Anda di halaman 1dari 22

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil

1.1.1 Pengkajian

I. Biodata
Nama : An. A Nama orang Tua : Ny. D

Umur : 6 tahun Pendidikan : SMA

Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : IRT

Agama : Islam Alamat : Gedeg Mojokerto

Pendidikan : TK

MRS Tanggal : 04-06-2022 Pukul : 23.54 WIB

Yang merujuk : Datang Sendiri melalui IGD

DX. Masuk : Asma Bronkial

Tempat Pengkajian : Ruang Anak RSUD Bangil Pasuruan

Tanggal Pengkajian : 05-06-2022 jam 08.00 WIB

II. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama: Pasien mengeluh sesak nafas

2. RPS: Pasien mengalami batuk, demam dan sesak nafas sejak 3 hari lalu,

sudah dibawa ke Dokter dan diberi obat batuk dan demam tetapi kondisi

pasien tidak kunjung membaik, hingga pada tanggal 04-06-2022 muncul

ruam merah di wajah, dada dan perut sehingga oleh keluarga dibawa ke

RSUD Bangil Pasuruan

1
2

3. Riwayat Perkembangan Yang Lalu

a. Prenatal : Ibu tidak menderita penyakit selama masa kehamilan,

hanya mual muntah dan pusing seperti keluhan wanita hamil pada

umumnya

b. Natal : bayi lahir normal dengan berat 3000 gram dan PB 49 cm,

bayi lahir langsung menangis dan bergerak aktif

c. Postnatal : Anak tidak mengalami kelainan apapu setelah lahir,

kondisi setelah lahir normal dan baik, tidak ada masalah pernafasan

d. Imunisasi : Anak sudah diimunisasi dasar lengkap dari HepB, Polio,

BCG, DPT, dan Campak

e. Anak pernah menderita penyakit seperti saat ini sejak usia 3 tahun

karena alergi debu dan dingin sehingga mengalami sesak nafas

Upaya yang dilakukan : membawa anak ke dokter dan menyediakan

obat asma di rumah.

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu mempunyai riwayat penyakit asma

5. Genogram Keluarga:

? ? ?

39 35
22 37 34

29 29

6
3

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

X = Meninggal dunia

------ = Tinggal bersama

= Menikah

= klien

III. Kemampuan Fungsional :

1. Pola persepsi kesehatan: Partisipan mengatakan dirinya pasti sembuh,

karena sudah pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya

2. Pola Nutrisi- Metabolisme :

a. ASI : 2 tahun Sejak kapan : sejak lahir

b. Diit Khusus : tidak ada diet khusus, dari rumah sakit diberikan diet

TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)

c. Nafsu makan : menurun setelah sakit

d. Masalah dengan makanan : klien tidak memiliki masalah dengan

makanan, tidak memiliki alergi makanan tertentu, tidak mengalami

disfagia, makanan kesukaan adalah ayam goreng dan sangat sering

mengkonsumsi ayam goreng

e. Jumlah makanan yang dimakan : saat sakit hanya memakan 1/3 porsi

f. Cairan intra vena : Infus D5 ½ 15 tpm

g. Masukan dan keluaran :


4

1) Masukan

Infus : 500 cc

Minum air putih : 2 gelas

Makan 1/3 porsi, kuah sayur tidak dimakan

Injeksi obat 20 mg

2) Keluaran:

BAK : 1x (volume tidak terkaji karena anak tidak menggunakan

kateter)

3. Pola Eliminasi :

a. URI

1) Kebiasaan : Frekuensi 4-5 kali dalam sehari, waktu pagi siang dan

sebelum tidur, dan jumlah normal (volume tidak terkaji)

2) Anak tidak mengalami masalah berkemih

b. ALVI

1) Kebiasaan : frekuensi 1x sehari, konsistensi lembek, tidak ada

masalah dengan kebiasaan buang air besar

4. Pola Aktifitas / Latihan

a. Kemampuan Motorik: Kemampuan motoric kasar dan halus sesuai

dengan usia, anak sudah dapat melakukan aktivitas fisik seperti orang

dewasa, seperti berlari, bersepeda, bermain, melakukan pekerjaan

rumah tangga seperti menyapu, mencuci piring, motoric halus juga

baik, anak mampu menulis dengan baik, menggunakan jari-jari dengan

baik
5

b. Pernafasan

1) Keluhan saat melakukan aktifitas: anak seringkali mengeluh sesak

nafas jika berlari jauh atau lama

2) Riwayat penyakit pernafasan: anak mengalami asma bronkial sejak

usia 3 tahun

3) Riwayat penyakit paru dalam keluarga: ibu juga mempunyai

riwayat penyakit asma bronkial

c. Sirkulasi

1) Keluhan saat melakukan aktifitas: anak tidak mengeluh lelah atau

pusing saat melakukan aktivitas

2) Riwayat penyakit jantung: anak tidak memiliki riwayat penyakit

jantung

3) Riwayat penyakit jantung dalam keluarga: tidak ada anggota

keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung

4) Obat-obatan yang dipakai: ventolin

5. Pola tidur / istirahat: anak tidur 8-9 jam sehari, siang tidur pukul 12 sampai

pukul 1, sedangkan malam hari tidur pukul 21 sampai dengan pukul 5 pagi

6. Pola kognitif – Perseptual:

a. Pendengaran : normal, tidak ada gangguan, tidak tuli, tidak

menggunakan alat bantu dengar

7. Persepsi diri / konsep diri : anak merasa dirinya lemah, sering sakit, tidak

tahan dingin dan debu


6

8. Pola Peran – hubungan

a. Komunikasi: sesuai dengan usia

b. Bahasa sehari-hari : menggunakan bahasa Jawa tetapi paham dengan

Bahasa Indonesia

c. Hubungan dengan orang lain: baik dengan teman sebaya maupun orang

tua

d. Dampak sakit terhadap diri: anak menjadi takut untuk melakukan olahrga

dan aktivitas berat karena takut sesak nafas

e. Keiginan untuk mengubah diri: ingin berolahraga bersama dengan teman-

temannya

f. Gugup atau relaks : cenderung relaks (skor 4)

9. Seksualitas / reproduksi: anak belum mengalami menstruasi dan belum

memahami seksualitas

10. Koping / toleransi Stres

a. Stressor pada tahun lalu : mengalami sakit yang sama

b. Metode koping yang biasa digunakan : orang tua selalu mendampingi,

menenangkan anak dan membawa ke dokter

c. Sistem pendukung : orang tua dan keluarga lain sangat menyayangi

klien dan berusaha melakukan apapun demi kesembuhan klien

d. Penggunaan alkohol dan obat resep dokter serta obat ilegal untuk

mengatasi stres : Tidak ada


7

e. Efek penyakit terhadap tingkat stres : anak hanya cemas saat asma

kambuh

11. Nilai / Kepercayaan

Anak beragama Islam, sudah diajarkan sholat oleh orang tua meskipun

belum bisa dilaksanakan sepenuhnya, anak juga diajarkan mengaji di

Taman Pendidikan Al Qur’an Bersama dengan teman sebayanya yang lain.

Orang tua juga mengajarkan anak untuk berbagi dengan orang lain .

3) PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan umum

TTV: Nadi : 117 x/menit

Suhu : 37,6 0C

RR : 26 x/menit

Tensi : 125/66 mmHg

BB : 24 Kg

TB : 122 cm

LILA : 21 cm

Status Gizi : Baik

2. Head To Toe

a. Kepala dan leher

1) Rambut : Rambut kotor, belum dicuci sejak sakit

2) Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera putih, Pupil isokor

3) Gigi dan mulut : Gigi seri susu tanggal 2 atas, gigi seri bawah

sudah tumbuh 2 gigi tetap


8

4) Tumbuh gigi usia : 9 bulan

5) Hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret

6) Pembesaran kelenjar tiroid: tidak ditemukan

b. Dada

1) Pernafasan: terpasang O2 kanul nasal 1 lpm

a) Frekuensi nafas : 26 x/menit

b) Kedalaman irama : reguler

c) Bunyi pernafasan : wheezing

+ -

+ -

d) Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada penarikan otot

intercostae, pernafasan cuping hidung

e) Diameter anteroposterior dada : mengembang kurang

sempurna

f) Batuk : tidak produktif

2) Sirkulasi :

a) Nadi : regular 117 x/menit

b) CRT : < 2 detik

c) Warna kulit : kemerahan

d) Kelainan bunyi jantung : tidak ditemukan, bunyi jantung

terdengar regular
9

c. Abdomen :

1) Inspeksi : Tidak tampak pembesaran, warna sawo matang

2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada acites

3) Perkusi : Suara timpani

4) Auskultasi : Bising usus normal 6 x/menit

d. Genitalia:

1) Vulva: tidak diobservasi (keterangan ibu tidak ada masalah)

e. Anus : tidak diobservasi (keterangan ibu tidak ada masalah)

f. Ektremitas :

1) Turgor kulit: baik

2) Warna : kemerahan

3) Varises : tidak ada

4) Oedem : tidak ada

5) Reflek lutut : baik kanan kiri

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil pemeriksaan laboratorium

Tabel 4. 1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Nilai Hasil Interpretasi
Penunjang Rujukan
Eritrosit 4-5,2 5,319 Tinggi
MCV 77-95 72,42 Rendah
MCH 25-33 23,97 Rendah
Leukosit 5,5-14,5 17,32 Tinggi
Basofil 0-0,15 0,9 Tinggi
10

b. Hasil Foto Thorax

Gambar 4. 1 Foto Thorax Klien


1.1.2 Analisa Data

Nama Pasien : An. A Ruang : Anak Dahlia

Tabel 4. 2 Analisa Data


Analisa Data Etiologi Masalah
DS : Pasien Faktor pencetus asma (Alergi Pola nafas tidak
mengatakan debu dan dingin) efektif
sesak nafas, ↓
alergi debu dan Mempengaruhi otot polos dan
dingin, sesak kelenjar napas
saat beraktivitas ↓
berat Penyempitan jalan napas
DO : ↓
1. TTV: Peningkatan kerja
N : 117x/menit otot pernapasan
RR: 26x/menit ↓
reguler Hiperventilasi
2. Pemeriksaan fisik: ↓
 Terpasang Pola Napas Tidak Efektif
nasal kanul O2
1 lpm
 Irama nafas
irregular
 Diameter
thoraks
anteroposterior
tidak
mengembang
11

Analisa Data Etiologi Masalah


sempurna
 Terdengar
wheezing
+ -

+ -

1.1.3 Diagnosa Keperawatan

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas

ditandai dengan pasien mengatakan sesak nafas, alergi debu dan dingin,

RR 26x/menit, reguler, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada

retraksi intercostae, wheezing (+), Diameter thoraks anteroposterior tidak

mengembang sempurna.

1.1.4 Rencana Keperawatan

Tabel 4. 3
Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi (SIKI)
(SLKI)
Diagnosa: Tujuan : Setelah Manajemen Jalan Napas (I.
Pola nafas tidak dilakukan asuhan 01011)
efektif keperawatan diharapkan a. Observasi
berhubungan pola nafas membaik 1) Monitor
dengan Kriteria hasil: pola napas (frekuensi,
penyempitan jalan 1. Dispneu menurun kedalaman, usaha
nafas 2. Penggunaan otot bantu napas)
menurun 2) Monitor bunyi
3. Pernafasan cuping napas tambahan (mis.
hidung menurun Gurgling, mengi,
4. Frekuensi nafas weezing, ronkhi
membaik kering)
5. Kedalaman nafas 3) Monitor
membaik sputum (jumlah,
6. Diameter thoraks warna, aroma)
anteroposterior b. Terapeutik
meningkat 1) Pertahanka
12

Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
n kepatenan jalan
napas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga
trauma cesrvical)
2) Posisikan
semi-Fowler atau
Fowler
3) Berikan
minum hangat
4) Ajarkan pasien
melakukan tripod
position
5) Lakukan
fisioterapi dada, jika
perlu
6) Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
7) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
8) Penghisapan
endotrakeal
9) Keluarkan
sumbatan benda padat
dengan forsepMcGill
10) Berikan
oksigen, jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan
asupan cairan 1700
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
2) Ajarkan teknik
batuk efektif
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
13

1.1.5 Implementasi

Tabel 4. 4 Implementasi
Diagnosa Implementasi Implementasi Implementasi
Keperawatan 5 Juni 2022 6 Juni 2022 7 Juni 2022
Pola nafas tidak 10.15 1) Melakukan 14.00 1) Melakukan 12.30 1) Melakukan
efektif monitor pola napas (frekuensi, monitor pola napas (frekuensi, monitor pola napas
berhubungan kedalaman, usaha napas) kedalaman, usaha napas) (frekuensi, kedalaman, usaha
dengan Evaluasi tindakan: Evaluasi tindakan: napas)
penyempitan RR: 26x/menit RR: 24x/menit Evaluasi tindakan:
jalan nafas. Nafas cepat dangkal Nafas cepat dangkal RR: 22x/menit
Ada retraksi otot pernafasa Ada retraksi otot pernafasan Nafas normal
2) Melakukan 2) Melakukan Tidak ada retraksi otot
monitor bunyi napas tambahan monitor bunyi napas tambahan pernafasan
Evaluasi tindakan: Evaluasi tindakan: Pasien tidak sesak nafas
Wheezing (+) Wheezing (↓) 2) Melakukan
3) Mempertahan 3) Memposisikan monitor bunyi napas
kan kepatenan jalan napas semi-Fowler tambahan
dengan head-tilt dan chin-lift Evaluasi tindakan: Evaluasi tindakan:
Evaluasi tindakan: Pasien tidur dengan kepala Wheezing (↓), Ronchi
Jalan nafas paten diganjal 2 bantal 3) Memposisikan
4) Memposisikan 4) Memberikan semi-Fowler
semi-Fowler minum hangat Evaluasi tindakan:
Evaluasi tindakan: Evaluasi tindakan: Pasien tidur dengan kepala
Pasien tidur dengan kepala Pasien minum air putih hangat diganjal 2 bantal
diganjal 2 bantal 5) Mengevaluasi 4) Memberikan
5) Memberikan pelaksanaan tripod position minum hangat
minum hangat oleh anak Evaluasi tindakan:
Evaluasi tindakan: Evaluasi tindakan: Pasien minum susu hangat
Pasien minum teh hangat Anak bisa melakukan Tripod 8) Mengevaluasi
6) Mengajarkan position yang dipertahankan pelaksanaan tripod position
tripod position selama 15 menit, RR menurun oleh anak
Evaluasi tindakan: menjadi 22x/menit Evaluasi tindakan:
14

Diagnosa Implementasi Implementasi Implementasi


Keperawatan 5 Juni 2022 6 Juni 2022 7 Juni 2022
Tripod position dipertahankan 6) Mengajarkan Anak bisa melakukan Tripod
selama 15 menit, RR menurun teknik batuk efektif position yang dipertahankan
menjadi 24x/menit Evaluasi tindakan: selama 15 menit, RR
7) Menganjurkan Pasien bisa melakukan batuk menurun menjadi 20x/menit
asupan cairan yang banyak efektif 5) Mengajarkan
Evaluasi tindakan: 7) Melakukan teknik batuk efektif
Pasien bersedia minum air putih kolaborasi pemberian obat Evaluasi tindakan:
yang banyak Evaluasi tindakan: Pasien bisa batuk efektif
8) Mengajarkan Obat sudah diberikan 6) Melakukan
teknik batuk efektif  Infus D5 1/2 750 cc/hari kolaborasi pemberian obat
Evaluasi tindakan:  Injeksi Metilprednisolon 20 Evaluasi tindakan:
Pasien masih kesulitan untuk mg IV Obat sudah diberikan
melakukan batuk efektif  Nebul ventolin  Infus D5 1/2 750 cc/hari
9) Memberikan  Injeksi Metilprednisolon
oksigen 1 lpm nasal kanul 20 mg IV
Evaluasi tindakan:  Nebul ventolin
Usaha nafas pasien menurun
10) Melakukan
kolaborasi pemberian obat
Evaluasi tindakan:
Obat sudah diberikan
 Infus D5 1/2 750 cc/hari
 Nebul ventolin tiap 15
menit sampai wheezing
menurun
 Injeksi Metilprednisolon 20
mg IV
15

1.1.6 Evaluasi

Tabel 4. 5 Evaluasi
Diagnosa Hari 1 Hari 2 Hari 3
Pola nafas tidak efektif berhubungan Pukul 13.30 Pukul 15.30 Pukul 15.30
dengan penyempitan jalan nafas. S : Pasien mengatakan batuk dan S : Pasien mengatakan batuk dan S : Pasien mengatakan batuk
sesak nafas. sesak nafas. berkurang tapi sudah tidak sesak.
Kriteria hasil: O: O: O:
1. Dispneu menurun RR: 24x/menit cepat dangkal RR: 22x/menit RR: 22x/menit
2. Penggunaan otot bantu menurun Sianosis retraksi otot pernafasan (↓) Wheezing (↓)
3. Pernafasan cuping hidung Ada retraksi otot pernafasan pernafasan cuping hidung (↓) Tidak ada retraksi otot pernafasan
menurun Tidak ada pernafasan cuping Wheezing (↓) Tidak tidak ada pernafasan
4. Frekuensi nafas membaik hidung Sekret keluar setelah batuk cuping hidung
5. Kedalaman nafas membaik Wheezing (+) efektif Sekret keluar setelah batuk
Sekret keluar setelah dilakukan Diameter thoraks anteroposteriorr efektif
nebulizer sedikit mengembang Diameter thoraks anteroposteriorr
Pasien belum bisa batuk efektif A : Masalah teratasi sebagian. mengembang sempurna
Diameter thoraks anteroposteriorr P : Intervensi dilanjutkan no A : Masalah teratasi.
tidak mengembang sempurna 1,2,3,6,7,10,11 P : Intervensi dilanjutkan dengan
A : Masalah belum teratasi. observasi
P : Intervensi dilanjutkan no
1,2,3,6,7,10,11
16

1.2 Pembahasan

Pada sub bab ini berisi tentang pembahasan asuhan keperawatan

melalui pengkajian, diagnosis, perencanaan, implemetasi, dan evaluasi dengan

maksud memperjelas karena tidak semua yang ada pada teori dapat diterapkan

dengan mudah pada kasus yang nyata. Sub bab ini juga membahas tentang

perbandingan antara kasus nyata dengan teori.

1.2.1 Pengkajian

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian pasien asma

bronkial, menunjukkan bahwa pasien berumur 6 tahun, mengeluh batuk

sesak nafas, alergi debu dan dingin, sesak saat beraktivitas berat, pasien

mempunyai riwayat asma sejak usia 3 tahun dan ibunya mempunyai

penyakit yang sama yaitu asma bronkial. Hasil pemeriksaan fisik

menunjukkan bahwa RR 28 x/menit, N: 117x/menit, irreguler, tidak ada

pernafasan cuping hidung, tidak ada retraksi intercostae, terdengar

wheezing, diameter thoraks anteroposterior tidak mengembang sempurna.

Menurut SDKI (Tim Pokja SDKI, 2017), gejala dan tanda pola

nafas tidak efektif adalah batasan mayor (harus ada) yaitu perubahan

frekuensi atau pola nafas dan perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas),

batasan minor (mungkin ada) yaitu ortopnea, tarkipnea, hiperpnea,

hiperventilasi, pernafasan disritmik, dan pernafasan sukar dan berhati-hati.


17

Menurut asumsi peneliti, memang tidak semua gejala dalam pola

nafas tidak efektif terjadi pada pasien, namun sebagian besar ditemui pada

pasien yaitu mengeluh sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas dan irama

tidak teratur, ada pernafasan cuping hidung, ada retraksi intercostae,

sebelum diberikan O2, akan tetapi menurun setelah dipasang O2, terdengar

wheezing, diameter thoraks anteroposterior tidak mengembang sempurna.

1.2.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan penyempitan jalan nafas ditandai dengan pasien

mengatakan sesak nafas, alergi debu dan dingin, RR 26x/menit cepat

dangkal, reguler, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada retraksi

intercostae, wheezing (+), Diameter thoraks anteroposterior tidak

mengembang sempurna.

Asma bronkial merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

peningkatan kepekaan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga

mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan yang luas, reversibel dan

spontan (S. C. Smeltzer, 2016). Pada pasien asma bronkial terjadi

pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan

antibodi yang menyebabkan pelepasan produk sel mast (mediator) seperti

histamin, bradikinan, dan prostaglandin serta analfilaksis dari substansi

yang bereaksi lambat, pelepasan mediator ini dalam jaringan paru

mempengaruhi kelenjar otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan

bronkospasme, pembengkakan membran mukosa yang menyebabkan


18

pasien mengalami pola nafas yang tidak efektif (Wijaya & Putri, 2013).

Pola nafas tidak efektif menyebabkan penderita mengalami kesulitan

bernafas dan gangguan pertukaran gas didalam paru-paru sehingga

mengakibatkan timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta merasa lemah

(Muttaqin, 2014).

Menurut asumsi peneliti, diagnosa yang ditetapkan sudah sesuai

dengan teori dimana hasil pengkajian dari data subjektif dan objektif

mengarah ke tanda dan gejala mayor dan minor pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan penyempitan jalan nafas. Pasien sudah terdiagnosa

mengalami asma bronkial sejak umur 3 tahun karena faktor keturunan

yang dipicu karena adanya infeksi saluran pernafasan.

1.2.3 Rencana Asuhan

Rencana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien

dengan pola nafas tidak efektif adalah dengan monitor frekuensi, irama,

kedalaman, dan upaya napas serta monitor pola nafas, pertahankan

kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift, posisikan semi-

Fowler atau Fowler, berikan minum hangat, ajarkan melakukan tripod

position, berikan oksigen, kemudian melakukan edukasi dan kolaborasi.

.Tujuan rencana asuhan adalah Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas membaik dengan

kriteria hasil yang ingin dicapai adalah . Rencana asuhan yang dilakukan

adalah dengan melakukan pemantauan respirasi berupa observasi yang

utama adalah frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas serta monitor
19

pola nafas yaitu bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-

Stokes, Biot, ataksik, terapeutik, dan edukasi, serta memberikan

manajemen jalan nafas dalam bentuk observasi, terapeutik yaitu

pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-

thrust jika curiga trauma cesrvical), posisikan semi-Fowler atau Fowler,

berikan minum hangat, lakukan fisioterapi dada, jika perlu, lakukan

penghisapan lendir kurang dari 15 detik, lakukan hiperoksigenasi sebelum

penghisapan endotrakeal, keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep

McGill dan berikan oksigen, jika perlu, kemudian melakukan edukasi dan

kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2019).

Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan oleh penulis

sudah sesuai dengan teori yang ada untuk mengatasi masalah pola nafas

tidak efektif, akan tetapi tidak semua intervensi dapat diberikan karena

menyesuaikan dengan kondisi pasien, seperti melakukan jaw thrust,

melakukan fisioterapi dada, hiperoksigenasi, melakukan fosep McGill dan

berikan oksigen. Intervensi tersebut tidak dilakukan karena kondisi pasien

tidak membutuhkan intervensi tersebut.

1.2.4 Implementasi

Implementasi yang sudah dilakukan oleh penulis pada hari pertama

sampai dengan hari ketiga adalah melakukan monitor frekuensi, irama,

kedalaman, dan upaya napas serta monitor pola nafas, mempertahankan

kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift, memposisikan semi-

Fowler atau Fowler, memberiksan minum hangat, memberikan oksigenasi,


20

kemudian melakukan edukasi dan kolaborasi pemberian obat. Terapi

evidence based yang digunakan adalah mengajarkan tripod position.

Implementasi merupakan perwujudan dari rencana yang telah

disusun pada tahap-tahap perencanaan dapat terealisasi dengan baik

apabila berdasarkan hakekat masalah, jenis tindakan atau pelaksanaan bisa

dikerjakan oleh perawat itu sendiri, kolaborasi sesama tim / kesehatan lain

dan rujukan dari profesi lain. Salah satu evidence based yang dapat

meningkatkan efektivitas pola nafas adalah dengan tripod position. Tripod

Position meningkatkan tekanan intraabdominal dan menurunkan

penekanan diafragma kebagian rongga abdomen selama inspirasi, dengan

bahu disangga oleh otot (seperti otot pectoralis mayor dan minor)

berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan tulang rusuk.

Pengembangan tulang rusuk dengan lengan dan kepala disangga

berkontribusi terhadap inspirasi. Aktifitas otot scalene dan

strenocleidomastoideus meningkat secara signifikan pada posisi condong

kedepan dengan lengan disangga pada paha ataupun lengan disangga

kepala dibandingkan posisi netral. Beberapa mekanisme yang dapat

dijelaskan dari hasil tersebut adalah adanya restriksi pergerakan diafragma,

meningkatkan tekanan intraabdomen dengan mendekatkan tulang rusuk ke

pelvis dan peningkatan tekanan abdomen ini membuat diafragma kesulitan

untuk menekan abdomen kebelakang selama inspirasi, dengan

pengembalian aktifitas otot dengan kekuatan yang dipertahankan oleh

tangan yang ditopang ke muka/ kepala dan lengan yang ditopang oleh paha
21

serta stabilnya tangan dan lengan sternum, clavicula dan tulang rusuk

dapat ditarik ke atas oleh otot scalene dan sternocleidomastoideus (Kim et

al., 2012).

Menurut asumsi peneliti, setelah diberikan terapi tripod position

selama 15 menit, pasien menjadi lebih tenang karena sesak nafas menurun

dan hasil evaluasi tindakan menunjukkan bahwa setelah diberikan tripod

position selama 15 menit, frekuensi nafas responden menurun sehingga

tripod position ini merupakan terapi yang efektif untuk memperbaiki pola

nafas. Tripod position efektif dalam memperbaiki pola nafas tidak efektif,

karena dengan tripod position akan membuat ruang yang lebih lebar bagi

paru-paru untuk lebih bisa mengembang sehingga oksigen yang masuk

lebih banyak. Hal ini akan membuat anak lebih mudah untuk bernafas

sehingga sesak menurun, usaha nafas menurun dan frekuensi nafas

kembali normal.

1.2.5 Evaluasi

Pada hari pertama, pasien 1 mengatakan batuk dan sesak nafas,

sianosis, N: 117x/menit, RR: 24x/menit cepat dangkal, tampak pernafasan

cuping hidung, ada retraksi otot pernafasan, terdengar wheezing, hari

kedua Pasien mengatakan batuk dan sesak nafas, RR: 22x/menit cepat

dangkal, pernafasan cuping hidung menurun, retraksi otot pernafasan

menurun, terdengar wheezing, dan hari ketiga RR: 20x/menit kedalaman

normal, sudah tidak tampak pernafasan cuping hidung, tidak ada retraksi
22

otot pernafasan, wheezing menurun, berkurang, masalah teratasi, dan

intervensi dilanjutkan dengan observasi.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian asuhan pada pola

nafas tidak efektif adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan pola nafas membaik. Pada langkah ini dilakukan

evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan. Evaluasi harus menjelaskan indikator keberhasilan intervensi

yang dilakukan oleh perawat sehingga suhu tubuh pasien dalam batas

normal (Mubarak & Chayatin, 2012). Kriteria hasil asuhan pola nafas

tidak aefektif adalah dispneu menurun, penggunaan otot bantu menurun,

pernafasan cuping hidung menurun, frekuensi nafas membaik, kedalaman

nafas membaik (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).

Menurut peneliti, implementasi yang dihasilkan telah memenuhi

kriteria hasil dari asuhan keperawatan pada pasien dengan pola nafas tidak

efektif. Pasien sudah tidak mengalami sesak, RR dalam batas normal

dengan kedalaman normal, tidak ada lagi pernafasan cuping hidung dan

penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada bunyi nafas tambahan yaitu

wheezing, dan diameter thorak anteroposterior meningkat sehingga tujuan

asuhan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai