Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

OBSERVASI SENI RUPA GAMBAR ANAK USIA 8 TAHUN


Dosen Pengampu : 1. Dr. Malpaleni Satriana, M.Pd
2. Ayu Aprilia Pangestu, S.Pd., M.Pd
Untuk Memenuhi Mata Kuliah : Kreativitas dan Bahasa Rupa Gambar AUD

Disusun Oleh :
PG PAUD A 2020

Ghina Rahmawati (2005126007)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi atau
pikiranya.
Dengan terselanggaranya laporan yang berjudul “Observasi Seni Rupa Gambar Anak
Usia 8 Tahun” ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr. Malpaleni Satriana, M.Pd dan Ibu Ayu Aprilia
Pangestu, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Kreativitas dan Bahasa Rupa Gambar
AUD.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penyusunan sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
penulisan makalah di masa yang akan datang.

Samarinda, 10 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
A. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI.............................................................................................................3
A. Bahasa Rupa..........................................................................................................................3
B. Seni Rupa Anak Usia Dini.....................................................................................................5
C. Pengertian Kreativitas............................................................................................................6
D. Teori Kreativitas....................................................................................................................8
E. Peran Guru dalam Mengembangan Kreativitas Anak Usia Dini..........................................10
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................13
A. Identitas Anak......................................................................................................................13
B. Rancangan Peran Pendamping.............................................................................................13
C. Teknik Cerita dan Langkah-langkah Observasi...................................................................13
D. Hasil Observasi....................................................................................................................14
E. Dokumentasi........................................................................................................................18
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................20
A. Kesimpulan..........................................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seni adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, tetapi hingga saat ini
eksistensi pendidikan seni kerap kali dipertanyakan, termajinalkan karena system, mitos
pengalaman persepsi, melihat, dan menghayati serta memahami seni disebut pembelajaran
apresiasi. Pembelajaran berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu:
keterampilan dan kreativitas. Di PAUD, kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada
pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan
anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam bersibuk diri
secara kreatif (Semiawan, 1990:10).
Pada landasan tersebut memberikan alasan bagaimana pendidikan seni yang harus
diperhatikan oleh guru PAUD sebagai metode pembelajaran. Guru perlu cermat dalam
memilih metode pembelajaran seni rupa yang mampu mengembangkan imajinasi, kreasi dan
ekplorasi anak. Berkaitan dengan hal ini, maka penting seorang guru PAUD untuk
menyiapkan perencanaan pembelajaran seni rupa anak.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bahasa rupa?
2. Apa yang dimaksud seni rupa anak usia dini?
3. Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
4. Apa saja teori kreativitas?
5. Bagaimana peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini?
6. Bagaimana hasil observasi seni rupa gambar pada anak usia 8 tahun?

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan yang dimaksud dengan Bahasa rupa.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan yang dimaksud seni rupa anak usia dini.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan yang dimaksud dengan kreativitas.

1
4. Mahasiswa dapat menyebutkan teori kreativitas.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak
usia dini.
6. Mahasiswa dapat menjelaskan hasil observasi seni rupa gambar pada anak usia 8
tahun.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Bahasa Rupa
Bahasa rupa (Pratama, 2021) yang berkembang dan dikenal oleh bangsa Indonesia
sekarang kebanyakan bukan bahasa rupa asli Indonesia, tetapi kebanyakan bahasa rupa
dari Barat, padahal bangsa Indonesia sejak zaman dahulu telah memiliki jenis bahasa rupa
yang khas dan tersendiri, yang telah dipergunakan dalam seni rupa tradisi, secara turun
temurun.
Secara garis besar jenis-jenis bahasa rupa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk,
zaman, dan sifat.
1. Berdasarkan Bentuk
Bentuk karya seni rupa ada dua macam, yaitu karya seni rupa dua dimensi (dwi
matra), dan karya seni rupa tiga dimensi (tri matra). Bahasa rupa pun sama yaitu ada
bahasa rupa dua dimensi (dwimatra), dan bahasa rupa tiga dimensi (tri matra). Dalam
rumpun bahasa rupa ini, yang paling kompleks adalah pada media rupa-rungu
dwimatra dinamis (moving audio visual media), misalnya film, tv, wayang kulit /
golek. Pada gradasi menurun yang berikutnya, bahsa rupa pada gambar media rupa
rungu dwimatra statis (still audio visual media), misalnya slide suara dan wayang
beber. Selanjutnya ada bahasa rupa pada gambar seri, misalnya komik dan relief
candi. Dan terakhir adalah bahasa rupa gambar tunggal, baik yang benar-benar
mandiri sebagai sebuah karya (lukisan, foto, sketsa dll) maupun sebagai bagian dari
gambar seri.
2. Berdasarkan Zaman
Bahasa rupa berdasarkan zaman, terbagi dua kelompok, yaitu bahasa rupa tradisi dan
bahasa rupa modern. Bahasa rupa tradisi adalah bahasa rupa yang digunakan dan
bersumber dari kelompok karya seni rupa tradisi (patung, relief, lukisan, gambar,
bangunan, kerajinan/kria), karya seni rupa gambar anak- anak, gambar manusia dan
patung, serta bangunan, kerajinan primitif, dan karya seni rupa pasejarah. Bahasa
rupa tradisional contohnya wayang batu, wayang lontar, wayang beber dan wayang
kulit. Wayang batu biasanya berupa relief yang terdapat pada bangunan candi. Relief

3
berbentuk dwimatra, bersifat statis, maka disebut jenis bahasa rupa dwimatra statis
tradisional. Bahasa rupa modern adalah bahasa rupa yang digunakan dan bersumber
dari karya seni rupa modern (lukisan, gambar, kerajinan /kria, bangunan, desain,
gambar poster, periklanan, film, sinetron, dan karya-karya seni rupa modern lainnya).
Jenis bahasa rupa ini biasanya berupa lukisan Barat, foto, slide, film layar lebar, tv,
vidio. Jenis tersebut berbentuk dwimatra dan berupa gambar yang tidak bergerak
(still picture), maka disebut bahasa rupa dwimatra statis modern. Film, tv, vidio,
mempunyai gambar yang bergerak (dinamis) maka disebut jenis bahasa rupa dinamis
modern.
3. Berdasarkan Sifat
Klasifikasi berdasarkan sifat terdiri dari bahasa rupa statis dan bahasa rupa dinamis.
Bahasa rupa statis adalah bahasa rupa yang bersumber dan digunakan dalam karya-
karya visual yang tidak bergerak, sedangkan dinamis adalah yang bersumber dan
digunakan dalam karya-karya visual yang bergerak. Bila suatu kejadian dalam ruang
penting untuk diceritakan, maka dibuat gambar ‘sinar x’, hingga isi ruangan itu
kelihatan dan bisa diceritakan. Bila tokoh yang sama digambar beberapa kali (cara
kembar), maksudnya tokoh ini bergerak dan berada di aneka tempat dan aneka
waktu. Bila pada sebuah gambar ada obyek yang terbolak-balik (cara ruang angkasa),
maka pesannya ada sesuatu yang berkeliling (orang prasejarah seperti pula anak
mampu ‘membaca’ gambar obyek yang terbalik tanpa kesulitan. Pada gambar
terkadang ada beberapa lapis latar. Tiap latar memiliki bagian suatu ruang serta
waktu yang berbeda, meskipun demikian semua cerita dalam satu latar dapat
tergolong dalam tema yang sama. Lapisan latar paling ‘bawah’ (berarti digambar
lebih dulu) terjadi lebih dulu, lapisan berikut kemudian dan seterusnya sampai ke
latar muka. Namun bagi manusia prasejarah waktu tidak harus dibaca ‘kronologis’,
bisa dengan flashback atau siklus. Tak penting mana yang dibaca duluan dan mana
yang belakangan, setelah semua dibaca, tertangkaplah maknanya (dream times).
Walaupun latar bisa berlapis-lapis, tapi semua obyek di suatu latar ‘digeser’ baik
seluruhnya maupun sebagian agar tampak dan bisa diceritakan. Masih banyak bahasa
rupa tradisi lainnya, kesemuanya itu disebut sebagai bahasa rupa tradisi sistem
menggambar RWD. Jadi memang sejak semula gambar pendahulu bukanlah

4
dimaksud sebagai suatu karya ‘seni’ tapi lebih sebagai bahasa rupa, suatu media
komunikasi untuk bercerita dan menyampaiakan pesan.

B. Seni Rupa Anak Usia Dini


Keterampilan seni rupa (Aboo, 2020) adalah menciptakan sesuatu bentuk baru dan
mengubah fungsi bentuk. Kegiatan ini sering dilakukan oleh anak-anak pada usia dini
karena sifat keingintahuan. Anak memperlakukan selembar kertas kosong sebagai teman
bicara, diajak berbicara terlebih dahulu kemudian baru menggambar. Gambar tersebut
kadang tidak berwujud figuratif, tetapi juga bisa berupa coretan garis. Menggambar
dikerjakan dengan berlari, berhenti sejenak kemudian bercerita dan dilanjutkan lagi dengan
menggoreskan benda tajam. Sembari mengambil alat permainan yang sudah ditata rapi dari
almari, alat tersebut disebar diletakkan di sembarang tempat, inilah kegiatan bermain.
Kegiatan anak berseni rupa seperti tersebut adalah sebagian dari contoh perilaku karya;
tetapi sebenarnya contoh kegiatan anak yang serupa dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Segala sesuatu yang dia ciptakan kadang tidak dapat dipisahkan apakah kegiatan
bermain atau berekspresi. Kegiatan ini menyatukan antara pikiran dan perasaan yang secara
kompleks bekerja secara simultan. Kadang kala, kegiatan tersebut tidak dapat digolongkan
ke dalam skema di atas secara pasti, karena kegiatan berpikir sebenarnya juga sebagai
kegiatan merasakan sesuatu dan sekaligus ingin usaha mengutarakan isi hatinya. Dari
serangkaian kegiatan di atas, sebagian karya anak akan terlihat bermacam macam: (1) karya
itu setiap saat tidak berkembang, permainan boneka dari kayu, maupun menggerakkan
benda berbentuk kubus sebagai mobil, atau menggambar gunung dan sungai. (2) anak selalu
berubah memainkan peran benda yang ada; sesekali benda kubus dibayangkan sebagai
mobil, di lain waktu benda tersebut dijadikan rumah, jika anak menggambar, maka
gambarnya pun mempunyai judul yang tidak tetap. (3) anak senantiasa mengubah dan
terkesan merusak benda yang ada dan tidak dikembalikan seperti bentuk semula.
Kegiatan yang dilakukan anak seperti menggambar dan membuat sesuatu yang lain
daripada yang lain dapat dikatakan seni, seperti menggambar objek yang selalu lain dari
yang lain. Demikian pula membuat bentuk baru sehingga terkesan kreatif, juga dapat
dikatakan seni. Karya seni anak dilakukan belum dengan kesadaran penuh menata garis,

5
warna dan bentuk. Karya seni anak mampu menampung angan-angan dan kemudian
mewujudkannya serta secara tetap (konstan) serta memberi judul beserta alasannya. Anak
melakukan kegiatan berkarya rupa seperti menyusun benda-benda di lingkungan sekitarnya,
atau mengubah fungsi benda menjadi permainan atau mencoret dan menggambar dinding
maupun lantai dapat digolongkan sebagai seni anak, karena anak ingin bermain, dan
berkomunikasi dengan pihak lain. Bentuk tersebut dapat mewakili ide dan gagasannya
secara konstan maka disebut pula sebagai kesenian anak. Ketika seorang anak tidak puas
dengan alat permainan yang sudah ada, anak ingin mencari sesuatu yang baru yang mampu
mengungkapkan ide dan rasa. Seperti anak laki-laki membongkar alat permainan dan
menyusun kembali. Kegiatan ini merupakan sifat keingintahuan anak dan mencari sesuatu
yang baru. Demikian pula anak perempuan ingin merawat bunga, membongkar baju boneka
dan mengganti dengan kain sarung. Jadi kesenian difungsikan oleh anak sebagai media
ungkapan perasaan, ide, gagasan dan pikiran anak. Karyanya sebagai alat bermain imajinasi,
mengutarakan ide dan juga sebagai media komunikasi. Karya seni rupa tersebut dimodifikasi
sehingga bentuk dan berfungsi beda. Karya-karya rupa secara alami mempunyai susunan,
cara penyusunan, bentuk/figur maupun warna dan garis yang khas sehubungan dengan
kekuatan otot tangannya. Contoh: kursi berkaki empat digambar seperti angka empat
terbalik; atau bunga digambar berupa tangkai yang berbunga dan pot yang berbentuk
trapesium terbalik. Kegiatan ini dilakukan guna memberikan simbol objek.

C. Pengertian Kreativitas
Torrance dalam (ASMAWATI, 2017) berpendapat bahwa pengertian kreativitas adalah
sebuah proses untuk peka terhadap masalah, kelemahan atau kekurangan, gap dalam
pengetahuan, elemen-elemen yang salah, ketidakharmonisan, mengidentifikasi kesulitan,
mencari solusi, membuat pertanyaanpertanyaan atau memformulasikan hipotesis tentang
kekurangan melalui tes dan retes yang dimodifikasi dan hasilnya dikomunikasikan
(Torrance, 1974: 8). Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dengan
rinci dan mengkomunikasikan hasilnya. Ausabel menjelaskan bahwa pengertian kreativitas
adalah kemampuan yang terdiri dari kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, dan
redefinisi (Ausabel ed Torrance, 1974: 9). Jadi kreativitas adalah kemampuan yang terdiri
dari dimensi kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi. Mayesky

6
berpendapat bahwa pengertian kreativitas adalah cara berpikir dan berbuat sesuatu sesuai
gayanya dan berbeda pada setiap orang Mary Mayesky, 1990:3). Jadi pengertian kreativitas
adalah cara berpikir dan berbuat seseorang yang berbeda dan sesuai dengan caranya sendiri.
Utami berpendapat pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi
baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada (SCU Munandar, 1992:47).
Jadi pengertian kreativitas adalah kombinasi baru sesuai data, informasi, dan unsur-unsur
yang ada. Hendrick menjelaskan pengertian kreativitas adalah proses mengungkapkan
pengalaman masa lalu dan menempatkan pengalaman bersama dalam pola baru, ide, atau
produk baru (Joanne Hendrick, 1996:172). Jadi pengertian kreativitas adalah proses
merepresentasi pengalaman masa lalu dengan cara memproduksi ide dan pola yang baru.
Csikszentmihalyi mendefinisikan pengertian kreativitas adalah beberapa tindakan, ide, atau
produk yang berubah dari domain lama ke domain yang baru (Mihaly Csikszentmihaly,
1996:28). Jadi orang kreatif adalah orang yang mampu berpikir atau bertindak berubah dari
satu domain ke dalam domain yang baru.
Jamaris berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan mental untuk menjelaskan
cara memecahkan masalah melalui empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pematangan
(inkubasi), tahap gagasan baru (iluminasi), dan tahap evaluasi (verifikasi) (Martini Jamaris,
2010:94). Tahap persiapan yaitu pengumpulan informasiinformasi yang berkaitan dengan
masalah yang sedang dipecahkan. Tahap pematangan (inkubasi) adalah usaha memahami
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dalam rangka pemecahan masalah.
Tahap gagasan baru (iluminasi) yaitu penemuan cara-cara yang perlu dilakukan untuk
memecahkan masalah. Tahap evaluasi (verifikasi) yaitu kegiatan yang berkaitan dengan
usaha untuk mengevaluasi apakah langkah-langkah yang akan digunakan dalam pemecahan
masalah dapat memberikan hasil yang sesuai.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas
adalah kemampuan yang terdiri dari empat karakteristik yaitu kelancaran, fleksibilitas,
orisinalitas, dan elaborasi. Kemampuan kreativitas tersebut dapat dilaksanakan dengan
empat tahap, yaitu tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Kesimpulan para ahli
tentang karakteristik empat dimensi kreativitas, yaitu karakteristik kelancaran adalah
kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide dengan kata-kata dan ekspresi yang relevan
dalam waktu yang singkat dan situasi yang sama dengan lancar. Karakteristik fleksibilitas

7
adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara agar masalah segera
selesai dengan cepat dan tepat. Karakteristik orisinalitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan karya yang asli hasil pemikirannya sendiri. Karakteristik elaborasi adalah
kemampuan untuk memperluas atau menyempurnakan ide menjadi sebuah objek yang
kompleks dan bermakna.
Aspek pembentukan kreativitas menurut beberapa ahli terdiri dari empat konsep, yaitu
pribadi, dorongan, proses, dan produk. Hal ini diuraikan sebagai berikut, Utami Munandar
berpendapat bahwa kreativitas dilihat dari empat aspek pembentukan kreativitas (Four P’s
of Creativity) (Utami Munandar, 1995: 15). Empat aspek pembentukan kreativitas tersebut
terdiri dari: (1) kondisi pribadi (person), (2) dorongan (press), (3) proses (process), dan (4)
produk (product). Hal ini diuraikan di bawah ini. Ciri-ciri kepribadian kreatif ada yang
bersifat positif dan negatif menurut beberapa ahli. Guru perlu membimbing dan
menyeimbangkan perkembangan kepribadian anak. Hal ini bertujuan agar anak usia dini
dapat berkembang secara seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya.
Pendapat ahli disimpulkan bahwa seseorang hidup karena adanya dorongan (drive).
Dorongan dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Dorongan intrinsik adalah dorongan dari
dalam diri sendiri. Jika anak ingin menjalin hubunganhubungan dengan orang lain maka
diperlukan dorongan-dorongan intrinsik yang sesuai dengan kondisi sehingga dapat tercapai
tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jika anak ingin menjalin hubunganhubungan
maka diperlukan dorongan-dorongan internal sesuai dengan kondisi yang tepat untuk
merealisasikannya. Kondisi eksternal yang hendaknya diciptakan oleh guru adalah: (1)
menerima setiap anak dengan kekurangan dan kelebihan potensi-potensi yang dimiliki oleh
anak, (2) menciptakan program kegiatan dan kelas yang mencerminkan kenyamanan dan
keharmonisan, (3) memberikan pengertian secara empati yaitu memahami dan menghayati
antar anak. Jadi keamanan, program kegiatan, kebebasan, dan empati dapat mendorong
peningkatan kreativitas anak secara alamiah (Torrance, 1972:368, Barbara Day, 1998:166,
Csikszentmihalyi, 1996:107-126).

D. Teori Kreativitas
Mackler dan Shontz (Semiawan, 1998) dalam (Panjaitan & Surya, 2017) mengemukakan
bahwa dalam studi kreativitas ada 6 (enam) teori pokok kreativitas, yaitu:

8
1. Teori Psikoanalisis. Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Freud dengan konsep
sublimasi sebagai titik tolaknya. Kemampuan sublimasi merupakan kemampuan
merubah tujuan seksual asli menjadi tujuan lain. Perbedaan individu dapat terjadi
karena kekuatan instink seksual dan kemampuan sublimasi tersebut. Menurut Freud
dalam upaya mengadaptasi kesukaran hidup terdapat tiga alat/cara yang dapat
ditempuh yaitu : (1) peralihan minat yang sangat kuat, (2) gratifikasi sunstantif, dan
(3) substansi yang memabukkan. Kreativitas dalam hal ini dipandang sebagai
pengganti yaitu alat yang dapat melepaskan diri dari kesukaran sehingga dapat
mencapai berbagai tingkat kepuasaan dalam waktu yang terbatas.
2. Teori Assosiasionistik. Teori assosiasionistik berkenaan dengan kreativitas yang
dipelopori oleh Ribot yang merupakan pelopor assosiasionist. Assosiasionist
menunjukkan pada pertautan dalam proses mental sehingga suatu proses cenderung
menimbulkan proses mental lainnya. Menurut teori assosiasionistik, dalam proses
berfikir kreatif, berfikir analogis memainkan peranan penting.
3. Teori Gestalt. Teori gestalt memfokuskan perhatiannya terhadap proses terjadinya
persepsi dan pengertian pada manusia. Teori ini mengemukakan bahwa pengalaman
manusia berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Manusia mengamati
stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian-bagian yang
terpisah.
4. Teori Eksistensial. Teori eksistensial menjelaskan bahwa pribadi kreatif dalam
momen-momen kreatifnya. Teori eksistensial tidak mencoba mengurangi
keseluruhan menjadi segmensegmen dan menjelaskan proses secara keseluruhan.
Jika teori Gestalt memberikan konsep kekuatan medan, struktur, gestalt dan vektor-
vektor, maka teori eksistensial hanya memberikan konsep encounter (pertemuan).
5. Teori Interpersonal. Teori interpersonal memandang kreativitas menekankan pada
creator sebagai innovator dan orang lain yang mengenal dan mengakui kreasinya.
Dengan kata lain teori ini memandang penting arti nilai dalam karya kreatif, karena
nilai mengimplikasikan pengakuan dan kontrol sosial.
6. Teori Trait. Karakteristik pada individu yang dapat diteliti melalui suatu pendekatan
yang menekankan pada perbedaan individual. Guilford menjelaskan bahwa trait
utama pada manusia berkaitan dengan kreativitas. Trait tersebut mencakup antara

9
lain: sensitivitas terhadap masalah, kelancaran berfikir, keluwesan berfikir,
orisanalitas berfikir, redefinisi dan elaborasi.

E. Peran Guru dalam Mengembangan Kreativitas Anak Usia Dini


Guru (Sartika & Erni Munastiwi, 2019) merupakan pelaksana dalam berbagai kegiatan di
sekolah, terutama dalam lembaga pendidikan anak usia dini. Guru sebagai pendidik harus
mampu menjadi tauladan yang baik bagi anak didiknya. Peran guru disini sangat
berpengaruh dalam keberhasilan sebuah lembaga. Adapun peran-peran tersebut berikut:
1. Guru sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi anak didik
dan lingkungan sekitar pada umunya (Hamja B. Uno & Nina, 2016, p.3). Oleh karena
itu, untuk menjadi guru PAUD harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu
yang mencakup pengembangan kreativitas, tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin.
2. Guru sebagai Motivator
Motivator merupakan dorongan untuk melakukan aktivitas tertentu. Dalam
pendidikan motivasi berarti dorongan serta dukungan untuk melakukan aktivitas
belajar. Dengan demikian motivasi ini mengarah kepada pendidikan bahwa dalam
setiap keputusan menggunakan metode pendidikan yang melibatkan motivasi anak
didiknya agar aktif dalam belajar (Ahmad Izzan & Saehudin, 2012, p.149). Proses
pembelajaran akan berhasil mana kala anak didik mempunyai motivasi dalam
belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar kepada anak didik.
Untuk memperoleh belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan
semangat belajar anak didik, sehingga terbentuk perilaku belajar yang efektif.
3. Guru sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagia peserta didik, bahkan bagi orang tua. Untuk itu,
sangat dibutuhkan seorang guru yang bertindak sebagai penasehat yang siap
membantu anak didik yang mengalami kesulitan (E. Mulyasa, 2007, p.43). Dalam
proses pembelajaran guru bertindak sebagai penasehat yaitu memberikan nasehat dan
motivasi serta bimbingan kepada anak didik. Dengan demikian, peran tersebut dapat
membentuk kepribadian dalam berpikir posotif oleh anak didik.

10
4. Guru sebagai Teladan
Keteladanan memiliki peran yang sangat signifikan dalam upaya mencapai
keberhasilan di lembaga pendidikan. Oleh karena itu keteladanan ini berupa contoh
yang baik kepada anak didik, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan (Syahidin,
2009, p.150). Begitupun keteladanan yang dilakukan oleh guru yaitu selalu
memberikan contoh kegiatan yang menumbuhkan kreativitas anak didik seperti
membuat mobil lalu anak mencontohkan sesuai imajinasi dari masing-masing anak
didik.
5. Guru sebagai Pengajar
Kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Sebagai
pengajar guru lebih ditekankan pada aspek penyampaian ilmu baru bagi anak didik.
Peran ini tidak dipahami secara kaku bahwa menyampaikan ilmu harus
menggunakan metode ceramah. Akan tetapi, guru memiliki tanggung jawab untuk
merancang pembelajaran, pelaksana dan penilaian hasil kegiatan anak didik (E.
Mulyasa, 2007, p.38). Sama halnya dengan menggali kreativiias. Anak didik
tercermin dari kegigihan guru dalam mengajar untuk menemukan makna dari
kegiatan tersebut. Peran ini menunjukan bahwa mereka sangat menekankan kepada
anak didik terhadap kegiatan yang mereka lakukan. Dampak dari model
pembelajaran semacam ini menjadikan anak didik memahami secara mendalam baik
itu konsep maupun pelaksanaannya.
6. Guru sebagai Pembimbing
Guru pmbimbing di ibartkan sebagai pembimbing perjalanan dengan pengetahuan
dan pengalamannya. Istilah perjalanan tersebut tidak hanya menyangkut perjalanan
fisik tetapi juga menyangkut perjalanan mental, emosional, kreativitas, moral dan
spiiritial yang lebih dalam (Novan Ardy Wiyani, 2016, p.180). Dalam proses
pembelajaran sebagai pembimbing sangat dibutuhkan oleh anak didik dalam
mengoptimalkan dan mengarahkan tahap perkembangannya anak didik baik itu
perkembangan emosional, kognitif, kreativitas, moral, maupun spiritual.
7. Guru sebagai Pelatih

11
Guru sebagai pelatih diarahkan agar mampu memberikan pembelajaran dalam aspek
kreativitas, kognitif maupun motorik. Pelatihan yang dilakukan untuk
memperhatikan kompetensi dasar, materi dan memperhatikan perbedaan anak didik
serta lingkungannya (E. Mulyasa, 2007, pp.42-43). Pelatihan yang dilakukan oleh
guru tercermin dari setiap tindakan yang dilakukannya. Hal ini, dengan menekankan
kepada anak didik untuk berkreativitas dalam proses belajar mengajar. Selain itu,
guru berusaha keras untuk melatih anak didik untuk mencoba sesuai dengan
imajinasinya.
8. Guru sebagai Pengevaluasi
Penilaian atau evaluasi merupakan aspek perkembangan yang paling kompleks
karena melibatkan banyak latar belakang. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian.
Karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas belajar untuk menentukan
tingkat pencapaian tujuan pembelajaran anak (Hamjah B. Uno, 2016, p.5).
Kemampuan mengevaluasi sangat dibuthkan karena tidak ada pembelajran tanpa
evaluasi sebagai alat penentu tercapai pembelajaran. Sebagai mengevaluasi dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan bukti kongkrit bahwa proses evaluasi yang
dilakukan sejalan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh anak didik. Oleh karena
itu, evaluasi yang dilakukan oleh guru merupakan upaya untuk meperbaikan kualitas
anak didik, baik dalam proses maupun hasilnya

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Identitas Anak
Nama Anak : Muhammad Arkam
Umur Anak : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 3 Maret 2014
Alamat : Jl. M. Said Gg. Haji
Agama : Islam

B. Rancangan Peran Pendamping


Sebelum melakukan observasi pada anak, adapun rancangan peran pendamping yang
disiapkan yaitu:
- Mempersiapkan tema dan judul yang akan dibuat cerita
- Membuat cerita berdasarkan pengalaman sehari-hari terkait judul yang telah dibuat
serta membangun sosialisasi bersama anak dengan memberikan beberapa pertanyaan
terkait topik yang akan dibahas
- Menceritakan cerita yang telah dibuat dan memberikan anak tugas menggambar
terkait judul tersebut dengan membebaskan anak untuk menggambar sesuai
imajinasinya
- Anak akan mempresentasikan hasil karyanya dengan bercerita tentang gambar yang
mereka gambar

C. Teknik Cerita dan Langkah-langkah Observasi


1. Teknik Cerita
Teknik cerita yang digunakan adalah bercerita langsung melalui catatan sendiri dan
anak akan bercerita melalui gambar. Adapun topik yang dibahas yaitu:
Pertemuan 1: Buah yang Dimakan Ulat
Pertemuan 2: Tempat Cita-citaku
Pertemuan 3: Pemandangan yang Ingin atau Pernah Dilihat

13
Pertemuan 4: Ciri-ciri Rumahku
Pertemuan 5: Tempat Ibadahku

2. Langkah Observasi
- Alat :
a. Pulpen atau pensil
b. Krayon

- Bahan :
a. Kertas HVS

- Langkah-langkah Observasi:
a. Menanyakan pendapat anak terkait topik yang akan dibahas
b. Menceritakan cerita yang telah dibuat selama 5 pertemuan
c. Anak menggambar sesuai dengan judul yang telah ditentukan
d. Anak mempresentasikan hasil karya dengan bercerita tentang gambar yang
mereka gambar

D. Hasil Observasi
Pertemua Perkembangan
Cerita Dokumentasi
n Ke- Bahasa Rupa
1 Buah yang Pada topik ini, anak
Dimakan Ulat mengembangkan
seni rupa sinar x
Saya menyukai dengan menggambar
buah. Ada berbagai isi buah apel yang di
macam buah yang dalamnya ada seekor
pernah saya makan. ulat.
Ada buah mangga,
semangka, pisang, Anak bercerita ia
jeruk, dan apel. sering makan

14
Buah apel berbagai jenis buah.
merupakan buah Ia juga pernah
yang sering saya menemukan buah
temui ketika busuk yang di makan
berkunjung ke ulat.
rumah orang. Di
rumah, saya
mempunyai buah
apel. Namun buah
tersebut busuk dan
sudah berulat.
2 Tempat Cita- Pada topik ini, anak
citaku mengembangkan
seni rupa
Saya mempunyai berkelilingnya. Anak
cita-cita sebagai menggambar
guru tk karena ingin Lapangan Sepak
belajar bersama Bola dari atas
anak-anak dengan sehingga terlihat
bermain. Tempat keadaan
saya bekerja di sekelilingnya.
sekolah TK. Di TK,
terdapat berbagai Anak bercerita
macam permainan bahwa ia ingin
seperti bermain menjadi pemain
pasir, bermain sepak bola seperti
masak-masakan, Cristiano Ronaldo. Ia
bercerita, ingin keliling
bernyanyi, dan lain Indonesia dengan
sebagainya. bermain bola.
3 Pemandangan Pada topik ini, anak

15
yang Ingin atau mengembangkan
Pernah Dilihat seni rupa
memperbesar. Anak
Saya suka sekali menggambar gunung
melihat dan mobil karena ia
pemandangan di ingin mengunjungi
pantai. Tempat gunung tersebut
yang ingin saya dengan mobil.
kunjungi adalah
pantai. Di pantai Anak bercerita
ada pohon kelapa, bahwa gunung
matahari tersebut merupakan
tenggelam, kapal, gunung berapi
papan seluncur, dan bernama gunung
piknik. bromo. Ia ingin ke
gunung bromo
dengan
menggunakan mobil
bersama
keluarganya.
4 Ciri-ciri Rumahku Pada topik ini, anak
mengembangkan
Setiap saya keluar seni rupa aneka
rumah, saya melihat tampak. Anak
berbagai macam menggambar rumah,
tumbuhan seperti kolam renang,
pohon jeruk, sawah, dan alien
mangga, jambu, karena ia menyukai
dan berbagai bunga hal berbau fantasi.
serta pemandangan
sawah. Anak bercerita

16
bahwa rumah
tersebut merupakan
rumah alien bermata
satu, rumah tersebut
mempunyai kolam
renang, taman,
sawah, dan jalanan di
samping jendela.
Sehingga ketika
aliennya ke luar
rumah harus lewat
jendela. Alien
tersebut juga sedang
berulangtahun lalu ia
menuliskan “heppi”
yang berarti Happy
Birthday.
5 Tempat Ibadahku Pada topik ini, anak
mengembangkan
Saat ini memasuki seni rupa
bulan suci berkelilingnya. Anak
Ramadhan. Orang- menggambar Ka’bah
orang berlomba- dari atas sehingga
lomba untuk terlihat keadaan
mencari pahala sekelilingnya. Selain
dengan berpuasa, itu, anak juga
shalat terawih, dan mengembangkan
bersedekah. Di gambar diperbesar
bulan ini, kita dengan menggambar
menahan lapar, bangunan masjid
haus, nafsu, tidak yang lebih besar

17
boleh berbohong, dibandingkan
tidak boleh marah- sekelilingnya.
marah, tidak boleh
membenci, dan Anak bercerita
saling membantu bahwa gambar
sesama. Setelah tersebut merupakan
sebulan berpuasa, Ka’bah. Ka’bah
kita merayakan hari tersebut mempunyai
raya Idul Fitri pagar dan sedang
dengan shalat Eid tutup sehingga tidak
di Masjid setelah ada orang. Selain itu,
itu bersilaturahmi anak juga bercerita,
dengan saudara itu merupakan
kita. masjid di dekat
rumahnya yang
berada di pinggir
jalan. Masjid tersebut
berwarna-warna agar
keren.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, seni rupa gambar dapat meningkatkan
kreativitas anak. Pada pertemuan pertama, anak belum berani untuk berkreasi sesuai
imajinasinya dan perlu distimulasi dengan memberikan beberapa pertanyaan dan arahan
untuk menggamabr sesuai topik yang dibahas. Namun pada pertemuan ke dua hingga ke
lima, anak sudah berani untuk mencoba berimajinasi tentang isi pikirannya dan dituangkan
dengan seni rupa gambar lalu mempresentasikan hasil karyanya.

18
B. Saran
. Hal yang harus diperhatikan saat memulai observasi ialah membuat anak tenang dan
nyaman dalam kegiatan bermain. Jika anak merasa tertekan dan dipaksa, anak akan bosan
dan tidak ingin melakukan aktivitas tersebut. Selain itu, menstimulasi anak dengan
pertanyaan yang ia alami juga dapat mengembangkan imajinasi anak dan menumbuhkan
sosialisasi pada anak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aboo, N. (2020). Pembelajaran seni rupa Anak usia dini di KB Al- Azkia Purwokerto Utara.
Education, 2(2). http://repository.iainpurwokerto.ac.id/7318/1/NUR-INEE
ABOO_PEMBELAJARAN SENI RUPA ANAK USIA DINI DI KB AL.pdf
ASMAWATI, L. (2017). Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran
Terpadu Berbasis Kecerdasan Jamak. JPUD - Jurnal Pendidikan Usia Dini, 11(1), 145–
164. https://doi.org/10.21009/jpud.111.10
Panjaitan, A. H., & Surya, E. (2017). Creative Thinking ( Berpikir Kreatif ) Dalam
Pembelajaran. December, 5–8.
Pratama, I. G. Y. (2021). Kajian Bahasa Rupa Budaya Mesatua Bali Dalam Cerita Bergambar.
Jurnal Bahasa Rupa, 5(1), 112–121. https://doi.org/10.31598/bahasarupa.v5i1.775
Sartika, & Erni Munastiwi. (2019). Peran Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia
Dini Di TK Islam Terpadu Salsabila Al-Muthi’in Yogyakarta. Golden Age: Jurnal Ilmiah
Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 4(2), 35–50. https://doi.org/10.14421/jga.2019.42-04

20

Anda mungkin juga menyukai