Anda di halaman 1dari 45

JURUSAN TEKNIK SIPIL

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL


Jl. Penghulu KH Hasan Mustapa No. 23
Telp 022-7272215 Fax 022-7202892
BANDUNG-40124
2013
1
DEFINISI KONSTRUKSI

Cara membuat / teknik


memasang, membangun, dan menyetel
komponen bangunan,
sehingga menjadi bangunan lengkap.

2
KATEGORI BANGUNAN
1. Gedung
(rumah tinggal, kantor, sekolah, RS, ruko)
2. Fasilitas Transportasi (jembatan,
terowongan, landasan pesawat terbang)
3. Fasilitas sumber daya air
(bendungan, bendung, krib, struktur
pelabuhan laut)
4. Fasilitas geoteknik (terowongan
bawah tanah/laut, fondasi, basement)
5. Monumental (patung, gapura, tempat
ibadah, museum)

Catatan : penjelasan lebih lanjut disampaikan saat kuliah. 3


BAHAN KONSTRUKSI
Sumber : [9]

1. Pasangan Bata
NRM : Non Reinforced Masonry
RM : Reinforced Masonry
CM : Confined Masonry
2. B3B (Blok Beton Berongga Bertulang)
3. Bambu
4. Kayu
5. Baja

4
Lanjutan: Bahan Konstruksi

6. Beton
R/C = Reinforced Concrete
(beton bertulang). Cor ditempat.
PCC = Precast Concrete
(beton pracetak). Fabrikasi, dirakit ditempat.
PSC = Pre Stressed Concrete
(beton prategang).

Pra-tension Post-tension
(tarik kabel  cor) (cor  tarik kabel)

7. Komposit
(contoh SRC = Steel Reinforced Concrete)
8. Hybrid (contoh : CFST – Concrete Filled Steel
Tube) 5
Lanjutan: Bahan Konstruksi

Tabel 5.1
Kekuatan dan Kelemahan Bahan Bangunan

Sumber : [9]
6
FAKTOR BANGUNAN RENTAN GEMPA
1. Kesalahan dalam disain
aspek konfigurasi struktur, misalnya:
denah yang sangat tidak beraturan,
aspek kekuatan, misalnya:
teknik penjangkaran tulangan yang salah,
tidak ada konektor antar elemen struktur,
aspek kekakuan, misalnya:
pelat lantai terlalu lentur, dimensi elemen
struktur tidak memenuhi syarat.
2. Mutu pengerjaan yang rendah.
3. Mutu pengawasan pekerjaan yang rendah.

7
ASPEK DAN SYARAT KONSTRUKSI
1. Kekuatan
2. Kekakuan
3. Daktilitas
4. Keawetan
5. Konfigurasi struktur
6. Ekonomis
7. Teknologi, peralatan, keahlian
8. Kondisi daerah

8
1. Kekuatan
Tegangan aktual <= tegangan izin
s <= s [kg/m2]
f <= f [MPa]

2. Kekakuan
Defleksi aktual <= defleksi izin
D <= D
Contoh nilai D
Balok lantai tingkat : D = (1/300 ~ 1/400)bentang
9
3. Daktilitas
Kemampuan struktur atau
komponennya untuk melakukan
deformasi inelastis besar secara
bolak-balik dan berulang yang
menyebabkan terjadinya pelelehan
pertama; sambil mempertahankan
kekuatan dan kekakuan yang cukup,
sehingga struktur tersebut tetap
berdiri walaupun sudah berada dalam
kondisi diambang keruntuhan.
10
m = faktor daktilitas
D max saat ambang runtuh akibat gempa rencana
=
D saat leleh pertama

1 <= m <= 5,3


daktail parsial

m =1  elastis
m = 5,3  daktail penuh

11
Gempa rencana
Gempa yang terjadi dengan
probabilitas beban yang
dilampauinya 10% pada umur
gedung 50 tahun.

Mekanisme daktail
Mekanisme daktail terjadi jika
desain dalam kapasitas “balok –
lemah – kolom-kuat”
12
Sendi plastis
Sendi plastis adalah mekanisme
kelelehan pertama pada komponen
struktur, halmana bagian komponen
struktur yang didesain memikul tarik
mengalami kelelehan pertamakali
Riwayat terjadi lokasi sendi plastis:
daerah ujung balok, daerah ujung
kolom, terakhir pada dinding geser.
Sendi plastis berperan sebagai
lokasi disipasi energi gempa pada
struktur.
13
Lanjutan sendi plastis

Gambar 5.1
a) Mekanisme goyang dengan pembentukan sendi plastis dalam
kolom
b) Mekanisme goyang dengan pembentukan sendi plastis dalam
balok 14
Sumber : [16] Suwandojo Siddiq . 1993 .
Struktur Beton Bertulang Daktail dan Ketentuan Menurut
Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk
Gedung 1991 SK SNI T-15 1991-03.
Bandung : Puslitbang Permukiman – Departemen PU . p. 9
Lanjutan sendi plastis

Gambar 5.2:Gambar
Mekanisme
“ column sideway” pada struktur gedung
1.2 “beam sideway” dan
15
4. Keawetan
Layak pakai pada masa umur
rencana

16
5. Konfigurasi struktur
SEBAIKNYA DIHINDARI
4 (EMPAT) HAL BERIKUT :
1. Bentuk bangunan rumit, top heavy, &
set-back.
Bentuk bangunan rumit menimbulkan torsi
dan kehancuran berupa keruntuhan
mendadak.
2. Kekakuan tingkat tidak seragam (soft-
story). Fatal jika beban gempa
menyebabkan terjadinya pertama kali sendi
plastis di kaki kolom lantai dasar.
17
Lanjutan Konfigurasi struktur

3. Perbedaan beban antar tingkat yang


besar.
4. Struktur secara parsial / keseluruhan
tidak mempunyai sistem penahan
beban lateral. Kekakuan tingkat tidak
seragam (soft-story). Fatal jika beban
gempa menyebabkan terjadinya pertama
kali sendi plastis di kaki kolom lantai dasar.

18
Penjelasan ringkas tentang
Soft-Story, Short-Column Effect,
dan P-D Effect yang Berlebihan.
Soft-story adalah kondisi struktur jika
kekakuan elemen vertikal elevasi bawah

Pelaksanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa.


lebih kecil dari kekakuan elemen vertikal

Sumber : [18] Suwandojo Siddiq . 1995 .


elevasi atas.

Teknologi Gempa – Perencanaan dan

Bandung : Puslitbang Permukiman –


Hal ini menyebabkan lebih labilnya
bangunan secara keseluruhan saat

Departemen PU . P. 54-59.
terkena getaran gempa dan berakibat
runtuhnya bangunan secara total.

19
D

effect
Soft-story

Soft story
Gambar 5.3:

Sumber : [18] Suwandojo Siddiq . 1995 .


Teknologi Gempa – Perencanaan dan
Pelaksanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa.
Bandung : Puslitbang Permukiman –
Departemen PU . P. 54-59.
20
P-D effect
Timbulnya pembesaran momen karena pengaruh penambahan
defleksi lateral pada elemen vertikal.

D1 D1 D2
(a) Kesetimbangan pada kondisi
P P P belum berdeformasi.

V V V VA = P, HA = V, MA = V.H
B B B
(b) Immediate P-D effect.
VA = P, HA = V,
H

MA = V.H + P.D1
(c) Akumulasi P-D effect.
A A A
VA = P, HA = V,
(a) (b) (c)
MA = V.H + P.(D1 + D2)
Gambar 5.4: P-D effect 21
Sumber : [12]
P-D effect akan signifikan pada kasus :
Bangunan tinggi > 10 tingkat, atau > 40 m
Sistem struktur dengan pengaruh beban
gravitasi yang besar.
Bangunan soft-story.

22
Lanjutan
Konfigurasi
Struktur

[18] Siddiq, Suwandojo . 1995 . Teknologi Gempa – Perencanaan dan Pelaksanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa . 23
Bandung : Puslitbang Permukiman - Departemen PU . p. 55.
Lanjutan Konfigurasi Struktur
Soft story Set back Top heavy
Balok kuat kolom lemah

Dinding geser tidak menerus Soft story Soft story Balok kuat kolom lemah
Gambar 5.6: Contoh ke-1 konfigurasi struktur yang kurang berperilaku baik
terhadap beban seismik

Sumber : [16] Suwandojo Siddiq . 1993 . Struktur Beton Bertulang Daktail dan Ketentuan Menurut
Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Gedung 1991 SK SNI T-15 1991-03. Bandung :
Puslitbang Permukiman – Departemen PU . p .6 24
Sumber : [18] Suwandojo Siddiq . 1995 .
Teknologi Gempa – Perencanaan dan Pelaksanaan Struktur
Bangunan Tahan Gempa.
Bandung: Puslitbang Permukiman – Departemen PU . p. 55

Gambar 5.7:
Lanjutan Konfigurasi Struktur

25
Bandung: Puslitbang Permukiman – Departemen PU . p. 56
Konfigurasi Struktur yang Kurang Cocok untuk
Daerah Seismik :

Teknologi Gempa – Perencanaan dan Pelaksanaan


Sumber : [18] Suwandojo Siddiq . 1995 .

Struktur Bangunan Tahan Gempa.


5.8.a : Dinding Geser
tidak Menerus 5.8.b: Balok Terputus

Gambar 5.8: Contoh konfigurasi struktur yang kurang berperilaku baik


26
terhadap beban seismik
Bandung: Puslitbang Permukiman – Departemen PU . p. 56
Lanjutan : Konfigurasi Struktur yang Kurang Cocok untuk
Daerah Seismik :

Teknologi Gempa – Perencanaan dan Pelaksanaan


Sumber : [18] Suwandojo Siddiq . 1995 .

Struktur Bangunan Tahan Gempa.


5.8.c: Kekakuan Kolom tidak Seragam

5.8.d: Balok Kuat


Kolom Lemah

Lanjutan Gambar 5.8: Contoh konfigurasi struktur yang kurang berperilaku


27
baik terhadap beban seismik
Lanjutan : Konfigurasi Struktur yang Kurang Cocok untuk
Daerah Seismik :

5.8.e: Bukaan yang Lebar pada Dinding Geser

Lanjutan Gambar 5.8 : Konfigurasi struktur yang kurang


berperilaku baik terhadap beban seismik
5.8.f: Bukaan /
Perlemahan pada
Sumber : [18] Suwandojo Siddiq . 1995 . Diafragma
Teknologi Gempa – Perencanaan dan
Pelaksanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa. 28
Bandung: Puslitbang Permukiman – Departemen PU . p. 56
Lanjutan : Konfigurasi Struktur yang Kurang Cocok untuk
Daerah Seismik :

5.8.h: Set-back

5.8.g: Perubahan Drastis


Rasio Massa atau
Kekakuan

Lanjutan Gambar 5.8: Sumber : [18] Suwandojo Siddiq . 1995 .


Konfigurasi struktur yang Teknologi Gempa – Perencanaan dan
kurang berperilaku baik Pelaksanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa.
terhadap beban seismik Bandung: Puslitbang Permukiman – Departemen PU . p. 56 29
KOMPONEN STRUKTUR GEDUNG UNTUK
PENAHAN GEMPA

2. Couple Shear Wall 3. Shear Wall


1. Rigid Frame

Bandung: Puslitbang Permukiman –


Sumber : [18] Suwandojo Siddiq .

Struktur Bangunan Tahan Gempa.


Perencanaan dan Pelaksanaan
1995 . Teknologi Gempa –

Departemen PU . p. 34.
4. Bracing:
5. Kombinasi rigid frame dan
X-brace, V-brace, K-brace shear wall
Gambar 5.9.a: Contoh mekanisme penahan gempa 30
pada struktur gedung
6. Bandul penyeimbang gaya inersia
(passive control system)
Sumber : [29] film Tokyo Sky City

Gambar 5.9.b: Contoh mekanisme penahan gempa 31


pada struktur gedung
(a)

(c) (d)
(a): Bantalan kombinasi lapisan karet alam dan baja
yang dipasang berselang-seling
(b) (b): Posisi bantalan pada sistem base isolation
(c): Defleksi gedung tanpa base isolation
(d): Defleksi gedung dengan base isolation
7. Base-isolation
(pemasangan bantalan karet-baja isolasi pada fondasi)

Gambar 5.9.c: Contoh mekanisme penahan gempa pada struktur gedung.


Sumber: [26] Teruna, Daniel Rumbi . Perencanaan Bangunan Tahan Gempa dengan Menggunakan
32
Base Isolator (LRB): Contoh Kasus Gedung Auditorium Universitas Cendrawasih, Papua. Karya ilmiah
pada Seminar dan Pameran HAKI 2007 ”Konstruksi Tahan Gempa di Indonesia”.
8.
9.
Active-control-system (aktuator terkomputerisasi)
Hybrid-response-control-system (kombinasi antara base-
isolation, passive-control-system, dan active-control-system).

Sumber: [26] Teruna, Daniel Rumbi . Perencanaan Bangunan Tahan


Gempa dengan Menggunakan Base Isolator (LRB): Contoh Kasus Gedung
33

Auditorium Universitas Cendrawasih, Papua. Karya ilmiah pada Seminar dan


Pameran HAKI 2007 ”Konstruksi Tahan Gempa di Indonesia”.
Mengapa bandul ditempatkan di puncak gedung ?
Kemungkinan terjadi defleksi maksimum pada
mode awal
Contoh :

Gambar 5.10:
Model
simpangan
massa struktur
gedung
Sumber : [12] 34
CONTOH KONFIGURASI
STRUKTUR TAHAN GEMPA
Contoh konfigurasi struktur yang paling baik adalah:
1. Berkaidah kolom-kuat-balok-lemah,.
2. Memiliki denah sederhana dan simetris.
3. Sebaiknya tidak memiliki hal-hal berikut (contoh
konfigurasi struktur berikut kurang cocok untuk
daerah gempa) : set back, perbedaan beban antar
tingkat yang besar, struktur secara parsial atau secara
keseluruhan tidak memiliki sistem penahan beban
lateral.
4. Tidak memiliki : top-heavy, pemutusan balok,
kekakuan tingkat tidak seragam, soft story bukaan
yang lebar pada dinding geser, serta P-D effect yang
berlebihan.

35
CONTOH KONFIGURASI DENAH
dilatasi struktur :
pemisahan massa
struktur berdasarkan
sumbu kekakuannya
(namun massa-massa
tersebut saling
berinteraksi menjadi satu
kesatuan struktur)
maksud :
bentuk struktur
sederhana agar struktur
dapat meredam energi
gempa lebih kecil (jika
dibandngkan struktur
denah tak sederhana)
sehingga struktur dapat
meminimisasi torsi Gambar 5.11: Bentuk denah sederhana

36
[18] Siddiq, Suwandojo . 1995 . Teknologi Gempa – Perencanaan dan Pelaksanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa .
Bandung : Puslitbang Permukiman - Departemen PU . p. 31.
UNTUK PENAHAN GEMPA

Gambar 5.12: Contoh gambar panel precast : pelat, dinding


ALTERNATIF SISTEM STRUKTUR GEDUNG
CONTOH GAMBAR SISTEM BETON-PRECAST

Sumber : [17] Suwandojo Siddiq . 1994 . Beton Precast


sebagai Struktur Bangunan Bertingkat-banyak di Daerah Gempa
. Bandung : Puslitbang Permukiman. p. 35.
37
Lanjutan Contoh Gambar Sistem Beton-Precast
Alternatif Sistem Struktur Gedung Untuk Penahan Gempa

sebagai Struktur Bangunan Bertingkat-banyak di Daerah Gempa


Sumber : [17] Suwandojo Siddiq . 1994 . Beton Precast

. Bandung : Puslitbang Permukiman. p. 37.


Gambar 5.13: Contoh gambar struktur precast panel 38
untuk sistem di Jepang
6. Ekonomis
Biaya dapat diminimalisasi dengan mutu
tetap dapat dipertanggungjawabkan

39
7. Teknologi, peralatan, dan keahlian
Disesuaikan dengan tipe konstruksi agar
pekerjaan konstruksi efisien dan tepat guna.
Konstruksi dibuat dengan :
1. Didisain oleh tenaga ahli yang kompeten,
2. Detail struktur yang benar dan
memperhatikan kaidah perilaku struktur,
3. Metode yang tepat dan memperhatikan
kaidah perilaku struktur,
4. Mutu kerja yang baik, prosedur kerja yang
benar,
5. Dikerjakan oleh tenaga kerja yang kompeten.
6. Pengawasan yang baik terhadap mutu,
waktu, dan biaya,

40
8. Kondisi daerah
Perhatikan tingkat ekonomi, fungsi
bangunan, polusi.

41
MACAM PEMBEBANAN
PADA STRUKTUR GEDUNG
1. DL (Dead Load)
= beban mati.
2. LL (Live Load)
= beban hidup.
3. E (Earthquake)
= beban gempa.
4. R (Rain) = beban hujan.
5. W (Wind) = beban angin.
6. S (Snow) = beban salju.
7. Beban gelombang air laut.
8. Beban tekanan tanah.

Gambar 5.14: Gambar skematis


model pembebaban
pada struktur gedung
42
Sumber : [12]
KOMPONEN STRUKTURAL
Definisi:
Komponen bangunan yang
direncanakan dan diperhitungkan
untuk memikul beban pada struktur.

Contoh:
Portal (terdiri atas balok, kolom,
fondasi).

43
KOMPONEN NON-STRUKTURAL
Definisi:
Komponen bangunan yang TIDAK
direncanakan dan diperhitungkan
untuk memikul beban pada struktur.

Contoh:
dinding partisi, kusen, tangga,
jendela, pintu, lantai tingkat .

44
FILOSOFI BANGUNAN TAHAN GEMPA
Tabel 5.2: Filosofi Bangunan Tahan Gempa

45

Anda mungkin juga menyukai