Anda di halaman 1dari 66

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

UPT PUSKESMAS SUKAKARYA


TAHUN 2017
PEDOMAN
No. Dokumen : ....../PDM/PKM.SKKRY/.../2018
No. Revisi : -
Tanggal Terbit : ......................2018

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMS SUKAKARYA
TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
Pedoman Upaya Kesehatan Masyarakat UPT Puskesmas Bagendit .
Buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan
acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan UKM oleh
koordinator maupun pelaksana program UPT Puskesmas Bagendit .
Pada kesempatan ini perkenankan saya untuk
menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada semua
karyawan yang telah terlibat dalam proses penyusunan Pedoman
Upaya Kesehatan Masyarakat di UPT Puskesmas Bagendit .
Semoga dengan digunakannya buku ini dapat
mempermudah karyawan dalam menyiapkan dokumen akreditasi
UPT Puskesmas Bagendit .

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifi kasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP

3
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
UPT PUSKESMAS SUKAKARYA
TAHUN 2017
PEDOMAN
No. Dokumen : ....../PDM/PKM.SKKRY/.../2018
No. Revisi : -
Tanggal Terbit : ......................2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
UPT Puskesmas Bagendit adalah salah satu Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yang berada dalam wilayah kerja
administrative Kecamatan Banyuresmi yang terletak di sebelah utara
Kabupaten Garut Jl. K.H. Hasan Arif No. 10, Desa Banyuresmi,
Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. dengan luas wilayah +
2397,083 Ha; terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Banyuresmi, Desa
Bagendit, Desa Binakarya, Desa Karyasari, Desa Karyamukti, Desa
Dangdeur, dan Desa Cimareme.
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang
memberikan kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk
melaksanakan satuan tugas operasional pembangunan di wilayah
kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada
Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5
Permenkes RI No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat
pertama di wilayah kerjanya

4
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat
pertama di wilayah kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal
8 menyebutkan bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai
wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan; Untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi
upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial
meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan;
b. Pelayanan kesehatan lingkungan;
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. Pelayanan gizi;
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh
setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan
minimal kabupaten.

B. Tujuan Pedoman
Pedoman Upaya kesehatan bertujuan untuk menjadi acuan
bagi seluruh aktifitas pelayanan upaya kesehatan yang dilaksanakan
di UPT Puskesmas Bagendit , sehingga pada akhirnya pelayanan
upaya kesehatan dapat mendukung pencapaian standar pelayanan
minimal (SPM).

5
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan upaya kesehatan di UPT Puskesmas
Bagendit meliputi 5 kegiatan esensial dan 1 kegiatan
pengembangan:
1. Pelayanan promosi kesehatan;
2. Pelayanan kesehatan lingkungan;
3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
4. Pelayanan gizi;
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

D. Batasan Operasional
1. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat.
2. Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang dilakukan
oleh Puskesmas untuk menjadikan lingkungan yang sehat
dalam rangka pencegahan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan dan menciptakan lingkungan
yang dapat mengoptimalkan penyembuhan suatu penyakit di
masyarakat.
3. Upaya Kesehatan ibu dan anak dan KB adalah upaya
kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi
reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup,
pengembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima tahun
(BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses tumbuh
kembang.

6
Keluarga Berencana adalah upaya kesehatan primer yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan
usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas.
4. Upaya peningkatan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk
mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan
pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta
dukungan peran serta aktif masyarakat.
5. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit adalah suatu
upaya untuk mencegah agar penyakit menular tidak menyebar
didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan
memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan, surveilans dan imunisasi.
6. Layanan Komprehensif Berkesinambungan adalah upaya
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitative yang mencakup
semua bentuk layanan HIV (Human Imunodefidiency Virus)
dan IMS ( Infeksi Menular Seksual).

E. LandasanHukum
1. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 65
tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Upaya Kesehatan
Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya
kesehatan yang ada di UPT Puskesmas Bagendit :

Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

Pelayanan promosi Pendidikan minimal Diampu oleh 1 orang dengan latar


kesehatan D III belakang pendidikan S-I Kesehatan
Masyarakat
Pelayanan kesehatan Pendidikan minimal Diampu oleh 1 orang dengan latar
lingkungan D III belakang pendidikan S-1 Ekonomi
Pelayanan kesehatan Pendidikan minimal Diampu oleh 5 orang dengan latar
ibu, anak, dan D III belakang pendidikan D IV kebidanan (1
keluarga berencana orang) dan D III kebidanan (4 orang)
Pelayanan gizi Pendidikan minimal Diampu oleh 1 orang denganlatar
D III belakang pendidikan D III Gizi
Pelayanan pencegahan Pendidikan minimal Diampu oleh 4 orang dengan latar
dan pengendalian D III belakang pendidikan S-1 Kesehatan
penyakit masyarakat (1 orang) dan D III
keperawatan (3 orang)
Layanan Komprehensif Pendidikan minimal Diampu oleh 2 orang dengan latar
Berkesinambungan D III belakang pendidikan S-1 Kedokteran 2
orang, D III Keperawatan,1 orang DIII
Analis Kesehatan ,1 orang S-1 Farmasi

8
B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program upaya kesehatan dan latar
belakang profesinya adalah sebagai berikut:

Kegiatan Petugas Profesi

Pelayanan promosi Promkes


kesehatan
Pelayanan kesehatan -
lingkungan
Pelayanan kesehatan Bidan
ibu, anak, dan keluarga
berencana
Pelayanan gizi Nutritionis
Pelayanan pencegahan Perawat
dan pengendalian Perawat
penyakit Perawat
Promkes
Layanan Komprehensif Dokter
Berkesinambungan Dokter
Apotrker
Perawat
Perawat

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh
para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini
bulanan maupun
tri bulanan / lintas sektor, dengan persetujuan kepala
puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu
satu tahun, dan di break down dalam jadwal kegiatan bulanan
dan dikoordinasikan setiap pada awal bulan sebelum
pelaksanaan jadwal.

9
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan upaya
kesehatan di koordinasikan oleh Kepala UPT Puskesmas
Bagendit .

10
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya
kesehatan, UPT Puskesmas Bagendit memiliki:
1. Satu (1) unit mobil puskesmas keliling/ambulance
2. Satu (1) unit kendaraan roda dua
3. Seperangkat LCD Proyektor
4. Satu (1) unit laptop
Adapun fasilitas penunjang untuk masing-masing kegiatan upaya
kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kegiatan Sarana-prasarana
Pelayanan promosi kesehatan  Leaflet
 Alat peraga penyuluhan
 Kamera
 Jadwal kegiatan
 Buku
 Pamflet
 Form PHBS
 LCD dan laptop
Pelayanan kesehatan lingkungan  Senter
 Block Grill
 Kit Sampling air
 Alat pembasmi nyamuk
 Swim fog
 Leaflet
Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan  Tensimeter
keluarga berencana
 Stetoskop
 Stetoskop laennec
 Termometer
 Doppler
 KB set

11
Kegiatan Sarana-prasarana

 Partus set
 Spuit
 Pita pengukur
Pelayanan gizi  Leaflet
 Panduan Diet
 Food Model
 Timbangan dan
Mikrotois

Pelayanan pencegahan dan  Leaflet/Brosur


pengendalian penyakit penyuluhan penyakit
 Poster
 Blanko surveilans
 Pedoman KLB
 Swingfog
 Senter
 Alat-alat pelindung diri
 Alat kebersihan
lingkunagn
Layanan Komprehensif  Leaflet/Brosur
Berkesinambungan penyuluhan penyakit
 Poster
 Blangko Informkonsen
 IMS set
 Senter
 Alat-alat pelindung diri
 VCT set

12
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Tatalaksana Upaya Promosi kesehatan


Program pelayanan promosi kesehatan mengutamakan terciptanya
perilaku masyarakat untuk mencegah timbulnya masalah
kesehatan melalui upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan terciptanya perilaku masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan yang sudah terjadi melalui upaya kuratif dan
rehabilitatif.
1. Penanggung jawab:
 Petugas promkes
2. Perangkat Kerja
 Leaflet
 Alat peraga penyuluhan
 Kamera
 Jadwal kegiatan
 Buku
 Pamflet
 Form PHBS
3. Tujuan
meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk hidup sehat dan pengembangan upaya
kesehatan yang bersumber masyarakat, serta terciptanya
lingkungan yang kondusif untuk mendukung perubahan
perilaku masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.
4. Konsep dan Metode

13
Konsep dan metode yang digunakan adalah metode komunikasi
dan media atau sarana informasi. Sarana informasi juga perlu
ditetapkan atau dipilih untuk mengikuti metode yang telah
ditetapkan. Metode komunikasi yang digunakan adalah
ceramah, tanya jawab, dialog, demonstrasi, konseling dan
bimbingan belajar.
5. Kegiatan
a. Promosi Kesehatan Dalam Gedung

1) Cakupan Komunikasi Interpersonal dan Konseling

(KIP/K)

KIP/K adalah upaya pemberdayaan individu dan

keluarga oleh petugas puskesmas melalui proses

pembelajaran pemecahan masalah dengan sasaran

individu. Cakupan Komunikasi Interpersonal dan

Konseling (KIP/K) di Puskesmas adalah Jumlah

pengunjung yang mendapat KIP/K di klinik khusus atau

klinik terpadu KIP/K sebagai tentang Gizi, P2M, sanitasi,

PHBS dan lain-lain sesuai kondisi/masalah pengunjung

sebanyak 5% pengunjung Puskesmas.

2) Cakupan Penyuluhan kelompok oleh petugas di dalam

gedung Puskesmas

Penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat

pengunjung Puskesmas (5-30 orang) di tempat khusus/

ruang tunggu/ tempat tidur (bedseat teaching), dengan

waktu ± 10-15 menit dengan materi sesuai issu

14
aktual /masalah kesehatan setempat dengan didukung

alat bantu / media penyuluhan. Cakupan Penyuluhan

kelompok oleh petugas di dalam gedung Puskesmas

adalah penyampaian informasi kesehatan kepada

sasaran pengunjung Puskesmas (5-30 orang) yang

dilaksanakan oleh petugas, dilaksanakan 96 kali dalam

satu tahun atau rata-rata 8 kali dalam setiap bulan.

3) Cakupan Institusi Kesehatan ber-PHBS

Institusi Kesehatan adalah Puskesmas dan jaringannya

(Puskesmas Pembantu). Pengkajian dan pembinaan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan

institusi kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dengan

melihat 6 indikator PHBS ( menggunakan air bersih,

menggunakan jamban, membuang sampah pada

tempatnya, tidak merokok di institusi pelayanan

kesehatan, tidak meludah sembarangan, memberantas

jentik nyamuk) yang telah dilakukan. Cakupan Institusi

Kesehatan yang ber-PHBS adalah persentase institusi

kesehatan yang ber-PHBS yang ada di wilayah kerja

Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

b. Promosi Kesehatan Luar Gedung

1) Cakupan Pengkajian dan Pembinaan PHBS di Tatanan

Rumah Tangga

15
Pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan Rumah

tangga dengan melihat 10 indikator perilaku di rumah

tangga, 10 indikator perilaku di rumah tangga :

 Persalinan dengan Tenaga Kesehatan

 Memberi ASI Eksklusif

 Menimbang bayi dan Balita setiap bulan

 Menggunakan air bersih

 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

 Menggunakan jamban sehat

 Memberantas jentik di rumah

 Makan sayur dan buah setiap hari

 Melakukan aktivitas fisik setiap hari

 Tidak merokok di dalam rumah

Cakupan rumah tangga ber-PHBS adalah presentase

rumah tangga yang melaksanakan 10 indikator PHBS

rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun

waktu satu tahun.

2) Cakupan Pemberdayaan Masyarakat melalui

Penyuluhan Kelompok oleh Petugas di Masyarakat

Penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat

(5-30 orang) di tempat khusus/tempat pertemuan

masyarakat, dengan waktu ± 10-15 menit dengan materi

16
sesuai issu aktual/ masalah kesehatan setempat dengan

didukung alat bantu/ media penyuluhan.

Cakupan Penyuluhan kelompok oleh petugas di

masyarakat adalah penyampaian informasi kesehatan

kepada sasaran/masyarakat (5-30 orang) yang

dilaksanakan oleh petugas, dilaksanakan 1 kali sebulan

di setiap RW/ Posyandu di wilayah kerja Puskesmas

dalam kurun waktu satu tahun (Jumlah RW/ Posyandu

x 12 kali).

3) Cakupan Pembinaan UKBM dilihat melalui persentase

(%) Posyandu Purnama & Mandiri

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,

dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau

lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari dana

sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya

masih terbatas yakni kurang dari 50% kepala keluarga di

wilayah kerja posyandu.

Posyandu mandiri adalah posyandu yang dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun,

dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau

lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%

mampu menyelenggarakan program terbesar serta telah

17
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang

dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50%

kepala keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kerja

posyandu.

Cakupan Pembinaan UKBM Dilihat Melalui Persentase

(%) Posyandu Purnama dan Mandiri adalah persentase

jumlah posyandu Purnama dan Mandiri yang ada di

wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu

tahun.

4) Cakupan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat

dilihat melalui Persentase (%) Desa Siaga Aktif

Desa/ Kelurahan Siaga Aktif adalah desa/ Kelurahan

yang memiliki komponen (1) Pelayanan Kesehatan Dasar

(2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan

UKBM dan mendorong upaya survailans berbasis

masyarakat, kedaruratan kesehatan dan

penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan,

(3) PHBS.

Desa/ Kelurahan/ RW Siaga dibagi ke dalam empat

tahapan atau kategori yaitu Pratama, Madya, Purnama

dan mandiri. Pentahapan atau kategori ini dilihat

berdasarkan terlaksananya delapan criteria Desa/

Kelurahan/ RW siaga Aktif yaitu :Siaga Aktif adalah desa

18
yang telah melaksanakan minimal 5 indikator yaitu (1)

Forum Desa/ Kelurahan (2) Kader Pembangunan

Masyarakat/Kader Masyarakat (3) Kemudahan akses

pelayanan kesehatan dasar (4) Posyandu dan UKBM

lainnya aktif (5) Dukungan dana untuk kegiatan

kesehatan di Desa/Kelurahan (pemerintah desa/

kelurahan, masyarakat, dunia usaha) (6) Peran serta

masyarakat dan organisasi kemasyarakatan (7)

Peraturan Kepala Desa atau Peraturan Bupati/ Walikota

(8) Pembinaan PHBS di rumah tangga.

Cakupan Desa/ Kelurahan Siaga Aktif adalah persentase

jumlah desa siaga aktif di wilayah kerja Puskesmas

dalam kurun waktu satu tahun

5) Cakupan Pemberdayaan Individu/ Keluarga melalui

Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah merupakan kegiatan yang di lakukan

oleh petugas kesehatan sebagai tindak lanjut upaya

promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas yang

telah di lakukan kepada pasien/keluarga atau dilakukan

terhadap keluarga yang karena masalahnya memerlukan

pembinaan.

Cakupan kunjungan rumah adalah persentase kegiatan

KIP/K yang dilakukan petugas Puskesmas terhadap

19
individu/keluarga yang dilakukan di rumahnya di

wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu

tahun.

c. Pelayanan UKS Cakupan Sekolah (SD/MI/ sederajat)

yang melaksanakan penjaringan Kesehatan

Yang dimaksud dengan penjaringan usaha kesehatan anak

sekolah adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan

kesehatan pada peserta didik yang meliputi pemeriksaan :

1) Pemeriksaan keadaan umum

2) Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi

3) Penilaian status gizi

4) Pemeriksaan gigi dan mulut

5) Pemeriksaan indera (penglihatan dan pendengaran)

6) Pemeriksaan laboratorium

7) Pengukuran kesegaran jasmani

8) Deteksi dini penyimpangan mental emosional

Penjaringan kesehatan dilakukan 1 tahun sekali pada awal

tahun pelajaran terhadap siswa kelas 1 SD/MI atau

sederajat. Penjaringan kesehatan dilakukan oleh suatu Tim

Penjaringan Kesehatan di bawah koordinasi puskesmas. Tim

tersebut terdiri dari tenaga kesehatan Puskesmas, guru dan

kader kesehatan (dokter kecil/kader kesehatan remaja) dari

sekolah yang bersangkutan.

20
Cakupan sekolah yang melaksanakan penjaringan adalah

persentase jumlah Sekolah (SD/MI/ sederajat) yang

melaksanakan penjaringan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas dalam kurun waktu satu tahun.

6. Tatalaksana:
a. Perencanaan (P1)
Petugas merencanakan kegiatan promosi kesehatan pada
RKA (yang bersumber dana APBD) dan atau melalui POA
BOK (plan of action Bantuan Operasional Kesehatan) pada
kegiatan yang bersumber dana APBN.
b. Penggerakan pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P-2 petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan
 Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran atau
PPTK BOK
 Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Pengawasan pengendalian penilaian (P3)
 petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil
kegiatan
 petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa
pertemuan
 petugas mengevaluasi kegiatan

B. TATALAKSANA UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN


Upaya Penyehatan Lingkungan adalah program yang lebih

mengarah pada upaya hygiene dan sanitasi di lingkungan

21
rumah tangga maupun lingkungan komunal dalam rangka

mengupayakan meminimalkan, menekan atau menghilangkan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keadaan kesehatan

masyarakat. Kegiatan pokok dari program ini adalah

penyehatan air, hygiene dan sanitasi makanan dan minuman,

penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah,

penyehatan lingkungan permukiman dan jamban keluarga,

pengawasan sanitasi tempat-tempat umum / Industri, dan

pengendalian vektor.

1. Penanggung jawab
 Sanitarian
2. Perangkat Kerja
 Senter
 Block Grill
 Kit Sampling air
 Alat pembasmi nyamuk
 Swingfog
 Leaflet
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan
terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar
dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan
resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan
bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan
masyarakat yang lebih baik.

22
b. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin
masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal
b. Terwujudnya pemberdayaan  masyarakat dan
keikutsertaan sektor lain yang bersangkutan, serta
bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup.
c. Terlaksananya peraturan perundangan tentang
penyehatan lingkungan dan permukiman yang berlaku.
d. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna
menunjang kegiatan dalam peningkatan kesehatan
lingkungan dan pemukiman.
e. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana
sanitasi perumahan, kelompok masyarakat, tempat
pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan
tempat-tempat umum.
4. Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang
harus dilakukan Puskesmas meliputi:
 Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

 Cakupan Pengawasan Rumah Sehat

 Cakupan pengawasan sarana air bersih

 Cakupan Pengawasan Jamban

 Cakupan Pengawasan SPAL (Sarana Pembuangan Air

Limbah)

 Cakupan Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)

 Cakupan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)

23
 Cakupan Pengawasan Industri

 Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi

a. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah salah

satu Program Nasional di bidang sanitasi yang bersifat

lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada

bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI.

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan

hidup bersih dengan maksud mencegah

manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan

bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan

usaha ini akan menjaga dan meningkatkan

kesehatan manusia. 

Kembali ke bahasan awal tentang STBM atau Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat. Dari pengertian sanitasi

sebelummnya dapat sedikit kita mengerti bahwa STBM

ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

membuat pembudayaan hidup bersih secara meyeluruh

dalam masyarakat untuk menurunkan kejadian penyakit

diare beserta penyakit lainnya yang berbasis sanitasi dan

kebersihan.

24
Ada indikator output STBM yang ditetapkan oleh

pemerintah, yaitu:

1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses

terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat

mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di

sembarang tempat (ODF).

2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan

air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.

3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum

dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor,

rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia

fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan),

sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.

4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan

benar.

5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan

benar.

b. Cakupan Pengawasan Rumah Sehat

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang

memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki

25
jamban sehat, sarana air bersih, pembuangan sampah,

sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,

kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai yang

tidak terbuat dari tanah (kedap air). Syarat rumah sehat :

 Pencahayaan : cukup, terang di semua ruangan

untuk membaca

 Atap : tidak bocor

 Dinding : bersih, kering dan kuat

 Tersedia jamban keluarga yang sehat

 Tersedia air bersih

 Pengudaraan : segar, banyak udara yang masuk

 Lantai : bersih, teratur, rapih, ada dinding pemisah,

bebas tikus dan nyamuk

 Ada sarana pembuangan air limbah

Cakupan rumah sehat adalah persentase jumlah rumah

sehat yang ada di wilayah kerja Puskesmas pada kurun

waktu 1 tahun

c. Cakupan pengawasan sarana air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan

sehari-hari, seperti minum/ masak serta mandi/ cuci

dan lain-lain. Air yang dipergunakan untuk keperluan

sehari-hari yang dalam penggunaannya harus dimasak

dahulu (masak dan minum). Persyaratan fisik air bersih :

26
jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Persyaratan

bakteriologis : tidak mengandung E. Coli. Air bersih dapat

diperoleh dari sarana air berupa sarana air bersih

berupa: nonperpipaan seperti SGL (sumur gali), sumur

pompa tangan (SPT), sarana air bersih perpipaan (seperti:

kran umum, hidran umum, terminal air), penampungan

mata air (PAH),dll.

Cakupan pengawasan air bersih adalah persentase

jumlah sarana air bersih yang diperiksa di wilayah kerja

Puskesmas pada kurun waktu satu tahun.Hasil cakupan

pengawasan air bersih di UPT Puskesmas Bagendit

Kecamatan Banyuresmi Tahun 2016 adalah dari

sasaran 35167 saran air bersih yang ada di wilayah UPT

Puskesmas Bagendit Kecamatan Banyuresmi dengan

target 80% tercapai sebanyak 27035 sarana air bersih

yang diperiksa atau 76,88%.

d. Cakupan Pengawasan Jamban

Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang

digunakan oleh keluarga (1 jamban untuk 5 orang ). -

Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja dan

menggunakan septic tank dengan sarana air bersih.

Jamban terdiri dari 3 bagian: rumah jamban, lubang

jamban dan tempat penampungan tinja yang disebut

27
septic tank. Kriteria jamban sehat: ruangan cukup

leluasa untuk bergerak, pencahayaan dan ventilasi

cukup, lantai tidak licin, tidak menjadi sarang serangga,

septitank sekurang-kurangnya 10 m dari sumber air.

Cakupan pengawasan jamban adalah persentase jumlah

jamban yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas pada

kurun waktu satu tahun.

Hasil Cakupan pengawasan jamban di UPT Puskesmas

Bagendit Kecamatan Banyuresmi Tahun 2016 adalah :

dari sasaran sarana jamban yang ada sebanyak 35167

buah (target 75%) baru sebanyak 30535 jamban yang

diperiksa atau sekitar 86,83%.

e. Cakupan Pengawasan SPAL (Sarana Pembuangan Air

Limbah)

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan

sarana untuk pembuangan air limbah rumah tangga.

SPAL sehat adalah fasilitas pembuangan air limbah yang

sifatnya tertutup dan tidak mencemari. Cakupan

Pengawasan SPAL adalah Persentase jumlah SPAL

(jumlah rumah tangga ) yang diperiksa di wilayah kerja

Puskesmas pada kurun waktu satu tahun.

Hasil Cakupan Pengawasan SPAL di UPT Puskesmas

Bagendit Kecamatan Banyuresmi Tahun 2016 adalah

28
dari Jumlah SPAL rumah tangga yang ada di ada di

wilayah kerja Puskesmas sebanyak 35.167 buah dengan

target 80% tercapai sebayak 29.975 SPAL yang diperiksa

atau 85,24%

f. Cakupan Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)

Tempat umum adalah suatu bangunan atau tempat yang

dipergunakan untuk sarana pelayanan umum. Suatu

tempat yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum

seperti: hotel, terminal, pasar, rumah sakit, pertokoan,

depot air minum isi ulang, bioskop, tempat wisata, kolam

renang, tempat ibadah, restoran. Tempat umum yang

memenuhi syarat : terpenuhinya sanitasi dasar (seperti

air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya

pengendalian vektor, pencahayaan dan ventilasi sesuai

dengan kriteria atau persyaratan atau standar

kesehatan. Cakupan pengawasan tempat-tempat umum

adalah persentase jumlah TTU yang diperiksa di wilayah

kerja Puskesmas pada kurun waktu satu tahun.

Hasil Cakupan pengawasan tempat-tempat umum di UPT

Puskesmas Bagendit Kecamatan Banyuresmi Tahun

2016 adalah dari jumlah Tempat-tempat umum (TTU)

yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Bagendit

Kecamatan Banyuresmi sebanyak 106 buah TTU dengan

29
target 75% baru sekitar 60 TTU yang diperiksa atau

56,60%

g. Cakupan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan

(TPM)

Tempat pengolahan makanan (TPM) merupakan suatu

bangunan yang dipergunakan untuk mengelola

makanan. Suatu tempat yang dimanfaatkan oleh

masyarakat umum seperti : pengrajin makanan,

jasaboga, pembuat kue, dll. TPM yang memenuhi syarat:

terpenuhinya sanitasi dasar (seperti: air, jamban, limbah,

sampah), terlaksananya pengendalian vektor, higiene

sanitasi makanan minuman, pencahayaan, dan ventilasi

sesuai dengan kriteria, persyaratan atau standar

kesehatan. Cakupan pengawasan TPM adalah persentase

jumlah TPM yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas

pada kurun waktu 1 tahun

Hasil Cakupan pengawasan TPM di UPT Puskesmas

Bagendit Kecamatan Banyuresmi Tahun 2016 adalah

dari Tempat pengolahan makanan (TPM) yang ada di

wilayah kerja UPT Puskesmas Bagendit Kecamatan

Banyuresmi Tidak ada.

30
h. Cakupan Pengawasan Industri

Industri adalah industri rumah tangga yang mengelola

makanan dan minuman atau disebut PIRT (Perusahaan

Industry Rumah Tangga). Industri rumah tangga (IRT)

adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha

di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan

manual hingga semi otomatis. Pengawasan kesehatan

lingkungan kerja perkantoran atau industry

dilaksanakan secara berkala sekurang-kurangnya 1

(satu) kali dalam setahun. Pengawasan kesehatan

lingkungan kerja meliputi penyehatan air, penyehatan

udara, pengelolaan limbah, pencahayaan, kebisingan,

getaran, radiasi, pengendalian vector penyakit,

penyehatan ruang dan bangunan, instalasi serta

pengawasan kebersihan toilet dan lain-lain yang

dianggap perlu baik secara fisik maupun laboratories

dengan menggunakan formulir pengawasan. Cakupan

pengawasan industri adalah persentase pengawasan

industri yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas

yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu

satu tahun.

Hasil Cakupan pengawasan industri di UPT Puskesmas

Bagendit Kecamatan Banyuresmi Tahun 2016 tidk ada

31
diakrenakan di wilayah Puskesmas Bagendit tidak ada

sasaran.

i. Cakupan Kegiatan Klinik Sanitasi

Klinik Sanitasi merupakan suatu wahana yang berfungsi

mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk

pencegahan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan

dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas melalui

proses konseling dan kunjungan rumah penderita

berbasis lingkungan dan klien. Klinik sanitasi bukan

sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetap sebagai

bagian integral dari kegiatan Puskesmas. Cakupan

konseling Klinik Sanitasi adalah persentase konseling

yang diberikan oleh petugas Puskesmas pada penderita

Penyakit Berbasis Lingkungan/ klien di Puskesmas

dalam kurun waktu satu tahun.

Hasil Cakupan konseling Klinik Sanitasi di UPT

Puskesmas Bagendit Kecamatan Banyuresmi Tahun

2016 tidak ada

5. Tata Laksana
a. Perencanaan (P1)
Sanitarian merencanakan kegiatan kesehatan lingkungan
pada RKA (yang bersumber dana APBD) dan atau melalui

32
POA BOK (plan of action Bantuan Operasional Kesehatan)
pada kegiatan yang bersumber dana APBN.
b. Penggerakan pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P-2 petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan
 Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran atau
PPTK BOK
 Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Pengawasan pengendalian penilaian (P3)
 petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil
kegiatan
 petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa
pertemuan
 petugas mengevaluasi kegiatan

C. TATALAKSANA UPAYA KESEHATAN IBU, ANAK DAN KB


1. Petugas Penanggung jawab
a. Bidan
2. Perangkat kerja
a. tensimeter
b. stetoskop
c. stetoskop laennec
d. termometer
e. doppler
f. KB set
g. Partus set
h. Kulkas vaksin
i. Spuit

33
j. Pita pengukur

3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


a. Pengertian
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program
ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan
bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah
satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian
dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah
satu prioritas utama pembangunan kesehatan di
Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan
dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah
menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan
ibu.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan berkualitas dengan partisipasi
penuh pengguna jasa dan keluarganya dalam
mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai
kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak
antar kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman
dalam lingkungan yang kondusif sehat, dengan

34
asuhan antenatal yang adekuat, dengan gizi serta
persiapan menyusui yang baik.
2) Tujuan Khusus
a) Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE
kepada ibu hamil termasuk KB berupa pelayanan
antenatal, dan pelayanan nifas serta perawatan
bayi baru lahir.
b) Memberikan pertolongan pertama penanganan
kedaruratan kebidanan dan neonatal serta
merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II)
sesuai kebutuhan
c) Memantau cakupan pelayanan kebidanan dasar
dan penaganan kedaruratan kebidanan neonatal
d) Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara
berkelanjutan
e) Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara
peran serta masyarakat dalam upaya KIA
f) Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada
seluruh balita dan anak pra sekolah yang meliputi
pemeriksaan kesehatan rutin pemberian imunisasi
dan upaya perbaikan gizi
g) Melaksanakan secara dini pelayanan program dan
stimulasi tumbuh kembang pada seluruh balita
dan anak pra sekolah yang melipui perkembangan
motorik, kemampuan berbicara dan kognitif serta
sosialisasi dan kemandirian anak
h) Melaksanakan management terpadu balita sakit
yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan
termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak
lanjutnya

35
4. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia
subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan
derajat kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya
dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu
kehamilan serta jarak antar kehamilan guna
menurunkan angka kelahiran nasional
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas
dengan penuh pengguna jasa pelayanan dan
keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap
pasangan usia subur mempunyai kesempatan yang
terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak
antar kehamilan guna merencanakan dan
mewujudkan suatu keluarga kecil, bahagia dan
sejahtra.
2) Tujuan Khusus
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang
berkualitas dan KIE kepada pasangan usia subur
dan keluarganya
c. Memberikan pertolongan pertama/penanganan
efek samping dan kegagalan metode kontrasepsi

36
serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati
II) sesuai dengan kebutuhan
d. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan
kegagalan metoda kontrasepsi
e. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara
berkelanjutan
f. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara
peran serta masyarakat dalam upaya KB
g. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia
subur, calon pasangan usia subur, serta anggota
keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan
kualitas kesehatan fungsi reproduksinya
h. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan
usia subur yang berkualitas dan merunjuk ke
fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
i. Melaksanakan managemen terpadu pelayanan
kontrasepsi yang datang berobat ke fasilitas rawat
jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan
tindakan lanjutnya

3. Kegiatan
Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan
anak.Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari:
 pelayanan kesehatan ibu hamil
 pelayanan kesehatan ibu bersalin
 pelayanan kesehatan ibu nifas
 Pelayanan kesehatan neonatus, bayi, anak balita
dan anak pra sekolah

37
 Pelayanan keluarga berencana

Cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu

dipantau secara terus menerus, agar diperoleh gambaran

yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja

tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya lokasi

rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut

dapat lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan

masalahnya. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA

tersebut dikembangkan sistem Pemantauan Wilayah

Setempat (PWS-KIA).

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak

(PWS-KIA) adalah alat manajemen program KIA untuk

memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja

secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak-lanjut

yang cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan

pelayanan KIA-nya masih rendah.

Target Cakupan pelayanan KIA di UPT Puskesmas Bagendit

Kecamatan Banyuresmi pada Tahun 2016  yaitu :

 K1

 K4

 Linakes

 Resti Tenaga Kesehatan

38
 Resti Masyarakat

 KN1

 KNL

 NK

 PK

 BS

 Vit.A Nifas

 Fe3 Gizi

 KF

 K.Bal

 K.Bayi

 CPR

 MTBS

a. Sasaran KIA

Pemantauan pelayanan KIA secara individu melalui kohort

dilakukan secara teratur dan berkesinambungan

berdasarkan jumlah sasaran yang ditemukan di lapangan

per dusun/ per desa. Kegiatan ini dilakukan perwilayah

kerja Desa dan Puskesmas. Jenis saran KIA adalah sebagai

berikut :

 Jumlah Sasaran BUMIL

 Jumlah Sasaran BULIN

39
 Jumlah Sasaran NEO

 Jumlah Sasaran BAYI

 Jumlah Sasaran BUTEKI

 Jumlah Sasaran BALITA

1) Pelayanan Antenatal.

a) Kegiatan yang dilakukan meliputi :

 Pendataan ibu hamil

 Pelayanan antenatal di dalam dan luar gedung.

 Penyuluhan tentang ibu hamil (permasalahan dan

kebutuhannya) kepada keluarga, kader dan

masyarakat termasuk kegiatan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K).

2) Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

a) Kegiatan yang dilakukan

Kegiatan yang dilakukan, meliputi :

 Pertolongan persalinan.

 Pengawasan ibu bersalin sebelum, saat dan

setelah proses persalinan.

 Merujuk kasus yang memerlukan tingkat

pelayanan yang lebih tinggi

40
3) Terdeteksinya Resiko Tinggi / Komplikasi Kebidanan

a) Kegiatan yang dilakukan

Kegiatan yang dilakukan meliputi :

 Peningkatan pengetahuan kader/ masyarakat

tentang resiko tinggi dan faktor resiko tinggi pada

kehamilan.

 Pendataan bumil dengan resiko tinggi dan faktor

resiko tinggi.

 Pelayanan antenatal

 Kunjungan rumah

 Rujukan.

4) Terlaksananya Penanganan Komplikasi Kebidanan

dan Neonatal

Kejadian komplikasi kebidanan dan resiko tinggi

diperkirakan terjadi pada sekitar antara 15-20% ibu

hamil.

a) Kegiatan yang dilakukan

Kegiatan yang dilakukan, meliputi :

 Penemuan kasus dini

 Pengamatan kasus secara dini dan adekuat.

 Pengamatan secara terus menerus.

 Rujukan tepat waktu.

5) Pelayanan Neonatal dan Ibu Nifas

41
a) Kegiatan yang dilakukan

Kegiatan yang dilakukan, meliputi :

 Deteksi dini adanya kelainan.

 Kunjungan rumah

 Pelayanan neonatal dan ibu nifas

 Rujukan.

6) Kematian Maternal dan Neonatal

Selama Tahun 2016 di Wilayah UPT Puskesmas Bagendit

Kecamatan Banyuresmi tidak terdapat kematian ibu,

namun terjadi kematian bayi sebanyak 2 bayi dengan

riwayat BBLR.

7) Pelayanan Kesehatan Bayi

a) Kegiatan yang dilaksanakan

Pelayanan kesehatan bayi meliputi :

 Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio

1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum bayi

berusia 1 th.

 Vit A 100.000 IU (6-11 bln)

 Konseling ASI eksklusif< MP ASI, tanda-tanda sakit

dan perawatan kesehatan bayi di rumah,

menggunakan Buku KIA.

 Penanganan dan rujukan kasus bila perlu.

42
8) Pelayanan kesehatan anak balita

a) Kegiatan yang dilaksanakan

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan

anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan

adalah :

 Pelayanan pemantuan pertumbuhan minimal 8

kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS

 Pemberian Vit A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali

setahun.

 Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh

setiap anak balita.

 Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan

menggunakan pendekatan MTBS.

 Deteksi dini

 Rujukan.

4. Tatalaksana
a. Perencanaan (P1)
Penanggung jawab KIA merencanakan kegiatan kesehatan
ibu dan anak pada RKA (yang bersumber dana APBD) dan
atau melalui POA BOK (plan of action Bantuan Operasional
Kesehatan) pada kegiatan yang bersumber dana APBN.
b. Penggerakan pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P-2 petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan

43
 Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran atau
PPTK BOK
 Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Pengawasan pengendalian penilaian (P3)
 petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil
kegiatan
 petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa
pertemuan
 petugas mengevaluasi kegiatan

D. TATALAKSANAUPAYA PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT


1. Petugas penanggung jawab
Nutrisionos
2. Peralatan kerja
a. Leaflet
b. Panduan Diet
c. PC / Komputer
d. Food Model
e. Timbangan badan dan Mikrotois
3. Tujuan
Tujuan Umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status
gizi masyarakat

Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan dan peran serta
masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk

44
mewujudkan perilaku gizi yang baik dan benarsesuai
dengan gizi seimbang
b. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan
status gizi warga dari berbagai institusi pemerintahan
serta swasta
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas
gizi / petugas Puskesmas lainnya dalam
merencanakan, melaksanakan, membina, memantau
dan mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
d. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan
partisipasi keluarga terhadap pencegahan dan
penanggulangan masalah kelainan gizi
e. Terwujudnya rangkaian kegiatan
pencatatan/pelaporan masalah gizi dan tersedianya
informasi situasi pangan dan gizi.
4. Kegiatan
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi:
a. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
b. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri
Dari:
Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY)
 Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi
(AGB)
 Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori
Energi  Protein (KEP) Dan Kurang Energi Kronis
(KEK)
 Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan
Vitamin A (KVA)

45
 Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah
Kekurangan Gizi Mikro Lain
 Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah Gizi
Lebih
5. Tata laksana
a. Perencanaan (P1)
Nutrisionis merencanakan kegiatan penanggulangan
gizi masyarakat pada RKA (yang bersumber dana
APBD) dan atau melalui POA BOK (plan of action
Bantuan Operasional Kesehatan) pada kegiatan yang
bersumber dana APBN.
b. Penggerakan pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P-2 petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan
 Mengkoordinasikan dengan bendahara
pengeluaran atau PPATK BOK
 Mengkoordinasikan dengan lintas program
tentang kegiatan yang akan dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Pengawasan pengendalian penilaian (P3)
 petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan
hasil kegiatan
 petugas membuat notulen pada kegiatan yang
berupa pertemuan
 petugas mengevaluasi kegiatan

46
E. TATALAKSANA UPAYA PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR (P2M)
1. Petugas Penanggung jawab
Perawat
2. Perangkat Kerja
a. Leaflet/Brosur penyuluhan penyakit
b. Vaksin
c. Blanko surveilans
d. Pedoman KLB
e. Swingfog
f. alat pelindung diri (APD)
g. Alat kebersihan lingkungan
3. Tujuan
Tujuan umum
Mencegah terjadinya penyakit menular dan melakukan
penanggulangan terhadap penyakit yang berkembang
Tujuan khusus
a. Memberikan perlindungan terhadap penyakit khususnya
kepada bayi dan ibu hamil melalui program imunisasi
b. Melakukan pengamatan secara terus menerus terhadap
penyakit potensial wabah

4. Kegiatan
Kegiatan upaya penanganan penyakit menular meliputi:
a. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular
(P2M)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan
dengan upaya-upaya:

47
 Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita
dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai
termasuk rujukan.
 Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan
misalnya, abatisasi pada KLB, DBD, Kaporisasi pada
sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.
 Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan,
pengamatan/pemantauan (surveinlans ketat) dan logistik.
b. Program Pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar
didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan
memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
c. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui
pengamatan terhadap kesakitan/kematian dan penyebarannya
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secara sistematik,
terus menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu
program, mengevaluasi hasil program, dan sistem
kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan:
Pengumpulan Data/Informasi Untuk Menentukan Tindakan
(Surveillance For Action).
d. Program Pemberantasan Penyakit Menular
a. Program imunisasi
b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita
TBC
c. Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan
penanggulangan pneumonia
e. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare

48
f. Program rabies
g. Program Surveilans
h. Pemberantasan P2B2 demam berdarah
5. Tata laksana
a. Perencanaan (P1)
Penanggung jawab P2M merencanakan kegiatan
pemberantasan penyakit pada RKA (yang bersumber dana
APBD) dan atau melalui POA BOK (plan of action Bantuan
Operasional Kesehatan) pada kegiatan yang bersumber
dana APBN.
b. Penggerakan pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P-2 petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan
 Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran atau
bendahara BOK
 Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan

c. pengawasan pengendalian penilaian (P3)

 petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil

kegiatan

 petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa

pertemuan

 petugas mengevaluasi kegiatan

49
F. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

PENGEMBANGAN

1. Penanggung jawab:

 Perawat

2. Perangkat Kerja

 Leaflet / Brosur Penyuluhan Penyakit

 Blanko Informedconset

 IMS Set

 Senter

 Alat Pelindung Diri

 VCT Set

3. Tujuan

Tujuan umum

Tercapainya deteksi dini penyakit HIV dan IMS

Tujuan khusus

a. Meningkatkan akses pelayanan Penderita HIV dan IMS

b. Meningkatkan pengetahuan dan rasa tanggungjawab

penderita HIV dan IMS

4. Kegiatan

a. Upaya Kesehatan Gigi

Pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut di luar gedung

meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

50
1) Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa

(UKGMD)

2) Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

b. Upaya Kesehatan Indera

1) Indra Penglihatan

a) Cakupan kegiatan skrining kelainan/ gangguan

refraksi pada anak sekolah

Pengertian :

- Skrining adalah identifikasi secara presumptive

penyakit atau kelainan yang belum diketahui

dengan melakukan pemeriksaan, pengujian atau

prosedur-prosedur lain agar secara cepat dan

tepat dapat memilah diantara mereka yang sehat,

kemungkinan menderita sakit atau kemungkinan

tidak menderita sakit

- Skrining sebagai pelaksanaan prosedur sederhana

dan cepat untuk mengidentifikasikan dan

memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi

kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari

mereka yang mungkin tidak terkena penyakit

tersebut

- Kelainan/ gangguan refraksi adalah suatu

kelainan yang ditandai dengan penurunan tajam

51
penglihatan akibat sinar sejajar dari suatu obyek

yang masuk ke dalam bola mata tanpa akomodasi

(dalam keadaan istirahat) dibiaskan atau jatuh

tidak tepat retina.

- Kelainan/ gangguan refraksi juga suatu

penurunan tajam penglihatan di bawah normal

apabila dengan pemeriksaan tumbling E Card/

kartu snellen ditemukan pada salah satu/ kedua

mata memiliki tajam penglihatan kurang dari

6/12.

b) Cakupan Penanganan Kasus Kelainan Refraksi

Pengertian :

- Kelainan refraksi adalah suatu kelainan yang

ditandai dengan penurunan tajam penglihatan

akibat sinar sejajar dari suatu obyek yang masuk

ke dalam bola mata tanpa akomodasi (dalam

keadaan istirahat) dibiaskan atau jatuh tidak

tepat di retina.

- Penurunan tajam penglihatan di bawah normal

apabila dengan pemeriksaan tumbling/ kartu

snellen ditemukan salah satu atau ke-dua

matanya memiliki tajam penglihatan kurang dari

6/12.

52
- Penanganan kasus kelainan refraksi adalah

pemberian kaca mata ataupun pemberitahuan

kepada orang tua murid tentang gangguan

refraksinya untuk ditidaklanjuti dengan periksaan

ulang ke dokter mata untuk diberikan kaca mata

sesuai dengan ukurannya.

c) Cakupan Skrining Katarak

Pengertian :

- Katarak adalah proses degeneratif berupa

kekeruhan lensa alami bola mata sehingga

menyebabkan menurunnya kemampuan

penglihatan sampai kebutaan. Keadaan ini dapat

direhabilitasi dengan melakukan tindakan bedah

berupa pengangkatan katarak dan menanam

lensa intraokuler.

Definisi Operasional :

Cakupan Skrining Katarak adalah persentase

jumlah skrining katarak pada siswa kelas V s.d IX

dan pada (pada umumnyapenduduk usia 30 s.d

usia 70 tahun) dengan jarak pandang kurang dari

3 meter di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun

waktu satu tahun

53
d) Cakupan Penanganan Penyakit Katarak

Pengertian :

- Katarak adalah proses degeneratif berupa

kekeruhan lensa alami bola mata sehingga

menyebabkan menurunnya kemampuan

penglihatan sampai kebutaan. Keadaan ini dapat

direhabilitasi dengan melakukan tindakan bedah

berupa pengangkatan katarak dan menanam

lensa intraokuler.

- Tindakan operasi katarak adalah mengeluarkan

lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa

tanam buatan (intraocular lens).

Definisi Operasional :

Cakupan Penanganan Penyakit Katarak adalah

persentase jumlah penanganan penyakit katarak

di wilayah kerja Puskesmas dalam kurun waktu

satu tahun

e) Cakupan Rujukan gangguan penglihatan pada

kasus Diabetes Melitus ke RS

Pengertian :

- Rujukan adalah suatu kegiatan mengirim pasien

dari pelayanan kesehatan dasar ke jenjang

pelayanan yang lebih tinggi dengan menggunakan

54
surat rujukan pada kasus gangguan penglihatan

pada Diabetes Mellitus. Yang ditandai dengan

penglihatan buram seperti melihat bintik hitam.

Tanda Obyektifnya adanya perdarahan pada

retina, perdarahan di Vitreous dan dapat terjadi

ablatio retina.

- Diabetes Militus adalah sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar

glukosa dalam darah atau hiperglikemi.

- Gula Darah Normal sebesar 60 – 120 mg%

- Gula Darah Puasa sebesar 60-110 mg%

- Gula Darah dua jam setelah makan sebesar ≤ 140

mg%

Definisi Operasioanal :

Cakupan Rujukan gangguan penglihatan pada

kasus Diabetes Melitus ke RS adalah persentase

jumlah rujukan pasien dengan gangguan

penglihatan pada kasus diabetes melitus ke RS di

wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu satu

tahun

55
2) Indra Pendengaran

a) Cakupan Kegiatan Penjaringan Penemuan Kasus

Gangguan Pendengaran di SD/MI

Pengertian :

- Penjaringan adalah pencarian kasus kesehatan

pada siswa SD/ MI kelas 1 (satu).

Definisi Operasioanal :

Cakupan Kegiatan Penjaringan Penemuan Kasus

Gangguan Pendengaran di SD/MI adalah

persentase kegiatan penjaringan gangguan

pendengaran pada siswa SD/MI di wilayah kerja

Puskesmas pada kurun waktu satu tahun

b) Cakupan Kasus Gangguan Pendengaran di

SD/MI yang ditangani

Pengertian :

- OMSK atau Congek adalah infeksi kronis telinga

tengah, terjadi perforasi pada gendang telinga,

yang ditandai telinga mengeluarkan cairan dari

telinga terus menerus atau hilang timbul sebanyak

lebih kurang 8 mg.

56
Definisi Operasioanal :

Cakupan Kasus Gangguan Pendengaran di SD/MI

yang ditangani adalah kasus gangguan

pendengaran di SD/MI dari kegiatan penjaringan

yang ditangani di Puskesmas pada kurun waktu

satu tahun

c. Upaya Kesehatan Jiwa

1) Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa

Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa adalah kegiatan

pemeriksaan untuk melihat adanya gejala awal

gangguan kesehatan jiwa, dengan menggunakan

metoda 2 menit.

Kesehatan jiwa adalah kondisi mental sejahtera yang

memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai

bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa serta

menimbulkan penderitaan pada individu dan atau

hambatan.

Jenis-jenis gangguan jiwa antara lain: gangguan

Psikotik, Neurotik, Retardasi Mental, Gangguan

Kesehatan Jiwa pada bayi dan anak remaja, penyakit

jiwa lainnya ( Napza ) dan epilepsi.

57
Definisi Operasional :

Cakupan Deteksi Dini gangguan kesehatan jiwa

adalah persentase pasien yang mendapatkan

pelayanan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa di

Puskesmas.

2) Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan

Kesehatan Jiwa

Penanganan kasus gangguan kesehatan jiwa dalam

bentuk psikofarmaka dan psikoterapi adalah

penanganan pasien yang sudah terdiagnosa gangguan

jiwa ringan, sedang sampai berat dan mendapatkan

pengobatan sesuai dengan tingkatan diagnosa. Untuk

gangguan berat langsung dirujuk ke pelayanan

sekunder.

Penanganan kasus gangguan jiwa ringan-sedang

dilakukan Puskesmas dalam bentuk pemberian obat,

konseling atau homecare bagi pasien Puskesmas,

untuk kasus berat dirujuk ke RS Jiwa atau RSUD dan

rujukan balik (dari RS Jiwa / RSUD).

Definisi Operasional :

58
Cakupan penanganan Pasien terdeteksi gangguan

kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas dalam

kurun waktu satu tahun

d. Upaya Kesehatan Usia lanjut

Kegiatan Kesehatan Usia Lanjut di UPT Puskesmas

Bagendit Kecamatan Banyuresmi meliputi :

1) Kegiatan dalam gedung

Untuk memberikan kenyamanan dan kepuasan pasien

pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar di dalam

gedung di fasilitasi ruangan khusus untuk manula.

Hal ini bertujuan pula untuk menjaring usaha

kesehatan Usia lanjut.

2) Kegiatan luar gedung.

Kegiatan Kesehatan Usia Lanjut di luar gedung

meliputi kegiatan kunjungan ke Posbindu dan

Kegiatan Prolanis yang di selenggarakan melalui

program BPJS Kesehatan. Di Kecamatan Banyuresmi

baru terdapat 8 Posbindu di semua desa yang ada di

wilayah Kecamatan Banyuresmi . Terdiri dari desa

Cimareme 2 Posbindu, Desa Karyasari 1 Posbindu,

Desa Dangdeur 1 Posbindu, Desa Karyamukti 1

Posbindu dan Desa Binakarya memiliki 3 Posbindu.

sedangkan pelaksanaannya, di laksanakan oleh

59
penanggung jawab wilayah masing-masing (Penjawil)

sambil pelaksanaan kegiatan Pusling.

e. Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja di wilayah UPT

Puskesmas Bagendit Kecamatan Banyuresmi belum

berjalan, baru dimulai pertengahan Tahun 2016 . Hanya

menjaring kesehatan yang datang ke Puskesmas pada

pasen dengan usia angkatan kerja.

5. Tatalaksana:

a. Perencanaan (P1)

Petugas merencanakan kegiatan PHN pada RKA (yang

bersumber dana APBD) dan atau melalui POA BOK (plan

of action Bantuan Operasional Kesehatan) pada kegiatan

yang bersumber dana APBN dan New Founding Model

( NFM )

b. Penggerakan pelaksanaan (P2)

Pada kegiatan P-2 petugas melakukan:

o Membuat jadwal kegiatan

o Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran

atau PPTK BOK

o Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang

kegiatan yang akan dilaksanakan

o Melaksanakan kegiatan

60
c. pengawasan pengendalian penilaian (P3)

 petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan

hasil kegiatan

 petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa

pertemuan

 petugas mengevaluasi kegiatan

61
BAB V

LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Pedoman

upaya Kesehatan masyarakat direncanakan dalam pertemuan

lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan

tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan

dilaksanakan.

62
BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan UKM perlu

diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi

risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat

pelaksanaan kegiatan UKM. Upaya pencegahan risiko terhadap

sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan

dilaksanakan

63
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan UKM perlu

diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas

sektor terkait dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala

kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.

Upaya pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan

UKM yang akan dilaksanakan

64
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimonitor dan

dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual

2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan

3. Ketepatan metoda yang digunakan

4. Tercapainya indikator kinerja UKM

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap

bulan.

65
BAB IX
PENUTUP

Salah satu keistimewaan Puskesmas adalah bahwa institusi ini


memiliki wilayah kerja. Oleh karena itu selain pelayanan yang
dilaksanakan di dalam gedung, dimana pasien datang ke Puskesmas,
Puskesmas menyelenggarakan pula kegiatan luar gedung, yakni
petugas Puskesmas melakukan kegiatan di wilayah kerja seperti di
lokasi desa, padukuhan, posyandu, sekolah dan lain-lain.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), kegiatan UKP (upaya
kesehatan perorangan) harus seimbang dengan kegiatan UKM (upaya
kesehatan masyarakat). Sementara itu, kegiatan UKM terdiri dari
UKM esensial dan UKM pengembangan. UKM esensial meliputi:
a.Pelayanan promosi kesehatan; b. Pelayanan kesehatan lingkungan;
c.Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d.Pelayanan gizi; e.Pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit. Sedangkan UKM pengembangan terdiri dari:Layanan
Komprehensif Berkesinambungan.

66

Anda mungkin juga menyukai