Anda di halaman 1dari 98

PENGARUH KOORDINASI OLEH DITPAMOBVIT POLDA

BANTEN TERHADAP PENINGKATAN KEAMANAN DI


KAWASAN WISATA PANTAI ANYER

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


dalam menempuh Ujian Program S1
Jurusan Administrasi Publik
Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Maulana Yusuf Banten
Serang

Oleh :
HENDRY SUSANTO
NPM. 1643102010069

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


MAULANA YUSUF BANTEN
SERANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH KOORDINASI OLEH DITPAMOBVIT POLDA BANTEN


TERHADAP PENINGKATAN KEAMANAN
DI KAWASAN WISATA PANTAI ANYER

HENDRY SUSANTO
NPM. 1643102010069

Naskah Diajukan Untuk Ujian Hasil Penelitian Skripsi Untuk


Mendapatkan Gelar Sarjana Administrasi Publik (SAP)
Program Studi Ilmu Administrasi Publik

TIM PEMBIMBING

Serang, Desember 2021


Pembimbing I Co. Pembimbing

H. Dedi Mulyadi, Drs. M.Si Hj. Rosilawati, Dra. M.Pd.

Mengetahui
Ketua Jurusan
Ilmu Administrasi Publik

H. Dedi Mulyadi, Drs. M.Si


PENGARUH KOORDINASI OLEH DITPAMOBVIT POLDA BANTEN
TERHADAP PENINGKATAN KEAMANAN DI KAWASAN WISATA
PANTAI ANYER

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


dalam menempuh Ujian Program Sarjana (S-1)
Jurusan Administrasi Publik
Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Maulana Yusuf Banten
Serang

Disahkan oleh :

Ketua Ketua Jurusan


STIA Maulana Yusuf Banten Ilmu Administrasi Publik

Dr. H. Djasuro Surya, Drs, M.Si. H. Dedi Mulyadi, Drs, M.Si.

Pembimbing Co. Pembimbing

H. Dedi Mulyadi, Drs, M.Si. Hj. Rosilawati, Dra, M.Pd.

Penyusun

HENDRY SUSANTO
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya, Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan pada

kode etik ilmiah.

Wassalamu’alaikum Warahnatullahi Wabarakatuh.

Serang , Desember 2021


Penyusun

HENDRY SUSANTO
NIM. 1643102010069
MOTTO
TERUSLAH KAU KEJAR SEBELUM
KAU MERAIHNYA

ABSTRAK

PENGARUH KOORDINASI OLEH DITPAMOBVIT POLDA BANTEN TERHADAP


PENINGKATAN KEAMANAN DI KAWASAN WISATA PANTAI ANYER
HENDRY SUSANTO

Permasalahan yang hendak dicari pemecahannya dalam penelitian ini adalah adakah
pengaruh antara koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten terhadap peningkatan
keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer. Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa
besar pengaruh koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten terhadap peningkatan
keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan korelatif. Permasalahan diteliti secara
komprehensif, mendalam dan menelaah variabel-variabel yang ada. Dari populasi yang
ada seluruhnya dijadikan responden yaitu sebanyak 48 orang. Pengujian hipotesisi
dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif dan menggunakan pengujian statistik
dengan rumus Rank Spearman. Adapun hasil perhitungan untuk hipotesis tentang besar
pengaruh koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten terhadap peningkatan keamanan di
kawasan wisata Pantai Anyer menunjukkan angka korelasi 0.9752 artinya hubungan yang
sangat kuat. Sedangkan koefisien determinasi koordinasi dengan keamanan di kawasan
wisata Pantai Anyer sebesar 95.11%, Sedangkan sisanya yaitu 4.89% keamanan
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

ABSTRACT
 
INFLUENCE OF COORDINATION BY DITPAMOBVIT POLDA BANTEN ON
INCREASING SECURITY IN THE ANYER BEACH TOURISM AREA
 

 
HENDRY SUSANTO
  
The problem to be sought in this study is whether there is an influence between
coordination by the Banten Police Ditpamobvit on improving security in anyer beach
tourist area. This research aims to find out how much influence coordination by the
Banten Police Ditpamobvit has on improving security in anyer beach tourist areas..
The study used quantitative and correlative methods. The problem is studied
comprehensively, in depth and examines the variables that exist. Of the total population,
there are 48 respondents. Hypothesis testing is done using quantitative analysis and using
statistical testing with the Spearman Rank formula. The results of calculations for the
hypothesis about the large influence of coordination by the Banten Police Ditpamobvit
on improving security in anyer beach tourist area showed a correlation figure of 0.9752
meaning a very strong relationship. While the coefficient of determination of
coordination with security in anyer beach tourist area amounted to 95.11%, while the
remaining 4.89% of security was influenced by other variables not studied in this study.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Zat yang hanya

kepada-Nya memohon pertolongan. Alhamdulillah atas segala pertolongan, rahmat, dan kasih

sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH

KOORDINASI OLEH DITPAMOBVIT POLDA BANTEN TERHADAP

PENINGKATAN KEAMANAN DI KAWASAN WISATA PANTAI ANYER”. Shalawat

dan salam kepada Rasulullah Saw. yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dan teladan

terbaik untuk umat manusia..

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak H. Dedi Mulyadi, Drs. M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Ibu Hj.

Rosilawati, Dra. M.Pd.. selaku Co. Pembimbing yang penuh kesabaran dan telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis

hingga terselesaikannya skripsi ini


Tugas akhir ini khusus saya persembahkan untuk kedua orang tua,istri, adik

kandung,serta rekan-rekanku yang selalu bertanya: kapan Wisuda nya?? Kalian semua

adalah alasanku untuk berusaha keras menyelesaikan tugas akhir ini...

Penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan dan bantuan selama

menyelesaikan studi dan tugas akhir ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis dengan

penuh hormat mengucapkan terimakasih dan mendoakan semoga Allah memberikan balasan

terbaik kepada:

1. Bapak Dr. H. Djasuro Surya, Drs. M.Si. selaku Ketua STIA Maulana Yusuf Banten,

2. Bapak H. Dedi Mulyadi, Drs. M.Si. selaku Pembantu Ketua I STIA Maulana Yusuf

Banten,

3. Ibu Hj. Rosilawati, Dra. M.Pd. selaku Pembantu Ketua II STIA Maulana Yusuf

Banten,

4. Bapak Kiagus Mokhamad Dede Ireda, SIP selaku Pembantu Ketua III STIA Maulana

Yusuf Banten,

5. Bapak H. Dedi Mulyadi, Drs. M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf STIA Maulana Yusuf Banten,

7. Bapak Direktur Pamobvit Polda Banten beserta seluruh anggota.

8. Seluruh keluarga serta rekan-rekan yang selalu memberi bantuan baik berupa materi

maupun non-materi..

Semoga segala bantuannya senantiasa mendapat balasan dari Allah

Subhanahuwwata’ala ... Amin.

Serang, Desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI

HAL JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
MOTTO
ABSTRAK
ABSTRAC
KATA PENGANTAR.........................................................................................
.............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................
.............................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................
...................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang.....................................................................
............................................................................................ 1
1.2. Identifikasi masalah............................................................
............................................................................................ 9
1.3. Perumusan masalah.............................................................
............................................................................................ 9
1.4. Tujuan penelitian................................................................
............................................................................................ 9
1.5. Manfaat penelitian..............................................................
............................................................................................ 10
1.6. Sistematika penulisan.........................................................
............................................................................................ 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................


...................................................................................................... 12
2.1. Landasan teori..................................................................
......................................................................................... 12
2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia.....
................................................................................ 12
2.1.2. Pengertian pembinaan............................................
................................................................................ 13
2.1.3. Prinsip Dasar Pembinaan Pegawai.........................
................................................................................ 19
2.1.4. Hakikat Pembinaan Disiplin...................................
................................................................................ 21
2.1.5. Tujuan Pembinaan Disiplin....................................
................................................................................ 27
2.1.6. Manfaat Pembinaan Disiplin..................................
................................................................................ 29
2.1.7. Metode Dan Strategi Pembinaan Disiplin..............
................................................................................ 31
2.1.8. Disiplin Kerja.........................................................
................................................................................ 40
2.1.9. Disiplin Polri..........................................................
................................................................................ 42
2.2. Penelitian yang relevan....................................................
......................................................................................... 47
2.3. Kerangka berfikir/Paradigma penelitian..........................
......................................................................................... 50
2.4. Hipotesis penelitian..........................................................
......................................................................................... 51

BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................


...................................................................................................... 52
3.1. Desain penelitian.................................................................
............................................................................................ 52
3.2. Tempat dan waktu penelitian..............................................
............................................................................................ 53
3.3. Definisi operasional............................................................
............................................................................................ 53
3.3.1. Variabel bebas (Pembinaan Disiplin).....................
................................................................................. 54
3.3.2. Variabel terikat (Disiplin Anggota Polri)...............
................................................................................. 54
3.4. Populasi dan sampel............................................................
............................................................................................ 54
3.5. Teknik pengumpulan data...................................................
............................................................................................ 55
3.6. Teknik analisis data............................................................
............................................................................................ 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran umum obyek penelitian.....................................
............................................................................................ 59
4.1.1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Polres Serang........
................................................................................ 59
4.1.2. Visi dan Misi Polres Serang...................................
................................................................................ 60
4.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas...................
................................................................................ 62
4.1.4. Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja Polres Serang
................................................................................
95
4.2. Hasil penelitian dan pembahasan........................................
............................................................................................ 65
4.2.1. Analisis Variabel Bebas (Pembinaan Disiplin)......
................................................................................ 98
4.2.2. Analisis Variabel Terikat (Disiplin Anggota Polri)
................................................................................110
4.3. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pembinaan Disiplin
Anggota Polri Pada Polres Serang......................................
............................................................................................117
4.4. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Guna Menanggulangi Hambatan-
Hambatan Yang Dihadapi...................................................
............................................................................................118

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan.........................................................................
............................................................................................121
5.2. Saran-saran..........................................................................
............................................................................................122

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
.............................................................................................................................123
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1........................................................................................................Sampel
........................................................................................................................
........................................................................................................................ 45
Tabel 3.2........................................................................................................Skor
Kriteria Jawaban.............................................................................................
........................................................................................................................ 45
Tabel 3.3........................................................................................................Koefisien
Korelasi..........................................................................................................
........................................................................................................................ 50
Tabel 4.1.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian
mengenai sasaran yang harus dicapai sebagai arah kegiatan bersama...........
........................................................................................................................ 69
Tabel 4.2.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau
tindakan yang harus di lakukan oleh masing-masing pihak termasuk target dan
jadwalnya........................................................................................................
........................................................................................................................ 72
Tabel 4.3.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap ketaatan dan loyalitas dalam melaksanakan tugas
........................................................................................................................
........................................................................................................................ 75
Tabel 4.4.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap Saling Tukar Informasi ............................
........................................................................................................................ 78
Tabel 4.5.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap adanya koordinator yang dapat memimpin
........................................................................................................................ 80
Tabel 4.6.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap adanya rasa saling menghormati ..............
........................................................................................................................ 82
Tabel 4.7.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap wisatawan merasa bebas dari gangguan fisik,
(security).........................................................................................................
........................................................................................................................ 84
Tabel 4.8.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap wisatawan merasa bebas dari kekhawatiran, (surety)
........................................................................................................................
........................................................................................................................ 85
Tabel 4.9.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap wisatawan merasa terlindung dari segala bahaya,
(safety)............................................................................................................
........................................................................................................................ 86
Tabel 4.10.
........................................................................................................................
Tanggapan Responden Terhadap wisatawan merasa damai lahiriah dan batiniah,
(peace)............................................................................................................
........................................................................................................................ 87
Tabel 4.11......................................................................................................Hasil Uji
Validitas Instrumen Variabel Koordinasi.......................................................
........................................................................................................................ 88
Tabel 4.12......................................................................................................Hasil Uji
Validitas Instrumen Variabel Keamanan.......................................................
........................................................................................................................ 89

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Ditpamobvit Polda Banten

Lampiran 2. Angket

Lampiran 3. Surat Penelitian

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran................................................................... 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pasal 5 Undang-Undang (UU) Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia dinyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)

merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Berdasarkan UU Nomor 2 tahun 2002 tersebut, Polri memiliki tugas dan kewenangan

menjaga keamanan dalam negeri, termasuk menjaga keamanan obyek-obyek vital nasional

yang memiliki peran strategis bagi terselenggaranya pembangunan nasional.

Berdasarkan Perkap Nomor 14 tahun 2018 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja

Pada Tingkat Kepolisian Daerah, Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Ditpamobvit) adalah

salah satu bagian Detasemen Polri yang memiliki fungsi operasional untuk mengamankan

lembaga-lembaga negara, korporasi diplomatik, perbankan, kawasan industri dan tempat-

tempat pariwisata. Dengan semakin kompleksnya permasalahan kejahatan yang terjadi akhir-

akhir ini maka tugas dari Ditpamobvit menjadi semakin vital karena satuan tersebut tidak

hanya bersentuhan langsung dengan masyarakat tetapi juga dengan pejabat negara, investor

baik asing maupun domestik dan juga para diplomat. disamping itu objek-objek vital tersebut

juga merupakan sasaran favorit dari aksi-aksi kejahatan yang marak terjadi. Untuk dapat

menjalankan tugasnya dengan baik anggota Ditpamobvit pun dituntut untuk memiliki

kesiapan dan kesigapan dalam setiap tugas penjagaan yang dilakukannya. Oleh karena itu

kinerja tinggi pun menjadi ekspetasi mendasar yang harus dimiliki oleh anggota tersebut.

Ditpamobvit merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda.

Ditpamobvit bertugas menyelenggarakan kegiatan pengamanan terhadap obyek khusus yang

meliputi personel dan fasilitas, materiil logistik, kegiatan di dalam fasilitas lembaga negara,
perwakilan negara asing, lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang

memerlukan pengamanan khusus. Dalam melaksanakan tugas Ditpamobvit

menyelenggarakan fungsi:

pembinaan manajemen operasional dan pelatihan, penyelenggaraan anev serta pengumpulan

dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi program kegiatan

Ditpamobvit;

1. pengamanan lingkungan industri dan kawasan tertentu yang memerlukan pengamanan

khusus;

2. pengamanan obyek wisata termasuk mobilitas wisatawan yang memerlukan pengamanan

khusus;

3. pengamanan kementerian dan lembaga negara termasuk VIP, yang memerlukan

pengamanan khusus; dan

4. pengamanan perwakilan negara asing termasuk VIP, yang memerlukan pengamanan

khusus.

Keamanan dan keselamatan menjadi kondisi yang sangat penting dalam industri

pariwisata. Aspek tersebut pada dua dekade terakhir telah menjadi isu yang semakin besar

dan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap keberlangsungan aktivitas perjalanan

wisata. Keamanan dan keselamatan wisatawan dapat dipengaruhi dan disebabkan oleh

beragam faktor, seperti aksi teroris, konflik lokal, bencana alam, perilaku sosial masyarakat

dan penyakit menular sehingga hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya rasa aman

bagi wisatawan. Keamanan dan keselamatan bagi wisatawan merupakan salah satu faktor

yang menentukan keputusan untuk melakukan suatu perjalanan ke suatu destinasi pariwisata.

Pesatnya pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia merupakan tantangan yang

cukup kompleks dalam memberikan rasa nyaman dan rasa aman (comfort and safety) bagi

wisatawan. Pada kenyataannya dalam suatu destinasi wisata, banyak wisatawan tidak
mendapatkan rasa aman yang disebabkan oleh sikap dan perilaku tuan rumah atau host

(pedagang asongan, pelayanan parkir, penawaran jasa pijat (massage) yang terlalu agresif,

dan yang lainnya. Kasus seperti ini sering terjadi di kawasan pariwisata yang sedang

berkembang.

Upaya menjamin keamanan dan keselamatan pariwisata khususnya para wisatawan

merupakan bagian dari tuntutan masyarakat agar sebuah destinasi wisata dapat terus menarik

wisatawan. Sehubungan dengan hal tersebut pada tahun 1991 WTO telah

merekomendasikan upaya-upaya yang perlu diambil untuk keamanan pariwisata yaitu bahwa

“tiap-tiap Negara hendaknya mengembangkan suatu kebijakan nasional bidang keselamatan

pariwisata yang diselaraskan dengan upaya pencegahan resiko-resiko bagi wisatawan”.

Berbagai kemungkinan yang akan muncul sebagai resiko keberadaan wisatawan ketika

berada di destinasi wisata dapat dikelompokkan menjadi beberapa hal antara lain:

1. Lingkungan hidup manusia dan lembaga non pariwisata, seperti kejahatan karena

pencurian, pencopetan, penganiayaan, penodongan, dan penculikan

2. Sektor pariwisata dan sektor usaha jasa, seperti: terbatasnya standar keselamatan pada

gedung, fasilitas umum, fasilitas wisata, sanitasi lingkungan dari berbagai hal yang

menimbulkan risiko bagi wisatawan, seperti: bahaya kebakaran, binatang buas,

kecelakaan darat maupun air, dan sebagainya.

3. Risiko terhadap alam dan lingkungan seperti risiko karena flora dan fauna.

Menyadari pentingnya faktor keamanan dan keselamatan wisatawan maka muncul

gagasan World Tourism Organization (WTO) untuk memberikan tuntunan sebagai acuan bagi

pengambil kebijakan di berbagai industri pariwisata. Keamanan dan keselamatan pengunjung

bukan saja semata menjadi tanggung jawab pemilik (owner) atau pengelola destinasi wisata

tetapi juga bagian dari tanggung jawab Pemerintah Daerah maupun pusat (stakeholder) dalam

memajukan pariwisata di tingkat daerah. Keamanan dan keselamatan pengunjung


diprediksikan akan memberikan kontribusi pada peningkatan pengunjung selanjutnya dan

akan merupakan faktor pendorong terciptanya tanggung jawab sosial kepada masyarakat

(company sosial responsibility atau CSR).

Pengamanan obyek-obyek vital menjadi tanggungjawab bersama seluruh pihak terkait

(stakeholders). Oleh karena itu, dalam pengamanan obvit Polri harus berkoordinasi dengan

berbagai stakeholders, seperti pengelola obvit, pemerintah daerah, TNI, Ormas/LSM, Pers

dan masyarakat. Dalam kerangka pencegahan dan penangkalan gangguan keamanan obvit.

Berdasarkan pra penelitian yang penulis lakukan, bahwa dalam pelaksanaan koordinasi

Ditpamobvit Polda Banten belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini terlihat dari adanya

gejala-gejala sebagai berikut :

1. Masih sering terjadi miskomunikasi diantara unit-unit kerja.

2. Adanya penglihatan, sikap dan nilai yang berlainan dari jaringan sistem kerja.

Akibat gejala masalah di atas, ada kecenderungan menimbulkan masalah lain yaitu

masyarakat masih merasa kurang aman di tempat wisata, hal ini terlihat dari gejala sebagai

berikut :

1. Wisatawan masih merasa belum bebas dari gangguan kejahatan

2. Wisatawan belum merasa terlindung dari bahaya kejahatan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan

penelitian lebih mendalam dalam bentuk skripsi dengan judul: ”PENGARUH

KOORDINASI OLEH DITPAMOBVIT POLDA BANTEN TERHADAP PENINGKATAN

KEAMANAN DI KAWASAN WISATA PANTAI ANYER”

1.2. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan uraian pada latar belakang masalah diatas, penulis

mengidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :


1. Bagaimana pelaksanaan koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten di kawasan

wisata Pantai Anyer.

2. Bagaimana keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer.

3. Seberapa besar pengaruh koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten terhadap

keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pada penelitian ini sebagai rumusan

masalah yang akan dikaji adalah “Pengaruh koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten

terhadap keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer”.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten di

kawasan wisata Pantai Anyer;

b. Untuk mengetahui keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer;

c. Untuk mengetahui pengaruh koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten

terhadap peningkatan keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer.

2. Manfaat Penelitian

a. Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbang

saran dan masukan untuk pengembangan teori manajemen khususnya fungsi

koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten dalam meningkatkan keamanan

kawasan wisata Pantai Anyer.

b. Praktis
Terdapat tiga kegunaan praktis dari penelitian ini sebagaimana penulis uraikan

sebagai berikut:

1) Dapat memberikan sumbang saran bagi Pimpinan organisasi mengenai

Pelaksanaan koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten terhadap

peningkatan keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer;

2) Dapat menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan penulis

mengenai pengaruh koordinasi oleh Ditpamobvit Polda Banten terhadap

peningkatan keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer.

3) Dapat memberikan sumbang saran berupa referensi bagi pembaca

yang mungkin bermanfaat untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut

dan mendalam tentang pengaruh koordinasi oleh Ditpamobvit Polda

Banten terhadap peningkatan keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer.

1.5. Sistematika penulisan

BAB I. PENDAHULIUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai; Judul Penelitian, Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, dijelaskan mengenai; Landasan teori, Penelitian yang relevan, Kerangka

berfikir/Paradigma penelitian dan Hipotesis penelitian

.BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, dijelaskan mengenai; Desain penelitian, Tempat dan waktu penelitian, Definisi

operasional, Populasi dan sampel, Teknik pengumpulan data dan Teknik analisis data
. BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, dipaparkan mengenai; Gambaran umum obyek penelitian, Hasil penelitian dan

pembahasan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini, peneliti menjelasakan mengenai; Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, kemudian memberikan saran-saran yang bersifat konstruktif pada pihak-pihak

yang terkait dalam penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian koordinasi

Sebelum membahas pengertian koordinasi dan aspek-aspek, penulis terlebih dahulu

mengemukakan mengenai pengertian administrasi dan organisasi.

Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang

di sadarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan

sebelumnya” (Siagian, Filsafat Adminisrtasi, 2011:3).

Kemudian menurut H. Hadari Nawawi dan H.M.Martini Hadari dalam Bukunya yang

berjudul Ilmu Administrasi mengemukakan pengertian administrasi sebagai berikut:

Administrasi adalah rangkaian kegiatan atau proses pengendalian


suatu organisasiagar secara keseluruhan selalu rerarah pada
pencapaian tujuannya. Dengan demikian administrasi berarti
rangkaian kegiatan atau proses pengendalian cara atau sistem kerja
sama sejumlah orang,agar berlangsung efektif dan efisien dalam
mewujudkan tujuan bersama.(2014:26).
Sedangkan J. Wayong yang dikutip oleh H. Hadari Nawawi dan H.M Martini Hadari,

mengemukakan bahwa: ”Administrasi adalah kegitan yang dilakukan untuk mengendalikan

suatu usaha (pemerintah)agar tujuan tercapai”.(2014:30).

Dari pendapat tersebut di atas jelaslah bahwa administrasi itu merupakan suatu proses

kegiatan orang-orang (kelompok) yang melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang di

tentukan sebelumnya. Administrsi dikatakan sebagai proses karena dalam menjalankan suatu

kegitan itu melalui tahap atau berkaitan dengan tahap yang berikutnya. Tahap itu merupakan

fungsi yang di jalankan dan pencapaian tujuan itu akan terlaksana secara efektif dan efisien.

Fungsi-fungsi yang di jalankan oleh seorang pemimpin (administrator) di kemukakan

oleh Luther Gullick yang di kutip oleh Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat

Administrasi, sebagai berikut:

1. Planning (Perencanaan)
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Stafing (Pengadaan tenaga kerja)
4. Directing (Pemberian bimbingan)
5. Coordinating (Perkoordinasian)
6. Reporting (Pelaporan)
7. Budgeting (Penganggaran)
(2011:104).

Dengan demikian dapat kita lihat bahwa koordinasi adalah merupakan bagian dari

proses manajemen yang saling berhubungan antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lain.

Dari pendapat tersebut di atas terlihat, bahwa koordinasi merupakan salah satu fungsi

yang dijalankan oleh seorang pemimpin (administrator), dengan kata lain bahwa dalam

pencapaian tujuan organisasi seorang pemimpin dituntut mampu mengkoordinasikan segala

aktivitas yang berkaitan dalam mencapai tujuan organisasi.

Kemudian organisasi dan administrasi dapat di bedakan tetapi tidak dapat di pisahkan.

Karena organisasi merupakan wadah sekaligus alat administrasi untuk melaksanakan segala

kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan.


Hubungan antara organisasi dengan administrasi dapat diibaratkan sebagai tubuh

manusia, dalam wujudya susunan tubuh dan jiwa manusia dapat di ibaratkan alat-alat untuk

mencapai tujuan sedangkan jiwanya sebagai penggerak. Jadi manusia itu dapat mencaoai

sesutuapabila di gerakan oleh jiwa dan seballiknyaakan dapat mencapai tujuannya apabila

memiliki alat-alat untuk mencapai tujuan itu.

Bila organisasi merupakan alat di dalam mencapai suatu tujuan, maka perlu adanya

penyatu panduan gerak agar tidak terjadi kemacetan dalam pencapaian tujuan, serta perlu

adanya koordinasi di dalam organosasi tersebut, karena organisasi inibergerak sebagai suatu

kesatuan untuk mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sutato mengenai

organisasi dalam bukunya Dasar-Dasar Organisasi, sebagai berikut:

Organisasi adalah alat saling hubungan satu-satuan kerja yang


memberikan mereka kepada orang-orang yang di tempatkan dalam
struktur wewenang sehingga pekerjaan dapat di koordinasi oleh
perintah para atasan kepada para bawahan, yang menjangkau dari
puncak sampai terbawah dari seluruh badan usaha.(2012:28).

Dari konsep tersebut di atas, maka jelaslah bahwa antara administarasi, organisasi dan

koordinasi mempunyai hubungan yang erat dan apabila di simpulkan bahwa organisasi

merupakan struktur (susunan tubuh) sebagai alat dari pada administrasi di dalam pencapaian

tujuan. Selain itu organisasi merupakan alat yang terdiri dari bagian atau satuan keja di dalam

kegiatan yang dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih antara satuan/unit kerja

dalam melaksanakan aktivitasnya.

Berhasil tujuan organisasi, sangat ditentukan oleh kemampuan orang-orang untuk

bekerja sama antara bagian yang satu dengan bagian yang lain (unit kerja). Karena kerja sama

merupakan salah satu unsur yang terpenting dari sebuah organisasi sebagai sistem. Pengertian

sistem itu sendiri menurut pendapat Dann Sugandha dalam bukunya Koordinasi Alat

Pemersatuan Gerak Administrasi, yaitu:

“Sistem dapat diartikan sebagai suatu tata susunan dari pada


bagian atau sub sistem yang masing-masing mempunyai fungsi
tersendiri namun saling berhubungan satu kesatuan yang bulat
guna mencapai satu kesatuan tujuan tertentu”. (2011:8).

Salah satu fungsi administrasi/manajemen yang perlu mendapat perhatian, berkaitan

dengan pelaksanaan pekerjaan adalah koordinasi,sebagai salah satu alat yang dapat

digunakan untuk penyatu panduan setiap bagian/unit kerja suatu organisasi dengan segala

dana dan daya yang dimilikinya secara harmonis, selaras, kearah sasaran yang akan dicapai.

Untuk menyatukan setiap gerak dan langkah yang di lakukan oleh organisasi, maka

pelaksanaan koordinasi sangat penting bagi organisasi dalam upaya mewujudkan misi

organisasi yang bersangkutan.

Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

Manajemen, mengemukakan bahwa :

Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian-bagian terhadap yang


lain, baik dalam kegiatannya maupun dalam pelaksanannya yang
harus dilakukan tepat pada waktunya, sehingga masing-masing
dapat memberikan kontribusinya secara maksimum, untuk
mencapai hasil/produk usahanya secara keseluruhan”. (2014:88)

Kemudian menurut Moekijat dalam bukunya Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis)

mengemukakan bahwa “Koordinasi penyelarasan secara teratur atau penyusunan kembali

kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dari individu-individu untuk mencapai tujuan

bersama. (2014:2)

Selanjutnya, Dann Sugandha dalam bukunya Koordinasi Alat Pemersatu Gerak

Administrasi memberikan definifisi koordinasi, sebagai berikut:

Koordinasi adalah penyatu panduan gerak dariseluruh potensi dan


unit-unit organisasi atau organisasi-organisasi yang berbeda fungsi
agar secara benar-benar mengarah pada sasaran yang sama guna
memudahkan pencapaian dengan efisien. (2011:13).

Selanjutnya menurut pendapat Soewarno Handayaningrat dalam bukunya

Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional, memberikan definisi sebagai

berikut:
Koordinasi adalah perwujudan dari pada kerja sama, saling
membantu dan menghargai atau menghayati tugas dan fungsi serta
tanggung jawab masing-masing. Hal ini disebabkan karena setiap
satu kesatuan(unit) dalam melaksanakan kegiatan, tergantung atas
bantuan dari salah satu kerja(unit) yang lain. Jadi adanya saling
ketergantungan atau interdepensi inilah yang mendorong di
perlukannya kerja sama. (2014:119).

Sedangkan menurut Manullang dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen,

pengertiannya sebagai berikut:

Koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan seluruh unit-unit


organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan semaksimal
mungkin bagi pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan,
dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas
diantara unit-unit organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
(2010:78).

Dari beberapa konsep tersebut di atas terlihat bahwa fungsi koordinasi mempunyai

peranan penting dalam suatu organisasi, Hal ini dimaksudkan untuk mencegah

ketidakharmonisan di antara unit-unit kerja, di mana setiap unit kerja agar tidak

mementingkan kepentingannya sendiri yang pada akhirnya dapat menghambat pencapaian

tujuan organisasi secara keseluruhan. Adapun fungsi koordinasi menurut Soewarno

Handayaningrat dalam bukunya Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional

adalah sebagai berikut:

a. Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen, di samping


adanya fungsi perencanaan, penyusunan pembinaan pegawai,
motivasi dan pengawasan.
b. Koordinasi merupakan usah untuk menjamin kelancaran
mekanisme produser kerja dariberbagai komponen dalam
organisasi.
c. Koordinasi adalah merupakan usaha yang mengarahkan dan
menyatukan kegiatan dari satu kerja organisasi, sehingga
bergerak sebagai kesatuan yang bulat guna melaksanakan
tugas organisasi sebagai bantuan untuk mencapai tujuan.Jelas
koordinasi mengandung makna adanya keter paduan integrasi,
dan di lakukan secara serasi dan simultan(sinkronisasi) dari
tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
d. Koordinasi adalah faktor dominan yang perlu di perhatikan
bagi kelangsungan hidup dalam suatu organisasi pada tingkat
tertentu di tentukan oleh kualitas usaha koordinasi yang di
jalankan.
e. Koordinasi tetap memainkan peranan yang sangat penting
dalam merumuskan pembagian tugas, Wewenang dan
tanggung jawab dalam penataan, pembagian tugas, Wewenang
dan tanggung jawab dalm kesatuan organisasi yang tak
berfungsi sama sekali melahirkan jaringan hubungan kegiatan
komunikasi yang di perlukan oleh organisasi.
f. Pertumbuhan organisasi berarti penambahan beben kerja
mereka atau fungsi yang harus dilaksanakan oleh organisasi
yang bersangkutan, dalam situasi yang akan menjadi rumit dan
mungkin sukar, akan tetapi masalah ini sangat perlu untuk di
pecahkan bersama.
g. Timbulnya sepesialisasi yang semakin tajam merupakan
konsekuensi logis dari pada perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang di perhatikan oleh organisasi dengan
harapan para spesialis ini memainkan peranan tidak lepas
kaitannya dengan hal-hal yang lebih umum dan lunas
spesialisasi dalam berbagai tugas dan keanekaragaman tugas
menyebabkan usah koordinasi semakin besar dan rumit, di
samping kecendrungan manusia-manusia yang rumit
memikirkan kepentingan satuan kerja unitnya yang membawa
akibat tujuan organisasi. (2014 : 119 - 121).

Secara operasioanal, koordinasi dapat dilaksanakan tiga arah, yakni ke samping

(horisontal), arah atas ke bawah (vertikal) dan menyilang (diagonal), pembagian ini di

maksudkan agar harus informasi kerja dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar.

Atasan memberikan perintah, tugas-tugas kepada bawahan megenai tugas/perintah yang akan

dilaksanakan supaya tidak terjadi bentrokan kerja atau akibat kurangnya komunikasi antara

unit dalam melaksanakan pekerjaan. Lebih jelasnya mengenai jenis koordinasi yang di

kemukakan oleh Dann Sugandha dalam bukunya koordinasi Alat Pemersatuan Gerak

Administrasi, pada uraian berikut:

1. Menurut lingkunganya:
a. Koordinasi intern yaitu koordinasi antara pejabat atau
antara unit di dalam suatu organisasi.
b. Koordinasi ekstern yaitu koordinasi antar pejabat dari
berbagai organisasi atau antar organisasi.
2. Menurut arahnya terdapat:
a. Koordinasi horisontal yaitu koordinasi antara pejabat atau
antara unit yang mempunyai tingkat hirarkhi yang sama
dalam suatu organisasi, dan organisasi yang sederajat atau
antara organisasi yang setingkat.
b. Koordinasi vertikal adalah koordinasi antara pejabat-
pejabat dan unit-unit tingkat bawah oleh pejabat atasanya
langsung, juga cabang-cabang satu organisasi induknya.
c. Koordinasi diagonal yaitu koordinasi antara pejabat atau
unit yang berbeda tingkat hirarkinya.
d. Koordinasi fungsinal adalah koordinasi antar pejabat, antar
unit di dasarkan atas kesamaan fungsi atau karena
koordinatornya mempuyai fungsi tertentu.(2011:26).

Pencapaian tujuan organisasi pada setiap tingkat kegiatan dalam manajemen harus di

koordinasikan supaya pekerja diarahkan pada suatu sasaran yang dikehendaki oleh

organisasi. Untuk melaksanakan koordinasi perlu di perhatikan alat-alat yang tercantum

seagai pegangan bagi setiap pemimpin, tanpa adanya rencana dan perencanaan serta

pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan, maka sulit untu dikoordinasikan.

Dalam melaksanakan koordinasi ada syarat tertentu yang perlu di ketehui oleh

pemimpin organisasi disamping alat organisasi sebagai pegangan dalam melaksanakan

koordinasi. Syarat koordinasi ini menjelaskan bahwa koordinasi dapat tercipta apabila ada

peranan dari pada pegawai pada tiap-tiap bagian dalam organisasi untuk bekerja sama dengan

bagian-bagian lainya. Kemudian organisasi sedapat mungkin mengadakan persaingan antara

bagian-bagian, dapat berlomba untuk mencapai kemajuan yang nantinya akan menunjang

kemajuan organisasi bersangkuan. Seorang pemimpin harus mampu mengembangkan

perasaan saling menghormati terhadap bawahannya (bagian/unit) disamping itu tiap-tiap

bagian dalam organisasi harus di ikutsertakan dalam menentukan arah kebijaksanaan yang

akan di tetapkan oleh organisasi karena bisa menimbulkan semangat kerja.

Syarat-syarat koordinasi itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh Malayu Hasibuan

dalam bukunya Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, adalah sebagai-seagai berikut:

a. Sense of Cooperation (perasaan untuk bekerja sama), ini harus


di lihat dari sudut bagian perbagian bidang pekerjaan, bukan
orang -perorang.
b. Rivalry: dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan
persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini
berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
c. Team Spirit: artinya satu sama lain pada setiap bagian harus
harga-menghargai.
d. Espirit de Corp : artinya bagian-bagian yang diikutsertakan
atau dihargai, umumya akan menambah kegiatan yang
bersemangat.(2011:90).

Koordinasi mempunyai ciri-ciri tersendiri, ciri-ciri koordinasi ini menjelaskan bahwa

orang yang paling bertanggung jawab dan berwenang di dalam penyelarasan usaha kerja

sama ialah pemimpin (Administrator). Oleh karena itu pemimpin mengetahui bahwa pada

dasarnya koordinasi memiliki tujuan secara terus menerus dan mengatur usaha kelompok

secara teratur.

Sedangkan ciri-ciri koordinasi menurut Soewarno Handayaningrat dalam buku

Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional sebagai berikut:

1. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan .Oleh karena


itu koordinasi adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab
dari pada pimpinan.
2. Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama.
3. Koordinasi adalah proses yang terus menerus.
4. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur.
5. Konsep kesatuan tindakan.
6. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. (2014:118).

2.1.2. Prinsip-prinsip Koordinasi.

Beberapa prinsip koordinasi yang perlu di pakai seperti di kemukakan oleh Dann

Suandha dalam bukunya koordinasi Alat Pemersatu Gerak Administrasi, diantaranya yaitu:

1. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian dan mengenai


sasaran yang harus dicapai sebagai arah kegiatan bersama.
2. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh masing-masing pihak, terasuk target dan
jadwalnya.
3. Adanya ketaatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap
bagian tugas masing-masing serta jadwal yang telah
ditetapkan.
4. Adanya saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerja
sama mengenai kegiatan dan hasilnya pada suatu saat tertentu,
termasuk masalah-masalah yang dihadapi masing-masing.
5. Adanya koordinasi yang dapat memimpin dan menggerakan
serta memonitor kerja sama tersebut, serta memimpin
pemecahan bersama.
6. Adanya saling menghormati terhadap wewenang fungsional
masing-masing pihak sehingga tercipta semangat untuk saling
bantu. (2010:47-48).

Sedangkan cara-cara mengadakan koordinasi yang dikemukakan oleh Malayu

Hasibuan dalam bukunya manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat.


Keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena
tindakan-tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan
dan menghasilkan koordinasi yang baik.
2. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaaan tujuan yang
akan dicapai oleh anggota, tidak menurut masing-masing
individu anggota dengan tujuannya sendiri-sendiri.
3. Mendorong para anggota untuk bertukarpikiran,
mengemukakan ide, saran-saran dan lain sebagainya.
4. Mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat
perumusan dan penciptaan sasaran.
5. Membina human relation yang baik antara sesama karyawan.
6. Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para
bawahan. (2011:90).

Dari konsep tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan koordinasi

tidak dapat dipaksakan, tetapi akan lebih baik apabila menggunakan cara persuasif, karena

dengan cara persuasif pegawai akan lebih merasa dihargai, karena koordinasi merupakan

hasil dari pelaksana perencanaan, pengorganisasian, penggerakan orang-orang serta

pengawasan yang dilakukan oleh administrator/pemimpin.

2.1.3. Pengertian Keamanan

Selanjutnya kata ”Keamanan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga,

terbitan PT. (Persero) Balai Pustaka, Jakarta, 2002, diartikan secara singkat dan sederhana

sebagai “Keadaan aman”, yaitu keadaan dimana terdapat suasana :

1) Tenteram dan damai, baik lahir maupun bathin (peace).


2) Bebas dari kekhawatiran, keragu-raguan, dan ketakutan yang
terwujud dalam adanya kepastian atas tertib dan tegaknya hukum
(sure).
3) Bebas dari setiap gangguan, baik fisik maupun psikis (secure).
4) Terlindungi dan terayomi dari segala macam bahaya dan resiko
(safe).
Dengan demikian dalam konteks manifestasi hukum, yang dimaksudkan dengan peace,

sure, secure, dan safe itu adalah tidak adanya bahaya, ancaman, dan atau

gangguan/pelanggaran hukum. Sedangkan secara luas maka pengertian keamanan bisa

termasuk situasi dan kondisi akibat adanya banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung

meletus, tsunami, kelaparan, hama penyakit, dsb.

Dalam Undang Undang Republik Indonesia, nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, pasal 1 ayat (5) menyatakan bahwa:

“Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis


masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang
ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum,
serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam
menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran
hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat”.

Istilah aman dalam pemahaman Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, mengandung 4 (empat)

pengertian dasar, yaitu:

1) Security yaitu perasaan bebas dari gangguan fisik dan psikis;

2) Surety yaitu perasaan bebas dari kekhawatiran;

3) Safety yaitu perasaan terlindung dari segala bahaya; dan

4) Peace yaitu perasaan damai lahiriah dan batiniah

2.1.4. Tinjauan Tentang Wisata

1. Pengertian

Ditinjau secara etimologi “wisata” yang berarti perjalanan atau bepergian. Sedangkan

pengertian wisata menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009

Tentang Kepariwisataan:

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Jenis-Jenis Wisata

Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang

pada suatu negara, maka timbullah bermacam-macam dan jenis pariwisata yang

dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan mempunyai ciri khas tersendiri.

Menurut Salah Wahab dalam bukunya Manajemen Kepariwistaan, wisata memiliki enam

jenis diantaranya adalah :

a. Pleasure tourism,

yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan. Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang

yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar,

mengendorkan ketegangan syarafnya, menikmati keindahan alam, menikmati cerita

rakyat suatu daerah, serta menikmati liburan dan sebagainya.

b. Recreation tourism,

yaitu pariwisata untuk tujuan rekreasi. Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang

menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali

kesegaran jasmani dan rohani yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

c. Cultural tourism,

yaitu pariwisata untuk kebudayaan. Jenis pariwisata ini ditandai dengan adanya

rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset,

mempelajari adat-istiadat, cara hidup masyarakat negara lain dan sebagainya.

d. Sports tourism,

yaitu pariwisata untuk tujuan olahraga. Jenis pariwisata ini bertujuan untuk olahraga,

baik hanya untuk menarik penonton olahraga dan olahragawannya sendiri serta

ditunjukkan bagi mereka yang ingin mempraktekkannya sendiri.

e. Business tourism,
yaitu pariwisata untuk urusan dagang besar. Dalam pariwisata jenis ini, unsur yang

ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan dalam

menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk memanjakan dirinya sebagai wisatawan

yang mengunjungi berbagai objek wisata dan jenis pariwisata yang lain.

f. Convention tourism,

yaitu pariwisata untuk konveksi. Banyak negara tertarik untuk menggarap jenis

pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus

dilengkapi untuk menunjang pariwisata jenis ini.

Menurut Oka A. Yoeti dalam bukunya Pengantar IlmuPariwisata, pariwisata dapat

dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata

tersebut diantaranya adalah :

a. Wisata Budaya

Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan

hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain

atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara

hidup mereka, budaya dan seni mereka.

b. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih-lebih di danau,

pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan

pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat-lihat taman laut

dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan

yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim.

c. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan

yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ketempat atau daerah
cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang

kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan

oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret

binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang

mendapat perlindunagn pemerintah dan masyarakat

d. Wisata Konvensi

Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan

fasilitas bangunan dengan ruang-ruang tempat bersidang bagi para peserta suatu

konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional

maupun internasional.

e. Wisata Pertanian

Sebagai mana wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan

yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan

sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan

peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya

tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur mayur dan

palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi

f. Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan

untuk temapt berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai

agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah

atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti

berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf, dan sebagainya.

g. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan

kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan

oleh perorangan atau rombingan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar

atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat

pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.

3. Objek wisata dan daya tarik

Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi

pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Daya tarik yang tidak atau

belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai

daya tarik wisata, sampai adanya jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisata

merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah atau tempat

tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.

Menurut Salah Wahab (2014) “agar suatu daerah wisata mempunyai daya tarik, dan

objek wisata, suatu daerah tujuan wisata harus mempunyai syarat daya tarik yaitu : 1) ada

sesuatu yang bisa dilihat (something to see), 2) ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something

to do), dan 3) ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy) (hlm 28)”.

Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan

tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari

pengelola kawasan wisata, sebagaimana dikatakan Oka A. Yoeti (2014) bahwa berhasilnya

suatu wisata hingga tercapainya industri periwisata sangat tergantung pada tiga A (3A), yaitu

a. atraksi (attraction),

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat,

dinikmati, dan ditermasuk dalam hal ini adalah : tarian-tarian, nyanyian, kesenian

rakyat tradisional, upacara adat dan lain-lain

b. mudah dicapai (accessibility),


Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena

faktor jarak dan waktu yang sangat memengaruhi keinginan seseorang untuk melalukan

perjalanan wisata. Unsur yang teroenting dalam aksesbilitas adalah transportasi, dengan

maksud untuk frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimiliki dapat mengakibatkan

jarak yang jauh seolah-olah menjadi dekat. Selain transportasi yang berkaitan dengan

aksesbilitas adalah prasarana yang meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan

bandara. Prasarana ini berfungsi untuk mneghubungkan suatu tempat ke tempat lain,

keberadaan prasaran transportasi akan memengaruhi laju tingkat transportasi sendiri.

Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi yang optimal

c. fasilitas (amenities).

Fasilitas pariwisata tidak dapat dipisahkan dengan akomodasi perhotelan, karena hal ini

akan menunjukkan tidak berkembang tanpa adanya penginapan. Fasilitas wisata

merupakan hal-hal penunjangan terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat

mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun saran-sarana penting yang berkaitan

dengan perkembangan pariwisata adalah sebagai berikut :

1) Akomodasi hotel

2) Restoran

3) Air bersih

4) Komunikasi

5) Hiburan

6) Keamanan

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan suatu obyek

wisata tergantung dari daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah wisata. Apa yang bisa

diberikan oleh suatu obyek wisata kepada wisatawan, fasilitas apa saja yang disediakan tentu
juga berpengaruh pada perkembangan obyek wisata serta akses yang mudah untuk mencapai

mencapai obyek wisata tersebut

4. Kawasaan pariwisata

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan:

Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama


pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

5. Wisatawan

Kata wisatawan berasal dari bahasa sansekerta, dari asal kata wisata yang berarti

perjalanan ditambah dengan akhiran kata wan yang berarti orang yang melakukan perjalanan

wisata. Dalam bahasa inggris, orang yang melakukan perjalanan disebut traveler. Sedangkan

orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut tourist Suatu daerah pariwisata

akan hidup atau mengalami perkembangan jika di daerah wisata tersebut terdapat wisatawan.

Banyak atau sedikit wisatawan yang berkunjung dapata menjadi indikator bagus tidaknya

suatu tempat wisata.

2.1.5. Kawasan Anyer

Kawasan Anyer terletak di Kecamatan Anyer yang berada di Ujung Barat Kabupaten

Serang Provinsi Banten. Objek wisata utama di kawasan ini adalah pesisir pantai yang

panjang dan lebar, menghadap Selat Sunda, yang terdiri dari Pantai Anyer, Pantai Tanjung

Tum, Pantai Bojong, dan Pantai Sambolo. Keempat pantai ini saling berhubungan dari Utara

sampai ke Selatan dari Kecamatan Anyer dengan panjang bentangan pantai mencapai 25 km.

Pantai Anyer, Pantai Tanjung Tum, dan Pantai Sambolo umumnya merupakan pesisir

yang tertutup oleh pasir kasar, pasir halus dan kerikil. Sedangkan Pantai Bojong selain

tertutup oleh pasir dan kerikil disini terdapat Menara Mercusuar yang dibangun pada zaman
Belanda dan dijadikan titik kilometer nol Jalan Raya Pos dari Anyer sampai panarukan.

Keempat pantai tersebut dilihat dari morfologinya merupakan wilayah yang bergelombang

dengan kemiringan lereng 0 – 15 % dengan kedalaman lautnya 0 m sampai dengan 15 m,

kecepatan arus perairan sekitar 24,62 m/detik. Tingkat abrasi di Kawasan Anyer terbilang

kecil yaitu berkisar antara 5 ha sampai 25 ha per tahun. Proses abrasi di Kawasan Anyer

bergantung kepada naiknya permukaan air laut sebagai akibat perubahan angin. Vegetasi

lahan pada pantai terbuka di Kawasan Anyer umunya berupa semak belukar dan pohon

kelapa yang sengaja ditanam oleh pengelola pantai.

Ketersediaan air bersih cukup banyak dan dekat, karena fihak pengelola pantai

menyediakan air bersih untuk kepentingan wisatawan. Keempat pantai terbuka di Kawasan

Anyer memiliki potensi sarana dan prasarana kepariwisataan yang cukup baik hanya belum

dimanfaatkan secara optimal oleh para wisatawan. Banyak wisatawan memilih untuk tinggal

di pantai tertutup yang dikelola oleh hotel-hotel berbintang dan cottage. Sarana yang sudah

tersedia di pantai terbuka berupa kios souvenir, kedai makanan dan minuman, lahan parkir,

kamar mandi dan mushola

2.1.6. Keamanan Kawasan Wisata

Dalam Pasal 5 UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI dinyatakan bahwa

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya

keamanan dalam negeri. Berdasarkan UU No. 2/2002 tersebut, Polri memiliki tugas dan

kewenangan menjaga keamanan dalam negeri, termasuk menjaga keamanan obyek-obyek

vital nasional yang memiliki peran strategis bagi terselenggaranya pembangunan nasional.

Berdasarkan Keppres No. 63/2004, ciri-ciri OBVITNAS adalah sebagai berikut:

a. ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan bencana


terhadap kemanusiaan dan pembangunan;
b. ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan kekacauan
transportasi dan komunikasi secara nasional; dan/atau
c. ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan sifat-sifat ancaman dan dampak keamanan yang disebutkan dalam

Keppres diatas, maka obyek yang dapat dikategorikan sebagai obvitnas Obvitnas dan Objek

Tertentu, dapat berupa: industry, instalasi, perhubungan, pertambangan dan energy, gedung

perkantoran pemerintah/swasta/asing, kawasan wisata, dan lembaga negara.

Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2017 Tentang Pemberian Bantuan Pengamanan Pada Objek Vital Nasional Dan Objek

Tertentu Pemberian Bantuan Pengamanan pada Obvitnas dan Objek Tertentu

dilaksanakan dengan prinsip:

a. legalitas, yaitu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan;
b. preventif, yaitu mengutamakan tindakan pencegahan;
c. nesessitas, yaitu diberikan berdasarkan kebutuhan;
d. proporsional, yaitu dilaksanakan berdasarkan perkiraan ancaman
atau gangguan yang mungkin terjadi;
e. sinergitas, yaitu dilaksanakan secara terpadu antar- fungsi
kepolisian, pengelola Obvitnas atau Objek Tertentu serta instansi
terkait;
f. transparan, yaitu dilaksanakan secara jelas dan terbuka; dan
g. akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan.

1. Bentuk Bantuan Pengamanan

a. Bantuan pengamanan pada Obvitnas dan Objek Tertentu, diberikan dalam

bentuk:

1) jasa pengamanan; dan/atau

2) jasa manajemen sistem pengamanan.

b. Pemberian bantuan pengamanan dilakukan atas dasar permintaan pengelola Obvitnas

atau Objek Tertentu.


c. Pengamanan Obvitnas dan Objek Tertentu dilaksanakan secara terpadu bersama

pengelola Obvitnas dan Objek Tertentu melalui Sispam sebagai bentuk bantuan bagi

pengelola Obvitnas dan Objek Tertentu, meliputi:

1) pola pengamanan;

2) konfigurasi standar pengamanan; dan

3) standar kemampuan pelaksana pengamanan.

2. Jasa Pengamanan

a. Jasa Pengamanan yang diberikan terhadap Obvitnas dan Objek Tertentu meliputi:

1) pengerahan kekuatan; dan

2) perlengkapan/sarana dan prasarana pengamanan.

b. Pengerahan kekuatan dan perlengkapan diberikan sesuai dengan:

1) permintaan;

2) identifikasi luas dan besarnya Obvitnas dan Objek

3) Tertentu yang diamankan; dan/atau

4) tingkat kerawanan, ancaman dan resiko.

c. Pemberian Jasa pengamanan dilakukan melalui tindakan:

1) Kegiatan pre-emtif, dilakukan dalam upaya mewujudkan keamanan dan ketertiban di

lingkungan Obvitnas dan Objek Tertentu, dengan cara:

a) koordinasi dengan pengelola Obvitnas dan Objek Tertentu serta warga

masyarakat sekitar lokasi Obvitnas dan Objek Tertentu; dan

b) membangun kemitraan dengan masyarakat sekitar lokasi Obvitnas dan Objek

Tertentu.

2) Kegiatan preventif, meliputi:

a) pengaturan terhadap kegiatan, lalu lintas manusia, barang dan kendaraan

di lingkungan Obvitnas atau Objek tertentu;


b) penjagaan pada lokasi untuk mengantisipasi terjadinya

pelanggaran/kejahatan di lingkungan Obvitnas atau Objek Tertentu;

c) pengawalan, pengawasan dan pemeriksaan terhadap orang, barang,

dokumen dan kendaraan yang masuk/keluar di lingkungan Obvitnas atau

Objek Tertentu;

d) patroli pada lokasi, lingkungan sekitar Obvitnas atau Objek Tertentu.

3) Penegakan hukum, meliputi:

a) Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara

b) Melaporkan atau menginformasikan ke kantor Kepolisian terdekat tentang

terjadinya tindak pidana.

d. Jasa pengamanan Obvitnas dan Objek Tertentu diselenggarakan oleh:

1) Direktorat Pengamanan Objek Vital (Ditpamobvit) Korps Samapta Bhayangkara

(Korsabhara) Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri; dan

2) Direktorat Pengamanan Objek Vital (Ditpamobvit) Kepolisian Daerah, sebagai

unsur pelaksana utama.

3) Petugas pelaksana pengamanan Obvitnas dan Objek Tertentu terdiri atas:

a) petugas pengamanan internal; dan

b) anggota Polri, terdiri atas fungsi Pamobvit dan dapat melibatkan fungsi

kepolisian lainnya di lingkungan Polri.

3. Pola Pengamanan

Identifikasi Objek, Sebelum ditentukan pola pengamanan terlebih dahulu dilakukan

identifikasi terhadap:

a. spesifikasi objek, meliputi:

1) nama objek vital;

2) klasifikasi objek;
3) pemilik perusahaan;

4) lokasi/alamat;

5) jenis/bidang usaha;

6) nilai aset objek;

7) jumlah karyawan;

8) luas area objek;

9) intensitas kegiatan produksi;

10) kapasitas hasil produksi;

11) nilai strategis objek; dan

12) dokumen administrasi yang dimiliki;

b. potensi kerawanan, meliputi:

1) ancaman yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal, yang

berpotensi membahayakan kelangsungan berfungsinya Obvitnas dan Objek

Tertentu; dan

2) gangguan yang dapat menimbulkan kerugian berupa korban jiwa, harta benda

dan trauma psikis.

4. Bentuk Pengamanan

Bentuk pengamanan Obvitnas dan Objek Tertentu, terdiri atas:

a. pengamanan langsung, berupa pengerahan dan penggelaran kekuatan beserta sarana

prasarana pengamanan sesuai kebutuhan dan perkiraan ancaman dan/atau gangguan

Kamtibmas yang mungkin terjadi.

b. pengamanan tidak langsung, berupa pemantauan, pengawasan dan penerimaan

laporan dari pengelola Obvitnas dan Objek Tertentu

5. Sifat Pengamanan

a. Sifat pengamanan Obvitnas dan Objek Tertentu, meliputi:


1) pengamanan terbuka, berupa:

a) pemeriksaan terhadap badan, barang dan kendaraan yang masuk dan

keluar;

b) pengaturan terhadap manusia, barang dan kendaraan yang masuk dan

keluar, ruang parkir, rute lalu lintas dalam area objek, tempat penyimpanan

dan penimbunan barang sesuai dengan jenisnya;

c) penjagaan yang bersifat tetap maupun insidential dengan penempatan pos-

pos jaga sesuai dengan luas area objek;

d) pengawalan terhadap manusia, dokumen dan barang yang masuk

maupun keluar Obvitnas dan Objek Tertentu;

e) patroli yang dilaksanakan di dalam atau di luar lingkungan Obvitnas

dan Objek Tertentu dengan menggunakan kendaraan atau berjalan kaki;

f) pengawasan terhadap dokumen, manusia, barang dan lingkungan;

g) penanganan terhadap aksi unjuk rasa;

h) penanganan terhadap pemogokan atau kerusuhan massa secara proporsional;

i) penanganan terhadap ancaman atau gangguan teror;

j) penanganan terhadap bencana alam, kecelakaan kerja, bahaya kebakaran;

k) penanganan tindak pidana secara terbatas; dan

l) memberdayakan peran serta karyawan dan masyarakat di sekitar Obvitnas

dan Objek Tertentu.

2) Pengamanan tertutup, berupa:

a) deteksi terhadap potensi kerawanan yang mungkin terjadi baik yang

bersumber dari dalam maupun luar lingkungan Obvitnas atau Objek

Tertentu;

b) pengawasan terhadap tamu, karyawan, barang, dan dokumen;


c) penggalangan terhadap karyawan dan masyarakat di sekitar Obvitnas atau

Objek Tertentu; dan

d) pengamanan dan perlindungan terhadap personel dan tamu Obvitnas atau

Objek Tertentu yang termasuk dalam kategori Very Important

Person/Very Very Important Person (VIP/ VVIP).

2.2. Penelitian yang relevan

Pada bagian ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai

kedekatan dalam hal ruang lingkup dan beberapa variable penelitiannya dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti.

Pertama, Andre Christianto Paeh dalam jurnalnya yang berjudul ,”Peran Unit Pam Obvit

Polres Magelang Dalam Pengamanan Objek Vital Nasional Candi Borobudur” Akademi

Kepolisian Republik Indonesia, Semarang.

Penelitian ini dilatarbelakangi keberadaan Candi Borobudur yang merupakan objek wisata

internasional yang menjadi salah satu objek vital nasional yang bersifat strategis. Sebagai

situs cagar budaya, sangat pentinglah diberlakukannya pengamanan objek vital nasional

terhadap Candi Borobudur oleh negara. Beberapa upaya negara dalam melakukan

pengamanan tersebut terlihat dari dikeluarkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia

No. 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional yang kemudian ditindaklanjuti

dengan terbitnya Surat Keputusan Kapolri No. Pol : Skep / 738 / X / 2005 tanggal 13 Oktober

2005 tentang Pedoman Sistem Pengamanan Objek Vital Nasional. Dituntut tanggung jawab

Kepolisian dalam hal ini Unit Pam Obvit Polres Magelang dalam pengamanan serta

mencegah terjadinya kejahatan, sehingga terjaminnya keamanan objek wisata Candi

Borobudur dan timbulnya rasa aman bagi pengunjung objek wisata Candi Borobudur.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, menggunakan metode penelitian

deskriptif analisis, serta teknik pengumpulan data dengan wawancara, pengamatan, dan
telaah dokumen yang ada. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori Manajemen

POAC, dengan teori Pencegahan Kejahatan. Hasil penelitian menemukan bahwa

pelaksanaan pengamanan oleh Unit Pam Obvit belum maksimal. Masih banyaknya faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pengamanan Unit Pam Obvit

tidak maksimal. Adanya upaya pengamanan yang belum maksimal dilakukan Unit Pam Obvit

dalam berkoordinasi dengan instansi yang terkait. Berdasarkan hasil penelitian, maka

perlunya anggota mengikuti dikjur Pam Obvit guna paham mengenai sistem pengamanan

Obvitnas, mengikuti sekolah bahasa Polri guna pengamanan yang maksimal, perbaikan

struktur organisasi Polres Magelang untuk Unit Pam Obvit menjadi Satuan Pam Obvit untuk

pengamanan yang maksimal terhadap Obvitnas, penambahan anggaran dan sarpras untuk

meningkatkan kinerja anggota, peningkatan koordinasi dengan pihak taman dan masyarakat,

penambahan kualitas pengamanan fisik mulai dari pagar sampai pintu masuk.

Kedua, Frenly Sukarno dengan judul : “Koordinasi Dalam Pengelolaan Objek Wisata Taman

Nasional Kayan Mentarang Di Desa Tanjung Lapang Kilometer Delapan Kabupaten

Malinau”

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan dinas pariwisata dan dinas kehutanan pada

saat melaksanakan koordinasi dalam pengelolaan objek wisata taman nasional kayan

mentarang masih kurang maksimal dilihat dari tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Sehingga penulis menyarankan agar kepala dinas pariwisata dan kepala dinas kehutanan

hendaknya pro-aktif melaksanakan koordinasi dalam bentuk komunikasi, integrasi,

sinkronisasi dan simplifikasi, melalui organisasi yang dipimpin nya. Disamping itu pula

disarankan agar kepala dinas pariwisata dan kepala dinas kehutanan serta lembaga lainya

yang berada di sekitar dinas pariwisata dan dinas kehutanan harus berusaha mengajak

pengurus-pengurus yang berkaitan dengan pengelolaan objek wisata taman nasional kayan

mentarang untuk melihat persoalan apa pun yang membutuhkan koordinasi


sebagai tanggung jawab bersama.

Ketiga, laporan penelitian Dosen Muda oleh I Made Dedy Priyanto dkk, Universitas Udayana

Bali dengan judul Efektifitas Peran Polisi Pariwisata Dalam Penanggulangan Kejahatan Di

Bidang Pariwisata Pada Wilayah Hukum Polda Bali.

Penelitiannya bertujuan mengetahui peran dan kewenangan serta efektifitas polisi pariwisata

dalam penanggulangan kejahatan di bidang pariwisata pada wilayah hukum Polda Bali.

Metode yang akan dipakai dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pendekatan secara

Yuridis Empiris, yaitu penelitian hukum dengan cara pendekatan fakta yang ada dengan jalan

mengadakan pengamatan dan penelitian di Unit Polisi Pariwisata Polda Bali. Hasil penelitian

ini diharapkan dengan adanya polisi pariwisata, keamanan dan ketertiban khususnya di

tempat-tempat wisata di Bali lebih dapat ditingkatkan, sehingga dapat mencegah,

menanggulangi dan meminimalisir terjadinya kejahatan ataupun gangguan-gangguan baik

dari dalam maupun luar negeri untuk dapat memajukan pariwisata di Bali sebagai bagian dari

upaya meningkatkan citra pariwisata Negara Republik Indonesia.

2.3. Kerangka berfikir/Paradigma penelitian

Menurut Sugioyono (2017:42) bahwa: “Paradigma penelitian diartikan sebagai pola

pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus

mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian,

teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik

analisis statistic yang akan digunakan”.

Berdasarkan pada faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan diatas,

maka paradigma ini ditunjukan oleh gambar berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian

PROSES

VARIABEL X Variabel Y
KOORDINASI
Keamanan wisatawan
1. kesepakatan dan kesatuan
INPUT pengertian.
1) Security;
Feedback

OUTCOME: OUTPUT:

Terciptanya koordinasi dalam Pembuktian hipotesis, terdapat


meningkatkan keamanan di pengaruh antara koordinasi
kawasann wisata Pantai Anyer. dengan keamanan di kawasan
2.4. Hipotesis penelitian
wisata pantai Anyer.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut : “Diduga Ada Pengaruh Yang Signifikan Antara Koordinasi Oleh Ditpamobvit

Polda Banten Dengan Keamanan Di Kawasan Wisata Pantai Anyer”.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Agar penelitian bisa berjalan sesuai dengan pedoman dan tidak menyimpang, maka

desain penelitian merupakan salah satu strategi yang bisa dilakukan. Dengan adanya desain

penelitian tujuan penelitian bisa lebih mudah diraih.

Desain penelitian adalah rangkaian prosedur dan metode yang dipakai untuk

menganalisis dan menghimpun data untuk menentukan variabel yang akan menjadi topik

penelitian, atau sebagai strategi yang dilakukan peneliti untuk menghubungkan setiap elemen

penelitian dengan sistematis sehingga dalam menganalisis dan menentukan fokus penelitian

menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Desain
Penelitian Kuantitatif, yaitu menarik kesimpulan statistik pada pengumpulan data, informasi

dan pengetahuan sangat diprioritaskan. Jumlah responden yang menyediakan pandangan

yang berbeda dari pertanyaan penelitian juga lebih diutamakan dari pada jumlah yang banyak

tapi memiliki pandangan yang sama. Pada metode desain penelitian kuantitatif ini data yang

diambil dari responden yang dianalisis akan sangat membantu keputusan kesimpulan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif kausal yaitu

suatu cara penelitian dengan mengumpulkan pendapat dari para responden yang dianggap

representatif guna mengungkapkan hubungan kausal antara koordinasi dengan peningkatan

keamanan, dengan pendekatan kuantitatif

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Lokasi yang penulis jadikan obyek penelitian adalah Direktorat Pengamanan Obyek

Vital (Ditpamobvit) Polda Banten yang beralamat Jl. Syeh Nawawi Albantani No.76

Serang Banten 42121

Adapun lamanya penelitian yang dilakukan mulai dari bulan September sampai

dengan bulan Desember 2021 atau ± 92 hari dengan rincian sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Konsultasi dan Pengajuan Judul : 2 hari

b. Studi Kepustakaan : 10 hari

c. Penyusunan Usulan Penelitian : 7 hari

d. Seminar Usulan Penelitian : 1 hari

e. Perbaikan Usulan Penelitian : 2 hari

f. Persiapan alat-alat pengumpulan data : 15 hari

g. Pengurusan ijin penelitian : 3 hari

2. Penyebaran dan Penarikan Angket : 10 hari

3. Pengolahan Data : 15 hari

4. Analisa Data : 15 hari


5. Tahap Pembuatan Laporan : 4 hari

6. Pra Sidang : 1 hari

7. Sidang Skripsi : 1 hari

8. Perbaikan dan Penyempurnaan Skripsi : 4 hari

9. Penjilidan : 2 hari

10. JUMLAH: : 92 hari

3.3. Definisi operasional

Untuk memperjelas pengukuran masing-masing variabel pada hipotesis di atas, penulis

menguraikan definisi oprasional sebagai berikut :

3.3.1. Variabel bebas (Koordinasi):

1. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai

sebagai arah kegiatan bersama.

2. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang di lakukan oleh

masing-masing pihak terkait.

3. Adanya ketaatan atau loyalitas dari semua pihak terhadap bagian tugas masing-

masing serta jadwal yang telah di tetapkan

4. Terjalin komunikasi aktif antara pihak-pihak terkait.

5. Koordinator dapat mengkoordinir, memimpin dan menggerakkan serta monitor

kerja sama, serta memimpin pemecahan masalah bersama.

6. Adanya saling menghormati terhadap wewenang fungsional masing-masing pihak

sehingga tercipta semangat untuk saling membantu.

3.3.2. Variabel terikat (Keamanan Kawasan Wisata) :

1. Wisatawan merasa bebas dari gangguan fisik, (Security);

2. Wisatawan merasa bebas dari kekhawatiran, (Surety);

3. Wisatawan merasa terlindung dari segala bahaya, (Safety);


4. Wisatawan merasa damai lahiriah dan batiniah, (Peace).

3.4. Populasi dan sampel

3.4.1. Populasi

Yang menjadi anggota populasi dalam penelitian ini sebanyak 47 orang terdiri dari

Dirpamobvit, Subditwisata dan seluruh anggota, Kapolres Serang, Kapolsek Anyer,

Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Serang, Pengelola

tempat wisata, Ormas serta Wisatawan yang diambil secara random.

3.4.2. Sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Stratified Random Sampling dengan

pendekatan proportional stratified random sampling. Adapun penentuan sampel

dilakukan dengan teknik sampling jenuh artinya jumlah populasi sebanyak 48 orang

maka jumlah sampel ditetapkan sebanyak 48 orang. Jadi Populasi (N) dan Sampel (n)

itu jumlahnya sama. Adapun populasi tersebut terdiri dari:

a. Direktur Pamobvit

b. Kasubditwisata

c. Kapolres Serang

d. Kapolsek Anyer

e. Kadis Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Serang

f. Anggota Subditwisata

g. Pengelola tempat Wisata

h. Ormas

i. Wisatawan (aksidental)

Untuk lebih jelasnya penetapan Populasi dan Sampel, penulis uraikan

secara jelas dan rinci dalam tabel 3.1. tentang Populasi di bawah ini:

Tabel: 3.1
Sampel

No URAIAN JUMLAH

1 Direktur Pamobvit 1

2 Kasubditwisata 1

3 Kapolres Serang 1

4 Kapolsek Anyer 1

5 Kepala Dinas 1

6 Anggota Subditwisata 21

7 Pengelola tempat Wisata (Random) 5

8 Ormas 2

9 Wisatawan (Random) 15

JUMLAH: 48

3.5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam melaksanakan

penelitian ini adalah :

1. Studi Kepustakaan (Library Research),

adalah penelitian yang dilakukan dengan mempelajari dan membaca buku literatur

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Penelitian Lapangan (Field Reserach),

adalah penelitian yang di lakukan secara langsung kepada objek penelitian. Adapun

pelaksanaan penelitian lapangan mencakup:

a. Observasi partisipatif, yaitu mengadakan penelitian dan pencatatan secara langsung

semua aktivitas objek penelitian sesuai hasil yang diperoleh, dan penulis

terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatannya;


b. Interview, yaitu melakukan wawancara langsung dengan pejabat, lintas sektor terkait

dan masyarakat dalam obejk penelitian yang memiliki wewenang dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan.

c. Angket yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara menyebarkan sejumlah daftar pertanyaan atau pernyataan untuk mendapatkan

jawaban dari responden. Dalam penelitian ini Angket yang digunakan adalah tipe

angket tertutup, yaitu daftar pertanyaan tertulis yang telah disediakan alternatif

jawabannya dan selanjutnya dibagikan kepada responden, untuk memperoleh

tanggapan secara obyektif, kemudian dapat dihitung prosentasenya.

3.5.1. Jenis Data

1. Data Primer yaitu merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber

data sendiri. Data primer dapat dibedakan sebagai berikut: (1). Data kuantitatif

berupa data-data yang berbentuk angka, misalnya biaya pengujian bahan,

pendapatan, dan lain-lain. (2). Data kualitatif berupa data yang tidak berbentuk

angka, misalnya ; landasan teori atau uraian secara deskriptif.

2. Data Sekunder yaitu data yang merupakan pendukung yang dapat diperoleh dari

luar yaitu berupa buku, majalah, dan referensi lainnya.

3.5.2. Skala Pengukuran

Pengukuran merupakan suatu proses hal mana suatu angka atau symbol dilekatkan

pada karakteristik atau properti suatu stimuli sesuai dengan aturan atau prosedur yang

telah ditetapkan. Dalam penelitian ini menggunakan Skala Ordinal yaitu Skala ordinal

tidak hanya mengkategorikan variabel ke dalam kelompok, tetapi juga melakukan

ranking terhadap kategori. Sedangkan skala untuk instrumen menggunakan skala

Likert yaitu untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang untuk

sekelompok orang tentang fenomena sosial.


Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dapat dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak

penyusunan item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai tingkatan dari

sangat positif sampai dengan negatif.

Tabel 3.2
SKOR KRITERIA JAWABAN

Pernyataan Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Penulis menganalisis data dan menginterpretasikan faktor-faktor yang diperoleh dalam

penelitian dan menyesuaikan dengan teori yang mendukung penelitian secara kuantitatif

untuk menghitung pengaruh koordinasi dengan keamanan melalui data kuisioner

kemudian dianalisis.

3.5.3. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

X = Koordinasi
2. Variabel Terikat

Y = Keamanan

3.5.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Menurut Sugiyono (2014 : 66-67) uji validitas adalah untuk mengukur apakah alat

ukur yang dibuat benar-benar mengukur apa yang hendak kita ukur. Pengujian

validitas tiap butir digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir

dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir dengan rumus korelasi.

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy=
√ N [ ∑ X −(∑ X ) ][ N ∑ Y −(∑ Y ) ]
2 2 2 2

Menurut tabel nilai r Product Moment untuk taraf kesalahan 5% nilai korelasi antara

butir dengan skor total = 0,3 (minimum), maka item instrument tersebut dinyatakan

“valid”. tapi bila kurang dari 0,3 berarti “tidak valid”.

2. Uji Reliabilitas

Adalah untuk mengukur kehandalan alat ukur yang dibuat oleh peneliti. Uji

Reliabilitas dilakukan menurut masing-masing variabel. Pengujian reliabilitas

instrument dilakukan dengan “Internal Consistency” dengan tehnik belah dua (split

half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown.

Untuk keperluan itu maka butir-butir instrument dibelah menjadi dua kelompok,

yaitu kelompok instruemen ganjil dan kelompok genap. Selanjutnya skor data tiap

kelompok tersebut dikorelasikan, dan dimasukkan kedalam rumus Spearman Brown

sebagai berikut :

2rb (Sugiyono, 2014 : 104)


r1 =
1 + rb
r1 = Reliabilitas seluruh instrumen

rb = Korelasi antara belahan pertama dan kedua

3.6. Teknik analisis data

Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan uji Signifikansi,

yakni sebagai berikut:

1. Analisis Korelasi

Adalah suatu metode analisis yang menggunakan alat bantu statistik. Metode statistik

yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel X terhadap variabel Y ialah korelasi

product moment, dengan rusmus :

r xy = ∑xy (Sugiono, 2014:148)


√(∑X )( ∑Y )
2 2

Dimana : Rxy = Korelasi product moment


X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat

2. Uji Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koordinasi terhadap keamanan

pengujiannya menggunakan koefisien determinasi (KD), dengan rumus: Kd = r2 x 100 %

Selanjutnya untuk mendapatkan interpretasi seberapa kuat hubungan antara variabel

X dengan variabel Y, dapat digunakan pedoman interpretasi koefisien, yaitu :

Tabel 3.3
KOEFISIEN KORELASI

Interval koefisien Tingkat hubungan


1.0 – 0.199 Sangat rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat kuat

3. Uji Signifikansi
Untuk mengetahui signifikasi hubungan kedua variabel, yaitu gaya b koordinasi

dengan keamanan dilakukan uji hipotesis (uji –t) dengan menetapkan α=5 % dan dk = n - 2

terhadap variabel X dan Y. Dengan rumus sebagai berikut::

r xy √ n−2
t hitung = √ 1−r xy 2 (Sugiyono : 150)

Keterangan :

t = koefisien t yang akan dibandingkan dengan t tabel

n = Jumlah sampel

r = nilai korelasi

Jika t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan pada kedua variabel secara

signifikan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum obyek penelitian

4.1.1. Sejarah Ditpamobvit

Untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat, Kapolri sebagai pimpinan Polri telah

mengambil kebijakan dan menindak lanjuti dengan mendesain melalui grand strategi tahun

2005 – 2025. Seiring dengan grand strategi Polri tersebut Kapolri telah menentapkan

langkah-langkah melalui transformasi perubahan kultur Polri yaitu melalui 9 (sembilan) pilar

reformasi birokrasi Polri dan menjadi acuan bagi perwujudan Reformasi Birokrasi di jajaran

wilayah hukum yang ada di Indonesia dalam hal ini Polda sebagai satuan induk penuh.

Reformasi di tubuh Polri telah membawa beberapa perubahan terutama pada bidang

struktural sebagaimana diatur dalam peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Kepolisian

Daerah (Polda), dimana beberapa fungsi operasional mengalami likwidasi menjadi satuan
kerja tersendiri salah satunya adalah Direktorat Pengamanan Obyek Vital yang bertugas

menyelenggarakan kegiatan pengamanan terhadap obyek khusus yang meliputi personel dan

fasilitas, materiil logistik, kegiatan didalam fasilitas lembaga Negara, perwakilan Negara

asing, lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang memerlukan

pengamanan khusus.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Republik Indonesia

menyatakan bahwa Tugas Pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat"..

Tugas pokok Polri tersebut dilaksanakan melalui kegiatan pre-emtif, preventif dan

penegakan hukum untuk mewujudkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam

rangka menunjang seluruh proses pembangunan nasional agar dapat berjalan aman dan

lancar.

Pesatnya perkembangan industri pariwisata membawa konsekuensi bahwa keamanan

dan pengamanan wisatawan menjadi salah satu prioritas bagi aparat kepolisian, artinya

predikat Banten sebagai kota tujuan wisata harus diimbangi dengan stabilitas keamanan yang

kondusif. Hal tersebut menjadi salah satu Tupoksi Direktorat Pamobvit dalam hal ini

Subditwisata.

Dalam rangka mewujudkan keamanan dibidang kepariwisataan, perlu suatu

managemen keamanan yang baik dan efektif guna pemenuhan rasa aman dan nyaman pada

kawasan/obyek wisata, kepada pengunjung (wisatawan nusantara dan wisatawan

mancanegara), terhadap otoritas pengelola industri pariwisata, pedagang, serta masyarakat

sekitar objek wisata. Oleh karena itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas yang memiliki kompetensi atau kualifikasi khusus dibidang Pamobvit sehingga
pemberdayaan polisi pariwisata dalam pelaksanaan Tupoksi dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

4.1.2. Kedudukan Ditpamobvit

Berdasarkan Perkap Nomor 22 tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja

pada tingkat kepolisian daerah Ditpamobvit Polda Banten adalah salah satu bagian

Detasemen Polri yang memiliki fungsi operasional untuk mengamankan lembaga-lembaga

negara, korporasi diplomatik, perbankan, kawasan industri dan tempat-tempat pariwisata.

Dengan semakin kompleksnya permasalahan kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini

maka tugas dari Ditpamobvit menjadi semakin vital karena satuan tersebut tidak hanya

bersentuhan langsung dengan masyarakat tetapi juga dengan pejabat negara, investor baik

asing maupun domestik dan juga para diplomat. disamping itu objek-objek vital tersebut juga

merupakan sasaran favorit dari aksi-aksi kejahatan yang marak terjadi. Untuk dapat

menjalankan tugasnya dengan baik anggota Ditpamobvit pun dituntut untuk memiliki

kesiapan dan kesigapan dalam setiap tugas penjagaan yang dilakukannya. Oleh karena itu

kinerja tinggi pun menjadi ekspetasi mendasar yang harus dimiliki oleh anggota tersebut.

Objek Vital adalah kawasan atau lokasi, bangunan atau instalasi atau usaha yang menyangkut

hajat hidup orang banyak, kepentingan negara dan sumber pendapatan negara yang bersifat

strategis. Objek Vital yang bersifat strategis harus memenuhi salah satu, sebagian atau

seluruh ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menghasilkan kebutuhan pokok sehari-hari

2. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan bencana terhadap kemanusiaan dan

pembangunan;

3. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan kekacauan transportasi dan

komunikasi secara nasional


4. Ancaman dan gangguan terhadapnya mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan

pemerintahan nasional

5. Ditetatapkan dengan Keputusan Menteri dan atau Kepala Lembaga Pemerintah Non

Departemen.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya anggota Pam Obvit dilengkapi dengan

peralatan seperti rompi anti peluru, jas executive anti peluru level III A, tongkat leter T, serta

senjata api.

Dalam penggunaan senjata api anggota harus memiliki surat ijin memegang senjata api

dengan keterangan penggunaan senjata api sebagai berikut: - Harus disertai dengan kartu

anggota. - Senjata harus selalu dalam keadaan bersih. - Senjata harus dijaga jangan sampai

rusak atau hilang. - Senjata tidak boleh dipinjam pakaikan kepada orang lain. - Senjata tidak

boleh dibawa pindah. - Setiap penggunaan peluru, harus dilaporkan. - Jika menjalani cuti,

senjata harus dikembalikan ke gudang senpi

4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Tugas Pokok

a. Ditpamobvit merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah

Kapolda.

b. Ditpamobvit bertugas menyelenggarakan kegiatan pengamanan terhadap

obyek khusus yang meliputi personel dan fasilitas, materiil logistik, kegiatan di

dalam fasilitas lembaga negara, perwakilan negara asing, lingkungan industri

termasuk VIP dan obyek pariwisata yang memerlukan pengamanan khusus.

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya Ditpamobvit menyelenggarakan fungsi:


a. pembinaan manajemen operasional dan pelatihan, penyelenggaraan anev serta

pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi

program kegiatan Ditpamobvit;

b. pengamanan lingkungan industri dan kawasan tertentu yang memerlukan

pengamanan khusus;

c. pengamanan obyek wisata termasuk mobilitas wisatawan yang

memerlukan pengamanan khusus;

d. pengamanan kementerian dan lembaga negara termasuk VIP, yang

memerlukan pengamanan khusus; dan

e. pengamanan perwakilan negara asing termasuk VIP, yang memerlukan

pengamanan khusus.

4.1.4. Struktur Organisasi

Direktorat Pam Obvit dibagi menjadi tiga bagian dalam struktur organisasi yaitu unsur

pimpinan, unsur pembantu / pelayanan dan unsur pelaksanaan tugas pokok antara lain :

1. Unsur Pimpinan

a. Dir Pam Obvit

1) Ditpamobvit dipimpin oleh dipimpin oleh Direktur Pengamanan Objek

Vital, disingkat Dir Pam Obvit yang bertanggung jawab kepada Kapolda.

2) Dirpamobvit sebagaimana dimaksud bertugas membantu Kapolda dalam

mengendalikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Ditpamobvit

serta membina fungsi Pamobvit pada satuan kewilayahan dan

melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolda. Dirpamobvit dibantu

oleh seorang Wakil Direktur Pengamanan Objek Vital disingkat Wadir

Pam Obvit

b. Wadir Pam Obvit.


1) Wadir pamobvit adalah pelaksana tugas pokok yang berada dibawah

Dirpamobvit dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kewajibannya

kepada Dir Pam Obvit.

2) Wadir pamobvit bertugas membantu Dir Pam Obvit dalam melaksanakan

tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas staf,

menyelenggarakan pembinaan fungsi Pam Obvit dan dalam batas

kewenangannya memimpin Dit Pam Obvit dalam hal Dirpamobvit

berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai perintah Dir Pam Obvit.

2. Unsur Pembantu Pimpinan/Pelayanan, terdiri dari:

a. Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin);

Subbagrenmin bertugas menyusun perencanaan program kerja dan anggaran,

manajemen Sarpras, personel, dan kinerja, serta mengelola keuangan dan

pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam di lingkungan Ditpamobvit.

Dalam melaksanakan tugasnya, Subbagrenmin menyelenggarakan fungsi:

1) penyusunan perencanaan jangka sedang dan jangka pendek, antara lain

Renstra, Rancangan Renja, Renja, kebutuhan sarana prasarana,

personel, dan anggaran;

2) pemeliharaan perawatan dan administrasi personel;

3) pengelolaan Sarpras dan penyusunan laporan SIMAK-BMN;

4) pelayanan fungsi keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian,

pembukuan, akuntansi, dan penyusunan laporan SAI serta pertanggung-

jawaban keuangan;

5) pengelolaan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam; dan


6) penyusunan LRA dan pembuatan laporan akuntabilitas kinerja Satker

dalam bentuk LAKIP meliputi analisis target pencapaian kinerja, program,

dan anggaran.

Dalam melaksanakan tugasnya, Subbagrenmin dibantu oleh:

1) Urren, yang bertugas membuat Renstra, Rancangan Renja, Renja, RKA-

KL, DIPA, Penetapan Kinerja, KAK atau TOR, RAB, dan menyusun

LAKIP Satker, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program

bidang Pamobvit di lingkungan Polda;

2) Urmin, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi umum

personel dan materiil logistik;

3) Urkeu, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan keuangan;

dan

4) Urtu, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan dan

urusan dalam.

b. Bagian Pembinaan Operasional (Bagbinopsnal)

Bagbinopsnal bertugas melaksanakan pembinaan manajemen operasional dan

pelatihan, penyelenggaraan Anev serta pengumpulan dan pengolahan data,

serta penyajian informasi dan dokumentasi program kegiatan Ditpamobvit.

Dalam melaksanakan tugasnya, Bagbinopsnal menyelenggarakan fungsi:

1) perumusan dan pelaksanaan pembinaan manajemen operasional dan

pelatihan;

2) penganalisisan dan pengevaluasian, serta pengumpulan dan pengolahan

data, serta penyajian informasi dan dokumentasi program kegiatan

Ditpamobvit; dan

3) peningkatan kualitas personel dan peralatan Ditpamobvit.


Dalam melaksanakan tugasnya, Bagbinopsnal dibantu oleh:

1) Subbagian Administrasi Operasional (Subbagminopsnal), yang bertugas

melaksanakan pembinaan manajemen operasional dan pelatihan di

lingkungan Ditpamobvit

2) Subbagian Analisis dan Evaluasi (Subbaganev), yang bertugas

menganalisis dan mengevaluasi, serta pengumpulan dan pengolahan

data, serta penyajian informasi dan dokumentasi program kegiatan

Ditpamobvit.

c. Subbirektorat Kawasan Tertentu (Subditwaster)

Subditwaster bertugas menyelenggarakan pengamanan lingkungan industri

dan kawasan tertentu yang memerlukan pengamanan khusus.

Dalam melaksanakan tugasnya, Subditwaster menyelenggarakan fungsi:

1) pengamanan kawasan tertentu; dan

2) pengamanan lingkungan industri

Dalam melaksanakan tugasnya, Subditwaster dibantu oleh sejumlah Unit

yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Subditwaster

d. Subdirektorat Pariwisata (Subditwisata)

Subditwisata bertugas menyelenggarakan pengamanan obyek wisata termasuk

mobilitas wisatawan yang memerlukan pengamanan khusus.

Dalam melaksanakan tugasnya, Subditwisata menyelenggarakan fungsi:

1) pengamanan obyek wisata; dan

2) pengamanan mobilitas wisatawan.

Dalam melaksanakan tugasnya Subditwisata dibantu oleh sejumlah Unit

yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Subditwisata.


4.1.5. Sumber Daya Ditpamobvit Polda Banten

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Personel Ditpamobvit
NO PANGKAT JUMLAH

1 KOMBES 1
2 AKBP 4
3 KOMPOL 8
4 AKP 3
5 IPTU/DA 3
6 BA/TA 71
7 PNS GOL. III 1
8 PNS GOL. II/I 1
JUMLAH 92

b. Pimpinan
NO PANGKAT JUMLAH

1 KOMBES 1
2 AKBP 1
JUMLAH 2

c. Subbagrenmin
NO PANGKAT JUMLAH

1 AKP 1
2 IPTU/DA 1
3 BA/TA 13
4 PNS GOL. III 1
5 PNS GOL. II/I 1
JUMLAH 17

d. Bagbinopsnal

NO PANGKAT JUMLAH
2 KP 3
4 BINTARA 4
JUMLAH 7

e. Subdit VIP
NO PANGKAT JUMLAH

1 AKBP 1
2 KP 2
3 BINTARA 21
JUMLAH 24

f. Subditwaster
NO PANGKAT JUMLAH

1 KOMPOL 2
2 IPDA/TU 1
3 BINTARA 10
JUMLAH 13

g. Subditwisata
NO PANGKAT JUMLAH

1 KP 1
2 AKP 2
3 BINTARA 18
JUMLAH 21

h. Subdit Audit
NO PANGKAT JUMLAH

1 AKBP 1
KOMPOL 1
2 AKP 1
3 BINTARA 5
JUMLAH 8

2. Data Materiil

KONDIS
NO JENI I
JUMLA
S H
BB RR RB
a. Alat Khusus
1. Senpi Bahu 5 - - 5
2 Senpi Genggam 29 - - 29
3 Ranmor R4 5 - - 5
4 Ranmor R2 3 - - 3
5 Metal Detektor 2 - - 2
b. Inventaris Kantor
9 - - 9
6 Kursi besi
7 Meja kerja 7 - - 7
12 - 12
8 Meja computer
9 Lemari penyimpan 6 - - 6

Lemari cabinet/ Filling 7 - - 7


10
Cabinet besi
11 Kursi dorong 17 - - 17
3 - - 3
12 Lemari rak kayu kecil
13 Ac 1 PK marek LG 4 - - 4
12 - - 12
14 Komputer
15 Printer 3 - - 3
10 - - 10
16 Handy Talky ( HT )
17 Kamera 3 - - 3
2 - - 2
18 Handycame
19 Note Book 2 - - 2
5 - - 5
20 Laptop

4.2. Hasil penelitian dan pembahasan

4.2.1. Analisa Variabel Bebas (Koordinasi)


Untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat, Kapolri sebagai pimpinan Polri telah

mengambil kebijakan dan menindak lanjuti dengan mendesain melalui grand strategi tahun

2005 – 2025. Seiring dengan grand strategi Polri tersebut Kapolri telah menentapkan

langkah-langkah melalui transformasi perubahan kultur Polri yaitu melalui 9 (sembilan) pilar

reformasi birokrasi Polri dan menjadi acuan bagi perwujudan Reformasi Birokrasi di jajaran

wilayah hukum yang ada di Indonesia dalam hal ini Polda sebagai satuan induk penuh.

Reformasi di tubuh Polri telah membawa beberapa perubahan terutama pada bidang

struktural sebagaimana diatur dalam peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat kepolisian

daerah (Polda), dimana beberapa fungsi operasional mengalami likwidasi menjadi satuan

kerja tersendiri salah satunya adalah Direktorat Pengamanan Obyek Vital yang bertugas

menyelenggarakan kegiatan pengamanan terhadap obyek khusus yang meliputi personel dan

fasilitas, materiil logistik, kegiatan didalam fasilitas lembaga Negara, perwakilan Negara

asing, lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang memerlukan

pengamanan khusus.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002, tentang Kepolisian Republik Indonesia

menyatakan bahwa Tugas Pokok Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat"..

Tugas pokok Polri tersebut dilaksanakan melalui kegiatan pre-emtif, preventif dan

penegakan hukum untuk mewujudkan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat dalam

rangka menunjang seluruh proses pembangunan nasional agar dapat berjalan aman dan

lancar.

Pesatnya perkembangan industri pariwisata membawa konsekuensi bahwa keamanan

dan pengamanan wisatawan menjadi salah satu prioritas bagi aparat kepolisian, artinya
predikat Banten sebagai kota tujuan wisata harus diimbangi dengan stabilitas keamanan yang

kondusif. Hal tersebut menjadi salah satu Tupoksi Direktorat Pamobvit dalam hal ini

Subditwisata.

Dalam rangka mewujudkan keamanan dibidang kepariwisataan, perlu suatu

managemen keamanan yang baik dan efektif guna pemenuhan rasa aman dan nyaman pada

kawasan/obyek wisata, kepada pengunjung (wisatawan nusantara dan wisatawan

mancanegara), terhadap otoritas pengelola industri pariwisata, pedagang, serta masyarakat

sekitar objek wisata. Oleh karena itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas yang memiliki kompetensi atau kualifikasi khusus dibidang Pamobvit sehingga

pemberdayaan polisi pariwisata dalam pelaksanaan Tupoksi dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

Dalam pengamanan obvitnas, Polri harus bekerjasama dengan berbagai stakeholders.

Dalam kerangka pencegahan dan penangkalan, keterlibatan masyarakat dapat dilakukan

melalui program Polmas yang telah dikembangkan Polri. Sedangkan dalam kerangka

penanggulangan, perlu dikembangkan sebuah sistem koordinasi yang mencakup peran dan

tugas masing-masing stakeholders. Sistem koordinasi ini dibutuhkan agar penanggulangan

gangguan keamanan obvitnas dapat dilakukan secara cepat dan efektif sehingga mampu

memperkecil dampak keamanan yang ditimbulkannya.

Untuk mengetahui secara jelas tentang fungsi koordinasi oleh Dit Pam Obvit dalam

meningkatkan keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer, berikut ini penulis akan penulis

uraikan dengan mengacu pada prinsip-prinsip koordinasi yaitu:

1. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai
sebagai arah kegiatan bersama.

Prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan koordinasi adalah adanya

suatu kesepakatan dan kesatuan pengertian diantara pihak terkait agar ada kesepakatan dan

kesatuan pengertian maka proses kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi akan tercapai.
Disamping hal tersebut, tujuan atau sasaran organisasi harus pula dapat diterima oleh

semua pihaki yang bersangkutan. Kalau semua pihak memandang tujuan yang hendak dicapai

itu merupakan tujuan yang layak untuk dilaksanakan, maka mereka akan lebih mudah untuk

digerakan dan memberikan pengorbanan-pengorbanan tertentu baik dalam bentuk waktu,

tenaga, skill dan kemampuan yang dimiliki untuk kepentingan proses pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Prinsip kesepakatan dan pengertian mengenai sasaran yang harus dicapai sebagai arah

kegiatan bersama dimaksud bahwa pihak terkait dalam memulai suatu pekerjaan terlebih

dahulu membuat kesepakatan tentang target pekerjaan, nilai pekerja, pembagian tugas dan

tanggung jawab, waktu pelaksanaan dan yang lainnya, sehingga dapat menciptakan suasana

saling pengertian terhadap masing-masing pekerjaan. Dengan demikian tujuan yang

diinginkan akan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana sebelumnya.

Prinsip ini mengandung beberapa hal yang mampu menciptakan manajemen

organisasi ke arah yang lebih baik yaitu menghilangkan kesimpangsiuran kerja, kekosongan

kerja, tumpang tindih pekerjaan, perbedaan pandangan tentang unit kerja. Di samping itu,

prinsip ini mampu mewujudkan kesamaan gerak dan saling membantu menuju sasaran yang

sama, sehingga ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas akan tercapai dengan kualitas

kerja yang baik.

Dari uraian tersebut di atas, maka sangat jelas hubungan kerja sama dari semua pihak

dalam usaha mencapai tujuannya masing-masing. Dengan adanya pembagian tugas pada

setiap unit kerja bukanlah merupakan perbedaan dalam tujuan akhir, akan tetapi pembagian

tugas bertujuan untuk menghindari tumpang tindih pekerjaan, dan yang terpenting adalah

adanya hubungan yang serasi dan harmonis dalam proses pencapaian tersebut. Dalam arti

bahwa tercapainya tujuan tersebut karena pihak pelaksana mampu melaksanakan suatu
pekerjaan dengan baik sesuai dengan apa yang termuat dalam program kerjanya yang disusun

oleh pihak berencana.

Dengan demikian, penetapan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai merupakan

faktor yang amat penting, karena tujuan sasaran adalah alasan bagi bergeraknya suatu

organisasi yang sehat jika tidak memilih tujuan yang jelas. Justru karena tujuan itulah, maka

organisasi itu ada dan berjalan dengan baik. Sehingga dengan adanya tujuan yang jelas

diharapkan setiap unit kerja memiliki kesatuan pendapat atau pengertian mengenai sasaran

yang hendak dicapai.

Begitu juga dengan terciptanya kesatuan pendapat, maka akan terjalin kerja sama

yang baik pula, sehingga tercipta kesatuan tindakan dari masing-masing pihak untuk dapat

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan fungsi koordinasi oleh Dir Pam Obvit dalam

meningkatkan keamanan di kawasan wisata Pantai Anyer didasarkan kepada kesepakatan dan

kesatuan pengertian mengenai sasaran, dapat dilihat pada table brikut ini.

TABEL : 4.1
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
ADANYA KESEPAKATAN DAN KESATUAN PENGERTIAN
MENGENAI SASARAN
( n=48)
No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor

1 Sangat Setuju 5 6 30
2 Setuju 4 7 28
3 Kurang Setuju 3 3 9
4 Tidak Setuju 2 17 34
5 Sangat Tidak Setuju 1 15 15

Jumlah 48 116

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 116 : 240

= 48,33%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 116 144 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 116 yang

diperoleh terletak pada daerah “Kurang Baik”.

2. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus di lakukan oleh
masing-masing pihak termasuk target dan jadwalnya.

Maksud dari prinsip ini yaitu adanya kesepakatan mengenai tindakan yang harus

dilakukan oleh masing-masing pihak untuk melaksanakan koordinasi, sehingga sesuai dengan

perencanaan dan target atau jadwal yang telah ditentukan dan disepakati oleh semua pihak

yang terkait yang akhirnya dapat meningkatkan meningkatkan keamanan di kawasan wisata

Pantai Anyer. Dalam kaitan ini, agar tiap satuan kerja dapat melaksanakan tugas dan
kewajiban serta tidak terjadi tumpang tindih dengan unit/ satuan kerja yang lain, maka setiap

aktivitas yang dilakukan harus mengacu pada pencapaian tujuan.

Kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan oleh masing-

masing unit/satuan kerja, dapat terwujud apabila ada pembagian tugas, wewenang dan

tanggung jawab dari masing-masing pihak. Adanya kejelasan tersebut, maka masing-masing

pihak dengan sendirinya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.

Jika tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing pihak dapat diketahui,

tidak akan terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan tugas, bahkan akan menumbuhkan

kesepakatan dari masing-masing pihak tehadap tugas, baik yang diembannya sendiri maupun

tugas bagian lain untuk mencapai tujuan.

Sebaliknya apabila tidak ada kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus

dilakukan oleh masing-masing pihak, maka akan dapat menimbulkan berbagai masalah,

misalnya kurangnya kerjasama di antara mereka, adanya tumpang tindih pekerjaan sebagai

akibat kurang jelasnya batas wewenang dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan

dan sebagainya. Dengan kata lain kurang adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau

tindakan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak satuan kerja dapat menimbulkan

pencapaian tujuan organisasi kurang efektif dan efisien.

Kesepakatan mengenai kegiatan dapat tercapai apabila Dir Pam Obvit dapat

memberikan petunjuk mengenai pelaksanaan kerja disertai dengan penjelasan mengenai tugas

dan tanggung jawab yang diemban dan harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak.

Selanjutnya petunjuk dari koordinator tersebut harus bisa dipahami oleh semua pihak

terkait, agar tidak terjadi bentrokan dalam pelaksanaan tugas antara petugas/unit/satuan kerja

yang satu dengan satuan kerja lain. Kemudian agar prinsip ini bisa diaplikasikan, maka setiap

organisasi harus mempunyai jadwal kegiatan dan target dari kegiatan yang dilaksanakan. Para
pegawai/unit/satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitasnya harus mengacu

pada jadwal dan target yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip kesepakatan mengenai kegiatan atau

tindakan yang di lakukan oleh masing-masing pihak terkait dalam meningkatkan keamanan

di kawasan wisata Pantai Anyer, dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL : 4.2
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
ADANYA KESEPAKATAN KEGIATAN YANG HARUS DILAKUKAN
(n=48)

No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor

1 Sangat Setuju 5 21 105


2 Setuju 4 9 36
3 Kurang Setuju 3 5 15
4 Tidak Setuju 2 9 18
5 Sangat Tidak Setuju 1 4 4

Jumlah 48 178

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 178 : 240

= 74.17%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:


Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 144 178 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 178 yang

diperoleh terletak pada daerah “Baik”.

3. Adanya ketaatan atau loyalitas dari setiap pihak terdapat tugas-tugas masing-

masing serta jadwal yang telah ditetapkan.

Dalam suatu organisasi, telah disusun beberapa alternatif strategi untuk mencapai

tujuan dengan secermat mungkin, sehingga pada pelaksanaanya dapat melakukan pekerjaan

dengan lebih teratur dan ketaatan atau loyalitas terhadap tugas masing-masing serta jadwal

yang telah ditetapkan dapat terwujud.

Masing-masing pegawai memiliki tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya sebagai bukti ketaatan terhadap organisasi. Ketaatan dan loyalitas dari setiap

pihak dalam hal ini ketaatan dan loyalitas semua pihak terhadap tugas masing-masing serta

jadwal yang telah ditetapkan sangat penting untuk diwujudkan dalam suatu organisasi.

Karena hal ini akan menunjang terhadap kelancaran dan keberhasilan mewujudkan tujuan

organisasi secara terpadu, sesuai dengan apa yang diharapkan.

Ketaatan dan loyalitas tersebut ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Faktor mentalitas pegawai itu sendiri.

2. Kepuasan para pegawai terhadap tugas dan organisasinya.

3. Faktor kebijaksanaan/peraturan organisasi.

4. Faktor pimpinan organisasi.

5. Faktor lingkungan organisasi.


Faktor mentalitas petugas terhadap tugas dimaksudkan yaitu sikap, keinginan yang

timbul dari dalam diri pegawai itu sendiri untuk senantiasa patuh dan loyal terhadap

organisasi yang menaunginya.

Faktor kepuasan dari setiap unit terhadap tugas dimaksudkan bahwa tugas-tugas yang

harus diemban oleh para pelaksana senantiasa sesuai dengan kemampuan, baik fisik maupun

kemampuan intelektualnya. Hal ini dapat menimbulkan hasrat mereka untuk dapat

menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Kebijaksanaan yang baik dalam suatu organisasi adalah yang mampu mengikat para

pegawai untuk tunduk dan patuh, sehingga apa yang di maksudkan dalam kebijaksanaan atau

peraturan senantiasa dipatuhi dan dilaksanakan oleh pegawai dengan sebaik-baiknya.

Disamping itu dalam kebijaksanaan telah digariskan tata cara kerjanya, sehingga mampu

mengikat mereka terhadap peraturan, tugas dan tanggung jawabanya masing-masing.

Kepatuhan dan loyalitas juga dapat timbul dari lingkungan organisasi sebagai

tempat berlangsungnya pekerjaan. Bahwa tempat kerja yang menyenangkan akan

menimbulkan suasana kerja yang harmonis, dilingkungan kerja yang nyaman akan dapat

menimbulkan gairah serta semangat kerja yang tinggi dari para pegawai. Faktor ini pada

gilirannya akan mendorong timbulnya loyalitas dan ketaatan para pegawai terhadap tugas

masing-masing.

Maka dengan terciptanya keadaan yang demikian, setiap unit kerja akan dapat

bekerja sama dengan baik secara serasi dan harmonis serta terarah dan terpadu menuju

tercapainya satu sasaran yaitu tercapainya tujuan organisasi secara keeluruhan.

Penanaman prinsip ketaatan dan loyalitas pihak terkait (stakeholders) adalah dengan

cara memberikan pengertian yang terus menerus pada setiap kesempatan tugas kemudian

melalui bimbingan dan pengarahan terhadap semua pihak yang terlibat mengenai pelaksanaan
tugas harus sesuai dengan bidang yang telah ditentukan dan pelaksanaan tugas yang harus

selalu berpedoman pada jadwal kegiatan sebagai bagian dari ketaatan dan loyalitas kerja.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ketaatan dan loyalitas pihak terkait

(stakeholders) dalam melaksanakan tugasnya tetap tinggi, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL : 4.3
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
KETAATAN DAN LOYALITAS DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS
(n=48)

No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor

1 Sangat Setuju 5 21 105


2 Setuju 4 9 36
3 Kurang Setuju 3 7 21
4 Tidak Setuju 2 10 20
5 Sangat Tidak Setuju 1 1 1

Jumlah 48 183

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 183 : 240

= 76.25%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 144 183 192 240


Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 183 yang

diperoleh terletak pada daerah “Baik”.

4. Adanya informasi dari berbagai pihak yang mengalir kepada koordinator sehingga

koordinator dapat memonitor seluruh pelaksanaan kerja sama dan mengerti

masalah-masalah yang dihadapi semua pihak

Dalam prinsip ini menekankan perlu adanya kebersamaan diantara pihak terkait, juga

perlu adanya kerjasama yang harmonis dalam setiap tugas yang dilaksanakan, serta kerja

sama di dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Untuk dapat

menumbuhkan pola kerja sama dan kebersamaan ini, maka peranan koordinator sangat

dibutuhkan, dimana koordinator sebagai pemimpin dan penggerak yang harus mampu

menciptakan iklim yang sehat dan mampu mendorong tumbuhnya kebersamaan di antara

mereka.

Dari rasa kebersamaan tersebut, akan menorong tumbuhnya saling keterkaitan dan

saling membutuhkan, kegagalan di salah satu unit kerja akan berdampak pada

ketidaklancaran pada unit kerja yang lain. Sehingga masing-masing unit merasa berkewajiban

untuk membantu mencari jalan keluarnya. Oleh karena itu untuk saling mendukung

dibutuhkan saling tukar informasi diantara mereka, sehingga dalam melaksanakan tugas

tersebut tidak terjadi tumpang tindih, tetapi sebaliknya yaitu saling menunjang.

Dalam suatu organisasi, informasi merupakan salah satu faktor penting bagi setiap

organisasi, dengan adanya informasi akan memudahkan bagi pimpinan untuk mengetahui

masalah-masalah yang timbul yang dapat menjadi faktor penghambat bagi pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan oleh setiap satuan kerja. Selain dari itu informasi juga berguna

sebagai bahan dalam mengambil keputusan. Sedangkan bagi bawahan informasi dapat

memberikan keterangan dengan jelas mengenai tugas dan tanggung jawab yang harus

diembannya. Dengan kata lain keberadaan informasi sangat bermanfaat, baik bagi pimpinan
dalam melaksanakan tugasnya maupun bagi bawahan dalam melakukan hubungan kerja yang

serasi dan harmonis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sebagai kebutuhan yang sangat penting bagi organisasi, maka arus informasi harus

mengalir dengan baik dari masing-masing unit kerja yang ada. Dengan demikian

dijalankannya koordinasi dapat menampung semua informasi yang dibutuhkan baik untuk

memecahkan masalah, merumuskan kebujaksanaan dan menentukan sasaran/target yang

harus dicapai.

Untuk dapat mengetahui sampai sejauhmana pelaksanaan saling tukar informasi oleh

pihak terkait dapat memecahkan masalah-masalah yang dihapi, dapat dilihat dari tabel

berikut:

TABEL : 4.4
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
SALING TUKAR INFORMASI
(n=48)

No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor

1 Sangat Setuju 5 7 35
2 Setuju 4 4 16
3 Kurang Setuju 3 2 6
4 Tidak Setuju 2 13 26
5 Sangat Tidak Setuju 1 22 22

Jumlah 48 105
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 105 : 240

= 43.75%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 105 144 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 105 yang

diperoleh terletak pada daerah “Kurang Baik”.

5. Ditpamobvit dapat mengkoordinir, memimpin dan menggerakkan serta monitor

kerja sama tersebut, serta memimpin pemecahan masalah bersama.

Apabila melihat prinsip koordinasi di atas, maka jelaslah bahwa yang dibutuhkan

adalah adanya seseorang koordinator yang mau dan mampu untuk melaksanakan fungsi

koordinasi tersebut dengan baik. Krebiditas seorang koordinator yang baik, adalah dengan

melihat kematangan dalam mempertimbangakan berbagai hal penting dalam mempengaruhi

warna organisasi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini akan sangat membantu dalam

melaksanakan fungsi koordinasi secara baik dan berhasil.

Adapun faktor-faktor yang perlu dimiliki oleh seorang koordinator dalam

melaksanakan fungsi koordinasinya adalah :

1. Tingkat kematangan pengikat

2. Situasi dan Kondisi


Kematangan Pengigat (maturity), yaitu mengenai pendidikan, kemaun dalam

melaksanakan tugas-tugas, latar belakang kehidupan, kebiasaan, dan tujuan. Sementara itu

yang dimakud dengan situasi dan kondisi di sini adalah suasana dalam organisasi, serta

situasi yang melingkupi ruang kerjaan yang sedang ditempati. Hal ini sangat penting guna

menentukan gaya kepemimpinannya pada saat-saat yang dibutuhkan. Jika telah diketahui

mengenai tingkat kematangan pengikut (maturity), selanjutnya pemimpin dapat menentukan

kebijaksanaan yang dibutuhkan, maka usaha untuk mengerakan unit-unit kerja sesuai dengan

harapan mereka agar mau dan mampu dalam melaksanakan setiap tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

Dengan berjalannya sistem di atas secara lancar, maka akan mempermudah bagi

koordinator dalam melaksanakan monitoring (memonitor) atau menngawasi kerja sama yang

dilakukan oleh setiap unit kerja. Lebih jauh dengan adanya keteraturan, disiplin dan

kelancaran pelaksanaan kerja sebagaimana dimaksudkan di atas, maka segala tujuan yang

ingin dicapai akan dapat diwujudkan sebagaimana yang diharapkan.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah Ditpamobvit melaksanakan tugas koordinator

sebagai pemimpin, dapat dilihat pada hasil jawaban responden pada tabel di bawah ini:

TABEL : 4.5
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
ADANYA KOORDINATOR YANG DAPAT MEMIMPIN
(n=48)

No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor

1 Sangat Setuju 5 21 105


2 Setuju 4 9 36
3 Kurang Setuju 3 6 18
4 Tidak Setuju 2 5 10
5 Sangat Tidak Setuju 1 7 7

Jumlah 48 176
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 176 : 240

= 73.33%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 144 176 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 176 yang

diperoleh terletak pada daerah “Baik”.

6. Adanya saling menghormati terhadap wewenang fungsional masing-masing pihak

sehingga tercipta semangat untuk saling bantu.

Dalam setiap hubungan kerja sama, tentunya memerlukan adanya saling hormat

menghormati di antar masing-masing pihak terlibat dalam hubungan kerja sama tersebut.

Demikian pula halnya dalam suatu organisasi, di dalam setiap satuan kerja dituntut untuk

bekerja sama satu sama lain secara serasi dan harmonis dalam usaha mencapai tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya.

Dalam melakukan hubungan kerja sama tersebut, tentunya setiap pihak terkait/satuan

kerja harus saling menghormati terhadap wewenang yang dimiliki dalam melaksanakan

pekerjaan yang secara fungsional telah ditetapkan sesuai dengan spesialisasi masing-masing

pihak terkait. Dengan kata lain setiap pihak tidak boleh melakukan tugas yang sudah menjadi

tugas dan wewenang pihak lain.

Di samping itu setiap pihak yang terlibat dalam organisasi harus mampu

menghilangkan perasaan yang paling berkepentingan diantara unit kerja yang lain, karena
pada hakekatnya setiap pihak tidak ada yang utama, semua pihak terkait harus senantiasa

saling membutuhkan dan saling membantu demi melaksanakannya tugas, jadi jelas bahwa

penerapan prinsip saling menghormati antara pihak terkait senantiasa mendorong terciptanya

rasa saling membantu dalam kerjasama yang serasi dan harmonis.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah pelaksanaan koordinasi yang dilaksanakan

selalu disadarkan atas kerja sama dan saling menghormati dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

TABEL : 4.6
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
ADANYA RASA SALING MENGHORMATI
(n=48)

No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor

1 Sangat Setuju 5 21 105


2 Setuju 4 11 44
3 Kurang Setuju 3 7 21
4 Tidak Setuju 2 7 14
5 Sangat Tidak Setuju 1 2 2

Jumlah 48 186

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 186 : 240

= 77.50%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:


Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 144 186 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 186 yang

diperoleh terletak pada daerah “Baik”.

Dan jumlah item pernyataan dalam angket yang penulis sebarkan adalah 6 item

pernyataan kepada 48 responden. Jadi perkaliannya adalah : 6 x 5 x 48 = 1440. nilai ini

menjadi acuan atau pembanding jumlah skor item. Jumlah skor dari item 1 sampai dengan 6

yaitu : 116+178+183+105+176+186 = 944. Jadi berdasarkan data tersebut dapat diketahui

bahwa koordinasi pada Ditpamobvit Polda Banten, yaitu : 944 : 1440 = 65.56%

4.2.2. Analisis Variabel Terikat : (Keamanan Kawasan Wisata)

Dalam sebuah kawasan atau destinasi wisata persoalan keamanan dan

keselamatan menjadi tanggung jawab semua masyarakat khusunya pengelola obyek

wisata aparat keamanan, maupun para pengunjung atau wisatawan pada umumnya.

Keadaan obyek wisata yang tidak aman berarti terjadi berbagai hal yang merugikan

keselamatan para wisatawan seperti terjadi pencurian, penjambretan, penodongan, dan

tindak kejahatan lain, sehingga para pengunjung menjadi tidak tenteram, dan ketakutan

akibatnya obyek wisata atau daerah tujuan wisata.

Selanjutnya keamanan kawasan wisata Pantai Anyer sebagai variabel terikat akan

penulis uraikan sesuai dengan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya yang tertuang

dalam bentuk tabel-tabel di bawah ini :

1. Wisatawan merasa bebas dari gangguan fisik, (Security).

Untuk mengetahui apakah wisatawan merasa bebas dari gangguan fisik, (Security) di

kawasan Pantai Anyer dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

TABEL : 4.7
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
WISATAWAN MERASA BEBAS DARI GANGGUAN FISIK, (SECURITY)
(n=48)

4.3. No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor

1 Sangat Setuju 5 21 105


2 Setuju 4 13 52
3 Kurang Setuju 3 5 15
4 Tidak Setuju 2 5 10
5 Sangat Tidak Setuju 1 4 4

Jumlah 48 186

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 186 : 240

= 77.50%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 144 186 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 186 yang

diperoleh terletak pada daerah “Baik”.

2. Wisatawan merasa bebas dari kekhawatiran, (Surety).

Untuk mengetahui apakah wisatawan merasa bebas dari kekhawatiran, (Surety) di

kawasan Pantai Anyer dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

TABEL : 4.8
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
WISATAWAN MERASA BEBAS DARI KEKHAWATIRAN, (SURETY)
(n=48)

4.4. No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor


1 Sangat Setuju 5 17 85
2 Setuju 4 9 36
3 Kurang Setuju 3 12 36
4 Tidak Setuju 2 7 14
5 Sangat Tidak Setuju 1 3 3

Jumlah 48 174

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 174 : 240

= 72.50%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 144 174 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 174 yang

diperoleh terletak pada daerah “Baik”.

3. Wisatawan merasa terlindung dari segala bahaya, (Safety).

Untuk mengetahui apakah wisatawan merasa terlindung dari segala bahaya, (Safety)

di kawasan Pantai Anyer dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

TABEL : 4.9
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
WISATAWAN MERASA TERLINDUNG DARI SEGALA BAHAYA, (SAFETY)
(n=48)

4.5. No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor


1 Sangat Setuju 5 6 30
2 Setuju 4 7 28
3 Kurang Setuju 3 3 9
4 Tidak Setuju 2 17 34
5 Sangat Tidak Setuju 1 15 15

Jumlah 48 116

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 116 : 240

= 48.33%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 116 144 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 116 yang

diperoleh terletak pada daerah “Kurang Baik”.

4. Wisatawan merasa damai lahiriah dan batiniah, (Peace).

Untuk mengetahui apakah wisatawan merasa damai lahiriah dan batiniah, (Peace). di

kawasan Pantai Anyer dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

TABEL : 4.10
TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG
WISATAWAN MERASA DAMAI LAHIRIAH DAN BATINIAH, (PEACE)
(N=48)

No Tanggapan Responden Nilai Frekuensi Skor


1 Sangat Setuju 5 19 95
2 Setuju 4 9 36
3 Kurang Setuju 3 6 18
4 Tidak Setuju 2 5 10
5 Sangat Tidak Setuju 1 9 9

Jumlah 48 168

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2021

Jumlah skor ideal adalah : 5 x 48 = 240 ( Sangat Baik)

Jumlah skor terendah adalah : 1 x 48 = 48 (Sangat Tidak Baik)

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, dapat disimpulkan memiliki nilai: 168 : 240

= 70.00%

Secara kontinum dapat digambarkan sebagai berikut:

Sgt Tdk Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

0 48 96 144 168 192 240

Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 48 responden, maka skor 168 yang

diperoleh terletak pada daerah “Baik”.

Dan jumlah item pernyataan dalam angket yang penulis sebarkan adalah 4 item

pernyataan kepada 48 responden. Jadi perkaliannya adalah : 4 x 5 x 48 = 960. nilai ini

menjadi acuan atau pembanding jumlah skor item. Jumlah skor dari item 1 sampai dengan 4

yaitu : 186+174+116+168 = 644. Jadi berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa

keamanan di kawasan wisata pantai Anyer, yaitu : 644 : 960 = 67.08%

4.2.3. Uji Validitas Dan Realibilitas

1. Uji Validitas

a. Variabel Koordinasi
Berdasarkan data yang terkumpul dari 48 responden terdapat 6 koefisien korelasi.

Hasil analisis item ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.11
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN
VARIABEL KOORDINASI

No. butir Koefisien Korelasi Keterangan


1 0.781 Valid
2 0.907 Valid
3 0.925 Valid
4 0.715 Valid
5 0.876 Valid
6 0.875 Valid

Hasil Uji Validitas instrumen di atas terlihat bahwa semua instrumen menunjukkan

valid dan signifikan. Dengan demikian semua nomor item instrumen variabel koordinasi akan

dipakai untuk uji selanjutnya.

b. Variabel keamanan

Berdasarkan data yang terkumpul dari 48 responden terdapat 4 koefisien korelasi.

Hasil analisis item ditunjukkan pada tabel berikut :

TABEL 4.12

HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN

VARIABEL KEAMANAN

No. butir Koefisien Korelasi Keterangan

1 0.842 Valid

2 0.838 Valid

3 0.807 Valid

4 0.779 Valid
Hasil Uji Validitas instrumen di atas terlihat bahwa semua instrumen menunjukkan

valid dan signifikan.

Dengan demikian semua nomor item instrumen keamanan akan dipakai untuk uji

selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah data reliabel (handal) dilakukan dengan teknik belah dua

yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun

sendiri (lihat lampiran). Masing-masing skor tiap butirnya dijumlahkan sehingga

menghasilkan skor total. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan kelompok genap

dicari korelasinya. Jadi yang dikorelasikan adalah: 15, 10, 13 ....., 7, 9, 8 dengan 15, 10,

15, ......, 5, 10, 8. Setelah dihitung didapat koefisien korelasi 0,884.

Koefisien korelasi ini selanjutnya dimasukan dalam rumus Spearman Brown, sebagai

berikut:

2rb
r1 =
1 + rb

2 x 0. 884
r1 =
1 + 0. 884

1.767 = 0.938
r1 =
1.884

Jadi reliabilitas instrumen koordinasi = 0.938. Karena berdasarkan hasil uji coba

intrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh butirnya. Maka instrumen dapat digunakan

untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.


Sedangkan reliabilitas instrumen keamanan yaitu mengkorelasokan skor total 10, 6,

10, ...., 3, 6, 4 dengan 10, 8, 10, ....., 4, 8, 6. Setelah dihitung didapat koefisien korelasi 0,811

Koefisien korelasi ini selanjutnya dimasukan dalam rumus Spearman Brown.

2rb
r1 =
1 + rb

2 x 0.811
r1 =
1 + 0.811

1.621 = 0.895
r1 =
1.811

Jadi reliabilitas instrumen keamanan = 0.895. Karena berdasarkan hasil uji coba

intrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh butirnya. Maka instrumen dapat digunakan

untuk menganalisis seberapa kuat pengaruh Antara variabel X terhadap variabel Y.

4.2.4. Analisis Korelasi Antara Koordinasi Ditpamobvit Polda Banten Dengan

Keamanan di Kawasan Wisata Pantai Anyer

Selanjutnya setelah dinyatakan memenuhi syarat, maka untuk menganalisis seberapa

besar hubungan antara variabel koordinasi Ditpamobvit dengan keamanan di kawasan wisata

pantai Anyer, penulis menggunakan analisis Korelasi Product Moment, Uji signifikansi dan

koefisien determinasi sehingga dari hubungan yang diperoleh dapat menaksir variabel

keamanan di kawasan wisata pantai Anyer, setelah variabel koordinasi Ditpamobvit

diketahui.

Dari data di atas, penulis memperoleh dua variabel yang dapat diukur, yaitu:

X = Koordinasi

Y = Keamanan

Untuk menghitung dua variabel tersebut, penulis menganalisis sebagai berikut:

1. Koefisien Korelasi
Perhitungan koefisien korelasi antara koordinasi dengan keamanan menggunakan

rumus :

r ∑
xy
xy = √(∑X2)( ∑Y2)

Adapun nilai nilai yang sudah diketahui adalah sebagai berkut:

∑xy = 13835
∑X2 = 20960
∑Y2 = 9062

Jadi
r 13835
xy =
√(20960) (9062)
r 13835
xy =
√201257920
13835
xy =
14187

xy = 0.9752

Dari perhitungan di atas, koefisien korelasi (r) antara koordinasi dengan keamanan

adalah sebesar 0.9752. Berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi dapat diketahui

bahwa hubungan antara koordinasi dengan keamanan, termasuk kedalam hubungan yang

positif dan berkategori sangat kuat.

2. Uji Koefisien Determinasi

Dengan menggunakan rumus koefisien determinasi, maka dapat dihitung koefisien

determinasi sebagai berikut:

Kd = r2 x 100%

= 0.97522 x 100%

= 0.9511 x 100%
= 95.11%

Berdasarkan perhitungan Koefisien Determinasi (KD) diperoleh nilai sebesar

95.11%. Berarti koordinasi memberikan kontribusi sebesar 95.11% terhadap keamanan.

Berdasarkan hasil analisis variabel koordinasi dengan keamanan berhubungan secara

positif dan sangat kuat.

3. Uji Hipotesis (Uji – t)

Untuk mengetahui signifikasi hubungan kedua variabel, yaitu hubungan koordinasi

dengan keamanan, dilakukan dengan uji hipotesis “t” sebagai berikut:

r xy √ n−2
t hitung = √ 1−r xy 2

0. 9511 √ 48−2
t hitung = √ 1−0 . 9511 2

0. 9511 √ 46
t hitung = √ 1−0. 9511 2

( 0 . 9511( 6 ,78 )
t hitung = √ 1−0 . 9045

6 , 450
t hitung = √ 0 . 095

6 , 450
t hitung = 0 .309

t hitung = 20.87

Dari hasil perhitungan rumus uji hipotesis di atas, diperoleh nilai t hitung sebesar

20.87. Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi hubungan, maka dikonsultasikan terhadap

nilai t tabel dengan taraf kesalahan 5% dan dk (derajat kebebasan) n-2, yaitu 48 – 2 = 46.

maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,671. Dengan demikian t hitung lebih besar dari t tabel,
yaitu 20.87 > 1.671. Artinya antara variabel koordinasi dengan variabel keamanan dapat

diterima.

Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1

- 20.87 -1.671 20.87


1.671

Jadi t hitung = 20.87 > t tabel = 1.671, maka berdasarkan hasil tersebut diperoleh :

Ho : p = 0 ditolak, dan

Ha : p ≠ 0 diterima, yang berarti bahwa hubungan antara variabel koordinasi dengan

variabel keamanan adalah signifikan.

4. Analisa Persamaan Regresi Sederhana

Persamaan Regresi ini digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai

variabel bebas (koordinasi) apabila nilai variaber terikat (keaamanan) dimanipulasi (diubah-

ubah). Secara umum persamaan regresi sederhana (dengan satu predictor) dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Y = a + bX

Berdasarkan rumus tersebut di atas untuk dapat menentukan persamaan regresi maka

terlebih dahulu harus ditentukan harga a dan b dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut :

Diketahui :
N = 48

∑X = 946

∑Y = 644

∑XY = 13835

∑X2 = 20960

∑Y2 = 9602

Menentukan harga a :

( ∑ Ỵ ) ( ∑ x 2 )− ( ∑ X ) ( ∑ XY )
a=
n ∑ x 2− ( ∑ X ) 2

( 644 ) ( 20960 )−( 946 )( 13835 )


a=
48 (20960)−( 946 ) 2

13498240−13087910
a=
1006080−894916

410330
a=
111164

a = 3.691

Menentukan harga b.

n (∑ XỴ )−( ∑ X )( ∑ Y )
b=
n ∑ x 2− ( ∑ X ) 2

48 ( 13835 )−( 946 )( 644 )


b=
48(20960)−( 946 ) 2

664080−609224
b=
1006080−894916

¿54856
b=
111164

b = 0.493

Berdasarkan harga a dan harga b melalui perhitungan di atas, maka persamaan regresi

koordinasi dan keamanan adalah sebagai berikut :

Ῠ = 3.691 + 0.493X
Persamaan regresi yang telah ditentukan tersebut dapat digunakan untuk melakukan

prediksi (ramalan) berapa nilai dalam variabel terikat akan terjadi bila nilai dalam varial

bebas ditetapkan Hal ini berarti bila koordinasi sampai ditingkat nilai optimal sesuai dengan

skor ideal instrument yaitu 5 X 48 = 240, maka nilai akurasi keamanan, dapat dilihat sebagai

berikut:

Ῠ = 3.691 + 0.493 (240)

Ῠ = 3.691 + 118,32 = 122,011

Jadi diperkirakan nilai keamanan menjadi 122,011, jika nilai koordinasi dinaikan

menjadi 240.

Sehingga dari persamaan di atas dapat diartikan, bahwa agar nilai keamanan

bertambah, maka nilai rata-rata koordinasi harus dinaikan sebesar 118,32.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, tentang pengaruh koordinasi oleh

Ditpamobvit terhadap keamanan di kawasan wisata pantai Anyer, penulis dapat simpulkan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil jawaban dari 48 responden, koordinasi oleh Ditpamobvit mencapai

persentase sebesar 65.56%.

2. Sedangkan nilai keamanan mencapai 67.68%..

3. Perhitungan korelasi antara, koordinasi oleh Ditpamobvit dengan keamanan di kawasan

wisata pantai Anyer diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.9752. Hal ini berarti bahwa

antara koordinasi dan keamanan terdapat hubungan yang sangat kuat. Hasil perhitungan
koefisien determinasi (KD) diperoleh nilai sebesar 95.11%. Hal ini menandakan bahwa

koordinasi sebagai salah satu faktor sangat mempengaruhi keamanan yakni sebesar

95.11%. Sedangkan sisanya yaitu 4.89% keamanan dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini.

5.2. Saran-saran

Berangkat dari kesimpulan di atas, penulis menyajikan saran-saran sebagai berikut:

1. Mengingat hubungan antara koordinasi dengan keamanan sangat kuat yakni sebesar

95.11%, maka koordinasi perlu ditingkatkan, sebab dengan meningkatkan koordinasi

dapat meningkatkan keamanan di kawasan wisata pantai Anyer.

2. Dari hasil survey menunjukan bahwa kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai

sasaran yang harus dicapai dalam koordinasi masih kurang hal ini adanya perbedaan

dalam orientasi terhadap tujuan tertentu, dimana masing masing pihak mengembangkan

pandangan-pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan

organisasi yang baik. Oleh karena itu Direktorat Pamobvit Polda Banten terutama

Direktur harus lebih meningkatkan peran sebagai seorang pemimpin yang dapat

membimbing, membina dan mengawasi kinerja anggota, khususnya lebih bertanggung

jawab terhadap tugas pokok dan fungsi masing-masing.

3. Selanjutnya dari hasil survey juga menunjukkan adanya koordinasi yang belum sesuai

dengan asas koordinasi yaitu adanya perbedaan dalam orientasi antar pribadi, dimana

koordinator memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar

prosesnya lancar, sedang bagian lapangan mungkin memerlukan berbagai informasi dan
pendapat melalui berbagai temuan dan diskusi dengan berbagai pihak tertama pengelola

obyek wisata Oleh karena itu menurut penulis perlu ditingkatkannya pola diskusi antar

pihak terkait agar mereka dapat menemukan hambatan-hambatan yang dihadapi bersama

yang dapat menimbulkan koordinasi antar unit menjadi terhambat. Juga dapat

meningkatkan rasa kebersamaan diantara anggota dan pihak terkait.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Deddy S dan Dadang S (2015),

Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gramedia, Jakarta.

Fandeli, Chafid. 2015.

Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Liberti

Handayaningrat, Soewarno, 2014

Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Gunung Agung, Jakarta

Handoko, T. Hani. 2013

Manajemen, BPFE, Yogyakarta

Hasibuan, S.P. Malayu, 2011

Manajamen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta

Miftah Thoha, 2005.

Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada
Mitra Bintibmas. 2010.

Membangun Polisi Profesional. Jakarta : Bina Dharma Pemuda

Manullang, M. 2011

Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta

Moh. Agus Tulus, (2016)

Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Moekijat, 2010

Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis), Mandar Maju, Bandung

Ndraha, Taliziduhu, (2013).

Kybernology 1 : Ilmu Pemerintahan baru, Rineka Cipta, Jakarta:

Ranupandojo , Heidjrachman & Suad Husnan,(2013)

Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta.

Sarwoto, 2015

Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta

Soemirat, Soleh. Elvinaro Ardianto. 2008.

Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdayakarya

Spillane James J. 2017,

Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, Yogyakarta.

Sugandha, Dann, 2013


Koordinasi, Intermedia Press, Jakarta

Toha, Miftah, 2010

Kepemimpinan Dalam Manajemen, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Tulus, Agus, Moh., (2011)

Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widjaya, HAW, 2010

Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

B. Sumber lain

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2004 Tentang Pengamanan

Obyek Vital Nasional

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang

Pemberian Bantuan Pengamanan Pada Objek Vital Nasional Dan Objek Tertentu

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 Tentang

Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Serang Tahun 2014-2025

Anda mungkin juga menyukai