan yang dikemukakan
berasaskan worldview Barat memiliki tingkat akurasi yang lemah. Oleh karena itu
pada tahun 1973, Syed Muhammad Naquib al-Attas mengkritik gagasan
sekularisasi worldview Barat. Puncak karyanya mengenai kritikan ini adalah buku
yang ia terbitkan pada tahun 1978 berjudul Islam and Secularism dan
diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Menurut al-Attas, pernyataan bahwa akar dari sekularisasi terdapat dalam


kitab Bibel adalah keliru. Ia berpendapat bahwa akar sekulariasi terdapat pada
penafsiran orang Barat terhadap Bibel yang salah. Hal ini dikarenakan telah
terjadi pergulatan panjang antara akal dan wahyu di dalam worldview Barat, serta

6
lemahnya doktrin dan ajaran agama Kristen dalam menghadapi masyarakat Barat
yang majemuk dan sekuler.

Al-Attas juga mengemukakan bahwa orang Islam tidak sepatutnya


mengikuti konsep sekularisasi dengan mengosongkan nilai-nilai rohani dalam
kehidupan sehari-hari. Ini bertentangan dengan konsep worldview Islam tentang
alam. Alam diciptakan sebagai simbol betapa agungnya kebesaran Allah dan
memiliki kedudukan setara dengan manusia3. Sehingga harus ada jalur keteraturan
dan saling menghormati antara manusia dengan alam. Manusia diciptakan Allah
sebagai khalifah di bumi untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan,
bukan untuk merusak dan mengeksploitasi kekayaan alam tanpa tanggung jawab.
Hubungan harmonis ini harus terjalin supaya kita bisa menghargai dan mengakui
kemurahan yang diberikan Allah SWT kepada kita semua lewat alam semesta.
Pada akhirnya nanti, akan terjalin hubungan timbal balik saling menguntungkan
antara manusia dengan alam.

Lain halnya dengan worldview Barat yang disisipi oleh aspek sekularisasi
yang mengikis dan menghilangkan hubungan simbolis manusia dengan alam.
Worldview Barat yang berisi sekularisasi dan cenderung mengacu pada
antroposentrisme mendorong manusia untuk melakukan segala macam
kezhaliman, kemusnahan, dan kerusakan di atas muka bumi (Pratiwi 2020) . Hal
ini dikarenakan antroposentrisme berpusat pada pemenuhan kebutuhan manusia
dengan menjadikan alam korban eksploitasi keanekaragaman hayati dan non-
hayati. Paham-paham ekstrem tersebut menjadikan manusia menuhankan dirinya
untuk kemudian berlaku tidak adil terhadap alam.

Worldview Barat yang menjunjung tinggi paham sekularisme berupaya


keras untuk memisahkan nilai agama dari ranah politik dan negara. Ini tentu saja
sangat bertentangan dengan worldview Islam, dimana agama memiliki peran
penting dalam sistem pemerintahan dan kepemimpinan. Agama dan negara adalah
dua hal yang tidak bisa dipisahkan, karena pada hakikatnya memang saling
memiliki keterkaitan dan hubungan. Negara akan hancur tanpa adanya aturan

3
Muhafizah. Penciptaan Alam Semesta Dalam Al-Qur’an Dan Tanakh (Yahudi): Pendekatan
Intertekstualitas Julia Kristeva (Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Volume 1, 2021)

7
keagamaan dalam bidang hukum dan pemerintahan. Kekuasaan politik juga
didasarkan atas kuasa ilahi dan kuasa Rasulullah sebagai pemimpin agama dan
negara adalah refleksi dari kuasa Allah. Rasulullah juga sudah mencontohkan
dirinya sebagai pemimpin negara dengan tetap menegakkan syari’at-syari’at
Islam. Hal ini juga dilakukan oleh Khulafa’ur Rasyidin yang memimpin
setelahnya yang memiliki kebijaksanaan dan kearifan tinggi dalam
mengkolaborasi nilai Islam dan politik.

Al-Attas juga mengkritik worldview Barat yang mengandung paham


relativisme sebagai bentuk dari hasil sekularisasi terhadap sejarah (Hasan 2014) .
Islam adalah agama yang mengatasi segala bentuk masalah dan melintasi ruang
dan waktu, karena sistem nilai dan prinsipnya adalah mutlak dan stabil.
Kebenaran nilai Islam tidak hanya berlaku untuk masa lampau, namun juga
berlaku untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Jadi, islam memiliki
worldview yang absolut dan mencakup persoalan ketuhanan, kenabian, kebenaran,
alam semesta, penciptaan, dan lain-lain. Worldview Islam juga menolak
dekonstruksi nilai, karena ia bermaksud untuk merelatifkan semua sistem dan
prinsip suatu pandangan.

Di sisi lain, banyak ditemukan pengaruh buruk worldview Barat terhadap


seorang Muslim. Al-Attas menjelaskan pengaruh dari proses sekularisasi dalam
alam pikiran seseorang dan pengaruhnya terhadap masyarakat, antara lain:
disenchantment of nature (pengosongan alam materi dan semua makna ruhani),
desacralization of politics (penafian semua kesucian politik dan kepemimpinan),
dan deconsecration of values (penafian kesucian serta kekekalan nilai hidup).
Pengosongan alam materi dan semua makna ruhani yang mengakibatkan
pemisahan alam materi itu dari Tuhan dan membedakannya dari manusia. Ini
bertujuan agar manusia memandang alam tidak memiliki hubungan maknawi
dengan Tuhan, sehingga ia bisa menggunakan alam sesuka hatinya tanpa
memperhatikan keseimbangannya. Penolakan terhadap segala kekuasaan dan
otoritas politik yang bersumber pada nilai agama berupaya membuat manusia
bebas untuk mengemban tugas kepemimpinan tanpa legitimasi kedudukan secara
ruhani. Adapun penafian kesucian serta kekekalan semua nilai hidup memberi

8
ruang kepada manusia untuk beranggapan bahwa tidak ada nilai yang suci dan
kekal sepanjang masa.

URGENSI WORLDVIEW ISLAM DI ERA DISRUPSI

Dewasa ini westernisasi atau pengaruh budaya Barat semakin terlihat di


berbagai lini kehidupan. Sistem dan pola modernis dengan berkiblat kepada
budaya Barat dianggap sebagai alternatif budaya masa kini dan masyarakat pun
semakin hari menjadi semakin tersungkur ke dalamnya. Mayoritas hal ini terjadi
pada kalangan remaja yang amat rapuh menerima peradaban-peradaban asing.
Pengaruh budaya seperti ini sangat sulit bahkan tidak dapat dihindari di zaman
yang canggih, juga interaksi antar bangsa melalui banyak hal yang semakin
meningkat hari demi hari, sedangkan proteksi guna menghadapinya begitu lemah
di masyarakat yang dampaknya mereka pun mulai melupakan jati diri bangsa
tanpa mengenal batasan-batasan agama serta moralitas budaya yang tanpa kita
sadari merubah tatanan nilai dan moral suatu bangsa. Selain itu, pengaruh budaya
Barat ini juga tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang dikhawatirkan dapat
merusak moral umat Islam bahkan menghentikan arus kebangkitan umat Islam.
Dapat dilihat nyata yang terjadi melalui media-media hiburan dan entertainment
yang mana unsur pokonya adalah kemewahan dan cinta (Alfadhil et al. 2021).
Maka pada suatu kebudayaan pastinya terjadi pertumbuhan dan perkembangan
yang hal itu dapat berubah-ubah setiap waktu dengan menyesuaikan
perkembangan zaman.Yang mana suatu kebudayaan juga berbeda-beda antar satu
dengan yang lain terletak pada sistem nilai dan sikap hidupnya (Ijtimaiyyah
2015).

Westernisasi yang digencarkan oleh peradaban Barat terhadap negeri-


negeri Islam merupakan sebuah usaha untuk merubah sikap juga pandangan hidup
umat Islam agar sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan tumbuhnya
pemikiran Barat maka otomatis akan menjadi kosong dan hilang jiwa umat
muslim juga nilai-nilai budaya apalagi pola pikir dalam berkehidupan sehari-hari.
Mengenai hal ini Anwar juga berpendapat:

“Pemabaratan adalah istilah yang digunakan oleh para orientalis Barat untuk
menyebut garis perjuangan yang ditempuh pleh kekuatan-kekuatan yang

9
mengendalikan poitik luar negeri untuk menyeret umat Islam kepada paham dan
peradaban Barat. Kekuatan itu senantiasa mengeluarkan kaum muslimin dari
lingkup keislaman untuk dimasukan pada sistem mereka yang akhirnya akan
meleburkan kaum muslimin dalam cetakan Barat. Sasarannya ialah
menyimpangkan Islam dari tujuan pokoknya dengan jalan menyusupkan unsur
Barat kedalamnya”.

Tidak bisa dipungkiri apabila pengaruh westernisasi ini menyebabkan


rusaknya aqidah dan moral masyarakat. Al-Attas juga mengemukakan bahwa
umat Islam tidak boleh mengikuti menerapkan pengosongan nilai-nilai ruhani
dengan alam, karena konsep ini bertentangan dengan worldview Islam (Sumantri,
n.d.).

Dalam sejarah perkembangannya, Barat dan Islam memiliki pandangan


yang berbeda tentang pandangan hidup atau worldview. Ini disebabkan karena
worldview Barat sudah menafikan peran wahyu dalam membimbing akal dan
panca indera untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Worldview Barat juga
mengedepankan rasio dan fakta eksperimen dalam menemukan kebenaran yang
melahirkan sekuler dalam memandang kehidupan dengan memisahkan sains dari
agama, iman, ilmu dan lainnya. Akumulasi peradaban Barat yang lahir dari
beberapa peradaban sebelumnya seperti filsafat, pendidikan, seni dan sebagainnya
yang mereka ambil dari kebudayaan Yunani kemudian membentuk worldview
Barat yang didominasi oleh materialisme bisa kita lihat dari cerminan filsafat
Marxisme, pragmatisme dan lainnya. Oleh karena itu Barat mengartikan
worldview sebagai pandangan hidup dengan pengaruh dari spekulasi filosois dan
aspek rasio-historis yang menjadikan pusat pikiran keyakinan terletak pada dunia
materi saja.(Hadi et al. 2022)

Worldview Islam merupakan pandangan hidup yang bersandar pada


wahyu dimana itu menjangkau aspek fisik dan metafisik sebagai cara pandang
terhadap segala sesuatu secara epistemologis dapat berguna untuk kerangka dalm
mengkaji segala sesuatu. Dalam pandangan hidup Islam setiap konsepnya itu
berelasi dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang bersumber dari
konsep Tuhan. Lalu, bagaimana worldview Islam menanggapi permasalahan
westernisasi dewasa ini? Maka usaha untuk mengantisipasi hal ini adalah dengan

10
menanamkan aqidah Islam sebagaimana pandangan juga pola pikir Islam dan
akhlak pada tiap-tiap umat muslim terlebihnya generasi muda sebagai penerus.

Pada kesimpulannya worldview Islamlah yang sangat absolut,


komprehensif, dan bersumber pada Al-Qur’an dan hadist dalam menjelaskan
konsep-konsepnya yang mana dapat menjadi perisai bagi umat manusia dalam
menghadapi ancaman peradaban Barat di era disrupsi ini. Dengan membimbing
ummat Islam kepada jalan yang benar kemudian melakukan penguatan pendidikan
aqidah dan pembentukan karakter ummat yang tangguh serta pandangan hidup
yang lurus beranutkan worldview Islam didalamnya, sehingga dapat menjadi
perisai pengaruh asing seperti westernisasi atau worldview Barat yang dapat
menyebabkan banyak dampak negatif bagi moral juga kehidupan umat Islam.

KESIMPULAN

Era yang semakin berkembang pesat membawa perubahan di setiap lini


kehidupan seperti ekonomi, kesehatan, transportasi, politik, bahkan ideologi.
Perubahan yang tidak dibarengi dengan benteng pertahanan yang kuat dapat
mengikis tradisi dan nilai luhur yang sebelumnya sudah tertanam subur dalam
benak seseorang. Akibatnya, akan tergerus dan terjerumus ke dalam kenistaan dan
arus yang tidak benar. Maka dari itu, urgensi worldview di era disrupsi ini untuk
menyelamatkan pola pikir manusia agar tidak terjerembab ke dalam kepayahan.
Worldview Islam memiliki karakteristik yang stabil, permanen, dan tidak dapat
diubah. Hal ini mampu untuk mengatasi berbagai bentuk masalah lintas ruang dan
waktu, serta relevan untuk diimplementasikan di sepanjang zaman. Peradaban
yang semakin tak karuan yang didominasi oleh pengaruh kebudayaan Barat
membuat kita harus senantiasa waspada dan awas terhadap paham-paham ekstrem
yang berpotensi merusak hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, alam, dan
sesama manusia itu sendiri. Maka sudah jelas bahwa worldview Islam mampu
digunakan sebagai perisai untuk mengatasi krisis ideologi dan cara pandang
terhadap dunia dan kehidupan di era disrupsi ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alfadhil, Dzakiy Muhammad, Agung Anugrah, Muhammad Hafidz, and Alfidhin


Hasbar. 2021. “Budaya Westernisasi Terhadap Masyarakat 1” 2 (2).

Bashori, Khoiruddin. 2018. “Pendidikan Politik Di Era Disrupsi” 2 (2): 287–310.

Hadi, Nur, Ihsan Jamal, Amir Reza, Kusuma Mohammad, Djaya Aji, Bima Sakti,
and Alif Rahmadi. 2022. “WORLDVIEW SEBAGAI LANDASAN SAINS
DAN FILSAFAT :” 17 (1): 31–61.

Hakim, Usmanul. 2019. “Identifikasi Worldview Dalam Ilmu Pengetahuan Barat


Kontemporer Menurut Syed Muhammad Naquib Al Attas.” Tasfiyah 3 (2):
53–70.

Hasan, Nur. 2014. “KRITIK ISLAMIC WORLDVIEW.” Maraji’: Jurnal Studi


Keislaman 1 (September 2014): 115–45.

Ijtimaiyyah, Jurnal Al. 2015. “PENDIDIKAN ERA MODERN” 1 (1): 73–88.

Kholid Muslih, M. 2018. Worldview Islam: Pembahasan Tentang Konsep-Konsep


Penting Dalam Islam. 3rd ed. Ponorogo: UNIDA Gontor Press.

Pratiwi, Herdina. 2020. “TADRIS : JURNAL PENDIDIKAN ISLAM


Westernisasi Ilmu Dalam Islamic Worldview,” 59–67.
https://doi.org/10.19105/tjpi.

Setiawan, Mahbub, Program Studi, Pemikiran Islam, Program Pascasarjana, and


Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013. “KRITIK TERHADAP
EPISTEMOLOGI BARAT MODERN ( PERSPEKTIF ISLAMIC
WORLDVIEW ) NASKAH PUBLIKASI.”

Sumantri, Rifki Ahda. n.d. “PEMIKIRAN DAN PEMBAHARUAN ISLAM,”


19–36.

Supriani, Yuli, and Opan Arifudin. 2022. “Kepemimpinan Pendidikan Di Era

12
Disrupsi” 5: 153–61.

13

Anda mungkin juga menyukai