Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Properti Personal yang diampu oleh:
Tiafahmi Angestiwi, SST., MT
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Azza Wa Jalla atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
dengan judul “Pengelolaan Aset Personaliti Compactor”. Penulisan ini
digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Personal Properti
Program Studi Sarjana Terapan Manajemen Aset Jurusan Administrasi Niaga
Politeknik Negeri Bandung.
Laporan ini dibuat untuk dibaca dan dipelajari oleh penulis serta rekan-
rekan program studi Manajemen Aset untuk lebih memahami mengenai
Manajemen Personal Properti ini berisi tentang pemaparan mengenai penerapan
Manajemen Personal Properti pada alat berat untuk pengelolaan aset di bidang
infrastruktur. Semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi penulis dan pembaca untuk ke depannya serta dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis
yakin masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Tim Penulis
ii
RINGKASAN
iii
DAFTAR ISI
iv
3.1.3 Metode Kerja Roller (Compactor) .................................................................. 35
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................................36
IV.1 Kondisi Eksisting Aset Personality ........................................................................ 36
IV.2 Evaluasi Aset Personalti berdasarkan siklus aset ................................................... 40
IV.3 Rekomendasi .......................................................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................50
V.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 50
IV.2 Saran ....................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................52
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 13. Kantor Bina Marga dan Penataan Ruang Prov. Jabar .............37
Gambar 14. Alat berat COMPACTOR ..............................................................40
Gambar 15. Contoh Kode Barang pada aset Alat Berat Compactor Terex. .43
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
konvensional seperti cangkul, skop, keranjang, alat penumbuk untuk pemadat dan
sebagainya.
Pemakaian alat berat mempunyai banyak keunggulan yang menjanjikan
keuntungan. Sama halnya dengan aset tanah dan bangunan, mesin dan peralatan
pun perlu dikelola dengan baik agar tingkat produksi (hasil) selalu optimal secara
efektif maupun efisien. Selain itu, dengan adanya teknologi mesin maka akan
berpengaruh terhadap proses produksi yang dapat mengefisiensikan penggunaan
sumber daya perusahaan. Dengan kurangnya kesadaran akan pengelolaan personal
property, banyak kerugian yang akan didapat bagi perusahaan/ pemerintah
tersebut. Penyebab kegagalan pengelolaan personal properti seperti tidak
dilakukannya inventarisasi, tidak melakukan penjadwalan pemeliharaan pada
mesin, pengoperasian mesin yang tidak sesuai dengan prosedur, dan sebagainya.
Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kualitas mesin dan terburuknya dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja, sehingga dapat mengakibatkan kenaikan biaya
produksi atau bahkan menurunkan profit.
2
4. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Usaha Ekonomi Umat yang
Sejahtera Dan Adil Melalui Pemanfaatan Teknologi Digital dan Kolaborasi
dengan Pusat-Pusat Inovasi Serta Pelaku Pembangunan.
5. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Inovatif dan Kepemimpinan
yang Kolaboratif Antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
3
3. Alternatif solusi berdasarkan hasil evaluasi aset personalti alat berat Compactor
di Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) II Sukabumi?
I.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Kondisi eksisting aset personalti alat berat Compactor di Unit Pelayanan
Teknis Dinas (UPTD) II Sukabumi.
2. Evaluasi kondisi aset personalti alat berat Compactor di Unit Pelayanan Teknis
Dinas (UPTD) II Sukabumi berdasarkan siklus aset.
3. Alternatif solusi berdasarkan hasil evaluasi aset personalti alat berat Compactor
di Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) II Sukabumi
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen aset
adalah sebuah keilmuan dan seni yang di dalamnya terdapat fungsi – fungsi
manajemen yang dimulai dari merencanakan aset hingga sampai menghapuskan
aset secara optimal guna mencapai tujuan organisasi.
6
Tabel 2. Klasifikasi Aset
Klasifikasi Contoh Aset
Aset
Real estate dan Lahan, Perkantoran, Pergudangan, Ritel, Perumahan dan
Fasilitas Rumah Sakit
Pabrik dan Pertambangan, Semi Konuktor, Tekstil, Kimia, Minyak Bumi
Manufaktur dan Makanan
Aset Bergerak Aset Militer, Pesawat Terbang, Truk, Perkapalan, Kereta Api
dan Transportasi Umum.
Infrastruktur Jalur Kereta Api, Distribusi Gas/Listrik, Jalan Raya, Jaringan
Telekomunikasi, dan Jaringan Air.
Teknologi dan Komputer, Jaringan, Perangkat Lunak, Sistem Pencarian
Informasi otomatis dan Pelayanan.
Sumber : Campbell, 2011.
7
Klasifikasi aset infrastruktur meliputi: jalan dan jembatan, telekomunikasi,
sistem pengairan dan jaringan distribusi listrik, dan gas.
5. Teknologi Informasi (Information Technology)
Klasifikasi aset teknologu informasi, meliputi: komputer, jaringan, perangkat
lunak dan software.
8
Berikut adalah uraian dari suklus manajemen aset:
1. Perencanaan Kebutuhan Aset
Pengambilan keputusan untuk mendapatkan aset secara efektif dan efisien.
Menurut Sugiama (2013;163) perencanaan adalah penentuan tujuan akhir dan
sasaran (objektif) sebuah organisasi serta menentukan cara terbaik untuk
mencapainya. Perencanaan merupakan fungsi utama manajemen yang mana
fungsi ini menjadi awal bagi fungsi lainnya dalam manajemen. Perencanaan
kebutuhan termasuk di dalamnya merencanakan pengadaan, merencanakan
pemeliharaan, merencanakan pemanfaatan, merencanakan pemindah
tanganan, serta merencanakan penghapusan aset ( Tukunang, 2016).
2. Pengadaan Aset
Serangkaian kegiatan untuk memperoleh atau mendapatkan aset baik yang
dibiayai oleh sendiri maupun yang dibiayai oleh pihak luar atau dengan
dilaksanakan secara swakelola (sendiri) maupun oleh penyedia barang dan
jasa. Menurut Campbell dkk. (2011), kegiatan yang terdapat dalam tahap
pengadaan terdiri dari kegiatan menciptakan, membangun, atau mengadakan
aset yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya. Satu diantara dampak
yang paling terlihat adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
pengadaan aset cukup signifikan.
3. Inventarisasi Aset
Rangkaian kegiatan mengidentifikasi kualitas dan kuantitas aset secara fisik
dan non fisik dan secara yuridis/legal dengan melakukan kodefikasi dan
mendokumentasikan untuk kepentingan pengelolaan aset bersangkutan.
Inventarisasi aset menjadi hal yang penting saat telah mendapatkan suatu aset.
Khususnya pada aset mesin, kegiatan dapat membantu organisasi di masa
yang akan datang untuk mengetahui kapan perolehan dan mesin tersebut dan
kapan mesin tersebut diperbaiki atau dihapuskan.
4. Legal Audit Aset
Kegiatan audit mengenai status aset, sistem dan prsedur pengadaan, sistem
dan prosedur pengalihan, pengidentifikasi adanya indikasi permasalahan
legalitas, pencarian solusi untuk memecahkan masalah dalam legalitas. Legal
9
audit diperlukan sebuah mesin untuk mengetahui kapan mesin tersebut
diproduksi, nomor produksi resmi beserta tanda kepemilikan resmi dan
memastikan adanya jaminan kartu garansi untuk mendapatkan layanan
apabila terjadi kerusakan pada mesin pada jangka waktu tertentu.
5. Penilaian Aset
Sebuah proses kerja untuk menentukan nilai aset yang dimiliki, sehingga
dapat diketahui secara jelas nilai kekayaan yang dimiliki atau yang akan
dialihkan maupun yang akan di hapuskan.
6. Pengoperasian Aset
Pengoperasian aset adalah sebuah proses atau serangkaian kegiatan secara
khusus terdiri dari langkah-langkah mendasar dalam sebuah pekerjaan atau
kumpulan pekerjaan untuk memfungsikan/memakai aset bersangkutan
(Sugiama, 2013). Kegiatan pengoperasian aset mencangkup kegiatan
penggunaan dan pemanfaatan. Penggunaan aset yaitu pengoperasian aset yang
sesuai dengan perencaaan kebutuhan aset yang telah ditetapkan sebelumnya,
sedangkan pemanfaatan aset yaitu pengoperasian aset yang diluar dari
perencanaan atau tupoksi aset tersebut.
7. Pemeliharaan Aset
Pemeliharaan aset adalah kegiatan menjaga dan memperbaiki sebuah bentuk
aset agar dapat dioperasikan dan berfungsi sesuai dengan harapan. Adapun
pengertian lainnya yaitu sebuah sistem yang mencangkup kombinasi dari
sekumpulan aktivitas yang dilengkapi oleh beragam sumberdaya untuk
menjamin agar aset bersangkutan dapat berfungsi sebagaimana diharapkan
(Sugiama, 2013).
8. Penghapusan Aset
Kegiatan untuk menjual, menghibahkan atau bentuk lain dlam memindahkan
hak kepemilikan atau memutuskan seluruh/sebuah unit atau unsur terkecil dari
aset yang dimiliki.
9. Pembaharuan/Rejuvinasi Aset
Upaya peremajaan aset dengan tujuan aset dapat digunakan kembali sebelum
umur ekonomisnya habis. Peremajaan ini dapat berupa perbaikan menyeluruh
10
ataupun penggantian suku cadang dengan tujuan aset dapat beroperasi seperti
keadaan semula.
10. Pengalihan Aset
Upaya memindahkan hak dan atau tanggung jawab, wewenang, kewajiban
penggunaan, pemanfaatan dari sebuah unit kerja ke unit lainnya di lingkungan
sendiri, seperti penjualan, penyertaan modal, hibah.
11
Gambar 2. Penggolongan Propperty
12
2.3.1 Kategori Personal Property
Menurut Campbell (2011) Personal property terdiri dari :
1. Real Estate dan Fasilitas: tanah, kantor, gudang, sekolah, pemukiman, rumah
sakit
2. Mesin: pertambangan, semi konduktor, tekstil, kimia, minyak bumi,
elektronik, makanan
3. Aset Kendaraan: kemiliteran, penerbangan, truk, pengiriman, kereta api,
kendaraan umum
4. Infrastruktur: kereta api, penyebarluasan elektronik/gas, jalan raya,
telekomunikasi, air
5. Teknologi Informasi: komputer, jaringan, perangkat lunak, pelayanan
13
umum, dengan demikian pendekatan penilaian yang diterapkan serta
pelaporannya pun dapat berbeda. Mesin dan peralatan pada umumnya dapat
dipindahkan atau direlokasi dan mempunyai penyusutan yang lebih besar
dibandingkan dengan real properti. Mesin dan peralatan yang sama dapat
memiliki nilai yang berbeda, tergantung apakah mesin dan peralatan tersebut
dinilai sebagai bagian dari satu kesatuan unit operasi atau sebagai unit individual
untuk dipertukarkan, baik ditempat (in-situ) atau dipindahkan (ex-situ).Berikut
adalah penggolongan mesin dan peralatan adalah aset berwujud selain dari
“realty”,yaitu :
a) Aset yang dimiliki untuk digunakan dalam suatu produksi yang berkelanjutan
termasuk konstruksi bangunan pendukung mesin, mesin-mesin (al. mesin
individual atau sekumpulan mesin, perlengkapan dagang dan
pengembangan/penambahan oleh penyewa), serta kategori aset lainnya yang
sejenis.
b) Aset berwujud, yang;
1. Dimiliki suatu entitas untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari 1 periode.
14
2.4 Landasan Normatif
Berikut adalah Landasan Normatif yang berakitan dengan Personal
Property.
15
1. Alat berat terdiri atas forklift, lifttruck, reach stackers, telehandler, hand
lift/hand pallet, excavator, excavator grapple, backhoe, loader, dozer,
traktor, grader, concrete paver, asphalt paver, asphalt sprayer, aspalt
finisher, compactor roller/vibrator roller, dan peralatan lain yang sejenis;
2. Kereta terdiri atas kereta gantung, komidi putar, roller coaster, kereta ayun,
lokomotif beserta rangkaiannya, dan peralatan lain yang sejenis;
3. Personal basket terdiri atas manlifi/boomlift, scissor lift, hydraulic stairs dan
peralatan lain yang sejenis;
4. Truk terdiri atas tractor, truk pengangkut bahan berbahaya, dump truck,
cargo truck lift, trailer, side loader truck, module transporter, axle transport,
car towing, dan peralatan lain yang sejenis; dan
5. Robotik dan konveyor terdiri atas Automated Guided Vehicle, sabuk berjalan,
ban berjalan, rantai berjalan dan peralatan lain yang sejenis.
16
Peralatan dapat dikelompokkan dengan dua cara:
a. Sesuai dengan fungsinya
1) Alat pemindahan tanah
2) Alat pemadat
3) Alat pengangkut
4) Alat penutup perkerasan
5) Sekumpulan alat untuk produksi (plant), misal batu pecah, aspal, beton
dan semen beton
b. Sesuai dengan peruntukannya
1) Pembuatan dan pembentukan badan jalan
2) Produksi agregat
3) Pembuatan badan jalan
4) Pengaspalan
5) Pelaksanaan jembatan
17
Tanah Peralatan ini biasa disebut Soil Stabilizer atau Pulvi Mixer, dipakai
untuk proses stabilisasi tanah di tempat
e. Peralatan Recycling
Unit peralatan untuk pengupasan (dengan dihancurkan) lapisan permukaan
aspal jalan pada ketebalan tertentu untuk diambil materialnya dan akan
dipakai lagi setelah melalui proses daur ulang
f. Peralatan Stabilisasi Tanah
Peralatan ini biasa disebut Soil Stabilizer atau Pulvi Mixer, dipakai untuk
proses stabilisasi tanah di tempat. Peralatan ini biasa disebut Recycler atau
Milling Machine
4. Pengadaan peralatan berdasarkan Kementerian pekerjaan umum dan
perumahan rakyat direktorat jenderal bina konstruksi.
Beberapa hal utama yang penting diketahui dalam perencanaan kebutuhan
peralatan adalah :
a. Sasaran pekerjaan yang harus dihasilkan berikut volume, jangka waktu
pelaksanaan, dan spesifikasi teknis pekerjaan yang harus dicapai.
b. Jenis-jenis kegiatan pelaksanaan yang harus dikerjakan berikut volumenya
masing-masing.
c. Kondisi medan atau kondisi lapangan.
d. Jadual untuk masing-masing jenis peralatan dan jumlahnya serta jenis
kegiatan pekerjaan dan kondisi medan yang ada, serta spesifikasi dan
kapasitas peralatan peralatan yang bersangkutan dibutuhkan.
e. Bagaimana mobilisasi peralatan dilaksanakan agar pada waktu yang
diperlukan sudah tersedia di lapangan dengan kondisi yang sudah siap
operasi untuk jangka waktu pelaksanaan proyek.
18
spesifikasi utamanya yaitu dari kapasitasnya, jumlah unit yang harus tersedia
yang berdasarkandari data hasil dari perencanaan ke butuhan peralatan.
5. Pengoperasian peralatan
Hasil kerja yang optimal pada penggunaan peralatan tergantung kepada
operator yang mengoperasikan peralatan yang bersangkutan, disamping kondisi
teknis dari peralatannya sendiri (peralatan kondisinya baik atau rusak ringan,
memenuhi spesifikasi dan kinerja yang disyaratkan atau tidak ). Kelancaran
pemakaian peralatan juga banyak tergantung kepada operatornya, kondisi
peralatan, dukungan pemeliharaan di lapangan serta tata laksana pengelolaan
peralatan, penyimpanan/pemeliharaan di base camp atau digudang lapangan.
a. Operator
Saat proses pengadaan/pelelangan Pekerjaan Jasa Konstruksi persyaratan
kompetensi operator harus dimasukan kedalam persyaratan dokumen
kualifikasi atau dokumen penawaran pada proses prakontrak kedalam
dokumen pengadaan. Adapun metode evaluasinya dianjurkan menggunakan
sistim nilai guna memacu para kontraktor untuk menyiapkan operator yang
memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan pada pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Cara pengoperasian yang baik dan benar akan menjaga
kondisi peralatan yang dipergunakan, disamping itu akan memberikan hasil
kerja yang baik sesuai persyaratan mutu yang harus dicapai
b. Keselamatan
Apapun pekerjaan yang sedang kita laksanakan, dimanapun lokasinya serta
bagaimanapun kondisinya tempat kita bekerja, maka faktor keselamatan
kerja adalah faktor utama yang harus selalu diperhatikan.
c. Penyimpanan Peralatan
Sesudah atau sebelum operasi di lapangan, peralatan pada umumnya
disimpan di tempat penyimpanan peralatan atau pool peralatan (biasanya
disuatu tempat/lapangan terbuka).Beberapa hal penting yang harus
diperhatikan terhadap lapangan atau pool ini adalah tempat/lapangan (pool)
19
tersebut aman dari pencurian. Dan kondisi medannya cukup baik, misalnya
cukup datar, tidak dipinggir jurang atau di sisi tebing.
d. Komponen Biaya Penggunaan
Peralatan Hal lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan dan pemakaian
peralatan adalah berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk Biaya
dimaksud adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli peralatan
(owning cost) dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan
peralatan tersebut (operating cost). Dengan mengetahui biaya pemilikan
(owning cost) serta biaya operasi (operating cost) akan dapat membantu
mengetahui berapa keuntungan yang bisa diperoleh setelah menyelesaikan
suatu pekerjaan. Dengan mengetahui biaya pemilikan (owning cost) serta
biaya operasi (operating cost) akan dapat membantu mengetahui berapa
keuntungan yang bisa diperoleh setelah menyelesaikan suatu pekerjaan.
Untuk menghitung biaya pemilikan dan biaya operasi per jam-nya, dapat
dikelompokan menjadi dua kelompok biaya yaitu : Biaya Pemilikan (biaya
pasti) yaitu Penyusutan (depresiasi) dan Bunga Bank, Asuransi dan Pajak.
Dalam pengelolaan / pemilikan alat, maka yang dimaksud dengan biaya
peralatan adalah sebagai berikut :
1) Biaya Langsung
a) Biaya Pemilikan / Owning Cost : Biaya Penyusutan/ Depresiasi
Biaya Modal Biaya Manajemen
b) Biaya Operasi : Biaya Bahan Bakar Biaya Bahan Pelumas Biaya
Minyak Hidraulik (bila ada) Biaya Bahan Gemuk (Grease) Biaya
Operator
c) Biaya Pemeliharaan : Kepmen PU. No. 233/KPTS/198.Tentang :
Pedoman pemeliharaan perawatan dilingkungan Departemen PU.
Biaya Bahan dan Suku Cadang Biaya Bengkel Biaya Mekanik
2) Biaya Tidak Langsung :
a) Biaya Overhead
b) Biaya Gudang
c) Keuntungan
20
3) Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi : Biaya Angkutan Dari/ Ke Site
Biaya Pemasangan/ Pembongkaran Kepmen PU. No.585/KPTS/1988.
21
Gambar 3. Dasar Perhitungan Biaya Pemeliharaan Peralatan
22
b. Perbaikan Peralatan
Perbaikan peralatan masih termasuk dalam kegiatan pemeliharaan peralatan,
hanya proses ini dilaksanakan karena adanya kerusakan pada komponen atau
komponen-komponennya, sehingga perlu diperbaiki atau diganti agar peralatan
bisa segera dioperasikan kembali.Jam kerja efektif peralatan apabila tidak
dimanfaatkan merupakan suatu kerugian bagi pemilik/pemakai.Jam efektif
yang hilang akibat peralatannya rusak disebut Downtime. Tingkat perbaikan
peralatan terbagi dalam 2 klasifiksi, yaitu: Perbaikan ringan Perbaikan ringan
biasanya dilaksanakan oleh mekanik atau montir biasa, bisa di bengkel, bisa
juga diatasi di lapangan dengan tidak membutuhkan alat-alat perkakas atau
mesin-mesin bengkel. Perbaikan berat Perbaikan berat untuk mengatasi
kerusakan berat, biasanya lebih dari satu komponen atau bagian yang rusak,
dilaksanakan oleh mekanik atau montir di bengkel serta memerlukan mesin-
mesin perkakas bengkel. Biasanya membutuhkan waktu pelaksanaan yang
lama dan dikerjakan oleh mekanik atau montir ahli.
8. Pengawasan peralatan
Pengawasan peralatan dimulai dari pencatatan peralatan dan pelaporan,
pengoperasian, pemeliharaanda perbaikan dan penghapusan
a. Pencatatan dan pelaporan peralatan
Setiap unit peralatan sebaiknya harus mempunyai nomor inventarisasi atau
lebih dikenal dengan istilah nomor kode unit peralatan, atau nomor
identifikasi peralatan. Nomor kode unit peralatan ini bisa disusun sedemikian
rupa agar bisa mempermudah pengidentifikasiannya, namun tidak duplikasi,
artinya satu nomor hanya dipakai oleh satu unit peralatan. Apabila peralatan
yang bersangkutan sudah dihapus maka nomor atau kode unit peralatannya
tidak boleh dipakai lagi oleh peralatan lain yang baru yang belum mempunyai
nomor identifikasinya.
b. Pelaporan
Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan dalam manajemen peralatan, maka data
peralatan yang harus dicatat dan harus dilaporkan adalah tahap Perencanaan
23
dan pengadaan. Data yang perlu dilaporkan antara lain data utamanya
misalnya jenis peralatan, kapasitas peralatan, kapasitas mesin, nomor seri
alat/body,nomor seri mesin, tahun pembuatan, harga pembelian, tahun
pembelian , nama perusahaan penjual/agen tunggal, lokasi proyek/pemakai,
kondisi Peralatan Data di atas diproses untuk dimasukkan ke dalam daftar
inventarisasi peralatan dan diberi nomor kode unit peralatannya.
c. Pengoperasian
Pada tahap ini maka semua hal yang terjadi pada peralatan yang bersangkutan
dicatat dalam buku riwayat peralatan. Datanya dibuat di lapangan setiap
harinya dan dilaporkan ke bagian administrasi peralatan, selanjutnya direkap
dalam tiap bulannya (apabila diperlukan) dan dicatat/dipindahkan ke dalam
buku riwayat peralatan Adapun data yang harus dicatat antara lain lokasi
pemakaian, jenis tugas yang dilaksanakan,volume hasil kerja, pemakaian
bahan bakar,pemakaian minyak pelumas dan sejenisnya, nama operator lama
waktu/jam pemakaian kondisi peralatan
d. Pemeliharaanda dan perbaikan
Pada tahap ini, data tentang pemeliharaan dan perbaikan yang dikerjakan
terhadap peralatan yang bersangkutan baik yang terjadi di lapangan maupun
di bengkel harus dicatat, diantaranya adalah pemakaian suku
cadang,pemakaian bahan bakar (pada waktu perbaikan),pemakaian minyak
pelumas dan sejenisnya, lama waktu perbaikan, status km/jam peralatan pada
saat perbaikan, status/jenis kerusakan
e. Penghapusan
Pada tahap ini yang dicatat dan dilaporkan cukup daftar peralatan yang
dihapus, berisi data kode unit peralatannya, kapasitas alat, tahun pembuatan,
lokasi pemakai peralatan dan catatan/kode alasan penghapusan (kalau ada).
24
Sesuai dengan SPI 0.5.28 Mesin dan peralatan didefinisikan sebagai berikut :
1. SPI 0.5.28.1
Mesin dan peralatan terdiri dari instalasi pelayanan gedung serta mesin dan
peralatan yang dirangkai dalam suatu kesatuan proses dalam hubungannya
dengan kegiatan industri atau komersial dari perusahaan, termasuk mebel,
perabotan dan peralatan, kendaraan, cetakan dan perkakas lainnya yang
digunakan dalam kegiatan usaha.
Berdasarkan definisi diatas mesin mencakup pengertian mesin dan peralatan
secara luas, tidak hanya meliputi mesin dan peralatan industri dimana mesin
dan peralatan merupakan komponen yang sangat dominan, namun mencakup
juga mesin dan peralatan pelayanan gedung serta kendaraan, perabotan dan
peralatan kantor.Didalam kegiatan penilaian sehari-hari, pada umumnya
kendaraan serta perabotan dan peralatan kantor (furniture, fixtures & office
equipment) di pisahkan tersendiri. Pemisahan ini dimaksudkan hanya untuk
sistematika pelaporan dan pengelompokan properti bukannya penggunaan
metode penilaian yang berbeda.
2. PPI 10.3
PPI 10.3.2 Pada dasarnya, mesin dan peralatan dapat merupakan mesin-
mesin, perangkat dan peralatan lain serta instalasi yang terpasang pada suatu
gedung tertentu untuk menunjang pengoperasian gedung tersebut, ataupun
mesin-mesin, perangkat dan peralatan lain serta instalasi yang dirangkai dalam
suatu kesatuan tak terpisahkan untuk melakukan suatu proses produksi dalam
kegiatan industry.Masing-masing istilah tersebut mempunyai pengertian
sebagai berikut :
a. PPI 10.3.2.1
Pabrik (plant) adalah suatu kesatuan dari berbagai jenis aset, dapat pula
termasuk bangunan nonpermanen yang bersifat khusus, mesin-mesin dan
peralatan.
b. PPI 10.3.2.2
25
Mesin (machinery) adalah suatu perangkat yang mempergunakan atau
memanfaatkan daya mekanik, memiliki komponen-komponen yang masing-
masing mempunyai fungsinya sendiri-sendiri, dan secara kesatuan berfungsi
melakukan pekerjaan atau proses tertentu.
c. PPI 10.3.2.3
Peralatan (equipment) merupakan aset pendukung yang berfungsi untuk
membantu operasional suatu kegiatan usaha
26
BAB III
GAMBARAN UMUM ASET PERSONAL
Gambar 4. Compactor
27
Alat ini (compactor) digunakan untuk memadatkan tanah atau material
sedemikian hingga tercapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Jenis rodanya
bisa terbuat dari besi seluruhnya atau ditambahkan pemberat berupa air
atau pasir, bisa terbuat dari karet (berupa roda ban) dengan bentuk kaki
kambing (sheep foot). Ada juga yang ditarik dengan alat penarik seperti
bulldozer, atau mesin penggerak sendiri maupun secara manual ditarik
dengan tangan (untuk ukuran kecil).
Berfungsi untuk :
Memadatkan tanah
* (Penyiapan lapis subgrade(jalan) padat
* Talud (tebing)
110 m
28
Lakukan pemadatan sampai batas ini untuk pemadatan, setelah dipadatkan kadar
air harus dijaga.
29
12. Roda gigi differensial (Differential gear).
13. Roda gigi planet (Planatory gear).
14. Motor getar (Vibration motor).
15. Penggetar (Vibrator).
30
Gambar 8. Portable roller
2. Berdasar bahan roda-roda penggilasnya, ada yang terbuat dari baja( steel
wheel) dan adayang terbuat dari karet(pneumatic).
Roller jenis ini mempunyai roda roda dari ban karet (pneumatic)
dengan permukaan yangdibuat rata. Susunan rodanya dibuat sedemikian rupa
sehingga jalur yang dilewati jatuh diantara jalur-jalur roda belakang. Dengan
demikian gilasan dapat merata pada satu lintasanroller. Jumlah roda roda
gilas selalu gasal, misalnya 9 (4 roda depan, 5 roda belakang), 11 (5 roda
depan, 6 roda belakang), atau 13 (6 roda depan, 7 roda belakang). Berat
roller jenis ini juga dapat ditambah dengan mengisi air atau pasir dalam bak-
bak yang disediakan dalam dinding mesin, sehingga berat satu roller
dinyatakan dalam dua angka, misalnya antara 9 sampai 16 ton. Tekanan roda
pada permukaan tanah dapat diatur dengan tekanan udara dalam ban (inflation
pressure), makin keras ban dipompa, makin besar tekanan per satuan luas
permukaan tanah. Penggilasan dengan ban ini mempunyai cirri khusus
dengan adanyakneading effect, ialah air dan udara dapat ditekan keluar
(pada tepi-tepi ban) yang segera akan menguap pada keadaan udara yang
kering. Kneading effect ini sangat membantu dalam usaha pemampatan bahan
bahan yang banyak mengandung lempung atau tanah liat. Kneadingeffect ini
juga diperbesar pengaruhnya dengan membuat sumbu roda yang dapat
31
bergoyang mengikuti ketidakrataan permukaan tanah. Roda yang dapat
bergoyang demikian ini disebutwhole wheel, yang sangat berguna dalam
mempertahankan tekanan yang sama dari semuaroda roller, karena tidak ada
roda roda yang menggantung bebas. Berikut pada gambar II.6 Pneumatic tired
roller 24 yang roda terbuat dari karet untuk penangannan tekanan roda pada
permukaan tanah sampai 16 ton.
32
Meshgrid roller Pengaruh plain wheel roller terhadap kemampuatan
yang dihasilkan adalah pemampatan dari atas ke bawah, yang artinya bagian
atas akan mencapai kemampatan terlebih dahulu pada bagian bawah. Hal ini
karena penampang melintang pengaruh tekanan roda gilas ke dalam lapisan
tanah bebentuk trapezium, sehingga tekanan per satuan luas di bagian atas
lebih besar dari pada bagian bawah. Jika tebal lapisan yang harus
dimampatkan besar, maka tekanan per satuan luas ini untuk bagian bawah
sudah tidak cukup besar untuk mencapai kemampatanyang diharapkan.
Untuk usaha pemampatan tanah dengan butiran yang banyak
mengandung butiran kasar lebih baik digunakan meshgrid roller. Alat ini
memperbesar tekanan per satuan luas permukaan, juga bidang bidang rodanya
dapat masuk ke dalam lapisan tanah, sehingga terjadi pemampatan dari
bawah. Meshgrid roller adalah mesin gilas yang roda rodanya berbentuk
anyam-anyaman.
4. Dilihat dari susunan roda-roda gilas, ada yang beroda tiga (three wheel), roda
dua, dan three axle tandem roller.
Segment roller Untuk tanah yang banyak mengandung lempung (tanah
liat), terutama tanah yang basah,meshgrid roller kurang member hasil yang
baik karena tanah akan tertinggal di antara batang batang besi anyaman
33
roda. Untuk menghindari hal tersebut dapat digunakan segment roller yang
rodanya tersusun dari lempengan lempengan baja kecil kecil yang akan
member tekanan per satuan luas cukup besar dan dapat masuk ke dalam
tanah, sehingga terjadi pemampatan langsung dari bawah ini.
34
Gambar 12. Sheepfoot roller alat pemadat yang melindas dari bawah.
35
BAB IV PEMBAHASAN
36
jalan tersebut seperti Bandung – Ciwidey, Bandung – Lembang – Subang,
Bandung – Pangalengan.
Di Jawa Barat setelah kemerdekaan pembangunan jalan terus dilakukan
dengan didasarkan kepada pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat.
Pembangunan jaringan jalan relative lebih pendek-pendek yaitu untuk
menghubungkan pusat kegiatan atau kota dengan system jaringan jalan yang ada.
Disamping pembangunan jalan, juga dilakukan pembangunan kapasitas dan
struktural (konstruksi) jalan. Sejarah Bhakti Pekerjaan Umum (PU) Tanggal 3
Desember merupakan hari yang punya “Makna Khusus” bagi warga Departemen
Pekerjaan Umum. Karena pada tanggal tersebut lima puluh tujuh tahun yang lalu
terjadi peristiwa bersejarah. Gugur tujuh orang karyawan yang berjuang
mempertahankan markas Departemen PU di Kota Bandung yang dikenal sebagai
“Gedung Sate”. Peristiwa ini kemudian dikenang dan diperingati sebagai HARI
BHAKTI PEKERJAAN UMUM. Waktu itu Gedung Sate dipertahankan oleh
Gerakan Pemuda PU yang diperkuat oleh satu Pasukan Badan Perjuangan yang
terdiri lebih kurang 40 orang dengan persenjataan yang agak lengkap. Tetapi,
bantuan yang diberikan itu tidak lama, karena pada tanggal 29 Nopember 1945,
pasukan tersebut lalu ditarik dari Markas Pertahanan Departemen Perhubungan
dan Pekerjaan Umum. Tanggal 3 Desember 1945, jam 1.00 pagi, waktu itu kantor
Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum di Jl. Diponegoro 22 Bandung
yang dikenal dengan Gedung Sate itu hanya dipertahankan oleh 21 orang. Dalam
pertempuran tersebut diketahui dari 21 orang pemuda 7 diantaranya hilang.
37
Gambar 13. Kantor Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (KM.0
Jawa Barat) beralamatan Jalan Asia Afrika No. 79, Kota Bandung, Jawa Barat.
IV.1.2 Kondisi Eksisting Alat berat Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) II
Sukabumi.
Kondisi eksisting merupakan kondisi asset yang sesungguhnya pada saat
penelitian dilakukan. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini
mempengaruhi segala aspek kehidupan. Mulai dari Pendidikan, Kesehatan,
Informasi dan komunikasi sampai dunia konstruksi juga ikut terpengaruh oleh
perkembangan teknologi ini. Berbagai riset dan kajian terus dilakukan semata-
mata untuk memenuhi kebutuhan zaman yang kian cepat dan efisien. Salah satu
perkembangan teknologi yang berperan besar dalam menggeser peradaban
manusia menuju zaman modern sekarang ini adalah teknologi alat berat. Pada
tabel 1. Alat berat Compactor merk TEREX dimiliki Unit Pelayanan Teknis Dinas
II Sukabumi.
Tabel 2. Spesifikasi Mesin Alat Berat Compactor TEREX
Specifications
Nama Mesin dan Peralatan Compactor
Merk dan Nama Pembuat TEREX dan German
TEREX BENFORD
Tipe/Model TVH800KRF Tandem
Vibratory Roller
SLBTLPKOE93CB1229V2203-
Nomor Seri
BQ1668
Tahun Pengadaan 2010
Dimension
Ground Clearance 2.92ft in
Width Over Wheels 12.01ft in
Height To Top Of Cab 13.21ft in
Wheelbase 12.01ft in
38
Gross Power 525hp
Power Measured @ 2000rpm
Displacement 1159.5cu in
Operational
Operating Weight 110000lb
Fuel Capacity 234.1gal
Hydraulic System Fluid
Capacity 120gal
Engine Oil Capacity 11.9gal
Cooling System Fluid
Capacity 33.1gal
Operating Voltage 24V
Wheels
Front Wheels Drum Width 35in
Front Wheels Drum
Diameter 83in
Rear Wheels Drum Width 40in
Rear Wheels Drum
Diameter 83in
Blade
Height 84.1in
Perkembangan alat berat saat ini meliputi aspek dalam segi waktu, efisiensi
bahan bakar, desain, material serta fungsi untuk berbagai macam pekerjaan.
Negara-negara maju berlomba-lomba untuk mengembangkan teknologi ini.
Jepang dengan Komatsu, Hitachi, dan Kobelco. Korea dengan Hyundai dan
Doosan. Amerika dengan Caterpillar. Jerman dengan Wirtgen Groupn. Italia
39
dengan New Hollandnya, German dengan TEREX. Begitu pula Cina yang
meramaikan pasar teknologi alat berat dengan merk Shantui dan Liu Gong.
Dan masih banyak negara lain yang tak mau kalah. Sebagai akibat dari
perkembangan ini, sektor konstruksi jadi ikut terbantu dalam hal pencapaian
waktu, biaya, dan mutu.
Penggunaan alat berat yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi
lapangan pekerjaan akan berpengaruh berupa kerugian antara lain: rendahnya
produksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang telah ditenukan dan
biaya perbaikan yang tidak semestinya. Oleh karena itu sebelum menetukan
tipe, jumlah peralatan dan attachement sebaiknya dipahami terlebih dahulu
fungsi dan aplikasinya agar tercapainya efisiensi penggunaan yang diinginkan.
Salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Bina Marga dan
Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat yang menggunakan alat berat dalam
pemeliharaan jalan. Dalam hal ini Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang
Provinsi Jawa Barat melakukan tupoksi dalam pengunaannya untuk memelihara
infrastruktur seperti jalan. Pemeliharaan jalan yang dijadikan objek dalam
pengaplikasian manajemen personal properti ini adalah alat berat Compactor
bermerk “TEREX” Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) II Sukabumi yang
beralamat di Jalan Bhayangkara nomer 209, Kota Sukabumi.
40
perkotaan berkembang secara pesat. Sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk
yang disertai pula peningkatan kebutuhan akan bangunan sipil, seperti gedung,
jembatan dan jalan raya. Saat ini Negara dalam kegiatan membangun dilakukan
secara besar-besaran, sesuai dengan kebutuhan pembangunan Nasional. Karena itu
diperlukan langkah- langkah yang tepat baik dalam perencanaan maupun dalam
pelaksanaan sehingga sumber daya yang ada dapat digunakan seoptimal mungkin.
Dalam hal ini alat-alat berat konstruksi memegang peranan penting, karena
tanpa alat tersebut kecepatan pembangunan tentu tidak akan secepat yang kita
harapkan, dan kita akan selalu tertinggal dari Negara lain dibidang
pembangunan. Penggunaan alat-alat konstruksi sangat menonjol pada pekerjaan-
pekerjaan teknik sipil, terutama dalam pekerjaan- pekerjaan besar.
Pengelolaan aset personalti sangatlah penting dilakukan oleh pengelola
aset itu sendiri karena untuk menjaga nilai aset, meningkatkan keamanan aset baik
secara fisik maupun hukum, memonitor penyusutan aset, efisien dalam
pengeluaran karena tidak melakukan pembelian berlebihan, dan membuat rencana
penanggulangan atas berbagai risiko yang akan timbul.
Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang merupakan salah satu Organisasi
Perangkat Daerah yang di miliki Provinsi Jawa Barat.
Dasar hukum pembentukan :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah jo.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;
4. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang Kedudukan
dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat
41
Dasar hukum penyelenggaraan urusan pemerintahan:
1. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 51 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Rincian Tugas Unit, Dan Tata Kerja Dinas Bina Marga Dan Penataan
Ruang yang ditetapkan pada tanggal 29 November 2016;
2. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Rincian Tugas, Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah di
Lingkungan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat yang
ditetapkan pada tanggal 29 Desember 2017.
42
rupiah). Pengadaan Alat Berat tahun anggaran 2010 dengan nilai perolehan
Rp. 462.500.000,- (Empat ratus enam puluh dua juta lima ratus ribu rupiah.
3. Inventarisasi Aset
Inventarisasi aset merupakan tahap untuk melakukan pendataan, pencatatan
dan pelaporan. Pengelolaan barang dan pengurus aset sudah melakukan
inventarisasi terhadap Alat Berat Compactor tercacat barang alat berat dengan
pemberian sesuai dengan kode barang. Pada Tabel 2. Hasil data sekunder,
Buku Inventaris Unit Pelayanan Teknis Dinas II Sukabumi.
Tabel 3. Buku inventaris tahun 2021
43
Gambar 15. Contoh Kode Barang pada aset Alat Berat Compactor Terex.
44
penggantian sparepart yang rusak dilakukan setiap ada kerusakan baik dari
ringan sampai rusak berat.
9. Penghapusan Aset
Penghapusan aset belum dilakukan oleh Unit Pelayanan Teknis Dinas II
Sukabumi, karena kondisi masih layak pakai dan baik dan bisa digunakan
sehingga pada siklus manajemen aset tahap penghapusan ini belum dilakukan
secara semestinya karean tidak adanya Penilaian Pemerintah.
45
𝑉𝑥𝑏𝑥𝑡𝑥𝐸
Q= 𝑛𝑥𝑡
Dimana :
V = Kecepatan rata-rata (m/jam)
E = Efisiensi
b = Lebar efektif pemadatan (m)
t = Ketebalan AC-WC (m)
n = Jumlah lintasan
pada Tabel 3. Ilustrasi dari data pengelolaan Back Up administrasi pada Unit
Pelayanan Teknis Dinas II Sukabumi.
Tabel 4. Perincian Jumlah Hari Kerja Tiap Item Pekerjaaan Ruas
Jalan Sukabumi - Sagaranten
Alat yang di Kap. J Kemamp
gunakan Prod Sat ml uan / Lama Hari
Alat / ala hari Alat Pekerjaan
Jam t
Pekerjaan Galian Drainase
1 Excavator 67,75 M3/Jam 1 474,25 2
2 Dump Truck 6.96 M3/Jam 10 48.72 2
Pekerjaan Galian Tanah Biasa
1 Excavator 67,75 M3/Jam 1 474,25 127
2 Dump Truck 6.96 M3/Jam 10 48.72 123
Pekerjaan Galian Batu
1 Excavator 67,75 M3/Jam 1 474,25 7
2 Dump Truck 6.96 M3/Jam 10 48.72 7
Pekerjaan Timbunan Biasa
1 Wheel Loader 51.72 M3/Jam 1 362,04 84
2 Dump Truck 66,63 M3/Jam 8 46,61 87
3 Motor Grader 292,3 M3/Jam 1 2061,1 15
4 Vibratory Roller 186,75 M3/Jam 1 1307,25 23
5 Water Tanker 47,43 M3/Jam 1 332,01 91
46
Pekerjaan Timbunan Pilihan
1 Wheel Loader 51,72 M3/Jam 1 362,04 19
2 Dump Truck 6,63 M3/Jam 8 46,61 19
3 Motor Grader 240,11 M3/Jam 1 1680,77 4
4 Water Tanker 47,43 M3/Jam 1 332,01 21
Lapis Resap Ikat
1 Asp. Sprayer 1328,0 M3/Jam 1 9296,00 1
0
2 Compressor 320,00 M3/Jam 4 2240,00 1
3 Dump Truck 1328,0 M3/Jam 1 9296,00 1
0
Pekerjaan Penyiapan badan jalan
1 Motor Grader 134,46 M2/ Jam 1 941,22 35
2 Compactor 186,75 M2/ Jam 1 1307,25 25
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A
1 Wheel Loader 18,68 M3/Jam 1 170,76 6
2 Dump Truck 3,29 M3/Jam 6 23,03 6
3 Motor Grader 186,75 M3/Jam 1 1307,25 1
4 Tandem Roller 450 M3/Jam 1 3150 1
5 Water Tank 47,43 M3/Jam 1 332,01 2
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Sumber: Wisnu Sunjaya (Koordinator SPJJ 4 Sukabumi – Tegalbuleud)
47
Jumlah produk yang dihasilkan setiap hari nya tergantung dengan Penanganan
Pekerjaan di lapangan Pad ruas Jalan Sukabumi Sagaranten, namun dari hasil
pengamatan memalalui data yang ada di tabel. Saat ini belum ada aspek
pengunnaan tidak ada pemanfaatan dsiklaikarenakan belum ada Peraturan untuk
pemanfaatan alat yang untuk disewakan. Aset pada Compactor ini, berikut tabel
evaluasi pengoperasian Penanganan Pemeliharaan Jalan secara rutin. Pada tabel 4.
Evaluasi Pengoperasian Aset
Tabel 5. Evaluasi Pengoperasian Aset
No. Indikator Penerapan
1. Penggunaan
2. Pemanfaatan
3. SOP Pengoperasian
2. Pemeliharaan Korektif
3. SOP Pemeliharaan
IV.3 Rekomendasi
Pada hasil laporan Evaluasi dari Manajemen Personal Property yang
dimiliki oleh Unit Pelayanan Teknis Dinas Kami kelompok Satu merekomendasi
untuk pengelola aset perlu sebagai berikut:
48
1. Menyiapkan Standar Opersional Prosedur pemakaian untuk memudahkan
operator dalam pengoperasian;
2. Pelatihan untuk operator;
3. Operator memiliki serifikat keahlian;
4. Mengajukan ke Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang untuk dapat alat
diginakan untuk pemanfaat dengan cara Perda Penyewaan alat berat secara
terinci setiap alat yang dimiliki guna mendukung meningkatkan pendapatan
daerah atau dapat mengelolaan keuangannya untuk biaya pemeliharaan secara
rutin atau korektif.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap pengelolaan aset personalti alat berat
Compactor merek TEREX Unit Pelayanan Teknis Dinas II Sukabumi. Maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi eksisiting alat berat di Unit Pelayanan Teknis Dinas II Sukabumi
dimana penggunaan alat berat yaitu Compactor merk TEREX dimana
kondisi alat – alat tersebut dalam kondisi yang kurang baik, dengan biaya
perbaikan yang tinggi dan inventarisasi yang belum optimal seperti belum
dilakukan penempelan kode barang (ulang) di Alat berat Compactor TEREX
karena tidak jelas dikarenakan faktor luar seperti kepanasan dan kehujanan
akibatnya ada korosi di kode barang.
2. Evaluasi kondisi aset personalti alat berat di UPTD II Sukabumi sudah
mengimplementasikan sikus aset yaitu terdiri dari Perencanaan Aset,
Pengadaan Aset,Inventarisasi Aset, Aspek Legal Aset, Pengoperasian Aset,
dan Pemeliharaan Aset dengan baik, manum terdapat tiga siklus aset yang
belum dilakukan oleh pemilik Unit Pelayanan Teknis Dinas II Sukabumi yaitu
Penilaian Aset, Pembaruan Aset, dan Penghapusan Aset
3. Alternatif solusi berdasarkan hasil evaluasi aset personalty alat berat yaitu
Compactor di Dinas Bina Marga pada (UPTD) II Sukabumi yaitu dengan
dilakukan inventarisasi ulang berupa sensus alat berat dan pemasangan kode
barang dengan menggunakan stiker yang tahan dari cuaca.
50
IV.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan terhadap pengelolaan aset
personalti alat berat Compactor Terex di Unit Pelayanan Teknis Dinas II
Sukabumi, terdapat saran agar dapat meningkatkan pengelolaan aset alat berat
Compactor Terex di Unit Pelayanan Teknis Dinas II Sukabumi yakni :
1. Selalu melakukan pemeliharaan preventif ataupun korektif secara
terstruktur untuk menjaga dan meningkatkan kondisi aset personalti tetap
baik.
2. Melakukan penerapan siklus aset seperti penilaian aset dengan bantuan
melalui Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP), serta penghapusan aset
(apabila mesin sudah rusak dan tidak terpakai) dalam pengelolaan aset
Compactor Terex.
3. Menambah aspek – aspek penting terkait teknis pada siklus aset
pengoperasian aset seperti Standar Operasi Prosedur alat berat Compactor
Terex.
4. Penomeran ulang dilakukan dengan cara pakai stiker yang menempel kuat,
yang tahan panas dan hujan.
51
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, John D., Jardine, Andrew K. S, & McGlynn, Joel. 2011. Asset
Management Excellence. United State of America: CRC Press Taylor and
Francis Group.
52
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
53