Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Konsep, Sifat dan Karakteristik Pendidikan Seni di SD

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Seni Tari dan Drama”

Dosen pengampu : Dwi Junian Lestari, S.Sn,. M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 1

Sofa Marwati (2227200003)

Muhamad Afrizal (2227200012)

Fikri Irmansyah (2227200014)

Restiyana Rahmawati (2227200016)

Sintia Eka Putri (2227200029)

Destiyani Safitri (2227200030)

Shifa Shofia Rangkuti (2227200036)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, kami mengucapkan rasa syukur atas kehadirat Allah. SWT, karena atas
limpahan rahmat dan nikmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep, Sifat dan Karakteristik Pendidikan Seni di SD” sesuai dengan yang kami
harapkan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Seni Tari dan
Drama”. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, agar kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Serang, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2
A. Konsep Pendidikan Seni di SD ................................................................................................. 2
B. Sifat Pendidikan Seni di SD ...................................................................................................... 3
C. Karakteristik Pendidikan Seni di SD ......................................................................................... 5
a. Karakteristik Tari Anak Kelas Rendah .................................................................................. 5
b. Karakteristik Tari Anak Kelas Tinggi ................................................................................... 6
c. Kemampuan Gerak Anak dalam Tari ..................................................................................... 8
d. Kemampuan Motorik Anak dalam Tari.................................................................................. 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seberapa pentingkah seni sebagai mode ekspresi bagi anak-anak? Anak-anak, terutama
anak-anak yang sangat muda, tidak dapat mengekspresikan diri mereka dengan lancar
baik melalui ucapan maupun tulisan — dua mode komunikasi yang digunakan orang
dewasa hampir secara eksklusif. Sebaliknya, anak-anak mengekspresikan diri mereka
melalui gerakan, suara, dan seni.

Anak-anak pada masa pertumbuhan, merasa tertarik dengan musik dan mereka
meresponnya dengan spontan merupakan bentuk emosional dengan gerakan alami
(Trenhub, 2003). Tarian berdasarkan gerakan alami lebih cocok untuk anak-anak masa
pra sekolah dibandingkan dengan gerakan yang dibuat ecara khusus. Stinson (1988)
menyatakan bahwagerakan alami dapat berubah menjadi ebuah tarian. Gerrakan yang
sederhana dapat menjadi sebuah tarian ketika anak begitu mengetahui serta sadar dengan
itu bahwa gerakan ternyata dapat memunculkan perhatian, ide, dan perasaan
(Galani,2010)

Selama masa pra-sekolah, anak-anak belajar begitu cepat dan berkomunikasi melalui
gerakan (Cleland,1994; Gruber,1986) Rudolf Laban memberikan kontribusi tegas untuk
pengembangan tarian kreatif dan dialah yang mendirikan elemen dasar analisis struktural
gerak dalam kaitannya dengan kekuatan, ruang, waktu, berat dan hubungan dengan orang
lain (Davies, 2006).

Bermain komunikasi non verbal melalui gerakan-gerakan tubuh merupakan suatu hal
yang penting untuk proses pengembangan gerakan dan peningkatan hubungan
komunikasi antara anak-anak (Pavlidou, 2001).

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep pendidikan seni di sd?


b. Bagaimana sifat pendidikan seni di sd?
c. Bagaimana karakteristik pendidikan seni di sd?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep pendidikan seni di sd
b. Untuk mengetahui bagaimana sifat pendidikan seni di sd
c. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik pendidikan seni di SD

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Seni di SD

Seni merupakan media ekspresi kreatif dan aspiratif. Seni dapat diwujudkan melalui
garis, warna, bidang, dan tekstur untuk seni rupa titik gerak dan peran untuk seni tari drama.
Serta bunyi untuk seni musik dalam tata susunan yang artistik dan estetik. Dalam dunia
pendidikan seni berperan untuk dan menumbuhkan daya apresiasi seni, kreativitas, kognisi,
serta melibatkan indrawi sebagai suatu bentuk keterlibatan emosi sehingga mampu
memelihara keseimbangan mental peserta didik titik bagi peserta didik yang memiliki bakat
dan kemampuan bidang seni, pendidikan seni dapat juga berperan sebagai pembentuk dan
pengembang keterampilan vokasional. Dengan demikian pendidikan seni merupakan konsep
yang sangat cocok untuk diterapkan di Sekolah Dasar karena pendidikan seni mampu
mengembangkan dan membentuk kepribadian manusia atau peserta didik seutuhnya dengan
menyeimbangkan antara batin, jasmani maupun pribadi, berbudi pekerti luhur yang sesuai
dengan konteks sosial budaya Indonesia.

Pelaksanaan pendidikan seni di SD sering dikenal dengan kerajinan tangan dan kesenian
titik kesenian merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan seni sedangkan menurut
pengertian awam seni adalah keindahan yang diciptakan oleh manusia. Ki Hajar Dewantara
memberi batasan yang lebih luas tentang seni yaitu seni sebagai perbuatan manusia yang
timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakan jiwa perasaan
manusia titik dalam pelaksanaannya pendidikan kesenian ini dapat dipadukan dengan pokok
bahasan yang lain yang tercakup di dalamnya maupun dengan bidang studi lain titik Dengan
demikian pelaksanaan pendidikan seni tersebut memiliki konsep yang mudah karena dekat
kaitanya dengan kehidupan sehari-hari bahkan melalui seni peserta didik Pada tingkat
Sekolah Dasar dapat dikembangkan secara menyeluruh.

Seni tari dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Sekolah Dasar, mempunyai
dampak yang positif, bukan saja bagi upaya pelestarian seni tari, akan tetapi juga untuk
kepentingan pendidikan itu sendiri. Sesuatu obyek yang sangat menarik perhatian siswa, akan
sangat mempengaruhi pembentukan pola pikir siswa setelah menjadi manusia dewasa. Begitu
pula penanaman nilai-nilai atau budi pekerti melalui berbagai cara (termasuk melalui seni
tari), paling efektif apabila dimulai sejak dini, remaja sampai dewasa (Sujamto, 1992: 98-98).
Melalui proses pendidikan, setiap individu dalam masyarakat akan mengenal, menyerap,
mewarisi, dan memasukkan dalam dirinya segala unsur-unsur kebudayaannya, yaitu berupa
nilai-nilai, kepercayaan,pengetahuan atau teknologi, yang diperlukan untuk menghadapi
lingkungan. Melalui pendidikan pula, setiap individu diharapkan dapat mempelajari pranata-
pranata sosial, simbol-simbol budayanya, serta dapat menjadikan nilai-nilai dari apa yang
dipelajarinya itu sebagai pedoman bertingkah laku yang bermakna bagi individu yang
bersangkutan dalam kehidupan sosialnya (Rohidi, 1994: 11).

2
Pendidikan seni bertujuan: (1) memperoleh pengalaman seni berupa pengalaman apresiasi
seni dan pengalaman ekspresi seni, (2) memperoleh pengetahuan seni, misalnya teori seni,
sejarah seni, kritik seni dan lain-lain (Rusyana 2000: 7). Pendidikan seni tari juga
menanamkan pengaruh yang bermanfaat dari kegiatan menari kreatif terhadap pembentukan
kepribadian siswa, bukan untuk menciptakan tarian-tarian untuk pertunjukan (Depdikbud,
1999: 180). Sementara itu, Kraus (1969: 271-274) mengatakan bahwa ada enam pokok tujuan
tari dalam pendidikan yang bisa dikenali, yaitu: 1) sebagai pendidikan gerak, 2)
meningkatkan kreativitas individu, 3) sebagai pengalaman estetis, 4) sebagai media
penggabungan antar seni dan budaya serta pengalaman, 5) sebagai media sosialisasi, dan 6)
media penanaman nilai- nilai budaya.

Tujuan yang paling utama dari pendidikan tari adalah membantu siswa melalui tari untuk
menemukan hubungan antara tubuhnya dengan seluruh eksistensinya sebagai manusia.
Dengan demikian pendidikan seni tari berfungsi sebagai alternatif pengembangan jiwa siswa
menuju kedewasaannya. Melalui penekanan kreativitas, siswa diberi kesempatan yang seluas-
luasnya di dalam proses pengungkapan gerak tarinya, sehingga hasil akhir bukanlah
merupakan tujuan utama. Yang penting melalui kegiatan kreatif dan ekspresif, mereka
mendapat latihan atau pengalaman untuk mengembangkan cara merasa, cara berfikir dan cara
memahami serta keterampilan dalam melihat dan menyelesaikan persoalan tentang diri atau
lingkungannya.

Pengalaman apresiasi dengan pengalaman ekspresi saling berhubungan dan tidak dapat
dipisahkan. Begitu pula pengalaman seni dengan pengetahuan seni. Pengalaman seni
merupakan dasar untuk memahami pengetahuan seni, sebaliknya, pengetahuan seni dapat
menjelaskan pengalaman seni seseorang. Karena itu baik pengalaman seni, yaitu
mengapresiasi seni dan berekspresi seni, maupun pengetahuan seni, merupakan tujuan
pendidikan seni, yang tidak dapat diabaikan. Dengan demikian, pendidikan seni memiliki
fungsi ganda, yaitu dalam pengertian pendidikan estetik (apresiasi), pendidikan seni berfungsi
sebagai media pelestarian dan pewarisan nilai-nilai tradisi budaya dan dalam pengertian
pendidikan kreatif, pendidikan seni berfungsi sebagai media mengembangkan kreativitas
budaya (inovatif).

B. Sifat Pendidikan Seni di SD

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia dalam arti sinonim dari ilmu
(pengetahuan) yang dimiliki manusia. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi
dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia
yang mengandung unsur keindahan. Keindahan tersebut tumbuh karena kesadaran pada diri
seseorang. Filsuf mengatakan keindahan tumbuh karena rasa kekaguman. Psikolog
mengatakan keindahan mucul karena keinginan untuk memiliki. Sedangkan di lain pihak
paham rasionalisme mengatakan keindahan timbul karena kekuatan pikir dan daya khayal
manusia.

Keindahan menjadi bagian penting di dalam kehidupan manusia. Keindahan juga bersifat
relatif sesuai dengan tingkat pendidikan, tingkat kecerdasan dan tingkat budaya seseorang

3
maupun bangsa. Dalam sejarah budaya manusia kebutuhan yang hanya bersifat jasmaniah
saja tidaklah cukup. Manusia menuntut bahwa sesuatu itu tidak hanya sekedar benar atau
salah, tepat atau tidak tepat, banyak atau sedikit akan tetapi juga ada kebutuhan indah dan
tidak indah.

Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Dengan demikian dalam
implementasinya kaitan seni dan manusia masing-masing dari mereka (manusia/individu)
memilih sendiri peraturan dan parameter sebagai proses memperlancar ekspresi dan
kreativitas dari manusia itu sendiri sehingga bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan
produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium tersebut.

Seni Tari Menurut Prof. Dr. R.M. Soedarsono, Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang
ritmis dan indah. Menurut Tetty Rachmi, Tari adalah jenis kesenian yang terkait langsung
dengan gerakan tubuh manusia, tubuh adalah alatnya dan gerak tubuh sebagai medianya. Dari
beberapa pengertian tari di atas bahwa seni tari merupakan gerakan yang dilakukan oleh
manusia melalui gerak-gerak yang ritmis dan indah.

Dalam pendidikan seni di tingkat SD, seni memiliki keterkaitan yang sama. Sehubungan
dengan hal tersebut, untuk mempermudah pelaksanaan pendidikan, kita harus memahami
sifat-sifat dasar seni itu sendiri. Berdasarkan telaah terhadap teori-teori seni disimpulkan
bahwa seni memiliki sekurang-kurangnya lima ciri yang merupakan sifat dasar seni (Gie,
1976:41-46). Sifat dasar seni tersebuat adalah sebagai berikut:

1. Kreatif
Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu yang ada menjadi baru
dan orisinil. Contoh: seseorang mampu menciptakan gerakan yang indah.
2. Idividual
Sifat individual dalam seni diartikan sebagai karya seni yang memiliki ciri
perseorangan dari penciptanya. Seni tari sendiri memiliki sifat individual, dimana
setiap daerah memiliki tarian dengan ciri khasnya masing-masing.
3. Perasaan
Dalam membuat karya seni selalu melibatkan emosi dan jiwa. Selain pencipta,
penikmat juga menggunakan kepekaan perasaan untuk dapat menikmati sebuah karya,
bahkan kepekaan perasaan yang paling dalam. Dimana dalam penampilan seni tari
sendiri ditampilkan dengan penuh perasaan.
4. Abadi atau keabadian
Seni tari sendiri akan terus ada karena dilestarikan oleh generasi-generasi selanjutnya.
5. Universal
Seni tidak mengenal batasan waktu, bangsa, bahasa, dan lain-lain. Sebagai contoh
seperti seni tari yang masih lestari sampai saat ini, dan sudah ditampilkan ke berbagai
manca negara serta seni tari sendiri dapat dinikmati oleh kalangan manapun.

4
Selain itu, Depdiknas (2007:2) memapakarkan secara konseptual pendidikan seni
bersifat:

a. Multilingual, yakni pengembangan kemampuan peserta didik mengekspresikan diri


secara kreatif dengan berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan bahasa rupa,
bahasa kata, bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran, dan kemungkinan berbagai
perpaduan di antaranya. Kemampuan mengekspresikan diri memerlukan pemahaman
tentang konsep seni, teori ekspresi seni, proses kreasi seni, teknik artisitik, dan nilai
kreativitas.
b. Multidimensional, yakni pengembangan beragam kompetensi peserta didik tentang
konsep seni,termasuk pengetahuan,pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan
kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsure estetika, logika, dan etika.
c. Multikultural, yakni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan peserta
didik mengapresiasi beragam budaya nusantara danmancanegara. Hal ini merupakan
wujud pembentukan sikap demokratis yangmemungkinkan peserta didik hidup secara
beradab dan toleran terhadap perbedaan nilai dalam kehidupan masyarakat yang
pluralistik. Sikap ini diperlukan untuk membentuk kesadaran peserta didik akan
beragamnya nilai budaya yang hidup ditengah masyarakat.
d. Multi kecerdasan, yakni peran seni membentuk pribadi yang harmonis sesuai dengan
perkembangan psikologis peserta didik,termasuk kecerdasan intrapersonal,
interpersonal, visual.

C. Karakteristik Pendidikan Seni di SD

Karakteristik tari anak sekolah dasar merupakan ciri-ciri khusus. Tari untuk anak sekolah
dasar disesuaikan dengan kemampuan dasar dan kebutuhan anak usia sekolah dasar dari sisi
intelektual, emosional, sosial, fisikal, perseptual, estetik dan kreatif. Pengetahuan tentang
karakteristik tari anak sekolah dasar diperlukan guru, karena dengan memahami karakteristik
tari, guru dapat memberikan tugas sesuai karakteristik tari anak sekolah dasar.

Menurut Purwatiningsih dan Harini (2002: 77) karakteristik tari anak umumnya dapat kita
bedakan menjadi dua yaitu :

a. Karakteristik Tari Anak Kelas Rendah


Untuk dapat memberi tari yang sesuai dengan karakteristik anak kelas rendah, ada
beberapa hal yang harus di ketahui oleh calon guru SD antara lain :
1. Tema
Pada umumnya anak-anak SD kelas rendah selalu menyenangi apa yang pernah
dilihatnya. Dari apa yang pernah dilihatnya secara tidak disadari atau tidak dengan
spontan menirukan gerak sesuai dengan apa uang pernah dilihatnya. Dari apa yang
pernah dilihat dan diamati, dapat dijadikan suatu tema. Pada umumnya tema-tema
yang disenangi oleh anak-anak kelas rendah antara lain tingkah laku binatang
seperti kucing, anjing, burung dan lain-lain, serta tingkah laku manusia seperti:
ayah, ibu, doker, insinyur, dan lain-lain.

5
2. Bentuk gerak
Bentuk gerak yang sesuai dengan karakteristik tari anak kelas rendah, pada
umumnya gerak-gerak yang dilakukan tidaklah sulit dan sederhana sekali. Karena
pada dasarnya imajinasi anak kelas rendah, tinggi dan mempunyai daya kreativitas
yang tinggi pula. Bentuk gerak yang dilakukan biasanya bentuk gerak-gerak yang
lincah, cepat, dan seakan menggambarkan kegembiraannya misalnya bentuk gerak
jalan di tempat dengan tepuk tangan dan bentuk menirukan binatang seperti
kucing, anjing dan lai-lain. Bentuk gerak yang ditirukan oleh anak kelas rendah,
jika disusun terbentuklah suatu tata susunan tari sesuai dengan karakteristiknya.
3. Bentuk iringan
Anak kelas rendah biasanya menyenangi musik iringan yang menggambarkan
kesenangan atau kegembiraan. Terutama lagu-lagu anak yang mudah diingat
misalnya lagu kelinciku, kebunku, kupuku, dan lain-lain.
4. Jenis tari
Jika susunan-susunan gerak yang dibuatnya tari sudah menjadi satu kesatuan tari
anak, maka terbentuklah menjadi satu bentuk tari. Jenis tari pada anak kelas
rendah paling tidak memiliki kegembiraan atau kesenangan, geraknya lincah dan
sederhana, iringannya pun mudah dipahami. Misalkan : tari gembira, tari kupu-
kupu, tari kelinci, dan lain lain.
b. Karakteristik Tari Anak Kelas Tinggi
Anak SD kelas tinggi pada umumnya sedikit banyak sudah memiliki sifat
kemandirian dan rasa tanggung jawab. Meskipun prosentasinya sangat kecil, pada
dasarnya memiliki perasaan lebih peka dan daya pemikirannya lebih kritis. Sehingga
karakteristik tari anak kelas tinggi sedikit berbeda dengan karakteristik kelas
rendah.Untuk dapat mengajarkan tari pada anak kelas tinggi dengan memperhatikan
karakteristiknya, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang calon guru SD,
antara lain:
1. Tema
Pada umumnya anak kelas tinggi mulai memperhatikan hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan sosial atau cerita tentang lingkungan sosial. Hal seperti itulah yang
dapat dijadikan sebagai tema, misalkan : menengok teman sakit, suka menolong orang
lain, mau memperhatikan di lingkungan keluarganya dan lain lain.
2. Bentuk gerak
Anak SD kelas tinggi sudah memiliki keberanian dan kemampuan mengekspresikam
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukannya menjadi bentuk-bentuk gerak tari. Dalam
hal ini anak sudah memiliki keterampilan melakukan gerak yang cukup tinggi
kualitasnya, misalkan: gerak mengekspresikan orang marah, gerak mengekspresikan
orang sedih, gerak menirukan tingah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, dan
gerak lain-lain uang diambil dari alam sekitarnya.
3. Bentuk iringan
Berbincang tentang bentuk iringan pada kelas tinggi, paling tidak anak sudah
mempunyai kepekaan irama pada musik pengiringnya. Mereka dapat
mengekspresikan gerak tariannya sesuai dengan suasana garapan atau temanya.
Misalkan: iringan pada suasana sedih, marah, gembira, sakit, menangis, dan lain-lain.

6
4. Jenis tari
Jenis tari pada anak kelas tinggi yaitu:
1. Jenis tari yang menggamba.rkan kepahlawanan misalnya tari satria, eka prawira,
wira pertiwi, dan lain-lain
2. Jenis tari yang menggambarkan kehidupan sosial misalnya tari tani, tari perang,
dan lain-lain.

Menurut Sekarningsih dan Rohayani (2006:95) tari yang sesuai dengan kemampuan
dasar dan kebutuhan anak SD (6-14 tahun) dari sisi intelektual, emosional, sosial, perseptual,
fisikal, estetika, dan kreatif, kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tari bertema
Pembelajaran tari di sekolah kiranya akan lebih cocok jika menyampaikan atau
mengungkapkan sebuah tema yang jelas dan dapat diketahui tujuannya oleh para
siswa. Pertimbangan akan aspek tari bertema agar para siswa dapat berekspresi sesuai
tuntutan tema tarian yang dipelajarinya. Dengan demikian, diharapkan kepekaan rasa,
kematangan sikap dan perilaku, mengambil keputusan, serta aspek-aspek lainnya
dapat terasah dan termotivasi untuk dapat diungkapkan melalui pembelajaran tari.
2. Gerak tari tiruan (imitatif)
Proses kegiatan praktik tari dalam gerak bersifat tiruan (imitatif), merupakan salah
satu langkah untuk para siswa dapat berekspresi secara individual sebebas mungkin
sesuai interpretasi terhadap objek yang ditirukannya. Tujuannya tiada lain memberi
kesempatan untuk menampilkan situasi kehidupan nyata berdasarkan kemampuannya
dalam memahami dan menanggapi hal-hal yang dilihat, didengar, dan dirasakannya,
memberi kesempatan untuk bereksplorasi hal-hal yang dikenalnya tentang lingkungan
sekitar dan tentang mereka sendiri.
3. Diiringi musik
Unsur musik menjadi bagian terpenting dalam sebuah karya seni tari, bisa berfungsi
beraneka ragam, diantaranya musik berfungsi sebagai pengiring tarian, ilustrasi untuk
tarian, pembawa suasana, dan sebagainya.
4. Gerak tari lebih variatif
Tari untuk anak SD lebih baik dapat menghasilkan gerak-gerak yang variatif dengan
kombinasi beraneka ragam. Kombinasi jenis gerak yang bersemangat dapat diselingi
dengan gerak yang tidak membutuhkan tenaga banyak. Tujuan dari gerak yang
variatif ini dapat memberi kesempatan kepada anak untuk memperlihatkan otot pada
seluruh tubuhnya dengan kemampuan mengapliaksikan gerak dari berbagai
kemungkinan serta kebutuhannya.
5. Masalah waktu menari
Kecenderungan anak SD tentang lamanya waktu, baik ketika proses latihan maupun
kebutuhan waktu disaat peserta didik tidak memakan waktu atau menggunakan waktu
yang terlalu lama. Artinya durasi waktu sebuah tarian jangan terlalu lama sehingga
menimbulkan kebosanan dan kelelahan bagi para siswa terutama kelas 1,2, dan 3.
Rentang waktu yang digunakan kira-kira cukup antara 5-10 menit.
6. Pola lantai sederhana

7
Pengaturan pola lantai dalam proses belajar tari diupayakan sederhana agar para siswa
tidak dibuat rumit. Tujuannya memberi kesempatan dalam kegiatan yang kompleks,
yakni bergerak sambil melakukan perubahan posisi tempat menari dan melakukan
perubahan arah. Oleh sebab itu, pertimbangkan tingkatan kelas anak, sebab
kemanapun anak untuk berkonsentrasi menghafal urutan gerak sekaligus menghafal
ututan pola lantai sangat beraneka ragam.
7. Bentuk tari
Dalam pembelajaran tari, upayakan tari bersifat kelompok, sehingga para siswa diberi
kesempatan untuk mengembangkan kebutuhan sosialnya. Dengan menari
berkelompok, anak mendapatkan berbagai hal positif dalam berhubungan dengan
orang lain, memperhatikan dan peka terhadap orang lain (toleran), dan saling berbagai
kesempatan dalam kegiatan.

Pembelajaran tari disesuaikan dengan karaktristik tari anak menurut tingkat


kelas rendah dan kelas tinggi, agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Apabila
disesuaikan dengan tingkatan kelas, maka siswa dapat begerak dinamis dan aktif
secara fisik. Siswa mampu menarikan tarian dengan gerakan sederhana dan dinamis.
Secara singkat karakteristik tari anak sekolah dasar dapat dikatakan sederhana,
gerakannya bermakna dan bertema di mana tiap gerakan mengandung arti atau tema
tertentu. Siswa juga sudah mampu menirukan gerak keseharian orang disekitarnya,
juga dapat menirukan gerak binatang melalui pengamatannya.

c. Kemampuan Gerak Anak


Pada umumnya anak dapat melakukan berbagai macam gerak. Menurut
Sunaryo dalam Purwatiningsih dan Harini (2002: 69-70) anak dapat melakukan
kegiatan-kegiatan bergerak, yaitu sebagai berikut:
a. Menirukan, apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu action yang dapat
diamati (obervable), maka ia akan mulai membuat tiruan terhadap action itu
sampai pada tingka otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hari untuk
menirukannya.
b. Manipulasi, pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu actionseperti
diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati. Dia mulai dapat
membedakan antara satu set action dengan yang lain, menjadi mampu memilih
action yang diperlukan dan mulai memiliki keterampilan dalam manipulasi
implementasi.
c. Kesaksamaan (precision), ini meliputi kemampuan anak didik pada penampilan
yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dan memproduksi
suatu kegiatan tertentu.
d. Artikulasi (articulation), yang utama di sini anak didik telah dapat
mengoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan/sikuen tepat di
antara action yang berbeda-beda.
e. Naturalisasi, tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak
telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah actionyang urut.

8
Keterampilan penampilan ini telah sampai pada kemampuan yang paling tinggi
dan action tersebut ditampilkan dengan pengeluaran energi yang minimum.

Menurut Purwatiningsih dan Harini (2002: 70), dalam perkembangan siswa SD pada
kelas rendah umumnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan bergerak, yaitu sebagai
berikut:

a. Menirukan, anak-anak Sekolah Dasar pada tingkat rendah, dalam bermain


senang menirukan sesuatu yang dilihatnya. Gerak-gerak apa yang dilihat baik di
TV maupun gerak-gerak yang secara langsung dilakukan oleh orang lain, teman
atau binatang.
b. Manipulasi, dalam hal ini anak-anak kelas rendah secara spontan menampilkan
gerak-gerak dari objek anak menampilkan gerak yang disukainya.

Sedangkan siswa kelas tinggi dapat melakukan kegiatan-kegiatan gerak menurut


Purwatiningsih dan Harini (2002: 70), yaitu sebagai berikut:

a. Kesaksamaan (Precision), disini anak memiliki kemampuan dalam menampilkan


suatu kegiatan yang lebih tinggi. Jadi mempunyai kemampuan mengekspresikan
dari kegiatan yang dilakukannya.
b. Artikulasi (Articulation), pada tahap ini anak sudah dapat menyusun atau
menata susunan gerak dan objek yang diminatinya. Paling tidak anak mempunyai
keberanian untuk mengoordinasi gerak-gerak yang sudah dibuatnya sendiri.
c. Naturalisasi, disini anak mempunyai kemampuan psikologis motorik yang lebih
tinggi, dan dapat melakukan keterampilan gerak secara urut dan tersusun dengan
baik. Dengan kata lain pada tahap ini anak sudah memiliki keterampilan
melakukan gerak yang cukup tinggi.

Kemampuan gerak siswa meliputi kegiatan menirukan, manipulasi, kesaksamaan,


artikulasi, dan naturalisasi. Setiap kegiatan mempunyai peran masing-masing dalam
proses yang dilakukan oleh siswa. Secara singkat, kemampuan gerak siswa dikatakan
bersifat sederhana dan belum terlalu rumit. Kemampuan gerak disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa, agar siswa dapat menampilkan gerakan tari secara
optimal. Penyesuaian gerak yang dilakukan bertujuan agar siswa tidak mengalami
kesulitan ketika mempraktekkan gerak tari.

d. Kemampuan Motorik dalam Seni Tari


Pembelajaran tari mempunya fungsi yang bersifat edukatif. Seni tari sebagai
sarana pendidikan adalah konsep pendidikan yang paling sesuai bagi siswa sekolah
dasar karena tari berfungsi untuk mengembangkan mental, fisik dan perasaan estetik.
Menurut Purwatiningsih dan Harini (2002: 10) tari dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jenis pengalaman seni untuk meningkatkan pertumbuhan fisik
ditunjukkan dengan perkembangan motorik anak dalam gerak-gerak bebas dalam
menari. Kegaiatan semacam ini memberikan kesempatan fisik untuk tumbuh
sempurna dan secara langsung mental juga berkembang. Karena kegiatan-kegiatan
dalam melakukan gerak-gerak tari juga melibatkan kesadaran estetik, maka

9
pertumbuhan estetik juga mendapat kesempatan untuk tumbuh. Misalnya gerak-gerak
yang dilakukan setelah anak-anak SD kelas rendah melihat gerak-gerak binatang,
contohnya kupu. Anak akan mencoba menirukan gerak sayap kupu yang sedang
bergerak terbang dengan cara sendiri. Ada yang dengan tangan terlentang digerakkan
naik turun, ada yang ditekuk dan kemudian digerakkan naik turun. Berlangsungnya
kegiatan ini telah melibatkan proses mental yaitu visualisasi hasil pengamatan yang
sekaligus menjadi pengalaman yang bersifat estetik.
Pertumbuhan fisik anak dalam pengalaman seni ditunjukannya dengan
perkembangan motoriknya melalui gerak bebas dalam menari. Kegiatan semacam ini
memberikan kesempatan fisik untuk tumbuh sempurna dan secara langsung mental
juga berkembang. Karena kegiatan-kegiatan dalam melakukan gerak-geraktari juga
melibatkan kesadaran estetik, maka pertumbuhan estetik juga mendapat kesempatan
untuk tumbuh (Sekarningsih dan Rohayani 2006:38).
Pembelajaran seni tari menuntut siswa mengasah kemampuan motoriknya agar
terampil dan kreatif, terdapat alat-alat dalam penyelenggaraan pembelajaran seni tari.
Adapun alat-alat dalam pengajaran seni tari menurut Sekarningsih, Rohayani dan
Supriatna (2006: 70), meliputi alat-alat yang langsung membuat gerakan atau alat-alat
yang memancing gerakan yang kita maksudkan, misalnya sapu tangan. Latihan sapu
tangan dapat dipergunakan untuk memancing gerakan ukel dengan menyuruh anak-
anak melambai-lambaikan sapu tangan tersebut.
Demikian pula jika kita pergunakan alat-alat lain untuk memancing gerakan lain
misalnya tongkat, batu, lingkaran bambu atau rotan dsb. Studi yang terikat dengan
pembelajaran gerak atau motor control lazimnya melibatkan sistem saraf, fisik, dan
aspek tingkah laku tentang pergerakan manusia, misalnya para penari yang
memperagakan keterampilan motoriknya dengan gerakan-gerakan yang indah,
gemulai, dan eksotis (Rahayubi, 2014: 211-222). Kegiatan menari melibatkan
kemampuan sistem syaraf manusia ketika bergerak mempraktekan suatu tarian.
Gerakan ketika menari akan membantu pertumbuhan fisik karena tubuh dituntut untuk
melakukan pergerakan yang akan mengasah kemampuan motorik.
Pembelajaran motorik dapat dipahami dan diimplementasikan sebagai bagian
integral dari pengembangan kompetensi profesional guru. Memasukan teori belajar
gerak sebagai mata pelajaran seni tari yang sifatnya dominan dalamketerampilan
gerak, merupakan suatu tindakan yang tepat karena mata pelajaran tari berhadapan
langsung dengan dunia aktivitas gerak manusia.
Berdasarkan uraian tentang kemampuann motorik dalam seni tari, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan motorik siswa dapat dikembangkan melalui
pembelajaran seni tari. Menari akan melatih siswa dalam hal kemampuan gerak.
Gerak yang dihasilkan dalam menari akan membantu siswa dalam pertumbuhan dan
perkembangan motorik, sehingga siswa dapat memaksimalkan segenap bakat, potensi
dan talenta yang terdapat di dalam diri siswa.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Seni merupakan media ekspresi kreatif dan aspiratif. Seni dapat diwujudkan melalui
garis, warna, bidang, dan tekstur untuk seni rupa titik gerak dan peran untuk seni tari
drama. Serta bunyi untuk seni musik dalam tata susunan yang artistik dan estetik.

Seni tari dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Sekolah Dasar, mempunyai
dampak yang positif, bukan saja bagi upaya pelestarian seni tari, akan tetapi juga
untuk kepentingan pendidikan itu sendiri. Sesuatu obyek yang sangat menarik
perhatian siswa, akan sangat mempengaruhi pembentukan pola pikir siswa setelah
menjadi manusia dewasa.

Karakterisitik Gerak Anak adalah menirukan dan manipulasi. Anak usia SD kelas
rendah umumnya senang menirukan segala sesuatu yang dilihatnya. Sedangkan gerak
manipulasi umumnya dilakukan pada anak yang sudah berada pada usia SD kelas
tinggi.

Karakteristik tari anak SD sesuai dengan usia anak tersebut, contohnya pada anak usia
5-7 tahun, mereka lebih banyak belajar gerak kreatuf dibandingakn tari secara
struktur. Sedangkan pada usia 11-13 tahun, mereka memiliki porsi yang lebih besar
pada belajar tari terstruktur dibandingkan belajar gerak tari kreaatif.

B. Saran

Gerakan-gerakan pada anak secara alami sudah seharusnya dapat difasilitasi agar
pertumbuhan dan perkembangan pada diri mereka berjalan seperti seharusnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
http://kamushidupnahariniendahlestari.blogspot.com/2011/10/sifat-dan-karakteristik-
pendidikan-seni.html (diakses pada tanggal 15 Maret 2022, pukul 00:56 WIB)

http://kamushidupnahariniendahlestari.blogspot.com/2011/10/sifat-dan-karakteristik-
pendidikan-seni.html?m=1 (diakses pada tanggal 15 Maret 2021 pukul 06.26 WIB)
Depdiknas (2006). Pedoman Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Seni Budaya. Jakarta: Dirjen
Manpendasmen.

Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Jogjakarta: Diva
Press.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Dzattulloh, Sutomo. 2014. Perbedaan Kemampuan Motorik Kasar Siswa dan Siswi
Kelas V SD Negeri Tlogoadi DesaTlogoadi Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Hartini. 2012. Meningkatkan Daya Motorik Anak Melalui Seni Tari dan Musik.
Skripsi. IKIP PGRI Madiun.
Hafida, Ainur Rohmah. 2013. Peran Pembelajaran Tari melalui Rangsang Auditif
dalam Mengembangkan Keterampilan Fisik Motorik Kasar Anak Kelompok A di TK
Laboratorium PG-PAUD FIP. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya

Yuliana, Neng Dina. 2014. Meningkatkan Motorik Kasar Melalui Teknik Gerak Tari Imitatif.
Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Yusuf, Syamsul dan Sugandhi, Nani. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. PT.
Raja Grafindo Persada

Purwatiningsih dan Harini, Ninik. 2002. Pendidikan Seni Tari Drama. Malang: UM Press.

12

Anda mungkin juga menyukai