Anda di halaman 1dari 10

Makalah Kompetensi Bidan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesian Demographic and Health Survey (2013) mengungkapkan bahwa angka kematian ibu
(AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
(AKB) yaitu 34/1000 kelahiran hidup, sedangkan dunia memproyeksikan target penekanan AKI
menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15/1000 kelahiran hidup. Bidan merupakan
mitra perempuan, memiliki posisi penting dan strategis dalam membantu upaya penurunan AKI
dan AKB, terutama dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Kesehatan ibu dan anak
mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas hidup generasi penerus yang merupakan salah
satu indikator dari kesejahteraan suatu bangsa.

Pelayanan kebidanan mempunyai tujuan yang mulia, melindungi dan mempromosikan kesehatan
perempuan, terutama membantu  perempuan hamil dan keluarganya. Pelayanan yang diberikan
agar perempuan dan keluarganya memperoleh penyesuaian emosional dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan, serta menjamin calon ibu mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
informasi yang cukup untuk memasuki masa menjadi ibu (motherhood) dengan peran dan
tanggungjawab yang benar dan tepat (Pairman, S. & Picombe, J., 1999). Menyikapi tujuan ini,
maka bidan selain bekerja secara mandiri juga bekerja sama/ kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam mengupayakan pelayanan kebidanan agar dapat dilakukan secara paripurna dan
berkesinambungan.

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang paripurna dan berkesinambungan akan
berorientasi pada asuhan kebidanan yang bersifat holistik, meliputi pemahaman aspek-aspek sosial,
emosional, kultural, spiritual, psikologikal dan fisik perempuan. Asuhan kebidanan yang diberikan
ini berdasarkan bukti – bukti nyata yang terbaik dan terkini, sehingga bidan harus mampu
memberikan nasihat, informasi dan fasilitas yang dibutuhkan perempuan agar mereka mampu
berpartisipasi serta mengambil keputusan untuk peningkatan kesehatannya. Pelayanan kebidanan
pada dasarnya sejalan dengan perkembangan obstetrik, namun masing – masing mempunyai
lingkup praktik tersendiri.

Kebidanan sebagai profesi yang terus berkembang harus mengikuti perkembangan dan perubahan
globalisasi. Era globalisasi menuntut tersedianya sumber daya manusia profesional dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Profesionalisme terkait erat dengan kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang profesional. Kompetensi profesional adalah suatu kebiasaan dan
diterapkan dengan bijak dengan memperhatikan komunikasi. Pengetahuan, keterampilan teknikal,
alasan klinikal, emosi, nilai, dan refleksi dalam praktik sehari-hari untuk memperbaiki kesehatan
individu,keluarga dan masyarakat. Sikap profesional bidan tidak terlepas dari harapan masyarakat
terhadap profil seorang bidan.

Survey tentang kinerja bidan (Tim IBI & AIPKIND, 2010) melalui pendekatan kualitatif
menunjukkan bahwa pada intinya masyarakat mengharapkan bidan yang ramah, terampil dan
tanggap dibidangnya. Mencermati harapan masyarakat tersebut, sudah selayaknya organisasi
profesi dan asosiasi institusi pendidikan kebidanan (IBI dan AIPKIND) menyusun suatu standar
kompetensi bidan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan
kebidanan, agar lulusan yang dihasilkan dapat memberikan pelayanan kebidanan berkualitas.
Standar kompetensi bidan ini disusun berdasarkan body of knowledge, filosofi dan paradigma
pelayanan kebidanan dengan mengacu pada Permenkes No. 369/ Menkes/ SK/ III/ 2007, tentang
Standar Profesi Bidan, Permenkes No. 161/ Menkes/ PER/ I/ 2010 tentang registrasi tenaga
kesehatan dan Permenkes No 1464/ Menkes/ Per/ X/ 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan serta essential competencies International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2010.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan kompetensi bidan?
b.      Apa saja dimensi pada kompetensi asuhan kebidanan?
c.       Apa yang dimaksud dengan konsep kompetensi bidan?
d.      Apa saja standar kompetensi bidan?
e.       Apa hubungan standar kompetensi bidan dengan wewenang bidan?
f.       Fakta-fakta standar kompetensi bidan apa saja yang ditemukan di lahan praktek?
g.      Apa yang dimaksud dengan praktek kebidanan?
h.      Apa yang dimaksud dengan profesional?
i.        Apa saja ciri-ciri jabatan profesional?
j.        Apakah bidan merupakan jabatan profesional?
k.      Apa saja kewajiban bidan terhadap profesinya?
l.        Apa fungsi dari organisasi profesi?

1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui definisi kompetensi bidan
b.      Untuk mengetahui dimensi kompetensi asuhan kebidanan
c.       Untuk mengetahui konsep kompetensi bidan
d.      Untuk mengetahui standar kompetensi bidan
e.       Untuk mengetahui hubungan standar kompetensi bidan dengan wewenang bidan
f.       Untuk mengetahui fakta tentang standar kompetensi bidan di lahan praktek
g.      Untuk mengetahui pengertian praktek kebidanan
h.      Untuk mengetahui pengertian profesional
i.        Untuk mengetahui cirri-ciri jabatan profesional
j.        Untuk mengetahui apakah bidan merupakan jabatan profesional atau tidak
k.      Untuk mengetahui kewajiban bidan terhadap profesinya
l.        Untuk mengetahui fungsi organisasi profesi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Kompetensi Bidan


Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)yang dianut dan diadopsi
oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of
International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala direview dalam
pertemuan Internasional/Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada
bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut yaitu bidan adalah seseorang
yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari
pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin
yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja
dan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki indivindu sebagai syarat untuk dianggap
mampu dan memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan
atau suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang
dilandasi atas keterampilan dan pegetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang yang harus
dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai pelayanan
kesehatan secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat (Elfindri, 2011 dan PP IBI, 2004).

Menurut (Sujianti, 2009 dan Mufdlilah, 2009) kompetensi bidan adalah kemampuan dan
karakteristik yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh
seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Standar kompetensi adalah rumusan suatu kemampuan
yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.  Standar kompetensi bidan adalah
rumusan suatu kemampuan bidan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Menurut Hasibuan (2000) dan Wibowo (2008), faktor yang mempengaruhi kompetensi seseorang
yaitu pendidikan, keyakinan, keterampilan, pengalaman, karakteristik pibadi, motivasi dan isue
emosional. Pendapat Siagian, (2000) dan Gibson (1997) hal yang berperan mempengaruhi
kompetensi adalah pendidikan, minat, motivasi dan sosial ekonomi, masa kerja.

Kompetensi tersebut dibagi atas 2 kategori, yaitu:


1. Kompetensi inti atau dasar: kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan.
2. Kompetensi tambahan atau lanjutan: pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar
untuk mendukungtugas bidan dalam memenuhi tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat
dinamis serta perkembangan IPTEK.

2.2  Lima Dimensi Kompetensi Asuhan Kebidanan


5 dimensi kompetensi asuhan kebidanan:
a. Task Skill: Mampu melakukan/melaksanakan asuhan kebidanan pemeriksaan fisik ibu hamil.
b. Task Management Skill: Mengidentifikasi secara dini pola persalinan abnormal &
kegawatdaruratan dengan intervensi sesuai SOP atau rujukan yang tepat.
c. Contingency Management Skill :mampu memimpin persalinan dalam kondisi bersih,aman &
menangani situasi kegawatdaruratan bersama tim kebidanan.
d. Job/Role Environment Skill: menangani K3.keadaan  diruang bersalin pasca persalinan ibu,agar
tetap bersih dan tidak membahayakan dirinya& rekan sekerja.
e. Transfer Skills  :memindahkan ibu nifas & bayi pasca persalinan keruang perawatan Ibu & anak.

2.3  Konsep Kompetensi Bidan


Konsep standar kompetensi bidan yang disusun berdasarkan pada kesepakatan bersama dari
berbagai pihak terkait yaitu IBI, Kolegium Bidan Indonesia, Praktisi bidan, Kementerian
Kesehatan, Kementrian Pendidikan Nasional, pihak penyelenggara pendidikan dan perempuan
sebagai penerima Layanan. Kesepakatan ini selanjutnya akan disahkan oleh PP – IBI bersama
Kolegium Bidan Indonesia. Standar Kompetensi disusun melalui pengorganisasian kompetensi
berdasarkan pendekatan yang bersifat umum ke yang bersifat khusus/ spesifik yaitu profil,
kompetensi utama, kompetensi penunjang dan kriteria kinerja (Performance Criteria).

Pernyataan kompetensi (competency statement) menggambarkan tingkat pengetahuan (knowledge),


keterampilan (skill) dan sikap (attitude) yang harus dimiliki oleh lulusan bidan. Profil dan
Kompetensi Utama perlu dilengkapi dengan deskripsi untuk memberikan informasi tentang
lingkup dan kedalaman kompetensi yang akan dicapai. Kompetensi Penunjang dan Kriteria
Kinerja (Performance Criteria) berisikan pernyataan kompetensi – kompetensi yang diperlukan
dengan tingkat kompetensi (Level of competency) untuk mencapai kompetensi utama yang telah
ditetapkan. Selanjutnya Kompetensi Penunjang dijabarkan dalam Kriteria Kinerja (Performance
Criteria) dengan menggunakan analisa instruksional.

Tingkat kompetensi disusun mengacu pada ditentukan dengan memanfaatkan ranah taxonomy
yang telah dikenal dan dipakai di dunia pendidikan secara terintegrasi, yaitu Cognitive (C),
Psychomotoric (P) dan Afectif (A). Batas minimal tingkat kompetensi ditentukan berkisar pada
tingkat kognitif 1 s/d 6, psikomotor 1 s/d 5, dan afektif 1 s/d 5.

2.4  Standar Kompetensi Bidan


Berdasarkan Kepmenkes 900 tahun 2002 tentang registrasi dan praktik bidan dan memperhatikan
draft ke VI kompetensi inti bidan yang disusun oleh ICM Februari 1999, kompetensi bidan sebagai
berikut:
1. Kompetensi ke-7: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi dan
balita sehat (1 bulan-5 tahun).
Maksudnya ialah bidan tidak hanya menangani dan memberi asuhan kepada bayi yang baru lahir
tetapi juga terhadap bayi dan balita seperti dalam hal menangani panyakit atau kelainan pada saat
masa pertumbuhan bayi dan anak.
Pengetahuan Dasar
a. Keadaan kesehatan bayi dan anak di Indonesia, meliputi: angka kesakitan, angka kematian,
penyebab kesakitan dan kematian.
b. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi dan anak.
c. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
d. Kebutuhan fisik dan psikososial anak.
e. Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak. Prinsip-prinsip komunikasi pada bayi dan anak.
f. Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak.
g. Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anak misalnya pemberian immunisasi.
h. Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal seperti: gumoh/regurgitasi, diaper rash, dll
serta penatalaksanaannya.
i. Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak.
j. Penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
k. Bahaya-bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak di dalam dan luar rumah serta upaya
pencegahannya.
l. Kegawat daruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
Keterampilan Dasar
a. Melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak.
b.   Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-bahaya pada bayi dan
anak sesuai dengan usia.
c. Melaksanakan pemberian immunisasi pada bayi dan anak.
d.  Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan pada bayi dan anak yang terfokus pada gejala.
e. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus.
f. Mengidentifikasi penyakit berdasarkan data dan pemeriksaan fisik.
g. Melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi atau merujuk dengan cepat dan tepat
sesuai dengan keadaan bayi dan anak.
h.  Menjelaskan kepada orang tua tentang tindakan yang dilakukan.
i. Melakukan pemeriksaan secara berkala pda bayi dan anak sesuai dengan standar yang berlaku.
j. Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pemeliharaan bayi.
k. Tepat sesuai keadaan bayi dan anak yang mengalami cidera dari kecelakaan.
l. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.

     2. Kompetensi ke-8: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Maksudnya ialah bidan juga memberikan asuhan kesehatan terhadap keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan kebudayaan yang ada di daerah setempat dengan cara memberi
penyuluhan kepada suatu kelompok atau masyarakat setempat.
Pengetahuan Dasar
a. Konsep dan sasaran kebidanan komunitas.
b. Masalah kebidanan komunitas.
c. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dari masyarakat.
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
e. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas.
f. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan masyarakat.
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
h. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Pengetahuan Tambahan
a. Kepemimpinan untuk semua (kesuma).
b. Pemasaran sosial.
c. Peran serta masyarakat (PSM).
d. Audit maternal perinatal.
e.    Perilaku kesehatan masyarakat.
f. Program-program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak.

Keterampilan Dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
c. Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes.
d. Mengelola pondok bersalin desa (polindes).
e. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi bayi dan balita.
f. Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya-
upaya kesehatan ibu dan anak.
g. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

Keterampilan Tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
c.  Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.
d. Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna.

3. Kompetensi ke-9: Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem
reproduksi.
Maksudnya ialah bidan harus mengetahui dan memahami masalah - masalah tentang asuhan
kebidanan yang berkaitan dengan gangguan reproduksi contohnya terhadap pasien dengan
penyakit keputihan yang parah.
Pengetahuan Dasar
a. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual (PMS),
HIV/AIDS.
b. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
c. Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi: keputihan, perdarahan
tidak teratur dan penundaan haid.

Keterampilan Dasar
a. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.
b.  Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum
sempurna).
c. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat ada wanita/ibu dengan gangguan sistem
reproduksi.
d. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada gangguan sistem
reproduksi meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
e. Mikroskop dan penggunaannya.
f. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.

Keterampilan Tambahan
a. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
b. Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.

2.5  Hubungan antara Standar Kompetensi Bidan dengan Wewenang Bidan


a.  Kompetensi ke-7: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan
balita sehat   (1 bulan-5 tahun). Kompetensi ini terdapat pada keterkaitan dengan wewenang bidan
yakni  seorang bidan memberikan asuhan yang komprehensif pada bayi baru lahir dan
komprehensif pada bayi umur 1 bulan sampai dengan lima tahun.
b.  Kompetensi ke-8: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai budaya setempat. Kompetensi ini tidak ada kaitannya dengan
wewenang bidan karena didalam wewenang bidan hanya berisikan tentang pelayanan kebiidanan,
pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak ada keterkaitannya
dengan budaya yang ada di daerah setempat dan juga hanya berisikan masalah ibu dan bayi.
c.  Kompetensi ke-9: Bidan melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan
reproduksi. Kompetensi ini ada kaitannya dengan wewenang bidan yakni dimana seorang bidan
melaksanakan asuhan kebidanan yang terbaik yakni mulai dari awal keluhan yang dialami
wanita/ibu mengenai alat reproduksi sampai dengan wanita/ibu merasakan solusi untuk
menanganinya dan juga bidan menjadi konsultan untuk wanita/ibu dengan gangguan reproduksi.
2.6  Fakta tentang Standar Kompetensi Bidan di Lahan Praktek
1. Standar Kompetensi 7
a. Teori: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita sehat
(1 bulan-5 tahun).
b. Fakta: Fakta dilahan praktek masih banyak bidan yang tidak melengkapi pengisian buku KMS
sehingga orang tua tidak bisa memantau perkembangan bayinya.
2     2. Standar Kompetensi 8
a. Teori: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada keluarga, kelompok
dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
b. Fakta: Fakta di lahan bidan belum banyak aktif di masyarakat misalnya dalam kegiatan yang
telah diprogramkan Pemerintah seperti dalam posyandu lansia.
3    3. Standar Kompetensi 9
a. Teori: Melaksanakan asuhan kebidanan pada perempuan/ ibu dengan gangguan sistem
reproduksi.
b. Fakta: Fakta di lahan bidan belum banyak aktif dalam pemberian pendidikan kesehatan
reproduksi dini kepada remaja. 

2.7  Pengertian praktek Kebidanan


Praktek Kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri baik pada perempuan
yang menyangkut proses reproduksi, kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, masa antara dalam
lingkup praktek kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam hal proses reproduksi
untuk keluarga dan komunitasnya.

Praktek kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan dengan perempuan, bersifat holistik dan
menyatukannya dengan pemahaman akan pengaruh sosial, emosional, budaya, spiritual, psikologi
dan fisik dari pengalaman reproduksinya.

Praktek kebidanan bertujuan menurunkan/menekan mortalitas dan morbilitas ibu dan bayi yang
berdasarkan ilmu-ilmu kebidanan, kesehatan, medis dan sosial untuk memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatan ibu dan janin/bayinya. Lingkup praktik bervariasi, berdasarkan:
1.    Pedoman nasional & regional.
2.    Kode praktik professional.
3.    Praktik-praktik & keyakinan cultural.
4.    Mutu pendidikan & pelatihan kebidanan.
5.    Kerjasama dari komunitas medis.
6.    Lingkup praktik kebidanan

2.8  Profesional
Seorang pekerja profesional adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya,
dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya. Pengertian jabatan profesional perlu
dibedakan antara jenis pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan
keterampilan tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja di lingkungannya dan
seseorang pekerja profesional sebagai warisan orang tuanya atau pendahulunya).

Seseorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang teknisi keduanya (pekerja profesional
dan teknis) dapat saja terampil dalam unjuk kerja yang sama (misalnya: menguasai tehnik kerja
yang dapat memecahkan masalah-masalah teknis dalam bidang kerjanya), tetapi seseorang pekerja
profesional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilan yang menyangkut wawasan
filosofi, pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta
memperkembangkan mutu karyanya (T. Raka Joni, 1980).

2.9    Ciri-ciri Jabatan Profesional


Ciri-ciri jabatan profesional tersebut adalah sebagai berikut:
1.  Bagi pelakunya secara nyata (defakto) dituntut berkecakapan kerja (keahlian) sesuai dengan
tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi).
2.  Kecakapan dan keahlian bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi,
tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap serta menuntut pendidikan juga.
Jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif-efisien dan
tolak ukur evaluatifnya terstandar.
3. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya
didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan
bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya: Hal ini mendorong pekeria profesional
yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan) diri serta karyanya orang
tersebut secara nyata mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.
4.  Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyrakat dan atau negaranya. Jabatan
professional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya, hal ini
menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja
professional tersebut.

Persyaratan umum jabatan profesional sebagai berikut:


1.      Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
2.      Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga professional.
3.      Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
4.      Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah.
5.      Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
6.      Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.
7.      Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
8.      Memiliki etika profesi.
9.      Memiliki standar pelayanan.
10.  Memiliki praktek.
11.  Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan
kebutuhan pelayanan.
12.  Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

2.10     Bidan Merupakan Jabatan Profesional


Berdasarkan syarat-syarat profesional, maka bidan telah memiliki persyaratan dari bidan sebagai
jabatan professional, yaitu:
1.        Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
2.        Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga professional.
3.        Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.
4.        Memiliki kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah.
5.        Memiliki peran dan fungsi yang jelas.
6.        Memiliki peran dan fungsi yang jelas.
7.        Memiliki kompetensi yang jelas dan terukur.
8.        Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
9.        Memiliki kode etik kebidanan.
10.    Memiliki standar pelayanan.
11.    Memiliki standar praktek.
12.  Memiliki standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan profesi sesuai kebutuhan
pelayanan.
13.    Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, maka bidan merupakan jabatan profesional.
Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1.  Jabatan struktural. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur
berjenjang dalam suatu organisasi.
2.      Jabatan fungsional. Jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek
fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain fungsinya yang vital dalam
kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif. Dalam konteks ini, jabatan
bidan adalah jabatan fungsional profesional dengan demikian, adalah wajar jika bidan
mendapatkan tunjangan fungsional.

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1.        Mengembangkan pelayanan yang unik bagi masyarakat.
2.        Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan untuk
maksud profesi yang bersangkutan.
3.        Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4.        Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang belaku.
5.        Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
6.        Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan.
7.        Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.

2.11     Kewajiban Bidan terhadap Profesinya


1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu pada
masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.12     Fungsi Organisasi Profesi


Sesuai dengan peran itu maka organisasi profesi mempunyai fungsi antara lain:
1. Bidang pendidikan: menetapkan standar pendidikan dan pendidikan berkelanjutan (continuing
education).
2. Bidang pelayanan: menetapkan standar profesi, ijin praktik. registrasi anggota serta menyusun
dan memberlakukan kode etik profesi.
3. Bidang IPTEK: merencanakan, melaksanakan dan mengawasi riset dan perkembangan IPTEK
dalam profesi tersebut.
4.    Bidang kehidupan profesi: membina operasionalisasi organisasi profesi. membina kerjasama
dengan pemerintah. masyarakat. Profesi lain bahkan dengan organisasi profesi sejenis dinegara lain,
serta mengupayakan kesejahteraan anggotanya.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Ada 9 standar kompetensi bidan tetapi dimakalh ini hanya ada 7, 8, 9 standar kompetensi bidan
asuhan pada bayi dan balita, kebidanan komunitas dan asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan
reproduksi. Fakta di lahan praktek terjadi banyak kesenjangan antara teori dengan kenyataan.
     
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap
waktu.

Praktek Kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri baik pada perempuan
yang menyangkut proses reproduksi, kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, masa antara dalam
lingkup praktek kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam hal proses reproduksi
untuk keluarga dan komunitasnya.

3.2  Saran
Sebaiknya bidan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan standar kompetensi dan standar
pelayanan bidan. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya baik dari segi isi maupun teknis penulisannya. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna perbaikan dalam
penulisan makalah ini dan kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak,
terutama mata kuliah etikolegal.

DAFTAR PUSTAKA

http://kompetensibidandanpraktekprofesional.blogspot.com/
http://intanman.blogspot.com/2015/03/standar-kompetensi-bidan.html

Anda mungkin juga menyukai