Anda di halaman 1dari 51

Studi Amdal

Analisis Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap


Masyarakat di Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Amdal Pesisir dan Lautan

Oleh:
Ayu Diaztai Dwi Putri 12500601111043
Diah Rinani 12500607111003

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................. ii
1. Sekilas Tentang Jembatan Suramadu ............................................................. 1
2. Studi Kasus Pengaruh Adanya Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat di
Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura ............................................. 1
3. AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) ........................................... 3
4. Rencana Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu.................................. 3
4.1 Tahap Prakonstruksi .................................................................................. 4
4.2 Tahap Konstruksi ....................................................................................... 4
4.3 Tahap Pasca Konstruksi............................................................................ 6
5. Rona Lingkungan Awal .................................................................................... 6
5.1 Sosial Ekonomi .......................................................................................... 6
5.2 Sosial Budaya ............................................................................................ 7
6. Penapisan (Screening) Studi Kasus................................................................. 8
7. Pelingkupan (Scoping) Studi Kasus ............................................................... 11
7.1 Identifikasi Dampak Potensial................................................................... 11
7.1.1 Komponen Biogeofisik ....................................................................... 11
7.1.2 Komponen Sosial Ekonomi ................................................................ 12
7.1.3 Komponen Sosial Budaya .................................................................. 13
7.2 Evaluasi Dampak Potensial ...................................................................... 15
7.3 Hasil Proses Pelingkupan......................................................................... 18
7.4 Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian..................................................... 21
7.4.1 Wilayah Studi ..................................................................................... 21
7.4.2 Batas Waktu Kajian............................................................................ 22
7.5 Prakiraan Dampak Penting....................................................................... 22
8. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Pembangunan Jembatan
Suramadu ..................................................................................................... 28
9. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Pembangunan Jembatan
Suramadu ..................................................................................................... 38
10. Kesimpulan .................................................................................................. 46

i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan tahun 2002 –
2009 ....................................................................................................... 7
Tabel 2. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu
Terhadap Masyarakat Kec.Labang, Kab.Bangkalan – Madura ............. 15
Tabel 3. Skala Besaran Dampak ....................................................................... 23
Tabel 4. Skala Pentingnya Dampak ................................................................... 23
Tabel 5. Prakiraan Dampak Besar Pada Setiap Tahapan Kegiatan ................... 24
Tabel 6. Prakiraan Dampak Besar dan Penting Pembangunan Jembatan
Suramadu .......................................................................................................... 25
Tabel 7. RKL Prakonstruksi ............................................................................... 28
Tabel 8. RKL Tahap Konstruksi ......................................................................... 31
Tabel 9. RKL Tahap Pasca Konstruksi .............................................................. 36
Tabel 10. RPL Tahap Prakonstruksi .................................................................. 38
Tabel 11. RPL Tahap Konstruksi ....................................................................... 40
Tabel 12. RPL Tahap Pasca Konstruksi ............................................................ 45

DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik ................................................. 20

ii
Pengaruh Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Masyarakat di
Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura

1. Sekilas Tentang Jembatan Suramadu


Jembatan Suramadu adalah Jembatan yang melintasi Selat Madura,
yang mana Jembatan ini menghubungkan antara Pulau Jawa (di Surabaya) dan
Pulau Madura (di Bangkalan), Indonesia. Jembatan Suramadu yang merupakan
Jembatan terpanjang di Indonesia untuk saat ini memiliki panjang sebesar 5.438
meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat
lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter.
Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor
disetiap sisi luar Jembatan. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu
jalan layang (causeway), Jembatan penghubung (approach bridge), dan
Jembatan utama (main bridge). Perkiraan biaya yang dihabiskan untuk
pembangunan Jembatan ini adalah sekitar 4,5 triliun rupiah.
Jembatan Suramadu diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden
Megawati Soekarnoputri pada tanggal 20 Agustus 2003 dan diresmikan
pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 Juni
2009. Pembuatan Jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan
maupun sisi Surabaya.
Pembangunan Jembatan Suramadu ini diharapkan dapat membuka
Wilayah Madura menjadi lebih accessible sehingga mampu meningkatkan
perekonomian masyarakatnya. Seperti halnya pembangunan infrastruktur
lainnya, pembangunan Jembatan Suramadu pasti menimbulkan dampak sosial,
dan ekonomi bagi masyarakt sekitarnya (KPUBPP, 2011).

2. Studi Kasus Pengaruh Adanya Jembatan Suramadu Terhadap


Masyarakat di Kawasan Kec.Labang, Kab.Bangkalan- Madura
Kawasan Jembatan Suramadu memiliki potensi sebagai generator
pembangkit, namun apabila tidak dikendalikan maka diprediksi akan membawa
pengaruh perubahan terhadap pengembangan wilayah di kawasan kaki
Jembatan Suramadu dan sekitarnya baik pada sisi Surabaya maupun
Bangkalan. Fenomena perubahan tersebut dapat terlihat antara lain dengan
menurunnya fungsi bangunan dan kualitas lingkungan.

1
Pembangunan Jembatan Suramadu yang tujuan utamanya adalah untuk
menigkatkan perekonomian masyarakat madura justru memiliki beberapa
dampak negatif. Dampak itu sangat dirasakan oleh penduduk warga sekitar
tepatnya yang berada di dekat akses Jembatan Suramadu itu sendiri.
Berdasarkan penelitian oleh Septanti dan Wahyu (2007) yang
menyatakan bahwa pembangunan Jembatan Suramadu ternyata memberi
dampak negatif pada warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan
khususnya untuk permukiman nelayan di kawasan sekitar kaki Suramadu sisi
Surabaya maupun sisi Madura. Dari penelitian tersebut menyatakan bahwa
warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan mengalami penurunan
income karena berkurangnya populasi ikan dan kerang di daerah perairan sekitar
Jembatan Suramadu. Selain itu ada juga nelayan yang menyampaikan bahwa
adanya penurunan terhadap hasil tangkapan gragu. Adanya penurunan terhadap
hasil tangkapan gragu menyebabkan nelayan beralih untuk mencari kerang.
Sedangkan disaat hasil tangkapan kerang juga menurun maka nelayan beralih
kembali untuk mencari ikan teri bulu ayam untuk bahan ikan asin. Adanya
penurunan terhadap hasil tangkapan membuat nelayan kesulitan untuk
mendapatkan ikan, sehingga nelayan terpaksa mencari ikan ke wilayah laut yang
lebih jauh. Hal ini tentu saja berkaitan dengan bahan bakar yang dibutuhkan oleh
nelayan untuk melintasi wilayah laut yang lebih jauh dari wilayah yang biasanya
digunakan untuk melaut.
Dampak dari berdirinya Jembatan megah Nasional Suramadu tersebut
tidak hanya merugikan masyarakat sekitar kawasan kaki Suramadu Surabaya,
tetapi juga memiliki efek yang cukup signifikan bagi tingkat kesejahteraan warga
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan kaki Suramadu Madura tepatnya di
kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
penurunan terhadap hasil pertanian yang mana petani disini harus merelakan
lahannya guna kepentingan pengembangan Jembatan Suramadu. Selain itu
masih banyak warga masyarakat yang menjadi pengangguran karena kurangnya
lapangan pekerjaan. Yakin (2013), menyarankan bahwa pembangunan industri
dan pengembangan objek wisata di wilayah Jembatan Suramadu sisi madura
sangat berpotensial untuk peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat madura
khususnya masyarakat di Kecamatan Labang dan peningkatkan ketersediaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kecamatan Labang.

2
3. AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)
Analisis mengenai dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu kajian
ilmiah tentang penanganan lingkungan dan berfungsi sebagai instrument
pencegahan pencemaran lingkungan. Dalam pembuatan dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ini, tidak semua pihak yang dapat
membuatnya . Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ini
harus dibuat khusus oleh konsultan yang telah memiliki izin atau yang sudah
yang memiliki sertifikasi pembuatan dokumen analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL) dimana semua konsultan ini telah diuji dan dipilih langsung
oleh Kementrian Lingkuangan Hidup (KLH) (Zhuhri, 2015).
Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif,
AMDAL harus dibuat pada tahap paling dini dalam perencanaan kegiatan
pembangunan. Dngan kata lain, proses penyusunan dan proses pengesahan
AMDAL harus merupakan bagian dari proses perijininan suatu proyek. Dengan
cara ini proyek-proyek dapat disaring seberapa jauh dampaknya terhadap
lingkungan. Disisi lain, studi AMDAL Njuga dapat member masukan bagi upaya-
upaya untuk meningkatkan dampak positif dari proyek tersebut (Zhuhri, 2015).
Dalam proses pengerjaan AMDAL salah satu proses awal yang perlu
ditelusuri adalah proses Screening atau penapisan/penyaringan. Proses
penapisan atau sering juga disebut sebagai proses seleksi wajib AMDAL
merupakan proses untuk menentukan apakah suatu rencana usaha/kegiatan
memerlukan AMDAL atau tidak. Dengan adanya penapisan ini maka suatu
kegiatan atau rencana proyek dapat memperkirakan sendiri jenis kegiatan mana
yang memerlukan AMDAL.
Setelah melakukan proses penapisan (screening) lalu dilanjutkan dengan
prose pelingkupan (Scoping). Dalam AMDAL proses pelingkupan ini merupakan
peroses untuk menemukan atu menetapkan dampak penting dari suatu kegiatan
pembangunan atau proyek terhadap suatu lingkungan. Proses pelingkungan
bertujuan untuk membatasi dalam analisis dampak mengenai lingkungan pada
hal yang penting saja sehingga natinya dapat diambil keputusan dari dampak
penting yang teridentifikasi.

4. Rencana Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu


Rencana kegiatan yang dilakukan dalam pembangunan Jembatan
Suraadu ini dibagi menjadi tigas bgaian, yaitu prakonstruksi, konstruksi, dan

3
pasca konstruksi. Penjelasan dari setiap rencana kegiatan tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut,
4.1 Tahap Prakonstruksi
Tahap prakonstruksi adalah rencana yang dilakukan pada saat sebelum
proyek pembangunan Jembatan Suramadu berjalan. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap prakonstruksi Pembangunan Jembatan Suramadu terdiri dari survey
lokasi dan melihat kelayakan wilayah yang tepat akan digunakan untuk
pengembangan proyek Jembatan Suramadu. Langkah selanjutnya adalah
melakukan permohonan izin kepada masyarakat setempat khususnya
masyarakat yang tinggal di Kec.Labang Kab.Bangkalan dan masyarakat yang
tinggal di daerah pesisir Surabya dengan mensosialisasikan akan didirikannya
Jembatan yang menghubungkan pulau Madura dengan Pulau Jawa yang dikenal
sebagai Jembatan Suramadu.
Terkait dalam proyek pembangunan Jembatan Suramadu yang
membutuhkan lahan yang luas untuk akses menuju jembatannya nanti maka
pada tahap prakonstruksi ini perlu dilakukan negoisasi terhadap pembebasan
lahan yang pada saat itu merupakan lahan milik warga masyarakat setempat.
Setelah mendapatkan lahan yang dibutuhkan maka dilakukan perancangan
terhadap Jembatan yang akan didirikan dan penetapan upah untuk para pekerja
pembangunan Jembatan Suramadu.

4.2 Tahap Konstruksi


Tahap konstruksi merupakan rencana kegiatan yang dilakukan saat
pembangunan Jembatan Suramadu berlangsung. Pada awal pembangunan
Jembatan, pemerintah terlebih dahulu melaksanakan operasi pembersihan
ranjau untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan pada tahap awal
pembangunan, mengingat selat Madura merupakan daerah medan ranjau paska
perang dunia ke 2. Dengan adanya kegiatan pembersihan ranjau tersebut
mengakibatkan akitifitas nelayan menjadi terganggu.
Pada Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu digunakan metode
konstruksi cable stayed . Jembatan cable stayed merupakan jembatan dengan
struktur yang mempunyai sederetan kabel lurus dan memikul elemen horisontal
kuku (misalnya balok atau rangka batang). Pada metode cable stayed yang
dilakukan saat tahap konstruksi ini terbagi lagi menjadi beberapa pelaksanaan
pekerjaan yang terdiri dari :

4
a. Pelaksanaan Pekerjaan Platform
Platform merupakan konstruksi pendukung sementara yang berfungsi
sebagai tempat untuk menginstalasi batching plan, menyimpan material seperti
tiang pancang serta sebagai tempat bagi berbagai aktivitas di tengah laut selama
kegiatan konstruksi berlangsung.
b. Pelaksanaan Pekerjaan Bore Pile, yang meliputi :
 Pemasangan Casing Baja.
 Pengeboran sampai kedelaman yang diinginkan.
 Pemasangan tulangan Pengecoran lubang bored pile dengan beton.
c. Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap
 Setelah pekerjaan bored pile selesai dikerjakan, semua komponen
platform yang menumpu ke steel casing di bongkar.
 Caisson baja yang berfungsi sebagai bekisting bawah pile cap kemudian
dipasang.
 Pengecoran lapisan sealing concrete untuk menahan masukkan air laut
ke pile cap Pemasangan tulangan pile cap.
 Pengecoran beton pile cap yang dilakukan tiga lapis.
d. Pelaksanaan Pekerjaan Pylon
 Konstruksi dasar pylon dan lengan bawah dari pylon.
 Instalasi elevator pada pylon.
 Konstruksi balok pengikat pylon bagian bawah.
 Konstruksi lengah pylon di tengah.
 Konstruksi balok pengikat tengah.
 Konstruksi lengan atas pylon.
 Konstruksi balok pengikat atas.
e. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas
 Pemasangan struktur bantu sementara di atas pile cap.
 Pemasangan segmen girder baja pertama dengan crane barge,
hubungan antara segmen dengan pylon dibuat tetap (fix) untuk
sementara.
 Pemasangan cantilever crane pada lantai jembatan untuk mengakat
segmen berikutnya.
 Pemasangan girder baja dengan menggunakan cantilever crane diikuti
dengan penenganan kabel.

5
 Pemasangan pelat lantai jembatan pada segmen pertama dan kedua
dilanjutkan dengan pengecoran sambungan.
 Pemasangan girder baja selanjutnya dengan menggunakan cantilever
crane diikuti dengan peregangan kabel. Pada saat bersamaan dipasang
pilar sementara di dekat pilar V.
Berdasarkan analisa penelitian milik Hidayat (2011), tipe pilon atau menara
yang dipasang untuk Jembatan Suramadu adalah tipe Diamond. Pada
pemasangan Gelagar untuk Jembatan Suramadu digunakan Double Box Girder
baja komposit yang akan memberikan kekakuan torsi yang lebih baik dan mudah
dilakukan oleh para pekerja. Pemasangan kabel pada tahap konstruksi dipilih
tipe Double plane, hal ini dilakukan mengingat lebar jembatan cable stayed
Suramadu adalah 30 meter.

4.3 Tahap Pasca Konstruksi


Tahap pasca konstruksi meliputi kegiatan yang dilakukan setelah
berdirinya Jembatan Suramadu. Kegiatan tersebut meliputi pembersihan bahan
material bangunan Jembatan Suramadu yang ada di lingkungan sekitar dan
pembayaran upah para pekerja juga dilakukan setelah berdirinya Jembatan
Suramadu. Setelah diyakinin semua kondisi yang di Jembatan Suramadu telah
aman maka dilakukan peresmian Jembatan Suramadu oleh presiden Republik
Indonesia sebagai Jembatan terpanjang yang ada di Indonesia pada saat zaman
peresmiannya.

5. Rona Lingkungan Awal


Kondisi lingkungan awal merupakan kondisi alami yang sudah ada di
suatu wilayah sebelum adanya pembangunan di wilayah tersebut. Kondisi
lingkungan awal yang ada di wilayah Kab.Bangkalan sebelum adanya Jembatan
Suramadu dapat dilihat dari dua aspek sebagai berikut :
5.1 Sosial Ekonomi
Kondisi perekonomian khususnya pendapatan daerah kabupaten
Bangkalan sebelum adanya jembatan Suramadu menunjukkan angka yang
positif. Setiap tahun terjadi peningkatan sebesar 5 – 6 persen. Berdasarkan hasil
penelitian Hotijah (2010), terhadap pendapatan daerah Kab.Bangkalan
menunjukkan adanya perkembangan dari segi jumlah perusahaan industri kecil,
jumlah tenaga kerja, serta nilai produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2009

6
(sebelum pengoperasian jembatan Suramadu) yang mengalami peningkatan tiap
tahunnya
Tabel 1. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan tahun 2002 –
2009
Pendapatan daerah
Tahun Perkembangan
(Juta Rupiah)
2002 2.085.885,48 -
2003 2.180.542,43 4,54
2004 2.575.129,14 18,10
2005 2.697.572,26 4,75
2006 2.822.831,39 4,64
2007 2.960.986,54 4,89
2008 3.102.725,52 4,79
2009 3.257.069,05 4,97
Sumber : Buku Bangkalan dalam Angka dalam Hotijah (2010)
Kondisi sosial ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan masyarakat
yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut yakni sebagai nelayan. kondisi
perekonomian nelayan baik yang tinggal di daerah pesisir Madura dan pesisir
Surabaya yang ada di sekitar kaki Suramadu sisi Surabaya pada awalnya masih
dapat dikatakan normal. Hal tersebut ditandai dengan masih aktifnya nelayan
untuk melaut karena sumberdaya perikanan yang masih melimpah sebelum
adanya proyek pembangunan Jembatan Suramadu. Melimpahnya sumberdaya
perikanan merupakan faktor penunjang utama terciptanya kesejahteraan
masyarakat, terutama bagi warga masyarakat pesisir Madura maupun Surabaya
yang bermatapencaharian sebagai nelayan.

5.2 Sosial Budaya


Sebelum adanya Jembatan Suramadu keadaan sosial budaya
Masyarakat khsusnya di sisi Madura sangatlah primitif, hal ini disebabkan
sulitnya akses transportasi untuk menuju kota besar seperti Surabaya.
Sedangkan tranportasi itu sendiri merupakan urat nadi kehidupan politik,
ekonomi, sosial-budaya bagi masyarakat yang mendiami suatu wilayah. Adanya
kesulitan transortasi tersebut menyebabkan masyarakat Madura tidak terlalu
mengikuti perkembangan zaman karena jauhnya akses menuju kota metropolitan
yang pada saat itu hanya mengandalkan kapal ferry di di pelabuhan Ujung

7
maupun Kamal. Pelabuhan Ujung Kamal merupakan satu-satunya akses yang
dapat dilalui untuk menuju pulau Jawa terutama Kota Surabaya. Pada saat-saat
tertentu penumpang kapal ferry pasti mengalami peningkatan jumlah penumpang
yang pesat, sehingga hal demikian sangatlah memicu emosi masyarakat untuk
lebih tertib dalam budaya antri agar bisa menaiki kapal fery. Menurut Effendi
(2013), budaya “toron” (pulang kampung) bagi masyarakat madura menjadi
menu wajib bagi mereka. Akibatnya peningkatan mobilitas manusia dan barang
tak dapat dihindari, sedangkan dari segi kapasitas kapal feri tidak bisa ditambah
lagi karena dapat menganggu alur pelayaran yang ada.
Selain adanya tradisi pulang kampung, keadaan sosial budaya dalam
masyarakat Madura khususnya Kab.Bangkalan sebelum adanya Jembatan
Suramadu adalah hampir tidak pernah mengalami kasus yang negatif (peredaran
narkoba). Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa budaya yang dianut
oleh masyarkat Madura adalah budaya yang benar-benar dijaga kearifannya oleh
masyarakatnya dari turun-temurun.

6. Penapisan (Screening) Studi Kasus


Dari studi kasus yang telah dijelaskan maka dapat diketahui dampak
penting yang bisa merugikan banyak masyarakat maupun biota-biota yang ada di
perairan di sepanjang selat Madura. Dampak penting ini dipilih berdasarkan
kriteria yang tercantum dalam UU. Nomor 32 tahun 2009 pasal 22
(2).Berdasarkan kriteria dampak penting yang telah disebutkan di UU. Nomor 32
tahun 2009 pasal 22 (2) maka dapat diambil dampak penting dari studi kasus
mengenai pembangunan Jembatan Suramadu adalah sebagai beikut :
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
Pembangunan Jembatan Suramadu baik pada masa prakonstruksi,
konstruksi, maupun pasca konstruksi memiliki dampak langsung terhadap
penduduk, baik yang ada pada wilayah sekitar kaki Suramadu bagian
Surabaya dan Kec.Labang, Kab.Bangkalan, Madura. Jumlah manusia atau
penduduk Kab.Bangkalan yang merasakan dampaknya secara langsung
pasca pembangunan Jembatan Suramadu ditunjukkan dengan adanya
penurunan jumlah tenaga kerja yang drastis pada tahun 2007 sebesar 1770
orang dari 3784 pada tahun sebelumnya, padahal perkembangan jumlah
perusahaan industri kecil, jumlah tenaga kerja serta nilai produksinya rata-
rata meningkat dari tahun 2002 hingga 2008 (sebelum diopersikannya

8
jembatan Suramadu (Hotijah, 2010). Jadi jumlah penduduk yang terkena
dampak sekitar 2014 orang yang mengalami pengangguran pada tahun
2007.
Penurunan jumlah tenaga kerja pasca pengoperasian jembatan
Suramadu, yakni pada tahun 2009 yang ditandai pula dengan penurunan
nilai produksi merupakan akibat dari matinya beberapa industri kecil pasca
pengoperasian jembatan Suramadu. Turunnya jumlah perusahaan industri
sekitar 50 persen mengakibatkan menurunnya jumlah pekerja di perusahaan
industri kecil dengan persentase yang hampir sama.Namun keadaan mulai
membaik pada tahun 2010 perusahaan industri mulai tumbuh kembali dan
penyerapan tenaga yang bekerja di perusahaan industri juga merangkak
naik (Hotijah, 2010).

2. Luas wilayah persebaran dampak


Dampak dari pembangunan Jembatan Suramadu terhadap lingkungan
sekitar tidak terlalu meluas, hanya mencangkup bagian kaki Jembatan saja
dan akses menuju jalan tol Jembatan yang lahannya didapatkan dari jual beli
lahan milik penduduk sekitar terutama wilayah di bagian Kab.Bangkalan.
Wilayah yang diperkirakan terkena dampak dibangunnya Jembatan
Suramadu adalah Kecamatan Tambaksari, Bulak dan Kenjeran di Surabaya,
Kecamatan Labang, Tragah dan Burneh di Kabupaten Bangkalan Madura,
serta alur Selat Madura yang merupakan sarana lalu lintas dan sumber mata
pencaharian nelayan.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan Jembatan
Suramadu akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, seperti tetap
menurunnya jumlah penumpang kapal ferry dan tidak kembalinya populasi
ikan maupun kerang yang dulunya ada di perairan tepatnya bawah
Jembatan Suramadu

4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak


Pada saat konstruksi atau pembangunan Jembatan Suramadu
memberikan dampak yang sangat merugikan terhadap nelayan, karena
banyaknya bahan material yang masuk kedalam perairan menyebabkan

9
kerusakan ekosistem dari biota laut sehingga menurunnya populasi ikan
maupun kerang. Hal tersebut menyebabkan menurunnya hasil tangkapan
nelayan.

5. Kumulatif dampak
Untuk kumulatif dampak dari adanya Jembatan Suramadu itu sendiri tidak
terlalu menyebabkan dampak yang berkepanjangan. Hal ini disebabkan
banyaknya dampak positif yang diperoleh setelah dibangunnya Jembatan
Suramadu, diantaranya adalah bertambahnya Income perkapita rata-rata per
tahun di Bangkalan dan semakin lancarnya transportasi yang melintasi dua
pulau (pulau Madura dan Jawa) sehingga dapat menigkatkan kegiatan
ekonomi.

6. Berbalik atau tidaknya dampak (reversible or irreversible impact)


Adanya pembangunan Jembatan Suramadu yang awalnya memiliki
banyak dampak negatif namun dengan setelah berdirinya Jembatan
Suramadu memberikan beberapa dampak positif sehingga dampak
negatifnya dapat dipulihkan, seperti bertambahnya Income perkapita rata-rata
per tahun di Bangkalan sebanyak 93,63 %. Hal ini dikarenakan semakin
lancarnya transportasi yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.
Namun ada juga dampak yang tidak berbalik menguntungkan atau tidak
dapat dipulihkan, seperti jumlah penumpang kapal ferry yang akan tetap tidak
mengalami kenaikan kecuali di waktu-waktu tertentu setelah adanya
Jembatan Suramadu. Menurunnya pendapatan Industri Jasa Penyeberangan
di Selat Madura yang ditandai dengan menurunnya jumlah penumpang ferry
secara drastis (mencapai hingga 40%).

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Pembangunan Jembatan Suramadu memberikan dampak positif yang
dirasakan masyarakat Desa Sukolilo Barat Kec. Labang Kab. Bangkalan dari
segi pendidikan yang ditandai dengan munculnya dua sekolah negeri baru
yakni SMK dan SMP. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya usaha untuk
membangun SDM yang berkualitas. Dampak positif lain yang dirasakan
adalah masyarakat di Desa Sukolilo Barat Kec. Labang yang mendapatkan
training, workshop dan sosialisasi khususnya kepada nelayan dalam rangka

10
membangun SDM berkualitas yang dilakukan oleh Badan Pengembangan
Wilayah Suramadu (Yanti dkk, 2015).

7. Pelingkupan (Scoping) Studi Kasus


Setelah dilakukannya proses penapisan (screening) dalam analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL) maka proses selanjutnya adalah proses
pelingkupan (Scoping). Pada tahap pelingkupan ini dilakukan penetapan
terhadap dampak penting yang ditimbulkan dari adanya Jembatan Suramadu.
7.1 Identifikasi Dampak Potensial
Dalam melakukan identifikasi dampak potensial ini dilakukan analisa
dampak yang terjadi berdasarkan 3 komponen, yakni ditinjau dari komponen
biogeofisik, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Berikut adalah penjelasan dari
masing-masing komponen tersebut :
7.1.1 Komponen Biogeofisik
a. Perubahan Bentuk Lahan
Adanya kegiatan pembangunan di suatu wilayah pasti akan menimbulkan
perubahan pada bentuk lahan. Adanya perubahan bentuk lahan tersebut sangat
mempengaruhi ekosistem yang ada disekitar lingkungan pembangunan. Berikut
adalah penjelasan mengenai perubahan bentuk lahan berdasarkan jenis
kegiatan pembangunan :
Konstruksi : Kegiatan pembukaan lahan untuk jalur transportasi sehingga
memudahkan askes menuju Jembatan Suramadu.

b. Penurunan Kualitas Air Laut


Adanya kegiatan pembangunan yang berada di sekitar lingkungan pesisir
pasti akan menyebabkan penurunan kualitas air laut yang ada di sekitar tempat
pembangunan. Dampak dari penurunan kualitas air laut tersebut sangat
mempengaruhi kelangsugan hidup dari biota aquatik yang tinggal di dalamnya.
Berikut adalah penjelasan mengenai penurunan kualitas air laut berdasarkan
jenis kegiatan pembangunan :
Konstruksi : Masuknya meterial bahan bangunan ke dalam laut
menyebabkan kekeruhan air dan terganggunya kelangsungan
hidup biota yang ada di dalam perairan di bawah Jembatan
Suramadu. Dengan demikian maka ekosistem dari biota laut

11
tersebut akan bermigrasi ke wilayah perairan lain yang
dianggap lebih aman.
Pasca Konstruksi : Akumulasi dari pembuangan bahan material bangunan yang
tidak disengaja meyebabkan kualitas air semakin memburuk.

c. Penurunan Kualitas Udara Bersih


Pembangunan Jembatan Suramadu nantinya akan menyebabkan adanya
perubahan terhadap kualitas udara bersih yang ada di wilayah sekitar
pembangunan. Kualitas udara merupakan faktor penting yang perlu ditinjau
perubahannya, karena semua makhluk hidup membutuhan udara yang bersih
dan sehat untuk kenyamanan kelangsungan hidupnya. Berikut adalah
penjelasan mengenai penurunan kualitas udara bersih berdasarkan jenis
kegiatan pembangunan :
Konstruksi : Adanya pencemaran udara dari bahan material bangunan
dan kegiatan transportasi di sekitar proyek pembangunan.
Pasca Konstruksi : Peningkatan transportasi di Kab. Bangkalan berpotensi
meningkatnya pula kadar emisi karbon, sehingga dapat
menimbulkan pencemaran udara.

7.1.2 Komponen Sosial Ekonomi


a. Perubahan Pendapatan Masyarakat
Pembangunan Jembatan Suramadu menyebabkan adanya perubahan
terhadap pendapatan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar. Berikut
adalah penjelasan mengenai perubahan pendapatan masyarakat berdasarkan
jenis kegiatan pembangunan :
Prakonstruksi : Adanya jual beli lahan milik masyarakat oleh pemerintah
dengan harga yang tidak terlalu sesuai dengan keinginan
masyarakat setempat.
Konstruksi : Penurunan pendapatan nelayan dan petani yang disebabkan
karena migrasinya sebagian besar populasi ikan dan kerang,
serta para petani yang masih belum mendapatkan lahan
penggantinya untuk bercocok tanam. Hal demikian
menyebabkan pendapatan mereka sangat menurun dari
keadaan biasanya.

12
Pasca Konstruksi : Adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat yang
berjualan sebagai pedagang kaki lima di sekitar jalan akses
menuju Jembatan Suramadu. Income perkapita rata-rata per
tahun di Bangkalan telah bertambah sebanyak 93,63 %. Hal
ini disebabkan semakin lancarnya transportasi yang juga akan
meningkatkan kegiatan ekonomi.
Namun di sisi lain setelah adanya Jembatan suramadu
dapat memeberikan dampak negatif seperti bangkrutnya MPU
karena penumpang lebih memilih akses jalan yang mudah
dijangkau dengan melintasi Jembatan Suramadu. Sehingga
pemiliki MPU yang berada di daerah Kamal mengalami
kebangkrutan. Serta turunnya jumlah penumpang kapal ferry
secara drastis karena akses melalui Jembatan Suramadu
lebih efisiensi terhadap waktu, sehingga para pegawai yang
bekerja di pelabuhan mengalami jadwal kerja yang tidak
seefektif seperti sebelumnya.

b. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha


Dari adanya pembangunan Jembatan Suramadu dapat memberikan
dampak positif terhadap masyarakat lingkungan sekitar. Dampak positif tersebut
dapat ditunjukkan dengan adanya kesempatan kerja dan peluang untuk
berusaha menacri pendapatan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Berikut
adalah penjelasan mengenai adanya kesempatan kerja danp berusaha
berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :
Konstruksi : Perektrutan buruh untuk membantu dalam pengangkutan
material, transportasi dan buruh bangunan.
Pasca Konstruksi : Masyarakat sekitar mendapatkan lahan untuk membuka
usaha seperi berjualan di sekitar jalan akses menuju
Jembatan Suramadu.

7.1.3 Komponen Sosial Budaya


a. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek
Pembangunan Jembatan Suramadu akan menyebabkan masuknya
budaya yang ada di luar pulau Madura ke dalam masayrakat Madura sehingga
akan mengubah sikap masyarakatnya. Masyarakat Madura terkenal dengan

13
budaya agamanya yang kental, sehingga sebisa mungkin masyarakat Madura
menjaga tradisi agamanya untuk tidak dirusak oleh masyarakat luar pulau
Madura. Berikut adalah penjelasan mengenai perubahan sikap masyarakat
terhadap proyek berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :
Prakonstruksi : Masyarakat madura terutama Kab.Bangkalan masih
berperilaku berdasarkan budaya agama yang dianutnya,
sehingga masalah-masalah negatif masih sangat jarang
terjadi. Misalnya kasus pencurian, pembunuhan, maupun
pengedaran narkoba. Selain itu sebelum adanya Jembatan
Suramadu, masyarakat Madura masih sering menggunakan
teknologi yang tradisional dalam melakukan aktivitasnya.
Pasca Konstruksi : Masuknya budaya luar Pulau Madura yang tidak dapat
disaring oleh masayarakat Madura terutama kalangan remaja.
Hal tersebut ditunjukkan dengan banyak timbulnya kasus
mengenai perampokan yang disertai dengan pembunuhan
(begal) dan pengedaran narkoba.

b. Ketenangan Masyarakat
Setiap adanya kegiatan pembangunan pasti akan selalu menimbulkan
dampak. Misalnya saja mengganggu ketenangan masyarakat yang awalnya
aman dan tenteram namun setelah adanya suatau pembangunan mungkin
berpotensi akan merubah ketenangan yang diperoleh masyarakat pada saat
sebelum diadakannya pembangunan. Berikut adalah penjelasan mengenai
perubahan terhadap ketenangan masayarakat sekitar pembangunan Jembatan
Suramadu berdasarkan jenis kegiatan pembangunan :
Konstruksi : Ketidaknyamanan kelangsungan hidup warga msyarakat
sekitar kawasan pembangunan proyek yang disebabkan
adanya suara bising dari alat bangunan yang dipakai untuk
pembangunan jembatan.
Pasca Konstruksi : semakin banyaknya alat transportasi yang melintasi
Jembatan Suramadu sehingga dapat menimbulkan keramaian
di jalan raya seperti kendaraan yang melintasi kecamatan
Burneh – Bangkalan.

14
Dampak potensial yang berpengaruh pada komponen lingkungan
selengkapnya adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Identifikasi Dampak Kegiatan Pembangunan Jembatan Suramadu
Terhadap Masyarakat Kec.Labang, Kab.Bangkalan – Madura
Tahap Tahap
Tahap
No Komponen Lingkungan Prakonstr Pasca
Konstruksi
uksi Konstruksi
Komponen Biogeofisik
1 Perubahan bentuk lahan √
2 Penurunan Kualitas Air Laut √ √
3 Penurunan Kualitas Udara Bersih √ √
Komponen Sosial Ekonomi
1 Perubahan Pendapatan Masyarakat √ √ √
2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha √ √
Komponen Sosial Budaya
1. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek √ √
2. Ketenangan Masyarakat √ √

7.2 Evaluasi Dampak Potensial


Dari tabel 2 dapat diketahui macam-macam dampak potensial yang
ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu. Berikut adalah hasil
evaluasi dari masing-masing dampak potensial berdasarkan 3 komponen :
a. Komponen Biogeofisik
1. Perubahan bentuk lahan
Adanya proyek pembangunan Jembatan Suramadu menyebabkan
adanya perubahan bentuk lahan sdi sekitar jalan akses menuju Jembatan
Suramadu arah dari Kab.Bangkalan. Lahan tersebut pada awalnya
merupakan lahan milik masyarakat yang digunakan untuk bercocok
tanam, namun setelah diumumkannya proyek pembangunan Jembatan
Suramadu maka lahan milik rayat terpaksa untuk dijual. Maka dari itu
adanya jual beli lahan tersebut menimbulkan perubahan bentuk lahan
yang awalnya merupakan lingkungan persawahan kini menjadi jalan
akses menuju Jembatan Suramadu khususnya dari arah Kab. Bangkalan.

15
2. Penurunan Kualitas Air Laut
Dampak dari adanya pembangunan Jembatan Suramadu
menyebabkan kualitas air laut yang ada di sekitar area proyek menjadi
tercemar. Hal ini disebabkan oleh masuknya material bangunan ke dalam
air secara tidak sengaja. Penurunan kualitas air laut menyebabkanya
terganggunya ekosistem biota aquatik sehingga nantinya berdampak
pada warga masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut.
3. Biota aquatik
Menurunnya kualitas air laut menyebabkan ekosistem biota
aquatik menjadi terganggu, hal ini mendrong biota untuk bermigrasi ke
wilayah perairan yang lebih tenang dan lebih aman untuk kelangsungan
hidupnya. Sehingga adanya Jemabatan Suramadu memiliki potensi
mengusir populasi ikan dan kerang yang ada di area bawah Jembatan
Suramadu.
4. Penurunan Kualitas Udara Bersih
Sebelum adanya proyek Pembangunan Jembatan Suramadu
kualitas udara bersih masih banyak tersedia karena tidak tercemarnya
jalan raya oleh alat transportasi. Namun pada saat konstruksi
pembangunan Jembatan Suramadu wilayah yang ada di sekitar proyek
pembangunan menjadi tercemar terutama semakin sedikitnya kesediaan
udara bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar, Kec. Labang Kab.
Bangkalan. Setelah selesainya Jembatan Suramadu dibangun maka
jumlah akan alat transportasi yang melintasi wilayah Kab. Bangkalan
semakin meningkat sehingga warga masyarakat Kec.Burneh sering
merasakan dampak dari polusi kendaraan.

b.Komponen Sosial Ekonomi


1. Pendapatan Masyarakat
Saat tahap kegiatan konstruksi pemangunan Jembatan Suramadu
ada beberapa dampak yang merugikan masyarakat sekiar kususnya para
nelayan. Dampak tersebut ditunjukkan dengan menurunnya hasil
penangkapan nelayan karena banyaknya populasi ikan maupun kerang
yang bermigrasi ke wilayah yang lebih jauh. Sehingga nelayan harus
melaut dengan rute yang lebih jauh dari rute yang bisanya. Selain itu
adanya penurunan hasil panen petani karena banyak lahan yang

16
digunakan untuk pengembangan Jembatan Suramadu. Pasca
pembangunan Jembatan Suramadu beroperasi banyak masyarakat yang
lebih memilih akses melali Jemabtan Suramadu untuk pergi ke pulau
Jawa dibandingkan melalui kapal yang ada di pelabuhan Kamal, hal ini
menyebabkan bangkrutnya MPU yang biasanya digunakan oleh
masyarakat lokal untuk menuju pelabuhan Kamal. Dampak tersebut
berlanjut pada turunnya jumlah penumpang kapal ferry secara drastis
karena akses melalui Jembatan Suramadu lebih efisiensi terhadap waktu.
Selain ada dampak negatif terhadap perekonomian masyarakat,
adanya Jembatan Suramadu menyebabkan Income perkapita rata-rata
per tahun di Bangkalan bertambah sebanyak 93,63 %. Hal ini disebabkan
semakin lancarnya transportasi yang juga akan meningkatkan kegiatan
ekonomi.

2. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha


Proyek pembangunan Jembatan Suramadu berpotensi untuk
membuka lapang pekerjaan bagi masyarakat pengangguran. Hal tersebut
ditunjukkan pada tahap kegiatan prakonstruksi dan knstruksi,dimana
adanya pelibatan tenaga kerja yang diambil sebagian dari masyarakat
lokal untuk mengangkut material bangunan misalnya. Pasca operasi
Jembatan Suramadu terjadi pertumbuhnya aktivitas perekonomian di
sekitar Jembatan Suramadu karena adanya pedagang kaki lima (PKL).

c. Komponen Sosial Budaya


1. Sikap Masyarakat Terhadap Proyek
Sikap masyarakat Kec. Labang Kab. Bangkalan – Madura
terhadap proyek pembangunan Jembatan Suramadu pada awalnya tidak
terlalu menyetujui adanya pembangunan Jembatan di sekitar wilayah
pemukimannya. Namun setelah dilakukan pendekatan melalui sosialisasi
pengembangan proyek Jembatan Suramadu akhirnya warga masyarakat
sekitar setuju dengan adanya pembangunan Jembatan Suramadu. Pada
tahap prakonstruksi masyarakat madura terutama Kab.Bangkalan masih
berperilaku berdasarkan budaya agama yang dianutnya, sehingga
masalah-masalah negatif masih sangat jarang terjadi. Misalnya kasus
pencurian, pembunuhan, maupun pengedaran narkoba. Selain itu

17
sebelum adanya Jembatan Suramadu, masyarakat Madura masih sering
menggunakan teknologi yang tradisional dalam melakukan aktivitasnya.
Setelah pengoperasian Jembatan Suramadu menyebabkan masuknya
budaya luar Pulau Madura yang tidak dapat disaring oleh masayarakat
Madura terutama kalangan remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan
banyak timbulnya kasus mengenai perampokan yang disertai dengan
pembunuhan (begal) dan pengedaran narkoba.

2. Ketenangan Masyarakat
Ketenangan masyarakat merupakan kunci kenyamanan dalam
hidup bermasyarakat. Sebelum adanya proyek pembangunan Jembatan
Suramadu kondisi ketenangan masyarakat pada awalnya adalah aman
dan tenteram. Tetapi hal tersebut berbeda dengan diselenggarakannya
pembangunan Jembatan Suramadu yang akan merubah ketenangan
hidup yang diperoleh masyarakat . Pada saat tahap kegiatan konstruksi
terjadi ketidaknyamanan kelangsungan hidup warga masyarakat sekitar
kawasan pembangunan proyek yang disebabkan adanya suara bising
dari alat bangunan yang dipakai untuk pembangunan jembatan. Pasca
dibangunnya Jembatan Suramadu semakin banyaknya alat transportasi
yang melintasi Jembatan Suramadu sehingga dapat menimbulkan
keramaian di jalan raya seperti kendaraan yang melintasi kecamatan
Burneh – Bangkalan.

7.3 Hasil Proses Pelingkupan


Dampak Penting Hipotetik
Setelah dilakukan evaluasi terhadap potensi damapak dari kegiatan
pembangunan Jembatan Suramadu maka dapat diperoleh dampak hipotetik
sebagai berikut :
a. Komponen Biogeofisik
 Kualitas Air Laut
 Biota aquatik
 Kualitas Udara Bersih

18
b.Komponen Sosial Ekonomi
 Perubahan Pendapatan Masyarakat
 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

c. Komponen Sosial Budaya


 Sikap Masyarakat Terhadap Proyek

Setelah diketahui dampak hipotetik yang ditimbulkan dari pembangunan


Jembatan Suramadu maka diperoleh dampak penting yang benar-benar harus
diperhatikan baik pada tahapan prakonstruksi, konstruksi, maupun pasca
konstruksi. Berikut adalah dampak yang harus di prioritaskan kelangsungannya :
Klasifikasi dan prioritas
 Perubahan sosial ekonomi masyarakat
 Pembenahan kualitas air dan udara bersih

19
Hasil Proses Pelingkupan
Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik

Pembangunan Jembatan Suramadu

Kualitas udara Kualitas air laut Kesempatan kerja Ketenangan masyarakat

Kesehatan terganggu Migrasi biota aquatik Pendapatan masyarakat

Kelangkaan biota Kesejahteraan masyarakat

Sikap Masyarakat
Terhadap Proyek

Bagan 1. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik

20
7.4 Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
Batas wilayah studi rencana pembangunan Jembatan Suramadu meliputi:
7.4.1 Wilayah Studi
a. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruang dimana rencana kegiatan Pembangunan
Jembatan Suramadu berjalan, yaitu pada sisi Kab. Bangkalan – Madura meliputi
Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan provinsi Jawa Timur dan pada sisi
Surabaya meliputi Kecamatan Kenjeran Kabupaten Surabaya provinsi Jawa
Timur . Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu membutuhkan panjang
Jembatan sebesar 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter

b. Batas Ekologi
Batas ekologi dari pembangunan Jembatan Suramadu adalah batas yang
masih dipengaruhi persebaran dampak melalui air, udara, dan tanah. Persebaran
pencemaran lingkungan adalah wilayah pemukiman di sekitar wilayah proyek
pembangunan Jembatan Suramadu, yakni untuk sisi Kab. Bangkalan – Madura
meliputi Kec. Labang Kab. Bangkalan dan untuk sisi Surabaya meliputi Kec.
Kenjeran Kab. Surabaya.

c. Batas Sosial
Batasan sosial merupakan ruang di sekitar wilayah rencana proyek yang
terdapat berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai yang
sudah ada dan diperkirakan akan mengalami perubahan dinamika sosial akibat
dari berlangsungnya proyek Pembangunan Jembatan Suramadu. Kemungkinan
yang akan terkena dampak perubahan dinamika sosial akibat adanya
pembangunan Jembatan Suramadu ini adalah penduduk masyarakat yang
berdomisili di sekitar wilayah proyek yaitu pada sisi Kab. Bangkalan – Madura
meliputi Kec. Labang Kab. Bangkalan dan pada sisi Surabaya meliputi Kec.
Kenjeran Kab. Surabaya.

21
d. Batas Administrasi
Batas administrasi rencana kegiatan pembangunan Jembatan Suramadu
adalah sebagai berikut :
 Untuk sisi Bangkalan – Madura
Desa : Sukolilo Barat
Kecamatan : Labang
Kabupaten : Bangkalan
Provinsi : Jawa Timur

 Untuk Sisi Surabaya


Kecamatan : Kenjeran
Kabupaten : Surabaya
Provinsi : Jawa Timur

7.4.2 Batas Waktu Kajian


Batas waktu kajian kegiatan AMDAL pembangunan Jembatan Suramadu
berkisar selama 6 (enam) tahun, mulai dari kegiatan pesiapan pembangunan,
pengumpulan, dan analisis data, analisis dan perumusan dampak, hingga
penyelesaian dan pengumpulan laporan data hasil pembangunan.

7.5 Prakiraan Dampak Penting


Kegiatan pembangunan Jembatan Suramadu dapat memberikan dampak
pada komponen lingkungan yang ada di Kec. Labang Kab.Bangkalan – Madura.
Besaran dampak akan dievaluasi dengan menggunakan metode matriks leopold.
Matriks leopold merupakan metode yang dirancang untuk meganalisis dampak
lingkungan pada berbagai proyek konstruksi yang berada di suatu wilayah.
Metode ini memberikan informasi mengenai hubungan dan pengaruh suatu
aktivitas atau kegiatan.
Matriks Leopold merupakan interaksi antara komponen kegiatan dengan
komponen lingkungan. Langkah dalam matriksi ini adalah menentukan besarnya
dan pentingnya dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan proyek. Berikut
adalah skala besarnya dampak dan pentingnya dampak yang akan disajikan
dalam tabel berikut :

22
Tabel 3. Skala Besaran Dampak
No. Skala Persentasi Keterangan Dampak
1. 1 10% - 20% Sangat Kecil
2. 2 20% - 40% Kecil
3. 3 40% - 60% Sedang
4. 4 60% - 80% Besar
5. 5 80% - 100% Sangat Besar

Tabel 4. Skala Pentingnya Dampak


No. Skala Keterangan Dampak
1. 1 Sangat Tidak Penting
2. 2 Tidak Penting
3. 3 Sedang
4. 4 Penting
5. 5 Sangat Penting

Setelah mengetahui skala besaran dan pentingnya dampak, maka


langkah selanjutnya adalah menganalisis dampak yang terjadi yang
berhubungan erat dengan tahap kegiatan dan lingkungan sekitar. Berikut ini
adalah hasil analisis dampak pada setiap tahap kegiatan yang dilakukan dalam
Pembangunan Jembatan Suramadu,

23
Tabel 5. Prakiraan Dampak Besar Pada Setiap Tahapan Kegiatan
Aktivitas Proyek
Tahap
No Tahap Prakonstruksi Tahap Konstruksi Pasca
Konstruksi
Komponen Lingkungan
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 1 2
Komponen Biogeofisik
1 Perubahan bentuk lahan x x x
2 Penurunan Kualitas Air Laut x x x x x x x
3 Penurunan Kualitas Udara Bersih x x x x
Komponen Sosial Ekonomi
1 Perubahan Pendapatan Masyarakat x x x x x
2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha x x x x x
Komponen Sosial Budaya
1 Sikap Masyarakat Terhadap Proyek x x x
2 Ketenangan Masyarakat x x x x x x

Keterangan : Tahap Konstruksi 5. Pembuatan Jembatan


Tahap Prakonstruksi 1. Mobilisasi alat dan bahan material 6. Pemasangan komponen jembatan
1. Perijinan lokasi 2. Mobilisasi tenaga kerja
2. Survey lokasi 3. Operasi pembersihan ranjau di Tahap Pasca Konstruksi
3. Pemetaan lokasi lingkungan laut 1. pembersihan bahan material
4. studi kelayakan 4. Pembukaan lahan sebagai jalan bangunan
akses 2. peresmian Jembatan Suramadu

24
Tabel 6. Prakiraan Dampak Besar dan Penting Pembangunan Jembatan Suramadu
Aktivitas Proyek Tahap
Tahap Pra
No Tahap Konstruksi Pasca
Konstruksi
Komponen Lingkungan Konstruksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Komponen Biogeofisik
5 4 3
1 Perubahan bentuk lahan
5 5 5
5 2 4 3 4 2 4
2 Penurunan Kualitas Air Laut
5 2 5 4 4 3 3
5 3 3 4
3 Penurunan Kualitas Udara Bersih
5 3 4 5
Komponen Sosial Ekonomi
3 4 4 3 5
1 Perubahan Pendapatan Masyarakat
2 4 5 2 4
4 3 4 3 5
2 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
5 4 4 4 4
Komponen Sosial Budaya
3 3 5
1 Sikap Masyarakat Terhadap Proyek
3 4 4
4 3 3 4 4 4
2 Ketenangan Masyarakat
4 4 3 4 5 5

Keterangan : Tahap Konstruksi 5. Pembuatan Jembatan


Tahap Prakonstruksi 1. Mobilisasi alat dan bahan material 6. Pemasangan komponen jembatan
1. Perijinan lokasi 2. Mobilisasi tenaga kerja
2. Survey lokasi 3. Operasi pembersihan ranjau di Tahap Pasca Konstruksi
3. Pemetaan lokasi lingkungan laut 1. pembersihan bahan material
4. studi kelayakan 4. Pembukaan lahan sebagai jalan bangunan
akses 2. peresmian Jembatan Suramadu

25
Dari analisis tabel yang dipaparkan sebelumnya maka setiap tahap
kegiatan pembangunan Jembatan Surmadu memiliki persentase dampak yang
berbeda, berikut akan dijabarkan persentasi besarnya dampak yang ditimbulkan
dari Pembangunan Jembatan Suramadu berdasarkan tahap kegiatannya :
1. Tahap Kegiatan Prakonstruksi
Berdasarkan porsi nilai besaran dampak yang diberikan dalam tabel 6
menunjukkan bahwa tahap kegiatan prakonstruksi menyumbang dampak
sebesar 40-80%, yang mana pada tahap kegiatan pra konstruksi ini lebih
banyak mendatangkan dampak positif seperti masih kentalnya budaya
masyarakat Madura terutama di daerah Kab. Bangkalan sehingga
masyarakat masih jauh dari kasus kejahatan.

2. Tahap Kegiatan Konstruksi


Berdasarkan porsi nilai besaran dampak yang diberikan dalam tabel 6
menunjukkan bahwa tahap kegiatan konstruksi menyumbang dampak
sebesar 40-80%, yang mana pada tahap kegiatan konstruksi lebih
menimbulkan banyak dampak negatif. Dampak negatif tersebut lebih banyak
ditimbulkan pada saat kegiatan mobilisasi alat dan bahan material bangunan
Jembatan Suramadu sehingga banyak menimbulkan perubahan pada
lingkungan sekitar seperti adanya perubahan kualitas air laut, penurunan
kualitas udara bersih, dan pendapatan nelayan yang semakin berkurang.

3. Tahap Kegiatan Pasca Konstruksi


Berdasarkan porsi nilai besaran dampak yang diberikan dalam tabel 6
menunjukkan bahwa tahap kegiatan pasca konstruksi menyumbang dampak
sebesar 60-90%, yang mana pada tahap kegiatan pasca konstruksi
menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnyanya
ditunjukkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat pasca berdirinya
Jembatan, hal ini disebabkan karena terciptanya aktivitas ekonomi di sekitar
jalan akses menuju Jembatan Suramadu. Sedangkan dampak negatif yang
diberikan berupa sreing terjadinya kasus kejahatan di daerah pelososk Kab.
Bangkalan sehingga banyak kasus perampokan yang disertai dengan
pembunuhan (begal) dan pengedaran narkoba, selain itu terganggunya
ketenangan masyarakat akibat banyaknya kendaraan transportasi yang

26
melintasi daerah akses menuju Jembatan Suramadu seperti Kec. Burneh
Kab.Bangkalan-Madura.
Dari penjelasan mengenai dampak potensial dan analisa pada tabel diatas
dapat diketahui bahwa dampak positif yang sangat penting yang ditimbulkan dari
pembangunan Jembatan Suramadu adalah sebagai berikut :
1. Adanya perubahan pendapatan masyarakat setelah berdirinya Jembatan
Suramadu. Perubahan ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan terhadap
pendapatan masyarakat khususnya masyarakat di Kec.Labang,
Kab.Bangkalan – Madura yang membuka usaha sebagai pedagang kaki
lima. Di sisi lain Income perkapita rata-rata per tahun di Bangkalan telah
bertambah sebanyak 93,63 %. Hal ini disebabkan semakin lancarnya
transportasi yang juga akan meningkatkan kegiatan ekonomi.
2. Setelah berdirinya Jembatan Suramadu, masyarakat Kec.Labang
Kab.Bangkalan – Madura memiliki peluang untuk membuka usaha di sekitar
akses jalan menuju Jembatan Suramadu, misalnya sebagai pedagang kaki
lima (PKL). Dengan demikian adanya kesempatan kerja dan peluang
berusaha menjadi jalan alternatif bagi ibu rumah tangga nelayan untuk
mencari pendapatan selain bergantung pada hasil nelayan yang semakin
menurun.
3. Pada masa prakonstruksi budaya yang ada di masyarakat Madura masih
tertata rapi dan tidak terpengaruh dengan budaya dari luar pulau Madura
yang lebih condong pada budaya yang lebih modern.
Selain dampak positif ada pula dampak negatif yang sangat penting yang
ditimbulkan dari pembangunan Jembatan Suramadu, yakni :
1. Adanya perubahan bentuk lahan yang digunakan untuk pembukaan lahan
sebagai jalan akses menuju Jembatan Suramadu. Lahan yang awalnya
merupakan lahan persawahan milik masyarakat sekitar kini menjadi jalan
raya sebagai akses menuju Jembatan Suramadu.
2. Penurunan kualitas air laut yang disebabkan karena adanya mobilisasi alat
dan bahan material yang digunakan dalam pembangunan Jembatan
Suramadu. Adanya kegiatan tersebut menyebabkan laut menjadi tercemar
sehingga ekosistem biota aquatik menjadi terganggu.
Penurunan kualitas udara bersih yang disebabkan karena adanya kegiatan
mobilisasi alat dan bahan material yang dilakukan saat pembangunan Jembatan
Suramadu.

27
8. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Pembangunan Jembatan Suramadu

Tahap Prakonstruksi :
Tabel 7. RKL Prakonstruksi

Indikator
Bentuk Lokasi Periode Instansi
Dampak keberhasilan
Sumber Pengelolaan pengelolaan Pengelolaan pengelolaan
No. Lingkungan Pengelolaan
Dampak Lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
Yang Dikelola Lingkungan
Hidup hidup hidup hidup
Hidup
1. Survei lokasi Lokasi yang Terbangunnya  Datang Wilayah kaki 6 bulan Instansi
untuk kelayakan digunakan jembatan secara Suramadu sebelum pelaksana yaitu
wilayah yang sebagian kecil/ yang tepat langsung baik di bagian infrastruktur Perwakilan
tepat digunakan besarnya untuk untuk dapat ketempat Surabaya dimulai Kementrian
untuk dijadikan jalan mempermuda lokasi yang maupun Kec. Pekerjaan
pembangunan akses h akses tujuan akan Labang Kab. Umum Balai
merupakan dibangunnya Bangkalan Besar
milik warga jembatan Pelaksanaan
sekitar  Dipertimbangk Jalan Nasional
an lokasi V
tersebut
apakah layak
dibangun
jembatan atau
tidak dari segi
lingkungan

28
2. Melakukan pembebasan  Tidak  Dilakukan Wilayah kaki 6 bulan Instansi
permohonan lahan dan terjadinya sosialisasi Suramadu sebelum pelaksana yaitu
izin kepada perizinan kesenjangan secara baik di bagian infrastruktur perwakilan
masyarakat terhadap social tranparansi Surabaya dimulai Kementrian
setempat masyarakat  tidak terjadi tanpa adanya maupun Kec. Pekerjaan
yang lahannya kesalah tutup Labang Kab. Umum Balai
akan terkena pahaman dan menutup/ Bangkalan Besar
dampak dapat secara Pelaksanaan
pembangunan membuat terbuka Jalan Nasional
masyarakat  Pemilik lahan V
lebih mengerti yang
tujuan lahannya
dibangunnya akan terkena
jembatan pembangunan
suramadu , sebaiknya
 Pemberian pihak tersebut
hak ganti diberi modal
asset lahan terlebih
yang akan dahulu untuk
digunakan membuka
sebgai usaha mikro.
pembangunan
jembatan
3. Kesempatan Merekrut Menambah  Mengutamaka Wilayah kaki 6 bulan  Instansi
kerja dan tenaga kerja lapangan n penduduk Suramadu sebelum pelaksana
peluang untuk dapat pekerjaan setempat baik di bagian infrastruktur yaitu
berusaha bekerja di seperti usaha dalam Surabaya dimulai perwakilan
usaha-usaha mikro dari perekrutan maupun Kec. Kementrian
mikro tersebut masyarakat  Memberikan Labang Kab. Pekerjaan
sekitar pengarahan Bangkalan Umum Balai
kepada calon Besar

29
pekerja Pelaksanaan
 Memberikan Jalan
bantuan Nasional V
modal terlebih  Instansi
dahulu untuk Pengawas
membuka yaitu Kepala
usaha kecil- Desa
kecilan.

30
Tahap Konstruksi
Tabel 8. RKL Tahap Konstruksi

Indikator
Bentuk Lokasi Periode Instansi
Dampak keberhasilan
Sumber Pengelolaan pengelolaan Pengelolaan pengelolaan
No. Lingkungan Pengelolaan
Dampak Lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
Yang Dikelola Lingkungan
Hidup hidup hidup hidup
Hidup
1. Perubahan Bembukaan Tidak Menghindari Disepanjang Dari saat tahap  Instansi
bentuk lahan lahan sebagai menimbulkan penebangan jalan akses konstruksi pelaksana
jalan akses kerusakan pohon menuju hingga pasca yaitu
menuju lahan sembarangan Jembatan konstuksi perwakilan
Jembatan Suramadu dari Kementrian
Suramadu arah Kab. Pekerjaan
Bangkalan Umum Balai
Besar
Pelaksanaan
Jalan Nasional
V
 Instansi
Pengawas
yaitu dinas
perhubungan
2. Penurunan Material/bahan Tidak Pendekatan Disepanjang Dari saat tahap  Instansi
kualitas air bangunan yang menyebabkan teknologi dan lokasi yang konstruksi pelaksana
jatuh ke pencemaran air penenrapan akan hingga pasca yaitu
perairan laut standar k3 dibangunnya konstuksi perwakilan
jembatan Kementrian
suramadu Pekerjaan
Umum Balai

31
Besar
Pelaksanaan
Jalan Nasional
V
 Instansi
Pengawas
yaitu Dinas
Kantor LH dan
Dinas
Kesehatan
 Instansi
penerima
laporan yaitu
Kantor LH
3. Penurunan Pada saat Tidak dapat Penerapa Lokasi Secara  Instansi
Kualitas udara pembangunan menimbulkan standar K3 disepanjang periode pelaksana
bersih jembatan pencemaran harus pembangunan disesuaikan yaitu
yang debu, dan diberlakukan jembatan dengan perwakilan
bersumber bahan karena suramadu kebutuhan Kementrian
dari bahan material menyangkut dilaksanakan supaya Pekerjaan
dan bahan keselamatan terlaksana Umum Balai
materialnya bangunan, pekerja. seoptimal Besar
karena dapt mungkin. Pelaksanaan
mengganggu Jalan Nasional
kesehatan V
masyarakat  Instansi
dan pekerja Pengawas
yaitu : Dinas
Kesehatan
Kab.
Bangkalan dan

32
Surabaya, dan
Kantor LH .
 Instansi
Penerima
Laporan :
Kantor LH
Kab. Surabaya
4. Gangguan biota Masuknya Tidak Pendekatan Disepanjang Dari saat tahap  Instansi
air material menyebabkan teknologi dan lokasi yang konstruksi pelaksana
bangunan ke pencemaran air penenrapan akan hingga pasca yaitu
dalam air laut standar k3 dibangunnya konstuksi perwakilan
jembatan Kementrian
suramadu Pekerjaan
Umum Balai
Besar
Pelaksanaan
Jalan Nasional
V
 Instansi
Pengawas
yaitu, Kantor
LH dan Dinas
pertanian,
perikanan dan
Kehutanan
 Instansi
penerima
laporan yaitu
Kantor LH

33
5. Operasi Dari dalam Cepat Karena ranjau Disepanjang Dilaksankan  Instansi
pembersihan perairan terlaksananya tersebut berada lokasi yang sampai ranjau pelaksana
ranjau bersumber dari pembangunan dalam perairan akan tersebut benar- yaitu
akibat perang dan seharusnya dibangunnya benar tidak ada perwakilan
dunia 2 memakai alat jembatan supaya Kementrian
berat utuk suramadu terlaksanya Pekerjaan
mengambil pembangunan Umum Balai
ranjau tersebut yang Besar
berkelanjutan Pelaksanaan
Jalan Nasional
V
 Instansi
pengawas :
KPLP
6. Gangguan lalu Mobilisasi Tidak terjadi  Estimasi Dilakukan Dilaksanakan  Instansi
lintas di laut peralatan kerancuan di waktu dan disepanjang pada saat pelaksana
laut antara mobilisasi rute mobilisasi atau selama yaitu
kapal kapal peralatan pembangunan mobilisasi perwakilan
 Menggunakan jembatan berlangsung Kementrian
tanda warning suramadu Pekerjaan
pada saat Umum Balai
pembangunan Besar
 Pemakaian Pelaksanaan
lampu latar Jalan Nasional
utuk V
pemberitahua  Instansi
n(tanda) Pengawas
bahwa yaitu polantas,
terdapat Dinas perhub
proyek yng kominfo dan
sedang Kantor LH

34
berlangsung  Instansi
penerima
laporan yaitu
Kantor LH
7. Gangguan Mobilisasi Kesehatan akan Melakukan Wilayah kaki Tahap pada  Instansi
Kesehatan peralatan masyarakat pengelolaan air suramadu dan saat pasca pelaksana
meningkat limbah sampah lokasi kontruksi yaitu
dan kualitas pembangunan perwakilan
udara Kementrian
Pekerjaan
Umum Balai
Besar
Pelaksanaan
Jalan Nasional
V
 Instansi
Pengawas
yaitu dinas
kesehan dan
kantor LH.
 Instansi
penerima
laporan yaitu
Kantor LH

35
Tahap Pasca Kontruksi
Tabel 9. RKL Tahap Pasca Konstruksi
Indikator
Bentuk Lokasi Periode Instansi
Dampak keberhasilan
Sumber Pengelolaan pengelolaan Pengelolaan pengelolaan
No. Lingkungan Pengelolaan
Dampak Lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
Yang Dikelola Lingkungan
Hidup hidup hidup hidup
Hidup
1. Pembersihan Kegiatan Terciptanya Pembersihan Di sekitar Pasca operasi  Instansi
bahan dan pembangunan kesehatan, dan dilakukan wilayah pembangunan pelaksana
material dan debu debu tidak dengan pembangunan yaitu
pembangunan pengangkatan bertebaran menggunakan jembatan perwakilan
material sehingga tidak alat yang suramadu Kementrian
bangunan mengganggu memadai untuk Pekerjaan
pernafasan membersihkan Umum Balai
lingkungan Besar
yang terkena Pelaksanaan
dampak dari Jalan Nasional
material V
bangunan  Instansi
Pengawas
yaitu dinas
kesehan,
kantor LH.
Dan DISHUB
 Instansi
penerima
laporan yaitu
Kantor LH dan
DISHUB

36
2. Pembayaran Sebagai balas Dapat Diberi upah Disekitar Pasca operasi  Instansi
upah para jasa terhadap terjaganya dengan wilayah pembangunan pelaksana
pekerja keikutsertaan kesejahteraan mengevaluasi pembangunan yaitu
dalam serta sikap terlebih dahulu jembatan perwakilan
pembangunan saling hasil pekerjaan suramadu Kementrian
Jembatan menghargai yang telah Pekerjaan
Suramadu antara pkerja dikerjaan Umum Balai
dan pihak Besar
pembangun Pelaksanaan
Jalan Nasional
V

37
9. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Pembangunan Jembatan Suramadu

Tahap Prakonstruksi
Tabel 10. RPL Tahap Prakonstruksi
Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantau
No Metode Waktu
Jenis Dampak Indikator / Sumber Lokasi
. Pengumpulan dan Pelaksana Pengawas Pelaporan
yang Timbul Parameter Dampak Pantau
Analisis Data Frekuensi
1. Survei lokasi Lokasi yang Lokasi yang Melakukan Di Dilakukan perwakilan Kepala Dinas
untuk sesuai untuk digunakan pemetaan sepanjang berkali kali Kementrian Desa Kec. Perhubungan
kelayakan pengembangan sebagian terhadap lokasi lokasi sebelum Pekerjaan Labang, Kab.
wilayah yang proyek kecil/ yang proyek dilakukan Umum Balai Kab. Bangkalan
tepat besarnya digunakan pengemban pembangu Besar Bangkalan -
digunakan untuk untuk gan nan Pelaksanaan Madura
untuk dijadikan jalan pengembangan Jembatan Jalan
pembangunan akses proyek Suramadu Nasional V
merupakan
milik warga
sekitar

38
2. Melakukan Mendapatkan pembebasan  Mengirimkan Daerah Dilakukan perwakilan Kepala  Kepala Desa

 Dinas
permohonan izin lahan dan surat pemukiman sampai Kementrian Desa Kec. Kec. Labang,
izin kepada pembebasan perizinan permohonan sekitar benar- Pekerjaan Labang,
masyarakat lahan untuk terhadap dibangunnya lokasi benar Umum Balai Kab. Perhubungan

 Melakukan
setempat dijadikan jalan masyarakat Jembatan proyek mendapat Besar Bangkalan - Kab.
akses yang kan izin Pelaksanaan Madura Bangkalan
lahannya sosialisasi Jalan
akan terkena pengembang Nasional V
dampak an proyek
pembangunan kepada

 Proporsi  Dinas
masyarakat
3. Kesempatan Perekrutan Melakukan Di wilayah Dilakukan perwakilan Kepala
kerja dan pekerja bagi tenaga kerja wawancara pemukiman dalam 1 Kementrian Desa Kec. Tenaga

 Terbukanya
peluang tenaga lokal untuk terhadap masyarakat kali tahap Pekerjaan Labang, Kerja dan
berusaha pembangunan masyarakat sekitar pada Umum Balai Kab. Sosial Kab.

 Kantor BLH
lapangan Jembatan yang proyek masa Besar Bangkalan - Bangkalan
Suramadu merasakan prakonstru Pelaksanaan Madura
 Kesempatan
pekerjaan
dampak dari ksi Jalan Kab.
berusaha proyek Nasional V Bangkalan
bagi pembangunan
masyarakat Jembatan
lokal Suramadu

39
Tahap Konstruksi
Tabel 11. RPL Tahap Konstruksi
Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantau
No Metode
Jenis Dampak Indikator / Sumber Lokasi Waktu dan
. Pengumpulan Pelaksana Pengawas Pelaporan
yang Timbul Parameter Dampak Pantau Frekuensi
 Pembuatan Mendeskripsika  Disepanja Dilaksanak  Instansi
Analisis Data
1. Kualitas Udara Parameter  Dinas  Instansi
udara yang langsung n dengan ng jalan an pada pelaksana Kesehatan pengawa
dipantau jembatan membandingka akses saat yaitu Kab. yaitu dinas

 Mobilisasi
adalah N2, O2, suramadu n Baku mutu menuju pembangu perwakilan Bangkalan kesehatan,
CO2 dan TSP udara yang Jembatan nan Kementrian dan kantor LH
telah Suramadu jembatan Pekerjaan Surabaya dan DISHUB
 Instansi
peralatan
ditetapkan dari arah suramadu Umum
Kab. berlangsun Balai Besar Pelaksana

 Dan pada
Bangkalan g Pelaksana yaitu
an Jalan perwakilan
Nasional V Kementria
 Instansi
rute
pengangk n
utan Pengawas pekerjaan
material yaitu dinas umum

 Dinas dan  Kantor LH


kesehatan
2. Penurunan  Material/baha Dari kegiatan  Suvei Disepanjan Dari saat  Instansi
kualitas air n bangunan pembangunan kedalaman g lokasi tahap pelaksana Sumberda Kab.
yang jatuh ke jembatan muka yang akan konstruksi yaitu ya energy Bangkalan
perairan Suramdu perairan dibangunny hingga perwakilan
 Dilihat dari  Wawancara
Kabupaten dan
pada saat a jembatan selesainya Kementrian Bangkalan Surabaya
kekeruhan memeasang dengan suramadu pembangu Pekerjaan dan

Balai Besar  Instansi


airnya tiang-tiang di penduduk nan Umum Surabaya
dalam laut sekitar jembatan
sebagai  Pemeriksaan Pelaksana pengawas

40
penyangga sampel iar an Jalan yaitu
jembatan dengan Nasional V Dinas
pengukuran  Instansi Kantor LH
pH, suhu, dll Pengawas
yaitu Dinas
Kantor LH
dan Dinas
Kesehatan
 Instansi
penerima
laporan
yaitu
Kantor LH
3. Gangguan Dilihat dari Disebabkan Survei Disepanja Pada  Instansi  Instansi  Instansi
biota air biota yang oleh pengamatan ng saat pelaksana pelaksana pelaksana
mendominasi masuknya pada perairan pemban yaitu yaitu yaitu
material yang lapangan lokasi gunan perwakilan perwakilan perwakilan
dapat secara yang akan jembata Kementrian Kementria Kementrian
mencemari langsung dibangun n hingga Pekerjaan n Pekerjaan
perairan nya terseles Umum Pekerjaan Umum Balai
tersebut jembatan aikanny Balai Besar Umum Besar
suramadu a Pelaksana Balai Pelaksanaan
pemban an Jalan Besar Jalan
gunan Nasional V Pelaksana Nasional V
tersebut  Instansi an Jalan Instansi
Pengawas Nasional V Pengawas
yaitu, Instansi yaitu, Kantor
Kantor LH Pengawas LH
yaitu,
Kantor LH
4 Operasi Terdapat Dari dalam Dengan survey Disepanjan Dilaksanka  Instansi  Instansi  Instansi

41
pembersihan beberapa perairan pengamatan g lokasi n sampai pelaksana pelaksana pelaksana
ranjau ranjau akibat bersumber lapangan yang akan ranjau yaitu yaitu yaitu
perang dunia dari akibat Karena ranjau dibangunny tersebut perwakilan perwakilan perwakilan
ke 2 perang dunia tersebut berada a jembatan benar- Kementrian Kementria Kementrian
2 dalam perairan suramadu benar tidak Pekerjaan n Pekerjaan
dan ada supaya Umum Pekerjaan Umum Balai
seharusnya terlaksanya Balai Besar Umum Besar
memakai alat pembangu Pelaksana Balai Pelaksanaan
berat utuk nan yang an Jalan Besar Jalan
mengambil berkelanjut Nasional V Pelaksana Nasional V
ranjau tersebut an  Instansi an Jalan Instansi
pengawas : Nasional V pengawas :
KPLP Instansi KPLP
pengawas :
KPLP
5 Gangguan lalu Lokasi, Mobilisasi  Survei Dilakukan Saat  Instansi  Instansi  Instansi
lintas di laut Jumlah dan peralatan pengamatan di mobilisasi pelaksana pelaksana pelaksana
jenis potensi dan material lapangan sepanjang peralatan yaitu yaitu yaitu
konflik secara jalur jalan dan perwakilan perwakilan perwakilan
kendaraan langsung mobilisasi material Kementrian Kementria Kementrian
pada lalu berlangsu Pekerjaan n Pekerjaan
lintas di laut ng Umum Pekerjaan Umum Balai
Balai Besar Umum Besar
Pelaksana Balai Pelaksanaan
an Jalan Besar Jalan
Nasional V Pelaksana Nasional V
 Instansi an Jalan  Instansi
Pengawas Nasional V Pengawas
yaitu  Instansi yaitu
polantas, Pengawas polantas,
Dinas yaitu Dinas

42
perhub polantas, perhub
kominfo Dinas kominfo dan
dan Kantor perhub Kantor LH
LH kominfo  Instansi
 Instansi dan Kantor penerima
penerima LH laporan yaitu
laporan  Instansi Kantor LH
yaitu penerima
Kantor LH laporan
yaitu
Kantor LH
6 Gangguan Kesehatan Dari kegiatan Dilakukan Di lokasi Setiap hari  Instansi  Instansi  Instansi
Kesehatan masyarakat pembangunan pemeriksaan pembangun demi pelaksana pelaksana pelaksana
pada saat jembatan yang an jembtan terjaganya yaitu yaitu yaitu
pembangunan semestinya tersebut kesehatan perwakilan perwakilan perwakilan
berlangsung pada saat akan pekerja Kementrian Kementria Kementrian
membangunny sekalipun Pekerjaan n Pekerjaan
a jembatan Umum Pekerjaan Umum Balai
Balai Besar Umum Besar
Pelaksana Balai Pelaksanaan
an Jalan Besar Jalan
Nasional V Pelaksana Nasional V
 Instansi an Jalan  Instansi
Pengawas Nasional V Pengawas
yaitu dinas  Instansi yaitu dinas
kesehan Pengawas kesehan dan
dan kantor yaitu dinas kantor LH.
LH. kesehan
dan kantor
LH.
7 Perubahan Perubahan Dari Memantau Lokasi Pemantaua  Instansi  Instansi  Instansi

43
bentuk Lahan struktur tanah pembangunan kondisi pembangun n dilakukan pelaksana pelaksana pelaksana
dan permukaan tiang tiang perairan an per kuartal yaitu yaitu yaitu
perairan yang tersebut jembatan perwakilan perwakilan perwakilan
dibangun secara suramadu Kementrian Kementria Kementrian
didalam langsung Pekerjaan n Pekerjaan
perairan Umum Pekerjaan Umum Balai
Balai Besar Umum Besar
Pelaksana Balai Pelaksanaan
an Jalan Besar Jalan
Nasional V Pelaksana Nasional V
 kantor LH. an Jalan  kantor LH.
Nasional V
 kantor LH.

44
Pasca Konstruksi
Tabel 12. RPL Tahap Pasca Konstruksi
Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantau
No Metode Waktu
Jenis Dampak Indikator / Sumber Lokasi
. Pengumpulan dan Pelaksana Pengawas Pelaporan
yang Timbul Parameter Dampak Pantau
Dilakukan  perwakilan  Kepala Desa  Dinas
Analisis Data Frekuensi
1. Pembersihan Tidak Kegiatan Melakukan Di
bahan dan menyebabkan pembangunan kegiatan sepanjang berkali kali Kementrian Kec. Labang, Perhubunga
material pencemaran dan bersih-bersih di lokasi sampai Pekerjaan Kab. n Kab.
Bangkalan – Bangkalan
 Dinas
pembangunan pada pengangkatan sekitar lokasi proyek benar- Umum Balai

Pelaksanaa  Dinas
lingkungan material pengemban benar Besar Madura
bangunan gan tercipta
 BLH Kab.
kesehatan
Jembatan lingkunga
 BLH Kab.
n Jalan kesehatan

 Dinas
Suramadu n yang Nasional V
 Kepala
Bangkalan
bersih Bangkalan

 BLH Kab.
kesehatan Desa Kec.
Labang,
Bangkalan
2. Pembayaran Mensejahterak Sebagai balas Membayar Secara Dilakukan perwakilan  Kepala Desa  Kepala
upah para an para pekerja jasa terhadap upah sesuai personal secara Kementrian Kec. Labang, Desa Kec.

Bangkalan –  Perwakilan
pekerja dengan keikutsertaan perjanjian yang terhadap personal Pekerjaan Kab. Labang,
memberi hasil dalam sudah ada para sampai Umum Balai

Pelaksanaan  Dinas
pendapatan pembangunan pekerja urusan Besar Madura Kementrian
Jembatan pembangun selesai Pekerjaan
Suramadu an Jalan pengelola Umum Balai
Jembatan Nasional V dan Besar
Suramadu keuangan Pelaksanaa
aset daerah n Jalan
Nasional V

45
10. Kesimpulan
Dari studi amdal yang dianalisa dalam studi kasus pengaruh adanya
Jembatan Suramadu terhadap masyarakat Kec. Labang Kab. Bangkalan –
Madura dapat diambil kesimpulan sebagai beikut :
 Tahap kegiatan konstruksi lebih menimbulkan banyak dampak negatif
atau dampak yang tidak diinginkan oleh masyarakat sekitar wilayah
proyek dibandingkan pada tahap yang lainnya. Dampak negatif tersebut
lebih banyak ditimbulkan pada saat kegiatan mobilisasi alat dan bahan
material bangunan Jembatan Suramadu sehingga banyak menimbulkan
perubahan pada lingkungan sekitar seperti adanya perubahan kualitas air
laut, penurunan kualitas udara bersih, dan pendapatan nelayan yang
semakin berkurang.
 Tahap kegiatan prakonstruksi dan pasca konstruksi banyak menimbulkan
dampak positif. Hal tersebut lebih ditunjukkan pada faktor budaya
tradisional yang masih melekat pada masyarakat lokal sebelum
berjalannya proyek pembangunan Jembatan Suramadu dan adanya
peningkatan pendapatan masyarakat pasca berdirinya Jembatan.
 Ada beberapa dampak penting yang sangat perlu diperhatikan oleh
pemerintah yang perlu dilakukan pembenahan sampai tercapainya
kesejahteraan masyarat, dampak penting tersebut adalah Perubahan
sosial ekonomi masyarakat dan Pembenahan kualitas air dan udara
bersih. Dampak tersebut harus dilakukan pengelolaan dan pemantauan
yang berpedoman pada RKL dan RPL yang telah dibuat untuk
meminimalisir dampak penting yang ditimbulkan dari pembangunan
Jembatan Surmadu.

46
Daftar Pustaka

Bintoro, Dediarta. 2010. Evaluasi Dampak Pasca Pembangunan


Jembatan Suramadu
https://visitSuramadu.wordpress.com/2010/06/03/menikmati-kemegahan-
Suramadu-dari-atas-kapal-wisata/ diakses tanggal 26 Februari 2015 pukul
09.47 WIB
KPUBPP. 2011. Pengkajian Dampak Sosial Lingkungan Akibat Pembangunan
Jembatan Suramadu. Puslitbang Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan :
Jakarta
Effendi, Mohammad. 2013. Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu
Terhadap Perekonomian Pulau Madura (Studi Kasus Kabupaten
Bangkalan). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro : Semarang
Hidayat, Irpan. 2011. Analisa Konstruksi Jembatan Cable Stayed Menggunakan
Metode Kantilever (Studi Kasus Jembatan Suramadu). Tesis. Fakultas
Teknik Magister Teknik Sipil Universitas Indonesia : Depok
Hotijah, Siti. 2010. Perkembangan Industri dan Pendapatan Daerah Kabupaten
Bangkalan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jembatan Suramadu.
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya : Surabaya
Saputra, Reza Adi. 2013. Konflik Pembangunan Jembatan Suramadu : Studi
Kasus Konflik Vendor Dengan Pihak Pemerintah Terkait Anggaran.
Universitas Airlangga : Surabaya
Septanti, Dewi dan Wahyu Setyawan. 2007. Dampak Pembangunan Jembatan
Suramadu Terhadap Permukiman Nelayan Di Kawasan Sekitar Kaki
Suramadu Surabaya, Studi Kasus : Permukiman Nelayan di Kawasan
Sekitar Kaki Suramadu Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember :
Surabaya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Wikipedia. 2014. Jembatan Nasional Suramadu
http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Nasional_Suramadu diakses tanggal
26 Februari 2015 pukul 09.47 WIB

47
Yakin, Ainul. 2015. Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu Pada Tingkat
Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Labang. Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Airlangga: Surabaya
Yanti, Ananda T.Dharma, Mochammad S. Soeaidy, dan Heru Ribawanto. 2015.
Dampak Kebijakan Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat Dalam Pengembangan Wilayah Jembatan
Suramadu (Studi di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang Kabupaten
Bangkalan) . Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya : Malang
Zhuhri, Mohd. 2015. Efektivitas Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (Ukl-Upl) Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
di Kabupaten Siak. Ilmu Pemerintah-FISIPOL UR. Simpang Baru
Pekanbaru 28293.

48

Anda mungkin juga menyukai