Anda di halaman 1dari 19

Issue Kebijakan

Kebidanan
Iga Retia Mufti, S.S.T., M.Kes
Metode Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan (Djoko Wijono,
2007)
Pelanggan dan Harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan
kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan
diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
Perbaikan Kinerja
Bila harapan pelanggan telah di identifikasi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan
melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan dan
pemberian reward.
Proses Perbaikan
Proses perbaikan juga penting, seringkali kinerja di salahkan karena masalah pelayanan dan
ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak di rancang dengan baik untuk
mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat
diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis
penyebab, mengidentifikasi dan menguji pemecahan atau perbaikan.
Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus
Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu
untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk
dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus
menerus.
Kebijakan Pelayanan Kebidanan
(Jurnal Aspirasi Vol 7 No 1, Juni 2016,
Pengembangan Kebijakan Profesi Bidan dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak)
 AKI dan AKB merupakan indikator kesehatan masyarakat dan kesejahteraan suatu
bangsa. AKI sangat peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan
kesehatan. AKI dapat mengukur status kesehatan ibu saat kehamilan, persalinan
dan nifas. Ruang lingkup pelayanan bidan yang komprehensif meliputi kesehatan
wanita sepanjang masa reproduksinya mulai dari masa persiapan kehamilan, hamil,
persalinan, pasca bersalin, nifas dan masa berkeluarga berencana dapat
dioptimalkan guna menurunkan AKI dan AKB. Namun, pelayanan kebidanan di
Indonesia belum sepenuhnya dilakukan secara profesional. Beberapa institusi
pendidikan kebidanan menyelenggarakan pendidikannya sampai program magister
dan program profesi setelah program sarjana kebidanan. Kegiatan sertifikasi,
registrasi dan lisensi dilakukan secara manual yang memungkinkan terjadi
kesalahan, ketidaksamaan data di daerah dan di pusat, dan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Pemberian pelayanan kebidanan yang profesional hendaknya
dilakukan oleh bidan profesional menggantikan bidan vokasi. Dengan demikian
kemitraan dapat di lakukan secara seimbang dengan profesi tenaga kesehatan lain
yaitu tenaga medis dan tenaga keperawatan profesional (Praptianingsih, 2006)
yang menyandang sebutan profesional setelah mengikuti program pendidikan
profesi setelah sarjana.
Perspektif global pelayanan kebidanan
Menurut sejarah evaluasi praktik kebidanan internasional
telah melalui serangkaian perubahan utama. Suatu profesi yg
semula dimulai dari menolong persalinan dan menyediakan
perawatan pascapartum selama beberapa hari kini
berkembang menjadi suatu rentang pelayanan lengkap,
termasuk perawatan antenatal, perawatan bayi baru lahir,
perawatan pra konsepsi, perawatan wanita menopause dan
perawatan akibat beberapa kondisi medis. Semua pelayanan
ini senantiasa dilakukan di berbagai tempat kerja, rumah,
klinik dan RS.
ICM adalah asosiasi kebidanan sedunia yang berfungsi
sebagai kesatuan mandiri atau sebagai kelompok otonomi
dalam organisasi lain, misalnya kelompok perawat atau
dokter.
Semua asosiasi kebidanan ini memilih untuk bergabung
bersama untuk meningkatkan dan memperkuat kebidanan
dalam upaya mencapai kesehatan wanita dan keluarga usia
subur di seluruh dunia.
Sejarah bidan dan praktik kebidanan telah bertahan
selama bertahun-tahun tanpa pendidikan, peraturan hidup
dan standar praktis kebidanan yang formal, atau tanpa
pengembangan suatu struktur organisasi pada tingkat
lokal, nasional ataupun internasional. Kebidanan akan
terus menjadi pelayanan kesehatan yang vital untuk para
wanita selama waktu yang paling rentan dalam kehidupan
mereka yakni saat mereka mengandung dan membesarkan
anak2nya.
KOMPETENSI DAN
PROFESIONALISME BIDAN
Pendahuluan
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan
perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
praktiknya. Praktik kebidanan merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada klien (individu,
masyarakat dan keluarga) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya yang tertuang dalam asuhan kebidanan.
Asuhan kebidanan merupakan ruang lingkup asuhan yang diberikan oleh
bidan dalam penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawabnya dalam
memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan dan
atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi
dan KB termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan
kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup asuhan yang diberikan oleh seorang bidan telah
ditetapkan sebagai wilayah kompetensi bidan di Indonesia yang bisa
disebut dengan Standar Kompetensi Bidan. Standar Kompetensi
Bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan
secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan.
Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam dua katagori yaitu
kopetensi inti / dasar merupakan kompetensi minimal yang mutlak
dimiliki oleh bidan, kompetensi tambahan / lanjutan merupakan
pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan dasar untuk
mendukung tugas bidan dalam memenuhi tuntutan / kebutuhan
masyarakat yang sangat luas dinamis serta perkembangan IPTEK.
Kompetensi bidan adalah seperangkat tindakan cerdas yang
dilandasi olehpengetahuan, keterampilan dan sikap penuh tanggung
jawab yang dimiliki oleh seorangbidan dalam melakukan berbagai
praktik spesifik yang saling terkait sebagai syarat untukdianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas sebagai bidan
Lahirnya kompetensi bidan di Indonesia tidak terlepas dari
Permenkes 572 Tahun 1996 tentang Registrasi Praktik Bidan,
kompetensi bidan yang disusun oleh ICM pada Februari
1999, kompetensi bidan Indonesia yang disahkan pada
KONAS IBI XII di Denpasar Bali, Peraturan Kepmenkes RI
No. 900/Menkes/SK/II/2002 tentang kewenangan praktik
bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi
Bidan. Kompetensi Bidan ini merupakan acuan Bidan dalam
melakukan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan
masyarakat.
Ada 5 dimensi kompetensi asuhan kebidanan, yaitu
antara lain sebagai berikut • Task Skill : mampu melakukan atau
melaksanakan asuhan kebidanan
pemeriksaan fisik ibu hamil
• Task Management Skill : mengidentifikasi
secara dini pola persalinan abnormal dan
kegawatdaruratan dengan intervensi sesuai
SOP atau rujukan yg tepat Contingency
• Management Skill : mampu memimpin
persalinan dalam kondisi bersih, aman dan
menangani situasi kegawatdaruratan
bersama tim kebidanan
• Job/Role Environment Skill: menangani K3
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja),
keadaan di ruang bersalin pasca persalinan
ibu, agar tetap bersih dan tidak
membahayakan dirinya dan rekan sekerja
• Transfer Skills : memindahkan ibu nifas dan
bayi pasca persalinan keruang perawatan
ibu dan anak
RUANG LINGKUP PRAKTIK BIDAN
Mengacu pada filosofi dan body of knowledge yang berfokus pada:
upaya pencegahan,
promosi kesehatan,
Pemberdayaan perempuan melalui optimalisasi potensinya
secara komprehensif ( bio, psiko, sosial, cultiral dan spiritual)
asuhan pada ibu hamil,
pertolongan persalinan normal,
asuhan post partum,
bayi dan balita,
kesehatan reproduksi perempuan & KB
deteksi komplikasi pada ibu dan anak dan melaksanaan asuhan
kegawatdaruratan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan,
atau
merujuk untuk bantuan lain jika diperlukan.
Kompetensi D3, S1, Profesi, Magister, Doktor
Pendidikan Bidan

Pendidikan bidan saat ini sebagian besar pada tingkat pendidikan


vokasi  sesuai karakteristik pendidikan vokasi ---- penyiapan lulusan
bidan vokasi yg dpt melaksanakan tugas  berdasarkan prosedur kerja
pada lingkup esensial (Basic Midwifery Practice)
Pendidikan profesi bidan  mempersiapkan bidan profesional yg
dengan kemampuan berfikir kritis dan analitik untuk dpt menjalankan
perannya sebagai:
 care provider,
 decision maker,
 communicator,
 community leader
 manager
(WHO profile Tenaga Kesehatan profesional)
JALUR PENDIDIKAN BIDAN
 Pendidikan bidan dapat ditempuh melalui :
 Pendidikan Vokasi – Diploma
 Pendidikan Profesi ( S1+profesi atau D4+profesi sebagai
satu kesatuan )
 Akademik ( Magister Kebidanan )
 Pendidikan jalur profesi dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan praktik perofesional bidan
yang membutuhkan kemampuan kritis dan analisis
serta pengambilan keputusan yang tepat sehingga dapat
melakukan deteksi dini utk segera dirujuk.
 Jalur akademik dikembangkan untuk memberikan
kemampuan pengembang keilmuan, penelitian,
pendidikan dan manajemen. Pengurus Pusat I
katan Bidan Indonesia (PPIBI)
PENDIDIKAN
BIDAN

Bidan Diploma Pendidikan


VOKASI
JENIS VOKASI
BIDA
N Bidan Pendidika
• Profesi n
PROFES • Spesialis
I PROFESI

Pendidika
•Sarjana, n
•Magister, AKADEMI
• Doktor K
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PPIBI)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai