Anda di halaman 1dari 45

BAB IV

LAPORAN

KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. IDENTITAS

a. Pasien

Inisial Klien : An. C

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 3 Tahun

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pekerjaan :-

Pendidikan Terakhir :-

Alamat : Jl. Geudong No. 82

No. RM 351575

Diagnosa Medis : TB Milir

Tanggal masuk RS : 12 September 2023

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. M

Umur : 54 Tahun

Pendidikan : SMS

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Geudong

40
41

2. RIWAYAT KEPERAWATAN

a. Riwayat Kesehatan Pasien

1) Riwayat Penyakit Sekarang

a) Keluhan Utama : Sesak, batuk berdahak

b) Kronologi penyakit saat ini : Pasien mengatakan sesak sejak

satu hari yang lalu disertai batuk berdahak, demam serta nyeri

dada.

c) Pasien mengatakan bahwa pernah berobat 6 bulan namun tidak

tuntas.

d) Pengaruh penyakit terhadap pasien : Pasien mengatakan

penyakit yang sekarang dialami sangat berpengaruh pada

dirinya dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.

e) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan : Pasien

berharap bisa sembuh dari penyakitnya dan beraktivitas

kembali.

2) Riwayat Penyakit Masa Lalu

a) Penyakit masa lalu: Tidak ada

b) Imunisasi : Hepatitis, BCG

c) Alergi : Tidak memiliki alergi

d) Pengalaman sakit atau dirawat sebelumnya : Pasien

mengatakan mempunyai penyakit riwayat TB dan berobat

jalan.

e) Pengobatan terakhit : Pasien mengatakan pernah berobat 6

bulan.
42

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis keturunan

: Garis pernikahan

: Tinggal serumah

: Pasien

? : Umur tidak diketahui

G1 : Kakek dan nenek pasien dari ayah dan telah meninggal

akibat faktor yang tidak diketahui, sedangkan kakek dari


43

ibu sudah meninggal dan nenek dari ibu masih hidup

sampai sekarang.

G2 : Ayah pasien anak kedua dari tujuh bersaudara dan ibu

anak kedua dari dua bersaudara.

G3 : Pasien anak kelima dari Sembilan bersaudara. Anak ke 2

dan anak ke 8 meninggal pada saat masuh kecil akibat

faktor yang tidak diketahui.

- Pasien sebelumnya tinggal bersama orang tua, akan tetapi

akhir tahun 2019 pasien tinggal bersama teman selama 1

tahun lebih.

- Keluarga pasien mengatakan tidak ada aggota keluarga yang

menderita penyakit serupa.

- Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

mempunyai riwayat penyakit menurun / menular.

c. Pengkajian Biologis

1. Rasa aman dan nyaman

a) Apakah ada rasa nyeri ? : Pasien mengatakan ada

P : Pasien mengatakan nyeri dada pada saat batuk

Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditekan

R : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri

S : Pasien mengatakan nyeri skala 4 (nyeri sedang), diukur

menggunakan Pain Measurement Scale.

T : Pasien mengatakan nyeri dirasakan kurang lebih sekitar 5


44

menit dan dirasakan hilang timbul.

b) Apakah mengganggu aktivitas : Pasien mengatakan sangat

mengganggu aktivitasnya

c) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan

nyeri : Pasien mengatakan untuk mengurangi nyeri yang

dirasakan biasanya hanya beristirahat sampai nyeri itu hilang.

d) Apakah ada riwayat pembedahan : Pasien mengatakan tidak ada.

2. Aktivitas istirahat tidur

a) Aktivitas

Pasien mengatakan sebelum sakit jarang berolahraga, pada

saat melakukan aktivitas pasien merasa sesak. Pasien juga

mengatakan semenjak masuk RS aktivitasnya sangat kurang

dan semuanya dibantu oleh keluarga.

b) Istirahat

Pasien mengatakan sebelum sakit jarang beristirahat namun

pada saat sakit pasien lebih banyak berisitrahat dan hanya bisa

melakukan aktivitasnya di tempat tidur.

c) Tidur

Pasien mengatakan pola tidurnya saat ini tidak baik karena

sering terbangun di malam hari akibat batuk yang disertai

nyeri dada, pasien mengatakan tidur malamnya sekitar 2-4 jam

dan siang sekitar 3 jam.


45

3. Cairan

Pasien mengatakan sebelum sakit minumnya per hari tidak

habis 1 botol besar begitupun pada saat sakit pasien mengatakan

kurang minum. Sebelumnya pasien pernah minum alkohol selama

1 tahun lebih.

4. Nutrisi

Pasien mengatakan sebelum sakit makannya tidak teratur

dan pada saat sakit makannya sudah mulai teratur dengan makan

nasi, ikan, tempe dan sayur seperti yang disediakan di RS akan

tetapi tidak dihabiskan. Pasien mengatakan tidak kesulitan

menelan dan tidak mempunyai alergi. Kondisi gigi pasien utuh

dan tidak memakai gigi palsu.

5. Eliminasi

a) Eliminasi feses : Pasien mengatakan sebelum sakit BAB tidak

teratur, pada saat sakit pasien BAB 1 hari 2 kali dengan

konsistensi encer dan terdapat sedikit ampas. Pasien tidak

menggunakan obat pencahar dan mengatakan tidak ada

kesulitan saat BAB.

b) Eliminasi urine : Pasien mengatakan BAK lancar.

6. Kebutuhan oksigenasi dan karbondioksida

a) Pernafasan

Pasien mengatakan sulit untuk bernafas dan mengeluh

sesak nafas, untuk mengatasinya pasien biasanya hanya

mengatur
46

nafas dan memperbaiki posisi supaya lebih nyaman. Pasien

menggunakan alat bantu pernafasan yaitu memakai O₂ 10

liter/ menit dengan menggunakan masker NRM. Pasien

mengatakan pernah merokok selama 1 tahun lebih.

b) Kardiovaskuler

Pasien mengatakan cepat merasakan lelah jika beraktivitas,

pasien mengatakan tidak ada keluhan berdebar-debar dan tidak

menggunakan alat pacu jantung.

7. Personal hygiene

Pasien mengatakan sebelum sakit mandi 2 kali sehari,

selama sakit pasien belum pernah mandi begitupun dengan cuci

rambut dan pasien mengatakan segala aktivitas dalam personal

hygiene semuanya dibantu oleh keluarga.

8. Sex : -

d. Pengkajian Psikososial dan Spritual

1) Psikologi

Pasien mengatakan hanya bisa bersabar dengan kondisinya

saat ini dan mengatakan sangat sedih dengan yang dialaminya

sekarang. Pasien mengatakan hal-hal yang dapat dilakukan saat ini

hanya dapat bersabar dan ikhlas menerima penyakitnya.


47

2) Hubungan sosial

Pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah ikut dalam

kegiatan masyarakat, pasien mengatakan mempunyai teman dekat

dan saat ini pasien lebih mempercayai keluarga.

3. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

1) Kesadaran : Composmentis

2) GCS : E4 M6 V5

3) Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,8℃

Pernafasan : 37x/menit

4) Pertumbuhan fisik

Tinggi Badan : 158 cm

Berat Badan : 32 kg

IMT : 12,85 kg/m² (kurus)

b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal

1) Kepala : Bentuk bulat, kulit kepala bersih, rambut berwarna

hitam, dan pertumbuhan rambut baik.

Mata : Konjungtiva anemis, sclera berwarna putih, ada

reflex cahaya, penglihatan baik, dan tidak

menggunakan kaca mata.


48

Telinga : Telinga lengkap kiri dan kanan, bersih,

simetris, tidak ada nyeri tekan, dan

pendengaran baik.

Hidung : Simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak

ada nyeri, dan fungsi penciuman baik.

Mulut : Pasien mampu berbicara dengan baik, keadaan

bibir kering, gigi lengkap.

2) Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada distensi

vena jugularis, dan tidak ada nyeri tekan.

3) Dada

Inspeksi : Bentuk dada simetris, ada retraksi otot dada, tidak

ada lesi.

Auskultasi : Terdengar ronchi di bagian apex paru sinistra

(kiri). Perkusi : Sonor

Palpasi :Ekspansi dada sama dan tidak ada nyeri tekan.

4) Abdomen

Inspeksi : Dinding abdomen tampak simetris, tidak ada lesi,

abdomen tampak datar, warna kulit abdomen sama

dengan warna kulit sekitar abdomen.

Auskultasi : Peristaltik usus 15x/menit

Perkusi : Suara perkusi timpani

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

5) Genitalia, Anus, Rektum : Tidak ada masalah khusus


49

6) Ekstremitas : kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah sama,

yaitu 5.

5 5

55
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 29 Mei 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Darah
Rutin
WBC 21.14 4.0-10.0 10ˆ3/uL
LYM 0.40 0.6-3.5 10ˆ3/uL
MON 0.34 0.1-0.9 10ˆ3/uL
GRA 20.40 1.3-6.7 10ˆ3/uL
HGB 9.2 11.0-17.9 g/dL
HCT 29.6 40-50 %
MCV 54.7 80.0-96.0 fL
MCH 17.0 23.2-38.7 Pg
PLT 514 150-400 10ˆ3/uL
PCT 0.467 0.15-0.50 %
Kesan : Leukositosis sedang, Anemia mikrositik hipokrom disertai
trombositosis reaktif.
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Kimia Darah
SGOT 78 6-30 IU/dL
SGPT 51 7-32 IU/dL
Albumin 2.50 3.3-5.0 g/dL
Bilirubin 0.45 <1.0 mg/dL
Total
Ureum 25 <50 mg/dL
Kreatinin 0.81 L:0.7-1.1, P:0.6-0.9 mg/dL
Glukosa 91 70-140 mg/dL
Darah 2 jam
Asam 5.3 L:3.4-7.0, P:2.4-5.7 mg/dL
Urat
Kesan : Peningkatan enzim-enzim Transaminase, Hipoalbuminemia.
50

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Kimia Klinik
Natrium 128 133-145 mEq/L
(Na)
Kalium 4.0 3.5-5.0 mEq/L
(K)
Klorida 96 96-106
(Cl)
TCM MTB Detected Medium,
Test Rimfampisin
Resisten
Detected
X-Ray Thorax TB
Paru lama
aktif
Kesan : Hiponatremia
5. TERAPI OBAT YANG DIBERIKAN
No. Nama Dosis Rute Indikasi
1. Ceftriaxone 1 gr/12 jam Intra Vena Untuk mengatasi infeksi bakteri.
2. Erdomex 3x1 Oral Membantu mengeluarkan dahak serta
mengencerkan dahak.
3 Proliver 2x1 Oral Menunjang dan melindungi fungsi hati.
.
4. Sucralfat 3x1 Oral Untuk mengatasi tukak lambung
Syrup ulkus duodenum dan melindungi
dari asam lambung.
5. PCT 8 jam Infus Membantu menurunkan suhu tubuh.
Infus
51

Penyimpangan KDM
Micobakterium

Saluran pernafasan (Droplet, Nuclei, Airbone infection)

Jaringan paru dan alveoli


Tb Paru
Ghon fokus (kuman

Defisit Pengetahuan Tentang Pengobatan


dorman) Infiltrasi sel radang
Inflamasi/reaksi radang Suspect TB-MDR

Lesi parenkim paru Pemeriksaan DST

Infiltran, Konsolidasi, Eksudatif, Tuberkuloma Positif TB MDR

Penumpukan sekret/eksudat Kerusakan parenkim


paru

Gangguan Pertukaran Gas


Penurunan ekspansi paru Pleuritis dan penebalan
pleura

Batuk Sesak Gesekan pleura dengan dinding paru

Nyeri pleuritik
Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif
Gangguan Rasa Nyaman Neri

Sumber : (Brunner & Suddarth, 2010)


52

DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Ibu Pasien mengatakan sesak 1. Pasien nampak sesak dengan
sejak satu hari yang lalu disertai pernapasan 36x/m.
batuk berdahak, demam, serta 2. KU lemah
nyeri dada. 3. Pasien mengunakan alat bantu
2. Ibu Pasien mengatakan ada nyeri pernafasan yaitu memakai O2 9
P : Pasien mengatakan nyeri liter/menit dengan NRM.
dada saat batuk. 4. Pasien nampak batuk berdahak dan
Q : Pasien mengatakan nyeri sangat gelisah.
seperti ditekan. 5. TTV :
R : Pasien mengatakan nyeri dada TD : 100/80 mmHg
sebelah kiri. N :
S : Skala nyeri 4 (nyeri sedang), 80x/m
diukur menggunakan Pain S :
Measurement Scale. 36,8℃
T : Pasien mengatakan nyeri P :
dirasakan selama kurang lebih 5 36x/m
menit dan dirasakan hilang 6. Terdengan ronchi di bagian apex
timbil. paru sinistra (kiri).
3. Pasien mengatakan pola tidurnya 7. Pasien nampak meringis dan
saat ini tidak baik karena sering memegang bagian dada saat
terbangun di malam hari batuk.
dikarenakan nyeri di daerah dada. 8. Terpasang infus NaCL 20 tpm
4. Pasien mengatakan tidurnya 9. Hasil lab :
sangat terganggu dan tidak WBC : 21,14 10ˆ3/Ul
nyenyak. LYM : 0,40 10ˆ3/Ul
5. Pasien mengatakan tidur GRA : 20,40 10ˆ3/uL
malam sekitar 2-4 jam dan HCT : 29,6%
siang sekitar 3 jam. SGOT : 78 IU/dL
SGPT : 51 IU/dL
10. Foto Thorax : TB paru lama aktif
53

ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Penumpukan secret atau Bersihan jalan napas
a. Pasien mengatakan batuk eksudat tidak efektif
berdahak sejak satu hari
yang lalu. Penurunan ekspansi paru
DO :
a. Pasien nampak batuk Batuk+sesak
berdahak.
b. Pasien nampak gelisah. Bersihan jalan napas tidak
c. Terdengar ronchi di efektif
bagian apex paru sinistra
(kiri).
d. Foto Thorax : TB paru
lama aktif
e. Pernapasan : 36x/menit
2. DS : Kerusakan parenkim paru Nyeri akut
a. Pasien mengatakan nyeri
saat batuk. Pleuritis dan penebalan
b. Pasien mengatakan nyeri pleura
seperti ditekan.
c. Pasien mengatakan nyeri Gesekan pleura dengan
dada sebelah kiri. dinding paru
d. Pasien mengatakan skala
nyeri 4. Nyeri pleuritik
e. Pasien mengatakan
nyerinya hilang timbil. Gangguan rasa nyaman
D
O
:
a. Pasien nampak meringis.
3. DS : Nyeri pleuritik Gangguan pola tidur
a. Pasien mengatakan pola
tidurnya saat ini tidak Gangguan rasa nyaman
baik karena sering
terbangun di malam hari Nyeri
dikarenakan nyeri dada.
Pasien sering terjaga
54

b. ibu Pasien mengatakan


tidurnya sangat terganggu Pola tidur terganggu
dan tidak nyenyak.
c. ibu Pasien mengatakan
tidur malam 2-4 jam dan
siang sekitar 3 jam.
DO:
a. Ibu pasienPasien nampak
lemas dan mengantuk.
b. Wajah pasien nampak lesu
c. TD : 100/80 mmHg

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No. Diagnosis Keperawatan


1 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas ditandai dengan sesak napas,
batuk berdahak, dan terdengar bunyi napas tambahan (ronchi).
2 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada,
nampak meringis, skala nyeri 4.
3 Gangguan pola tidur b.d proses penyakit ditandai dengan pasien nampak lemas dan
mengantuk.
55

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Inisial Klien : Tn. A No. RM : 351575
Umur Klien : 23 Tahun Dx. Medis : TB Paru

No Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
tidak efektif tindakan keperawatan Observasi :
maka diharapkan 1. Monitor pola pernapasan pasien
bersihan jalan napas 2. Auskultasi bunyi napas tambahan
pasien meningkat dengan (ronkhi atau wheezing)
kriteria hasil : 3. Monitor sputum
1. Batuk efektif Terapeutik :
meningkat. 4. Berikan posisi nyaman seperti semi
2. Produksi sputum fowler atau fowler
menurun. 5. Berikan minum air hangat
3. Pola napas membaik 6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi :
7. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian oksigen
pada pasien
56

2 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


tindakan keperawatan, Observasi :
maka diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pasien berkurang durasi, frekuensi, dan kualitas
dengan kriteria hasil : nyeri.
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri.
menurun. 3. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun. memperberat dan memperingan
nyeri.
Terapeutik :
4. Berikan teknik non
farmakologis Edukasi :
5. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
6. Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur
tindakan keperawatan Observasi :
maka pola tidur pasien 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
membaik dengan 2. Identifikasi faktor penghambat
kriteria hasil : tidur
1. Keluhan sulit tidur Terapeutik :
menurun 3. Modifikasi lingkungan misalnya
2. Keluhan sering pencahayaan, kebisingan, suhu,
terjaga menurun tempat tidur
3. Keluhan istirahat 4. Lakukan prosedur untuk
tidak cukup meningkatkan kenyamanan
menurun misalnya pijat, akupresure, atau
pengaturan posisi
57

5. Ajarkan cara nonfarmakologik


untuk mempermudah proses tidur
(terapi murottal)
Edukasi :
6. Jelaskan pentingnya tidur yang
cukup selama sakit
58

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial Klien : An. C No. RM : 351575
Umur Klien : 3 Tahun DX. Medis : TB Paru

No. Hari / Tanggal No. DX Diagnosis Keperawatan Implementasi Nama


1 Selasa D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Observasi : Nurma
8 Juni 2023 Efektif 1. Monitor pola pernapasan pasien
08.05 WIb Hasil :
- Pola napas cepat
- Pernapasan : 36x/m
2. Auskultasi bunyi napas tambahan
(ronkhi atau wheezing)
Hasil : Terdapat bunyi napas tambahan
(ronchi) di bagian apex paru sinistra
3. Monitor sputum
Hasil : Sputum berwarna putih kental
Terapeutik :
4. Berikan posisi yang nyaman misalnya
semi fowler atau fowler
Hasil : Pasien diposisikan semi fowler
5. Berikan minum air hangat
Hasil : Pasien selalu minum air hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Hasil : Dilakukan fisioterapi dada sekali
dalam sehari setiap pagi hari sebelum
makan
Edukasi :
59

7. Ajarkan teknik batuk efektif


Hasil : Pasien mengerti cara melakukan
batuk efektif
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada
pasien
Hasil : Pasien diberikan oksigen 10
liter/menit dengan menggunakan NRM
2 Rabu D.0077 Nyeri Akut Observasi : Nurma
9 Juni 2023 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
08.15 WIb frekuensi, dan kualitas nyeri.
Hasil :
- P : Pasien mengatakan nyeri
bagian dada saat batuk.
- Q : Pasien mengatakan nyeri
seperti ditekan.
- R : Pasien mengatakan nyeri
dada sebelah kiri.
- S : Skala nyeri 4
- T : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan kurang lebih sekitar 5
menit dan dirasakan hilang
timbul.
2. Identifikasi skala nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan skala nyeri 4
3. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan nyeri
60

dirasakan saat batuk berlebih.


Terapeutik :
4. Berikan teknik non farmakologis
Hasil : Pasien diberikan terapi murottal,
seperti mendengarkan ayat suci Al-
quran.
Edukasi :
5. Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan paham cara
mengatasi nyeri saat muncul.
3 Kamis D.0055 Gangguan Pola Tidur Observasi : Nurma
9 Juni 2023 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
21.05 WIb Hasil : Pasien mengatakan tidur malam
sekitar 2-3 jam dan siang hari tidur
sekitar 3 jam.
2. Identifikasi faktor penghambat tidur
Hasil : Pasien mengatakan susah tidur
atau kurang nyenyak tidur dikarenakan
sering terbangun di malam hari akibat
batuk.
Terapeutik :
3. Modifikasi lingkungan misalnya
pencahayaan, kebisingan, suhu, tempat
tidur
Hasil : Pada malam hari, lampu di
ruangan pasien dimatikan sebagian agar
tidak terlalu terang.
4. Lakukan salah satu prosedur untuk
61

meningkatkan kenyamanan pasien


misalnya pijat, akupresure, atau
pengaturan posisi
Hasil : Pasien mengatakan setiap hari
ibu pasien sering memijatnya agar lebih
nyaman serta diputarkan murottal.
5. Ajarkan cara nonfarmakologik untuk
mempermudah proses tidur (terapi
murottal)
Hasil : Sebelum tidur pasien sering
diputarkan ayat suci Al-quran memalui
smart phone ibunya yang diletakkan di
samping tempat tidur pasien.
Edukasi :
6. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
selama sakit
Hasil : Ibu pasien mengerti tentang
pentingnya tidur cukup.
4 Jumat D. 0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Observasi : Nurma
10 Juni 2023 Efektif 1. Monitor pola pernapasan pasien
07.15 Hasil :
- Pola napas cepat
- Pernapasan : 30x/m
2. Auskultasi bunyi napas tambahan
(ronkhi atau wheezing)
Hasil : Terdapat bunyi napas tambahan
(ronchi) di bagian apex paru sinistra
3. Monitor sputum
62

Hasil : Sputum berwarna putih kental


Terapeutik :
4. Berikan pasien posisi yang nyaman
misalnya semi fowler atau fowler
Hasil : Pasien diposisikan semi fowler
5. Berikan minum air hangat
Hasil : Pasien selalu minum air hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Hasil : Dilakukan fisioterapi dada sekali
dalam sehari setiap pagi hari sebelum
makan
Edukasi :
7. Ajarkan teknik batuk efektif
Hasil : Pasien mengerti cara melakukan
batuk efektif
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada
pasien
Hasil : Pasien diberikan oksigen 10
liter/menit dengan menggunakan NRM
5 Sabtu D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Observasi : Nurma
11 Juni 2023 Efektif 9. Monitor pola pernapasan pasien
08.22 WIB Hasil :
- Pola napas cepat
- Pernapasan : 29x/m
10. Auskultasi bunyi napas tambahan
(ronkhi atau wheezing)
Hasil : Tidak terdapat bunyi napas
63

tambahan.
11. Monitor sputum
Hasil : Produksi sputum sudah mulai
berkurang
Terapeutik :
12. Berikan pasien posisi nyaman misalnya
semi fowler atau fowler
Hasil : Pasien diposisikan semi fowler
13. Berikan minum air hangat
Hasil : Pasien selalu minum air hangat
Edukasi :
14. Ajarkan teknik batuk efektif
Hasil : Pasien mengerti cara melakukan
batuk efektif
Kolaborasi :
15. Kolaborasi pemberian oksigen pada
pasien
Hasil : Pasien diberikan oksigen 10
liter/menit dengan menggunakan NRM
6 Sabtu D.0077 Nyeri Akut Observasi : Nurma
11 Juni 2021 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
09.00 WIB frekuensi, dan kualitas nyeri.
Hasil :
- P : Pasien mengatakan nyeri
sudah mulai berkurang
- Q : Pasien mengatakan nyeri
seperti ditekan.
- R : Pasien mengatakan nyeri dada
64

sebelah kiri.
- S : Skala nyeri 2
- T : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan kurang lebih sekitar 5
menit dan dirasakan hilang
timbul.
2. Identifikasi skala nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan skala nyeri 2
3. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan saat batuk berlebih.
Terapeutik :
4. Berikan teknik non farmakologis
Hasil : Pasien diberikan terapi murottal,
seperti mendengarkan ayat suci Al-
quran.
Edukasi :
5. Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
Hasil : Pasien mengatakan paham cara
mengatasi nyeri saat muncul.
65

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Inisial Klien : An. C No. RM : 351575


Umur Klien : 3 Tahun Dx. Medis : TB Paru

No Diagnosis Hari, Tgl./ Jam Evaluasi Nama Jelas


1 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Selasa S : Pasien mengatakan masih batuk berdahak dan masih Nurma
12 mengeluh ada lendir di tenggorokan.
September O : Pasien nampak batuk berdahak dan dahak tidak
2023 keluar, pasien nampak masih lemah.
13.00 WIB Masih terdengar ronchi di bagian apex paru sinistra.
A : Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor pola pernapasan pasien
2. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi atau
wheezing)
3. Monitor sputum
4. Berikan posisi yang nyaman misalnya semi
fowler atau fowler
5. Berikan minum air hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
7. Ajarkan teknik batuk efektif
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada pasien
2 Nyeri Akut Rabu S : Pasien mengatakan nyeri dada saat batuk Nurma
9 Juni 2021 O : Skala nyeri 3, pasien nampak memegang dada saat
12.30 WIB batuk dan pasien nampak meringis.
66

A : Nyeri akut belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, dan kualitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
4. Berikan teknik non farmakologis
5. Jelaskan strategi mengatasi nyeri.
3 Gangguan pola tidur Jumat S : Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan Nurma
15 September nyenyak karena batuk sudah mulai berkurang.
202307.00 O : Pasien nampak segar
WITA A : Masalah teratasi, namun perlu mempertahankan
intervensi untuk kenyamanan tidur pasien.
P : Pertahankan intervensi
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor penghambat tidur
3. Modifikasi lingkungan seperti pencahayaan,
kebisingan, suhu, tempat tidur
4. Lakukan prosedur kepada pasien untuk
meningkatkan kenyamanan misalnya pijat,
akupresure, atau pengaturan posisi
5. Ajarkan cara nonfarmakologik untuk
mempermudah proses tidur (terapi murottal)
6. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama
sakit
4 Bersihan jalan napas tidak efektif Jumat S : Pasien mengatakan batuk berdahak sudah mulai Nurma
15 Sptember berkurang.
2023
67

15.30 WIB O : Pasien nampak sesekali batuk, akan tetapi dahak


sudah mulai tidak ada dan juga sudah tidak terdengar
bunyi napas tambahan.
A : Bersihan jalan napas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor pola pernapasan pasien
2. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi atau
wheezing)
3. Monitor sputum
4. Berikan posisi yang nyaman misalnya semi
fowler atau fowler
5. Berikan minum air hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
7. Ajarkan teknik batuk efektif
8. Kolaborasi pemberian oksigen pada pasien

5 Bersihan jalan napas tidak efektif Sabtu S : Pasien mengatakan batuk berdahak sudah tidak ada Nurma
16 O : Pasien nampak sudah lebih nyaman dan tidak batuk
September berdahak.
2023 WIB A : Masalah bersihan jalan napas tidak efektif teratasi,
akan tetapi intervensi tetapi dipertahankan untuk
kenyamanan pasien
P : Pertahankan intervensi
1. Monitor pola pernapasan pasien
2. Berikan posisi yang nyaman misalnya semi
fowler atau fowler
3. Berikan minum air hangat
4. Kolaborasi pemberian oksigen pada pasien
68

6 Nnyeri akut Sabtu S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai Nurma


11 Juni 2021 berkurang O : Pasien nampak sudah mulai tenang
15.00 WITA dan nyaman A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Pertahankan intervensi
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan

1. Analisis pengkajian keperawatan

Pada saat dilakukan pengkajian, An. C mengalami penyakit TB

Paru. TB Paru biasanya disebabkan karena adanya bakteri

(Mycobacterium tuberculosis) yang masuk ke paru-paru pada saat

seseorang bernapas, mempunyai riwayat merokok, sistem imun yang

menurun serta pengobatan TB yang tidak tuntas. Hal ini sejalan dengan

penelitian Febriana (2015) yang menyatakan bahwa penyakit TB bisa

terjadi jika seseorang mempunyai riwayat merokok serta pasien yang

mengalami TB Paru akan tetapi pengobatannya tidak tuntas. Penyebab

lainnya kemungkinan juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,

dimana pasien tinggal bersama dengan seseorang yang juga mengalami

penyakit yang sama serta sering terpapar asap rokok.

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan pasien mengeluh batuk

yang tak berhenti, pasien juga mengatakan sesak napas, penurunan

nafsu makan, pasien merasa lemah, serta nyeri di baian dada. Pasien

juga mengatakan sebelumnya pernah berobat 6 bulan akan tetapi

pengobatannya tidak tuntas. Ketidakpatuhannya dalam minum obat

tersebut pasien mengalami TB MDR. Kondisi ini telah disampaikan

dalam Al-Qur’an As-Syu’ara: 30:

69
2. Analisis diagnosis keperawatan

Keluhan utama yang disampaikan pasien adalah batuk dan sesak

napas. Batuk merupakan usaha untuk membersihkan jalan napas dari

produksi secret yang berlebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada

bronkus. Sifat batuk pada pasien TB Paru biasanya dimulai dari batuk

kering (non produktif) kemudian setelah itu muncul peradangan

menjadi batuk produktif yang akan menghasilkan sputum, proses ini

terjadi lebih dari 3 minggu (Ferensina, 2019).

Diagnosis keperawatan utama yang muncul pada kasus ini yaitu

bersihan jalan tidak efektif. Masalah ini didapatkan pada saat

dilakukan pengkajian di ruang perawatan Baji Ati RSUD Labuang Baji

Makassar dengan data pasien mengatakan batuk berdahak, pernapasan

36x/m, terdengar ronchi di bagian apex paru sinistra. Hal ini sejalan

dengan
71

penelitian Nurmayanti (2019) yang menyatakan bahwa TB Paru

merupakan terjadinya penumpukan secret di saluran pernapasan bagian

atas. Hal ini diakibatkan karena adanya bakteri yang merusak daerah

parenkim paru yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi

yaitu produksi secret yang berlebih serta dapat menyebabkan gangguan

pernapasan akibat obstruksi jalan napas sehingga timbulah masalah

bersihan jalan napas tidak efektif

3. Analisis intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk treatment yang

dikerjakan oleh seorang perawat berdasarkan ilmu pengetahuan dan

penilaian secara klinis agar dapat mencapai luaran (outcone) yang

diharapkan (PPNI, 2018). Dalam karya tulis ini penulis telah

melakukan intervensi keperawatan yang disesuaikan dengan buku

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan didukung oleh

penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Kurnia et

al., 2021). yaitu penerapan fisioterapi dada dan batuk efektif untuk

mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien TB Paru.

Ketidakefektifan jalan napas adalah ketidakmampuan membersihkan

sekresi atau penyumbatan pada saluran napas untuk mempertahankan

bersihan jalan napas agar tetap paten (Andra & Yassie, 2013).

Adapun intervensi yang penulis gunakan untuk mengatasi masalah

bersihan jalan napas tidak efektif yaitu melakukan fisioterapi dada.

Keefektifan fisioterapi dada untuk mengatasi masalah tersebut dapat


72

dilakukan melalui 3 tahapan yaitu postural drainage, perkusi / clapping

dan vibrasi. Postural drainage yaitu teknik pengaturan posisi pada

tubuh dengan tujuan untuk membantu pasien dalam proses

pengeluaran sputum sehingga sputum tersebut akan berpindah dari

segmen yang kecil ke segmen besar dengan bantuan gaya gravitasi.

Clapping/perkusi dan vibrasi dalam tindakan fisioterapi dada ini

bermanfaat untuk membuat sputum yang menempel di saluran

pernapasan sehingga secret yang menempel tersebut akan lepas dan

terarah keluar. Perkusi dilakukan dengan menggunakan 3 jari atau 4

jari sedangkan clapping yaitu penepukan yang dilakukan menggunakan

tangan dan dibentuk seperti mangkuk kemudian setelah itu menepuk

perlahan bagian dada dan punggung pasien secara perlahan dari bawah

ke atas, setelah itu kemudian dilanjutkan dengan vibrasi yang

dilakukan juga dengan menggunakan tangan dan digetarkan secara

perlahan dari bagian bawah ke atas. Setelah dilakukan perkusi dan

vibrasi maka langkah yang terakhir dilakukan yaitu batuk efektif yaitu

dengan cara mencondongkan pasien ke depan dari posisi setengah

duduk kemudian batukkan dengan kuat dari dada (Fauzi et al, 2014).

Sebelum dilakukan intervensi fisioterapi dada pada pasien terlebih

dahulu dilakukan memonitor status pernapasan, respon pasien mengeluh

sulit untuk bernapas dan pernapasannya 36x/menit. Kemudian

melakukan auskultasi, pasien mengatakan ketika batuk secretnya sulit

untuk keluar dan terdengar ronchi di bagian apex paru sinistra. Setelah
73

itu kemudian berikan penjelasan kepada pasien mengenai fisioterapi

dada yang dilakukan dengan teknik postural drainage,

clapping/perkusi, dan vibrasi. Intervensi fisioterapi dada bisa dilakukan

sebelum makan siang, sore atau sebelum tidur. Tindakan tersebut tidak

boleh dilakukan pada saat selesai makan karena dapat merangsang

muntah pada pasien (Nurarif et al., 2015).

4. Analisis implementasi dan evaluasi keperawatan

Tindakan yang penulis lakukan sudah berdasarkan intervensi yang

telah dibuat. Penulis melakukan asuhan keperawatan selama 2-3 hari

yang dilakukan 1 kali dalam sehari setiap pagi hari sebelum sarapan.

Pada diagnosis bersihan jalan napas tidak efektif tindakan yang

dilakukan yaitu mangauskultasi pada paru-paru, mengajarkan batuk

efektif serta memberikan postural drainage. Hasil respon pada hari

terakhir dilakukan yaitu didapatkan sputum sudah mulai keluar, tidak

ada suara ronchi, dan pernapasan sudah mulai turun dari 36x/menit

menjadi 29x/ menit.

Melakukan auskultasi bunyi napas bertujuan untuk mengetahui

adanya suara napas tambahan. Observasi jalan napas tujuan untuk

mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas. Mengajarkan pasien

batuk efektif bertujuan untuk mengeluarkan secret dari jalan.

Mengajarkan teknik non farmakologi dengan cara pemberian posisi

postural drainage dengan tujuan untuk membantu mengalirkan secret

dengan efektif dari paru-paru ke saluran pernapasan utama, sehingga


74

dsecret tersebut dapat dikeluarkan menjadi batuk. Selain melakukan

tindakan tersebut juga harus lakukan kolaborasi dengan dokter atapun

tenaga medis lain agar dapat diberikan obat untuk mengencerkan dan

mempermudah mengeluarkan secret (Wilkinson & Ahern, 2012).

Tindakan keperawatan tersebut yang dilakukan penulis selama 3

hari sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan serta

berkolaborasi dengan tim medis. Adapun hasil evaluasi yang sudah

didapatkan mengenai masalah bersihan jalan napas tidak efektif sudah

mulai teratasi dan juga sudah memenuhi kriteria hasil yaitu pasien dapat

mengeluarkan sputum secara efektif, tidak ada suara ronchi, serta

pernapasan sudah mulai turun. Sehingga penulis dapat menyimpulkan

bahwa pemberian terapi fisioterapi dada (postural drainage, perkusi /

clapping dan vibrasi) dan batuk efektif mampu mengatasi masalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien yang mengalami TB

Paru.

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat juga harus

memberikan edukasi spiritual pada pasien dengan gangguan kesehatan

bio, psiko maupun sosial. Edukasi spiritual yang dapat diberikan

berupa panduan ibadah bagi orang sakit serta doa-doa untuk

kesembuhan pasien. Pasien yang sakit maupun yang sehat harus

diberikan kesadaran bahwa kesembuhan itu itu datangnya dari Allah

SWT yang merupakan karunia Allah SWT yang dimana diturunkan

dalam bentuk Al-Quran, didalamnya banyak terkandung berbagai

macam petunjuk serta doa pengobatan penyakit-penyakit.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :


75

beriman.

B. Analisis Intervensi EBPN

Intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien TB paru yang

mengalami masalah bersihan jalan napas tidak efektif yaitu diberikan

intervensi fisioterapi dada dan batuk efektif, yang dimana fisioterapi dada

dan batuk efektif ini sangat efektif untuk menangani masalah bersihan

jalan napas. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Rifki, dkk (2022) yang

berjudul “Penerapan Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif Untuk Mengatasi

Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas pada Pasien TB Paru di Kota

Metro” bahwa hasil dari penerapan tersebut menunjukkan sebelum

dilakukan intervensi, pasien mengalami masalah bersihan jalan napas tidak

efektif yang dimana ditandai dengan pernapasan 28x/menit, suara napas

ronchi serta pasien tidak mampu mengeluarkan sputum. Setelah dilakukan

intervensi, bersihan jalan napas pasien teratasi yang ditandai dengan


76

pernapasan 22x/menit, tidak ditemukan adanya suara ronchi dan pasien

telah mampu mengeluarkan sputum.

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Lumbantoruan (2019) menyatakan bahwa intervensi fisioterapi dada dan

batuk efektif juga bisa mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif yang

dimana hasil dari penelitiannya menunjukkan ahwa fisoterapi dada

terbukti efektif terhadap peningkatan frekuensi pernapasan pasien TB Paru

dimana dari hasil analisis didapatkan p-value 0,006 (p<0,05) artinya

fisioterapi dada dan batuk efektif terbukti efektif terhadap bersihan jalan

napas pada pasien TB Paru yang ditandai dengan pernapasan normal

(24x/menit), irama napas sudah mulai teratur, tidak ada ronchi dan pasien

mampu mengeluarkan sputum.

Teknik fisioterapi dada dan batuk efektif sangat efektif dalam

membantu memperbaiki ventilasi pada pasien yang mengalami fungsi

paru- paru terganggu khususnya pada masalah bersihan jalan napas tidak

efektif. Pemberian fisioterapi dada tersebut dapat menghilangkan secret

dari saluran napas kecil dan juga saluran napas besar sehingga sekret

tersebut dapat dikeluarkan melalui batuk. Sedangkan batuk efektif

merupakan suatu metode batuk dengan benar yang dimana pasien bis

menghemat energinya sehingga tidak mudah lelah dan dapat

mengeluarkan dahak secara maksimal (Rifki et al., 2022).


77

C. Keterbatasan

Dalam penyusunan tugas akhir ners ini ada beberapa keterbatasan

yang penulis alami yaitu jam dinas yang terbatas sehingga sulit bagi

penulis untuk terus memantau dan mengobservasi keadaan pasien selama

dilakukan pemberian intervensi tersebut.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Intervensi fisioterapi dada dan batuk efektif mampu mengatasi

masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien TB Paru serta

efektif untuk menurunkan pernapasan dari 36x/menit menjadi 29x/menit

dan juga pasien dari tidak mampu mengeluarkan sputum menjadi mampu

untuk mengeluarkan sputum dengan menggunakan teknik fisioterapi dada

dan batuk efektif sehingga pasien bisa menjadi lebih nyaman.

B. Saran

1. Bagi peneliti

Penulis sangat berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat menamah

wawasan dan pengalaman peneliti dalam kegiatan karya tulis ini,

terkhusus juga untuk peneliti yang sedang melakukan penelitian tentang

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami TB Paru. Serta

meningkatkan kemampuan dan keterampilan. Semoga karya tulis ini

bisa menjadi acuan dan pembanding dalam penelitian selanjutnya.

2. Bagi rumah sakit

Peneliti berharap agar hasil dari karya tulis ini mampu menjadi

acuan dan dapat menambah wawasan untuk para tenaga kesehatan lain

khususnya perawat yang ertugas untuk memerikan asuhan keperawatan

pada pasien secara professional dan komprehensif.

78
79

3. Bagi institusi pendidikan

Peneliti berharap agar karya tulis ini mampu menambah wawasan

untuk semua pembaca dan penulis yang dapat memperluas ilmu

pengetahuan di bidang keperawatan terkhusus dalam melakukan asuhan

keperawatan pada anak yang mengalami TB Paru sehingga menjadi

acuan literature dalam sebuah penelitian.


Daftar Pustaka

Andra & Yassie. (2013). Keperawatan Medikal bedah. Nuha Medika.

Brunner & Suddarth. (2010). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8).
EGC.

Chandra. (2012). Pengantar Kesehatan lingkungan. Penerbit Buku kedokteran


EGC.

Ferensina, K. (2019). Fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pasca


nebulasi pada pasien TB paru. Jurnal Keperawatan.

Kurnia, N., Lutfiyatil Fitri, N., & Purwanto, J. (2021). Penerapan Fisioterapi Dada
Dan Batuk Efektif Untuk Mnegatasi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Cendekia Muda, Volume 1(2).
https://doi.org/ISSN : 2807-3649

Lumbantoruan. (2019). Pengaruh fisioterapi dada terhadap frekuensi pernapasan


pada pasien TB Paru di RSU Royal Prima Medan. Jurnal Keperawatan,
Volume 9(2), 83–91.

Munikah. (2019). Aplikasi Fisioterapi Dada Unruk Mengatasi Masalah Bersihan


Jalan Napas Pada Anak. Skripsi.

Muttaqin. (2011). Panduan Lengkap Ilmu penyakit Dalam. Diva Press.

Notoadmodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT Rineka Cipta.

Nurarif, Huda, A., Kusuma, & Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa medis Edisi Revisi jilid 3. Mediaction.

Pong, O. (2019). Karya Tulis Ilmiah “Asuhan keperawatam Tn. L.K Dengan
Tuberkulosis Paru Di Ruangan Tulip RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes
Kupang.”

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator

80
Diagnostik (Edisi I). DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi I). DPP PPNI.

Rab, T. (2010). Ilmu Penyakit Paru. Trans Info Media.

Rifki, K., Nurhayati, S., & Ludiana. (2022). Penerapan fisioterapi dada dan batuk
efektif untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan napas pada
pasien TB Paru di kota Metro. Jurnal Cendekia Muda, Volume 2(4).
https://doi.org/ISSN : 2807-3469

Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi II). EGC.

Somantri & Irman. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Salemba Medika.

Suriadi & Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Sagung Seto.

Udin, M. F. (2019). penyakit respirasi pada anak. UB Press.

Werdhani, R. (2013). Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis.


Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, Dan Keluarga FKUI, 1–
18.

WHO. (2019).

Widodo, W., & Diyah Pusporatri, S. (2020). Literatur Review : Penerapan Batuk
Efektif dan Fisioterapi Dada Untuk Mengatasi Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas Pada Klien Yang Mengalami Tuberculosis (TBC). Nursing
Science Journal (NSJ), 1(2), 1–5.

Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.

Wilkinson & Ahern. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 9). Buku
Kedokteran EGC.

81
LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) FISIOTERAPI


DADA
DAN BATUK EFEKTIF
PENGERTIAN Tindakan untuk melepaskan secret dari saluran nafas
bagian bawah
TUJUAN 1. Membebaskan jalan napas dari akumulasi secret
2. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi sekret
KEBIJAKAN Klien dengan akumulasi secret pada saluran nafas bagian
bawah
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Kertas tissue
2. Bengkok
3. Perlak / alas
4. Sputum pot berisi desinfektan
5. Air minum hangat
PROSEDUR A. Tahap Prainteraksi
PELAKSANAAN 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mengatur posisi sesuai daerah gangguan paru
3. Memasang perlak / alas dan bengkok (di
pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut
bila tidur
miring)

82
4. Melakukan clapping dengan cara tangan perawat
menepuk punggung pasien secara bergantian
5. Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan
sebentar, kedua tangan perawat di punggung
pasien
6. Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada
saat yang bersamaan tangan perawat melakukan
vibrasi
7. Meminta pasien menarik nafas, menahan nafas,
dan membatukkan dengan kuat
8. Menampung lendir dalam sputum pot
9. Melakukan auskultasi paru
10. Menunjukkan sikap hati-hati dan
memperhatikan respon pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

83
RIWAYAT HIDUP

Nurma, lahir di Oting kelurahan Balanipa kecamatan


Balanipa kabupaten Polewali Mandar, pada tanggal 26 Oktober
1998. Penulis merupakan anak kedua dari 5 bersaudara yang
merupakan buah kasih sayang dari pasangan suami istri Abdullah
dan Rukiah. Pada tahun 2004 penulis memulai pendidikan
pertamanya di MI Yayasan Perama Oting dan selesai pada tahun
2010. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Balanipa dan
selesai pada tahun 2013. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri
1 Tinambung dan selesai pada tahun 2016. Di tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Makassar yaitu di Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar dengan mengambil jurusan S1 Keperawatan dan selesai
pada tahun 2020. Selanjutnya pada tahun 2021 penulis melanjutkan lagi pendidikan di
Universitas yang sama dengan mengambil jurusan profesi ners dan selesai pada tahun
2022. Dengan ucapan Alhamdulillah penulis saat ini telah selesai mengerjakan studi
dan mendapatkan gelar ners.

84

Anda mungkin juga menyukai