Anda di halaman 1dari 85

SURAT TUGAS

No. 354J/Stikes.R/VII/2021

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Fidrotin Azizah, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Jabatan : Ketua Stikes Rajekwesi

Menugaskan kepada :
Nama : 1. Retno Puji Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep
2. Titik Nuryanti, S.Kep., Ns., M.Kep
3. Evita Muslima IP, S.Kep., Ns., M.Kep
Keperluan : Menyusun Modul
Judul : Modul Keperawatan Kesehatan Jiwa I
Waktu : Genap 2021/2022

Demikian Surat Tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dan dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bojonegoro, 26 Julibu 2021


Stikes Rajekwesi Bojonegoro
Ketua

Fidrotin Azizah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK. 020201016
modul praktikum

keperawatan
kesehatan jiwa i
Pendidikan Profesi Ners
STIKES RAJEKWESI
BOJONEGORO

Titik Nuryanti, S.Kep.Ns.,M.Kep


Evita Muslima IP, S. Kep., Ns., M. Kep
Retno Puji Astuti, S. Kep.,Ns., M. Kep

MODUL

PRAKTIKUM KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1

Penyusun:

Titik Nuryanti, S.Kep.Ns.,M.Kep


Evita Muslima IP, S. Kep., Ns., M. Kep
Retno Puji Astuti, S. Kep., Ns., M. Kep

Penerbit
Prodi Pendidikan Ners
STIKES Rajekwesi Bojonegoro

i
MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN MATERNITAS II

PENYUSUN
Titik Nuryanti, S.Kep.Ns.,M.Kep
Evita Muslima IP, S. Kep., Ns., M. Kep
Retno Puji Astuti, S. Kep., Ns., M. Kep

EDITOR
Titik Nuryanti, S.Kep.Ns.,M.Kep

ISBN :
Hak Cipta @2022, Pada Penerbit
Hak publikasi pada STIKES Rajekwesi Bojonegoro
Dilarang menerbitkan atau menyebarluaskan sebagian atau seluruh isi modul ini
dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanis termasuk
memfotocopy, merekam, atau system penyimpanan dan pengambilan informasi
tanpa seizin tertulis penerbit.

Penerbit
STIKES Rajekwesi Bojonegoro
Jalan Raya Dander, Ngumpak Dalem, Dander, Kec. Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Kode Pos 62171
Telp. (0353) 882197
Email: stikes@rajekwesi.ac.id

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
Modul Praktikum Keperawatan Kesehatan Jiwa dapat diselesaikan. Modul ini
diharapkan dapat menjadi panduan dalam pelaksanaan praktikum. Penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M. Kes, selaku Ketua STIKES Rajekwesi
Bojonegoro.
2. Rahmawati, M. Kes, selaku Wakil Ketua 1 STIKES Rajekwesi Bojonegoro.
3. Evita Muslima IP, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Wakil Ketua 2 STIKES
Rajekwesi Bojonegoro.
4. A. Maftukhin, M. Kes, selaku Wakil Ketua 3 STIKES Rajekwesi Bojonegoro.
5. Para Dosen dan Staf STIKES Rajekwesi Bojonegoro yang telah mendukung
dan memberikan sarannya kepada kami.
Modul ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
pembaca terutama bagi mahasiswa.

Bojonegoro, Januari 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul......................................................................................... i
Lembar Balik ........................................................................................... ii
Kata Pengantar ........................................................................................ iii
Daftar Isi................................................................................................... iv
Tata Tertib ............................................................................................... v
Tata Cara Praktikum.............................................................................. vi
Panduan Modul ....................................................................................... vii
Panduan Pertemuan 1
Pertemuan 1 ............................................................................................. 1
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL………… 1
Pertemuan 2 5
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA BAYI………………… 5
Pertemuan 3, 4, 5 10
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA TODLER, ANAK PRA 10
SEKOLAH DAN ANAK SEKOLAH…………………………………………..
Pertemuan 6,7, 8 16
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA REMAJA, DEWASA 16
DAN LANSIA……………………………………………………………………
Pertemuan 9 20
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH……………… 20
Pertemuan 10 26
ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN……………………………..… 26
Pertemuan 11 31
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA………….. 31
Pertemuan 12 37
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAK BERDAYAAN DAN PUTUS ASA.. 37
Pertemuan 13 49
ASUHAN KEPERAWATAN DISTRESS SPIRITUAL……………………… 49
Pertemuan 14 53
PENYULUHAN KESEHATAN JIWA DI MASYARAKAT………………… 53
Penutup..................................................................................................... 70
Daftar Pustaka ......................................................................................... 71

iv
TATA TERTIB

Mahasiswa yang akan melakukan praktikum harus mengetahui dan mentaati


peraturan LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA sebagai berikut :
1. Mahasiswa harus datang tepat waktu, bila terlambat lebih dari 15 menit,
mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan harus mengganti pada
hari lain.
2. Mahasiswa selama praktikum harus mengenakan jas praktikum dan membawa
APD (Alat Pelindung Diri) dengan berpakaian yang sopan dan rapi, bersepatu
tidak diperkenankan memakai sandal dan kaos oblong.
3. Tas dan buku yang tidak diperlukan selama praktikum supaya diletakkan pada
tempat yang telah disediakan.
4. Mahasiswa selama praktikum berlangsung berlaku sopan, tidak diperkenankan
meninggalkan praktikum tanpa izin Dosen atau Asisten Dosen.
5. Peralatan laboratorium tetap rapi dan sehabis praktikum dikembalikan pada
tempatnya
6. Pembuangan dan penanganan limbah bahan habis pakai harus dikerjakan sesuai
dengan prosedur yang benar.
7. Mahasiswa tidak diperkenankan membawa barang berharga apabila terjadi
kehilangan bukan tanggung jawab institusi.

v
TATA CARA PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok, bagi kelompok piket harap menyiapkan


alat dan bahan yang dibutuhkan selama praktikum sesuai materi
2. Mahasiswa wajib mematuhi tata tertib praktikum yang telah disetujui bersama
3. Selama kegiatan praktikum, alat praktikum merupakan tanggung jawab
praktikan sehingga kehilangan atau kerusakan alat wajib diganti sesuai dengan
alat yang hilang/rusak, nota pembelian wajib di lampirkan saat penggantian alat.
4. Penggunaan alat harus sesuai dengan SPO.
5. Laporan hasil (Logbook) praktikum wajib disetujui oleh dosen pembimbing
praktikum sebelum kegiatan di akhiri.

vi
PANDUAN MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1

1. Deskripsi Modul
Modul berisi tentang berbagai keterampilan asuhan keperawatan jiwa baik
sehat jiwa maupun masalah psikososial. Buku materi pokok praktikum ini
dibuat dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilengkapi format
pengkajian, format Laporan Pendahuluan, format Strategi Pelaksanaan, format
implementasi dan evaluasi. Kelebihan dari buku meteri pokok praktikum ini
terletak pada adanya latihan SP dan tindakan keperawatan yang terdiri dari fase
orientasi, fase kerja, dan fase terminasi, dan adanya latihan menyelesaikan
kasus fiktif. Sehingga Anda akan sangat mudah mempelajarinya dan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa
2. Tujuan
Modul Praktikum Keperawatan Kesehatan Jiwa 1 untuk meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
dalam membantu meningkatkan kesehatan mental. Melalui modul ini,
diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melakukan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Ibu Hamil
b. Melakukan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Bayi
c. Melakukan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Todler
d. Melakukan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak Pra Sekolah
e. Melakukan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Anak Sekolah
f. Melakukan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Remaja
g. Melakukan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Dewasa
h. Melakukan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Lansia
i. Melakukan Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
j. Melakukan Asuhan Keperawatan Kecemasan
k. Melakukan Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka
l. Melakukan Asuhan Keperawatan Ketidak berdayaan dan putus asa
m. Melakukan Asuhan Keperawatan Distress Spiritual

vii
n. Melakukan Asuhan Keperawatan Pemyuluhan Kesehatan Jiwa di
Masyarakat
3. Sasaran
Modul Praktikum Keperawatan Kesehatan Jiwa I untuk meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam membantu meningkatkan asuhan keperawatan
jiwa baik di ranah sehat maupun gangguan atau masalah psikososial
4. Waktu
Modul Keperawatan Maternitas ini dilakukan melalui 14 kali pertemuan
dengan mahasiswa dengan rincian waktu sebagai berikut:
Pertemuan 1: Minggu 1, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 2: Minggu 2, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 3: Minggu 3, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 4: Minggu 4, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 5: Minggu 5, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 6: Minggu 6, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 7: Minggu 7, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 8: Minggu 8, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 9: Minggu 9, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 10: Minggu 10, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 11: Minggu 11, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 12: Minggu 12, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 13: Minggu 13, selama 170 menit (efektif)
Pertemuan 14: Minggu 14, selama 170 menit (efektif)
5. Tempat
Laboratorum Keterampilan Jiwa
6. Bentuk Aktifitas
a. Pertemuan 1 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Ibu Hamil
b. Pertemuan 2 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Bayi
c. Pertemuan 3 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Todler
d. Pertemuan 4 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak Pra Sekolah
e. Pertemuan 5 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Anak Sekolah
f. Pertemuan 6 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Remaja

viii
g. Pertemuan 7 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Dewasa
h. Pertemuan 8 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Lansia
i. Pertemuan 9 Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri
j. Pertemuan 10 Asuhan Keperawatan Kecemasan
k. Pertemuan 11 Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berduka
l. Pertemuan 12 Asuhan Keperawatan Ketidak berdayaan dan putus asa
m. Pertemuan 13 Asuhan Keperawatan Distress Spiritual
n. Pertemuan 14 Pemyuluhan Kesehatan Jiwa di Masyarakat
7. Alat dan Bahan
a. Modul
b. Format evaluasi dan dokumentasi
c. Alat Tulis
8. Metode
a. Diskusi
b. Tanya Jawab
c. Demonstrasi
d. Redemonstrasi
9. Setting
Dilaksanakan di ruang Laboratorium Keperawatan Jiwa atau Desa Binaan,
membentuk forum diskusi dengan kelompok-kelompok kecil.

ix
PANDUAN PERTEMUAN 1
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL
1. DEFINISI IBU HAMIL
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam
3 triwulan, yaitu pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan.
Kehamilan merupakan suatu kondisi yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis
calon ibu. Seiring bertambahnya usia kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju
pada sesuatu yang dianggap klimaks sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan
semakin intensif saat menjelang persalinan. Ansietas merupakan salah satu dampak yang paling sering
dialami ibu selama hamil dan menjelang masa persalinan. Ansietas juga mempengaruhi lebih dari 5
juta penduduk dan gangguan panik mempengaruhi 1,5% sampai 3% penduduk dunia (Kaplan dkk,
1994). Di Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun diperkirakan berkisar antara 9
hingga 12 persen populasi umum (Mudjadid, 2007). Selama menjalani kehamilan dan menjelang
persalinan, kehidupan psikologi dan emosional ibu hamil dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai
persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya. Wanita
yang baru pertama kali mengandung, akan merasa gelisah, was-was, dan takut menghadapi rasa sakit
manjelang saat melahirkan. Masalah psikososial yang sering ditemukan pada kelompok ibu hamil
adalah ansietas dengan berbagai tingkatan.
2. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA IBU HAMIL YANG MENGALAMI ANSIETAS
a. Definisi
Ansietas pada ibu hamil adalah suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan tidak
menyenangkan yang mengancam individu selama kehamilan atau menjelang persalinan dimana
objek kecemasan itu tidak jelas atau samar-samar yang dikarenakan adanya perubahan-
perubahan fisiologis seperti perubahan bentuk tubuh ataupun rahim yang semakin membesar
serta tekanan-tekanan yang dirasakan dalam perut yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi
psikologis, seperti merasa takut, khawatir, was- was dan tidak tahu apa yang akan terjadi dan
yang harus dilakukan menghadapi kehamilan dan persalinan. Ansietas yang diikuti oleh
perasaan bimbang ada kalanya kurang disadari oleh ibu hamil yang bersangkutan sehingga
bertahan lama dalam dirinya yang semakin lama akan memiliki frekuensi dan intensitas yang
lebih tinggi. Perubahan emosi tersebut tidak sama pada setiap ibu hamil, tergantung pada
kepribadian individu, tipe stres yang pernah dialami, dan dukungan emosi yang didapat ibu
hamil tersebut. Peplau (1952 dalam Towsend, 2009) membagi ansietas menjadi empat tahap
1
yaitu ringan, sedang, berat dan panik. Pada masing-masing tahap, individu memperlihatkan
perubahan perilaku, kemampuan kognitif dan respon emosional ketika berupaya menghadapi
ansietas. Videbeck (2008) menjelaskan pada tahap ansietas ringan dan sedang, individu dapat
memproses informasi, belajar dan menyelesaikan masalah. Pada kenyataannya, tahap ansietas
ini dapat memotivasi pembelajaran dan perubahan perilaku dimana keterampilan kognitif
mendominasi tingkat ansietas ini. Menurut Fortinash (2003), secara fisiologis pada ansietas
ringan masih menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, adanya ketegangan otot
ringan dan pupil berada pada kondisi normal atau kontriksi. Pada ansietas sedang, tanda
fisiologis yang ditampilkan adalah tanda-tanda vital dalam kondisi normal atau mulai terjadi
peningkatan, terjadi ketegangan dan muncul perasaan tidak nyaman. Pada tingkat ansietas
berat, keterampilan bertahan yang lebih sederhana mengambil alih, respon defensif terjadi dan
keterampilan kognitif menurun secara signifikan. Individu mengalami kesulitan berpikir dan
melakukan pertimbangan, otot- otot menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat, mondar-
mandir, memperlihatkan kegelisahan, iritabilitas dan kemarahan atau menggunakan cara
psikomotor-emosional lainnya untuk melepas ketegangan. Isaccs (2001) menjelaskan bahwa
efek yang ditimbulkan pada skala ansietas berat adalah ketidakmampuan berfokus atau
menyelesaikan masalah serta terjadinya aktivasi sistem saraf simpatik. Serangan panik adalah
suatu episode ansietas yang cepat, intens dan meningkat yang berlangsung 15 sampai 30 menit
ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar dan ketidaknyamanan fisiologis.
Selama serangan panik, individu terlihat sangat cemas dan menunjukkan empat atau lebih
gejala berikut : palpitasi, berkeringat, tremor, sesak napas, rasa tercekik, nyeri dada, mual,
distres abdomen, pusing, parestesia, menggigil atau hot flash. Dalam keadaan panik, alam
psikomotor-emosional individu akan mendominasi disetai respon fight, flight atau freeze.
Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda-tanda vital sangat meningkat, pupil membesar untuk
memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk dan satu-satunya proses kognitif berfokus
pada pertahanan individu tersebut (Videbeck, 2008).

3. SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ANSIETAS

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 221 No. Revisi :

2
Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners

3
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa pada ibu hamil yang
mengalami ansietas.
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan jiwa pada ibu hamil yang mengalami
ansietas.
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan jiwa pada ibu hamil yang
mengalami ansietas.
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan jiwa pada ibu hamil yang mengalami
ansietas.
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa pada ibu hamil yang mengalami ansietas.
Pengertian Pemeriksaan fisik sistem reproduksi merupakan suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien untuk mengetahui kelainan reproduksi yang mungkin terdapat
pada klien
Manfaat Tindakan 1. Menentukan kelainan fisik dan psikis yang berhubungan dengan kondisi klien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat
kesehatan klien
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
4. Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan klien.
Indikasi Klien dengan keluhan ibu hamil ansietas
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan alat dan 1. APD (Sarung tangan dan Masker) 15
bahan 2. Form Pengkajian
3. Kasus
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal lahir,
dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai.
6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
1.
Pelaksanaan Cuci tangan. 55
2.
(Fase kerja) Pakai handscoon dan masker
3.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengosongkan kandung kemih
sebelum memulai pengkajian.
4.
Anamnesa klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan utama klien
(DS DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak ada pasien)
5.
Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari TTV dan tentang ansietasnya.
6.
Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir)
7.
Buatlah Analisa data
4
8.
Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa, masalah
utama dan efek
9.
Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
10.
Buatlah intervensi keperawatan
11.
Lakukan Tindakan keperawatanan
a. Mediskusikan ansietas : penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, serta akibat yang timbul karena ansietas
b. Melatih relaksasi fisik, mengendalikan pikiran
12.
Lakuan Tindakan pada keluarga
a. Mendiskusikan kondisi pasien : amsietas, penyebab,
proses terjadinya dan tanda gejala.
b. Melatih keluarga merawat pasien ansietas
c. Melatih keluiarga melakukan follow up
13.
Buatlah Strategi Pelaksana pada ibu hamil dengan ansietas.
14.
Dokumentasi Keperawatan
15.
Bereskan peralatan
16.
Buka sarung tangan dan cuci tangan
17.
Rapikan kembali klien
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan kehamilan yang mengalami ansietas
pada Ny. …… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam ….
Hasil yang didapatkan …. Respon Klien ……

Ttd

Nama Terang Perawat

5
PANDUAN PERTEMUAN 2
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA BAYI
1. Definisi

Masa bayi adalah masa yang berlangsung selama 2 tahun pertama setelah 2 minggu periode
bayi yang baru lahir. Meskipun masa bayi sering dianggap masa bayi baru lahir, label masa bayi akan
digunakan untuk membedakan dengan periode postnatal yang pada masa ini ditandai dengan keadaan
yang sangat tidak berdaya. Ahli psikologi perkembangan membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun
pertama ini dengan menyebut periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan
pondasi yang kokoh untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Rasa percaya dan tidak
percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama kehidupan saja. Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada
tahap perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat anak-anak memasuki
sekolah dengan rasa percaya yang tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang banyak
memberikan waktu baginya sehingga membuatnya sebagai orang yang dapat dipercayai. Pada
kesempatan kedua ini anak mengatasi rasa tidak percaya. Yang mungkin terjadi karena adanya konflik
atau perceraian kedua orang tua.
a) Karakteristik perkembangan pada masa bayi
Perkembangan reflek : Pada masa bayi terlihat gerakan-gerakan spontan yaitu refleks
refleks adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terkoordinasi sebagai
reaksi terhadap rangsangan tertentu serta memberi bayi respon penyajian diri terhadap
lingkungannya. Reflek menghisap dan mencari : bayi baru lahir secara otomatis akan
menghisap benda yang ditempatkan di mulutnya. Jika bayi menemukan puting susu ibu maka
ia akan menghisap secara kuat dan berirama tanpa belajar. Reflek mencari dan menghisap akan
menghilang setelah bayi berusia kira-kira 3 sampai 4 bulan. Kemudian pada usia 1 tahun refleks
menghisap menyatu dan diperluas dengan aktivitas makan yang disengaja. Reflek Moro adalah
suatu respon tiba-tiba dari bayi yang baru lahir sebagai akibat adanya suara atau gerakan yang
mengejutkan. Reflek Moro ini juga merupakan suatu upaya mempertahankan hidup. Oleh
karena itu rasa tersebut merupakan hal normal bagi semua bayi yang baru lahir. Respon ini akan
menghilang ketika bayi mendekati usia 6 bulan. Refleks menggenggam terjadi ketika sesuatu
menyentuh telapak tangan bayi bayi akan merespon dengan cara menggenggam dengan kuat.
Reflek menggenggam merupakan langkah awal bayi untuk lebih memudahkan melakukan
aktivitas menggenggam selanjutnya yang lebih disengaja. Dapat menggenggam ini akan
berkurang pada kurang dari 3 bulan.
6
Kemampuan merangkak sebagai keterampilan bergerak maju dengan tangan dan kaki
sambil mengangkat badan dari dasar tempat melungkup. Dengan tercapainya kemampuan
merangkak si bayi mulai bereksplorasi menjelajahi tempat bermain dan rumahnya sambil
memperkukuh otot-ototnya.
Kemampuan duduk mendapatkan kebebasan bergerak bagi kepala tubuh dan kedua
belah tangan. Dengan fasilitas kebebasan ini bayi bisa memperhatikan gerakan-gerakan tangan
dan jari-jari sambil memanipulasikan kepalanya.
Kemampuan berdiri dan berjalan tegak berdiri dan berjalan pada kedua kaki itu
merupakan keterampilan khas manusiawi yang dimulai pada usia 1 tahun
Pola tidur dan bangun bayi yang lahir menghabiskan lebih banyak waktunya untuk tidur
rata-rata bayi baru lahir tidur selama 16 sampai 17 jam sehari walaupun ada beberapa bayi yang
rata-rata tidurnya lebih sedikit yaitu 10 sampai 11 jam per hari
Pola makan dan minum perkembangan fisik bayi tergantung pada makanan yang baik
selama 2 tahun pertama bayi yang membutuhkan makanan yang mengandung sejumlah protein
kalori vitamin dan mineral bagi bayi usia 6 bulan pertama ASI merupakan sumber makanan
dan sumber energi yang utama karena ASI adalah susu yang bersih dan dapat dicerna serta
mengandung zat antibodi bagi bayi.
Bola buang air buang air yang terkendali atau terlatih merupakan suatu bentuk
keterampilan fisik dan motorik yang harus dicapai oleh bayi kemampuan untuk mengendalikan
buang air ini sangat tergantung pada kematangan otot dan motivasi yang dimiliki pengendalian
bunga yang kecil dimulai pada usia 15 sampai 16 bulan tetapi sampai akhir masa bayi
pengendalian pengaruh kecil ini belum sempurna
Perkembangan intelegensi atau kognitif pada usia bayi ini berada pada periode sensori
motorik bayi mengenal objek-objek berada di lingkungan melalui sistem penginderaan yaitu
penglihatan dan pendengaran dan gerakan motoriknya
Perkembangan emosi emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi
antara gejolak fisiologi dan perilaku yang tampak berapa tahapan perkembangan emosi pada
bayi secara umum yaitu usia 2 bulan pertama pada usia ini tipikal emosinya ialah heran senang
kejadian dan kesukaran bayi yang usianya suka menunjuk benarnya yang meningkat terhadap
berbagai orang dan benda-benda di sekitar.
Usia 2 sampai 4 bulan bayi sudah mampu tersenyum dan menunjukkan kesenangan
terhadap orang tua terutama ibu. Bayi usia 3 sampai 10 bulan anak-anak yang normal akan
memainkan permainan yang sederhana seperti memberi dan menerima. Bayi usia 1 tahun keatas
sampai 2 tahun yang normal seringkali menurunkan tangan ibunya ke tempat penyimpanan
7
makanan misalnya lemari makanan atau kulkas. Perkembangan bahasa kemampuan dan
kesiapan belajar bahasa pada manusia segera mengalami perkembangan setelah kelahiran.
Perkembangan moral pada masa ini tingkah laku bayi hampir semuanya didominasi oleh
dorongan naluri belaka oleh karena itu tingkah laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah
laku bermoral atau tidak bermoral. Dengan melihat kecenderungan perilaku anak tersebut maka
untuk menanamkan konsep-konsep moral pada anak sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai
berikut berikan pujian ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak-anak seperti mencium
memeluk dan diberi kata-kata pujian apabila dia melakukan perbuatan baik. Berikan hukuman
atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang apabila dia melakukan perbuatan yang
tidak baik hukuman tersebut akan menjadi hukuman bagi anak untuk tidak mengulangi
perbuatan yang tidak baik
b) Tugas perkembangan bayi
Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9 sampai 15 bulan pada usia ini tulang kaki otot
dan susunan sarafnya telah matang untuk belajar berjalan. Belajar memakan makanan padat hal
ini terjadi pada tahun kedua sistem alat-alat pencernaan makanan dan alat-alat mengunyah pada
mulut setelah matang untuk hal tersebut. Belajar berbicara yaitu mengeluarkan suara yang
berarti dan menyampaikan kepada orang lain dengan perantara suara itu. Belajar buang air kecil
dan buang air besar tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu yang sesuai dengan norma
masyarakat. Untuk memberikan pendidikan kebersihan kepada anak usia dibawah 4 tahun
cukup dengan membiasakan saja yaitu setiap kali mau buang air bawalah anak kamar mandi
tanpa banyak memberikan penerangan kepadanya.
Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin agar pengenalan terhadap tugas kelamin
berjalan normal maka orang tua perlu memperlakukan anaknya baik dalam memberikan alat
mainan pakaian maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelaminnya.
Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis dalam proses pencapaian kestabilan ini orang
tua perlu memberikan perawatan yang intensif baik menyangkut pemberian makanan yang
bergizi maupun pemeliharaan kebersihan. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan
orang tua saudara dan orang lain
2. SOP Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Bayi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ANSIETAS

8
Tanggal Terbit : No. Dokumen : 222 No. Revisi :
Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa sehat pada bayi
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan jiwa sehat pada bayi sehat.
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan jiwa sehat pada bayi sehat
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan jiwa sehat pada bayi sehat
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa sehat pada bayi sehat.
Pengertian Asuhan keperawatan adalah salah bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan termasuk bayi yang sehat
Manfaat Tindakan 1. Dapat mengetahui pertukem bayi normal maupun abnormal
2. Dapat meningkatkan pertukem bayi lewat pola asuh orang tua
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
4. Dapat melakukan tahap-tahap asuhan keperawatan jiwa sehat pada bayi
Indikasi Bayi usia 0-12 bulan
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan alat dan 1. Form asuhan keperawatan 15
bahan 2. Ibu/oang tua bayi
3. Kasus
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir)
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang
sketsel.
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase kerja) 2. Pakai handscoon dan masker
3. Anamnesa orang tua klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan
utama klien (DS DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak
ada pasien) sesuai dengan tahap pertukem
4. Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari BB, PB, motorik.
5. Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir)
Bayi :
6. Buatlah Analisa data
7. Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa,
masalah utama dan efek
9
8. Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
9. Buatlah intervensi keperawatan
10. Lakukan Tindakan keperawatanan
b. Mediskusikan tentang tahap pertukem apakah normal atau
tidak
c. Melatih motoric bayi sesuai dengan tahap
perkembangannya
11. Lakuan Tindakan pada keluarga
a. Mendiskusikan kondisi pasien : tahap-tahap pertukem
bayi
b. Melatih keluarga merawat bayi
c. Melatih keluiarga melakukan follow up
12. Buatlah Strategi Pelaksana pada bayi sehat.
13. Dokumentasi Keperawatan
14. Bereskan peralatan
15. Buka sarung tangan dan cuci tangan
16. Rapikan kembali klien
Pelaksanaan 7. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 8. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
9. Evaluasi respon klien
10. Beri reinforcement positif
11. Buat kontrak pertemuan berikutnya
12. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 3. Kaji respon klien
4. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan kehamilan yang mengalami ansietas
pada Ny. …… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam ….
Hasil yang didapatkan …. Respon Klien ……

Ttd

Nama Terang Perawat

10
PANDUAN PERTEMUAN 3, 4, dan 5
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA TODLER, ANAK PRA SEKOLAH DAN ANAK
SEKOLAH
1. Definisi
a. Toddler
Pada masa toddler menurut erikson Masa Kanak- Kanak Permulaan (Otonomi vs Perasaan malu
dan keragu-raguan), berlangsung pada usia 2-3 tahun yang menentukan tumbuhnya kemauan
baik dan kemauan keras, anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah
kewajiban-kewajiban dan hak-haknya disertai apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan
pada dirinya, inilah tahap saat berkembangnya kebebasan pengungkapan diri dan sifat penuh
kasih sayang, rasa mampu mengendalikan diri akan menimbulkan dalam diri anak rasa
memiliki kemauan baik dan bangga yang bersifat menetap, jika orang tua dapat menolak anak
untuk melakukan apa yang dapat dilakukannya, tetapi tidak patut dilakukan. Sebaliknya, orang
tua dapat mendorong atau memaksa anak melakukan yang patut, sesuai batas kemampuannya.
Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Apabila orang tua melindungi anak
berlebihan atau tidak peka terhadap rasa malu anak di hadapan orang lain dapat menumbuhkan
pribadi pemalu dan ragu-ragu yang bersifat menetap.
Menurut Freud pada fase ini anak berfokus pada kepuasan di daerah anus (fase anal), terutama
pada saat BAB. Pada fase ini waktu yang tepat latih kedisiplinan pada anak terutama tentang
toilet training.
Perkembangan kognitif terlihat dari adanya rasa ingin tahu. Dan juga toddler akan merasa aman
jika dia mendapat persetujuan dari orangtuanya ata tindakan yang ia lakukan. Maka dari itu
toddler akan berpikir kalau apa yang dilakukannya itu adalah hal yang baik, lalu setelah itu
toddler akan terus menerus melakukan itu untuk menghindari hukuman.
b. Anak Pra Sekolah
Menurut Erikson ( Inisiatif vs Kesalahan) masa bermain, berlangsung pada usia 4 tahun sampai
usia sekolah. Tahap ini menumbuhkan inisiatif, suatu masa untuk memperluas penguasaan dan
tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secara
fisik maupun kejiwaan, jika orang tua mampu mendorong atau memperkuat kreativitas inisiatif
dari anak. Akan tetapi jika orang tua tidak memberikan kesempatan anak untuk menyelesaikan
tugas- tugasnya atau terlalu banyak menggunakan hukuman verbal atas inisiatif anak, maka
anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah. Masa bermain ini bercirikan
ritualisasi dramatik, anak secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan bermain, memakai pakaian,
meniru kepribadian-kepribadian orang dewasa, dan berpura-pura menjadi apa saja mulai dari
11
ekor kucing sampai seorang astronot. Jika pada masa bermain ini terjadi keterasingan batin
yang dapat timbul pada tahap kanak-kanak ini ialah suatu perasaan bersalah.
Menurut Freud Pada fase phalik ini anak memperoleh kepuasan pada daerah kelamin. Anak
mulai ada ketertarikan pada perbedaan alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada anak lai-
laki lebih dekat dan terkait pada ibunya. Kedeketan ini disertai dengan gairaj seksual dan
perasaan cinta yang disebut odipus kompleks. Tetapi perasaan ini menimbulkan rasa
kecemasan terhadap ayahnya yang dianggap sebagai saingan. Konflik ini akan terselesaikan
bila sesorang anak sudah dapat menerima, menyukai dan mengagumi saingannya.
Perkembangan kognitif yang terlihat adalah pola pikirnya yang konkret. Mulai dari kemampuan
menentukan volume, bentuk, ukuran, usia dan waktu. Pada masa ini dia akan melakukan apa
yang sudah pernah dia lakukan dan memuaskan diri dan orang lain tanpa tergantung pada
orangtua.

c. Sekolah
Menurut Erikson dimana tahap kerajinan vs Inferioritas. Masa Usia Sekolah, berlangsung
antara usia 6-11 tahun, pada masa ini berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin diri
dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan meningkat. Ia
mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan,
perhatian pada alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur- angsur digantikan oleh
perhatian pada situasi-situasi produktif dan alat-alat serta perkakas-perkakas yang dipakai
untuk berkerja. Apabila lingkungan orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat
menunjang akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet serta kompeten. Akan tetapi
lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi-pribadi anak yang penuh
ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).
Menurut Freud fase laten antara usia 5-12 tahun. Fase ini merupakan masa tenang, walopun
sebenarnya terdapat kecemasan dan ketakutan yang terjadi pada fase sebelumnya namun
perasaan tersebut ditekan atau disembunyikan. Anak laki-laki lebih suka bergaul dengan teman
segendernya, demikian anak perempuan. Anak mencari fugur ideal diantara orang dewasa yang
berjenis kelamin sama dengannya.
Perkembangan kognitif juga terjadi cukup pesat, anak dapat mengingat serangkaian
keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis dan mulai menghargai orangtua atau guru.

12
2. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA TODLER, ANAK PRA
SEKOLAH DAN ANAK SEKOLAH

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 223 No. Revisi :


Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa sehat pada toddler, anak
pra sekolah dan anak sekolah
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan jiwa sehat pada usia toddler,
preschool dan sekolah.
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan jiwa sehat pada usia
toddler, preschool dan sekolah.
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan jiwa sehat pada usia toddler,
preschool dan sekolah.
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa sehat pada usia toddler, preschool dan
sekolah..
Pengertian Asuhan keperawatan adalah salah bentuk pelayanan professional
Manfaat Tindakan 1. Menentukan kelainan fisik dan psikis yang berhubungan dengan kondisi klien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat
kesehatan klien
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
4. Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan klien.
Indikasi Anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan alat dan 1. Form Askep keperawatan jiwa 15
bahan 2. Kasus
3. Pasien sesuai dengan katagori usia
4. APD (Sarung tangan dan Masker)
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir,) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.

13
6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan.
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase kerja) 2. Pakai handscoon dan masker
3. Anamnesa klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan utama klien
(DS DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak ada pasien)
4. Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari TTV dan tentang pertukem
pasien.
5. Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir
Toddler : Karakteristik perilaku normal adalah anak mengenal
namanya sendiri, anak bertanya segala hal yang baru atau asyik
menurutnya, anak melakukan kegiatannya sendiri dan tidak mau
dibantu, anak sering mengatakan tidak atau jangan, anak mulai
bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orang tua,
anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan, rasa
malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri
karena pemaparan negative, keraguan anak akan berkembang jika
orang tua secara jelas membuat malu atau mempermalukan anak
di hadapan orang lain maka sebaiknya orang tua dapat
memberikan sikap yang Arif ketika anak menjalani masa ini.
Pra Sekolah : tahap perkembangan anak usia 3 sampai 6 tahun di
mana pada usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang
lain berfantasi dan berinisiatif pengenalan identitas kelamin
meniru keluarga. Perkembangan fisik berat badan anak biasanya
meningkat kira-kira 2,5 kilo per tahun berat badan rata-rata anak
pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 kilo terkait dengan nutrisi
anak. Pertumbuhan anak tinggi badan 2 sampai 3 inci per tahun.
Perkembangan motoric pada anak terjadi peningkatan otot besar
dan halus sehingga mereka dapat berlari dengan baik berjalan naik
dan turun dengan mudah dan belajar untuk melompat. Kebiasaan
makan tidur dan eliminasi anak juga perlu dikasih di kaji disini.
Perkembangan kognitif anak yang perlu dikaji antara lain
pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman
konkret. Perkembangan moral usia anak terkait dengan
pemahaman tentang perilaku yang disadari secara sosial benar
atau salah. Perkembangan bahasa anak termasuk kosakata yang
memungkinkan penggabungan berbagai personifikasi yang
berbeda. Perkembangan psikososial bisa dilihat hubungan anak
dengan teman sebayanya. Permainan anak sekolah menjadi lebih
sosial Mereka bergantian dari bermain pararel ke jenis asosiasi.
Persepsi Kesehatan melalui keluarga pola hidup mereka sensasi
pada tubuh anak itu sendiri dan kemampuan orang tua untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu anak-
anak mengembangkan perilaku sehat mereka berpakaian dan
makan. permainan anak sekolah menjadi lebih sosial Mereka
bergantian dari bermain pararel ke jenis asosiasi. Persepsi
Kesehatan melalui keluarga pola hidup mereka sensasi pada tubuh
anak itu sendiri dan kemampuan orang tua untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu anak-anak
14
mengembangkan perilaku sehat mereka berpakaian dan makan.
Batas karakteristik anak suka menghayal dan kreatif, inisiatif
bermain dengan alat-alat di rumah, suka bermain dengan teman
sebaya, mudah berpisah dengan orang tua, mengerti yang mana
benar dan yang salah, belajar merangkai kata dan kalimat,
mengenal berbagai warna, melakukan pekerjaan rumah
sederhana, mengenal jenis kelaminnya, dan belajar keterampilan
baru melalui permainan.
Sekolah : karakteristik mampu menyelesaikan tugas dari sekolah
atau rumah, mempunyai rasa bersaing misalnya Ingin Lebih
pandai dari teman, meraih juara pertama, terlibat dalam kegiatan
kelompok, mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya, mampu
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misalnya
merapikan tempat tidur menyapu dan lain-lain, memiliki hobi
tertentu misalnya naik sepeda membaca buku cerita menggambar,
memiliki teman akrab untuk bermain, tidak ada tanda bekas luka
penganiayaan
6. Buatlah Analisa data
7. Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa,
masalah utama dan efek
8. Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
9. Buatlah intervensi keperawatan
10. Lakukan Tindakan keperawatanan
a. Mediskusikan konsep pertukem
b. Mediskusikan tentang gizi
11. Lakuan Tindakan pada keluarga
a. Mendiskusikan kondisi pasien : pertukem
b. Melatih keluarga merawat dan mengerti petukem toddler
sampai anak sekolah
c. Melatih keluiarga melakukan follow up
12. Buatlah Strategi Pelaksana.
13. Dokumentasi Keperawatan
14. Bereskan peralatan
15. Buka sarung tangan dan cuci tangan
16. Rapikan kembali klien
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan keperawatan sehat jiwa pada toddler,
anak pra sekolah dan sekolah pada An X. …… pada hari …. Tanggal ….
Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan …. Respon Klien
……

Ttd

15
Nama Terang Perawat

16
PANDUAN PERTEMUAN 6, 7, DAN 8
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA REMAJA, DEWASA DAN LANSIA
1. Definisi
a. Remaja
Menurut Erikson Masa Adolesen, berlangsung pada usia 12/13-20 tahun (identitas vs
kekacauan identitas). Selama masa ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang
identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu
peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau sifat
memperbaharui, mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya sendiri, seperti aneka
kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang dikejarnya di masa depan kekuatan dan hasrat
untuk mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa dalam kehidupan ketika orang ingin menentukan
siapakah ia pada saat sekarang dan ingin menjadi apakah ia di masa yang akan datang ( masa untuk
membuat rencana-rencana karier ). Freud menamakannya fase genital. Masa ini mengembangkan
perasaan identitas ego yang mantap pada kutup positif dan identitas ego yang kacau pada kutub
negatif.

b. Dewasa
Menurut Erikson Masa Dewasa Muda, berlangsung antara usia 20-24 tahun (keintiman vs
isolasi). Pada masa ini, mereka mengorientasikan dirinya terhadap pekerjaan dan teman hidupnya.
Menurut Erickson, masa ini menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri
orang lain, tanpa merasa takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang disebut
Intimasi. Ketidakmampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan serta akrab dapat
menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau tertutup ( menutup diri ).
Masa Dewasa Tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun (generativitas vs stagnasi).
Generativitas yang ditandai jika individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang
dihasilkan, keturunan, produk-produk, ide-ide, dan keadaan masyarakat yang berkaitan dengan
kehidupan generasi-generasi mendatang adalah merupakan hal yang positif. Sebaliknya, apabila
generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami
kemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan
kesenangan diri sendiri saja. Individu negatif tidak menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik
sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.
c. Lansia
Menurut Erikson Masa Usia Tua, berlangsung diatas usia 65 tahun. Tahap terakhir dalam proses
epigenetis perkembangan disebut Integritas. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu
17
keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk
dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan dan
kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusasaan tertentu menghadapi perubahan-
perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, belum lagi
kefanaan hidup dihadapkan kematian, ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak
berarti, bahwa ajal sudah dekat, ketakutan akan, dan bahkan keinginan untuk mati.
Masa ini menunjukkan positif, jika memiliki kepribadian yang bulat utuh yang ditandai sikap
bijaksana, rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian. Sebaliknya,
kepribadian yang pecah selalu menunjukkan pribadi yang penuh keraguan, merasa selalu akan
menerima kegagalan dan merasa selalu dibayangi kematian.
2. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN KATAGORI USIA
REMAJA, DEWASA, LANSIA

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 234 No. Revisi :


Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa sehat pada bayi
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan jiwa sehat pada usia remaja,
dewasa, lansia.
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan jiwa sehat pada usia
remaja, dewasa, lansia.
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan jiwa sehat pada usia usia
remaja, dewasa, lansia.
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa sehat pada usia usia remaja,
dewasa, lansia.
Pengertian Asuhan keperawatan adalah salah bentuk pelayanan professional
Manfaat Tindakan 1. Menentukan kelainan fisik dan psikis yang berhubungan dengan kondisi
klien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan
riwayat
kesehatan klien
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan

18
4. Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan klien.
Indikasi Remaja, Dewasa dan Lansia
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan alat dan 1. Form Askep keperawatan jiwa 15
bahan 2. Kasus
3. Pasien sesuai dengan katagori usia
4. APD (Sarung tangan dan Masker)
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan.
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase kerja) 2. Pakai handscoon dan masker
3. Anamnesa klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan utama klien
(DS DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak ada pasien)
4. Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari TTV
5. Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir)
Remaja : tahap perkembangan remaja usia 12 sampai 18 tahun di
mana pada saat ini remaja harus mampu mencapai identitas diri
meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Bila hal
ini tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran
yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi
gangguan konsep diri. Galami kebingungan peranang berdampak
pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep
diri. Karakteristik normal remaja menilai diri secara objektif
kelebihan dan kekurangan diri. Bergaul dengan teman, memiliki
teman curhat, mengikuti kegiatan rutin seperti olahraga, seni
pramuka pengajian beladiri, bertanggung jawab dan mampu
mengambil keputusan tanpa tergantung pada orang tua, menemukan
identitas diri memiliki tujuan dan cita-cita masa depan. Tidak
menjadi pelaku tindak anti sosial dan tindak asusila, tidak menuntut
orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan yang berlebihan
dan negative, berperilaku santun, menghormati orang tua guru dan
bersikap baik pada teman dan memiliki prestasi yang berarti dalam
hidup.
Dewasa : menjalin Interaksi yang hangat dan akrab dengan orang
lain mempunyai hubungan dekat dengan orang tertentu pcacar atau
sahabat, membentuk keluarga, mempunyai komitmen yang jelas
dalam bekerja dan berinteraksi, mampu mandiri bekerja dan
berinteraksi, merasa mampu mandiri karena sudah bekerja,

19
memperlihatkan tanggung jawab secara ekonomi, sosial dan
emosional. mempunyai
6. Buatlah Analisa data
7. Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa, masalah
utama dan efek
8. Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
9. Buatlah intervensi keperawatan
10. Lakukan Tindakan keperawatanan
a. Mediskusikan kegiatan yang positif
b. TAK teman sebaya
11. Lakuan Tindakan pada keluarga
a. Mendiskusikan kondisi pasien
b. Melatih keluarga merawat dan mengerti remaja
c. Melatih keluiarga melakukan follow up
12. Buatlah Strategi Pelaksana.
13. Dokumentasi Keperawatan
14. Bereskan peralatan
15. Buka sarung tangan dan cuci tangan
16. Rapikan kembali klien
Pelaksanaan 13. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 14. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
15. Evaluasi respon klien
16. Beri reinforcement positif
17. Buat kontrak pertemuan berikutnya
18. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 5. Kaji respon klien
6. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan keperawatan sehat jiwa pada toddler,
anak pra sekolah dan sekolah pada An X. …… pada hari …. Tanggal ….
Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan …. Respon Klien
……

Ttd

Nama Terang Perawat

20
PANDUAN PERTEMUAN 9
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH

1. Definisi

1. Pengkajian Gangguan Citra Tubuh


Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga
(pelaku rawat). Tanda dan gejala Gangguan Citra Tubuh dapat ditemukan melalui
wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana pandangan / penilaian Anda tentang bagian tubuh yang hilang /


cacat, bagian tubuh yang lain?
b. Bagaimana penilaian Anda terhadap bagian tubuh tersebut akan mempengaruhi
hubungan Anda dengan orang lain?
c. Apa yang menjadi harapan Anda pada tubuh yang lain?
d. Apa saja harapan yang telah Anda capai?
e. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?
f. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?

Tanda dan gejala Gangguan Citra Tubuh yang dapat ditemukan melalui observasi
sebagai berikut:

a. Penurunan produktivitas
b. Menyembunyikan baggian tubuh yang cacat, bekas operasi
c. Pasien tidak berani menatap lawan bicara dan lebih banyak menundukkan
kepala saat berinteraksi
d. Bicara lambat dengan nada sura lemah

21
2. Tindakan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
Tindakan keperawatan Gangguan Citra Tubuh dilakukan terhadap pasien dan keluarga
(pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan ruang rawat inap, di poli kesehatan jiwa
atau kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu
sebelum menemui pasien. Bersama keluarga (pelaku rawat), perawat mengidentifikasi
masalah yang dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat
menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi
Gangguan Citra Tubuh yang dialami pasien.

Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga
(pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang
perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kegiatan dengan
menggunakan anggota tubuh lain yang telah diajarkan oleh perawat untuk
meningkatkan citra tubuh.

Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu
meningkatkan citra tubuh.

a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Gangguan Citra Tubuh


Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi Citra Tubuhnya
2) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
3) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
4) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
5) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu
b. Tindakan Keperawatan
1) Asesmen citra tubuh (gangguan dan potensi) dan menerima keadaan
tubuh saat ini
2) Latih cara meningkatkan citra tubuh

22
SP1 Pasien : Pengkajian dan Menerima Citra Tubuh dan Latihan Meningkatkan CitraTubuh

a. Bina hubungan saling percaya:


1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
nama panggilan yang disukai.
2) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan agar
proses penyembuhan lebih cepat.
3) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian
Gangguan Citra Tubuh
b. Bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya:
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
2) Bantu pasien mengenal penyebab Gangguan Citra Tubuhnya
3) Bantu pasien menyadari perilaku akibat Gangguan Citra Tubuhnya
c. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan tentang
citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
d. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain yang masih sehat
e. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
f. Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehat
g. Bantu pasein melihat, menyentuh bagian tubuh yang terganggu

SP 2 Pasien : Evaluasi Citra Tubuh dan Latihan Peningkatan Citra Tubuh danBersosialisasi

Buatlah sesuai dengan contoh di atas dan disesuaikan dengan keadaan pasien sebenarnya.
a. Pertahankan rasa percaya pasien
1) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
2) Asesmen ulang citra tubuh dan hasli latihan peningkatan citra tubuh
3) Membuat kontrak ulang: latihan peningkatan citra tubuh
b. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh
yang ideal
c. Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:
1) Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian baru (jika diperlukan)
2) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap
d. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
1) Susun jadwal kegiatan sehari-hari
23
2) Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas dalam
keluarga dan sosial
3) Dorong untuk mengunjung teman dan orang lain yang berarti / mempunyai
peran penting baginya
4) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi

2. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN GANGGUAN CITRA
TUBUH

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 225 No. Revisi :


Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan gangguan citra tubuh
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan gangguan citra tubuh.
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan gangguan citra tubuh
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan gangguan citra tubuh
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa gangguan citra tubuh.
Pengertian Asuhan keperawatan adalah salah bentuk salah bentuk pelayanan professional
Manfaat Tindakan 8. Menentukan keluhan yang berhubungan dengan kondisi klien
9. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat
kesehatan klien
10. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
11. Masalah dapat teratasi dengan adanya Tindakan keperawatan.
Indikasi Pasien yang mengalami gangguan citra tubuh
Kontraindikasi SKOR
Persiapan alat dan 1. Form Askep keperawatan jiwa 15
bahan 2. Kasus
3. Pasien gangguan citra tubuh
4. APD (Sarung tangan dan Masker)
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.

24
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
(“Selamat pagi mbak, perkenalkan saya Perawat Nurintan, mbak bisa
memanggil saya dengan perawat Intan. Kalau mbak, namanya siapa?
Senang dipanggil apa mbak? Baiklah mbak Dini,saya perawat di ruangan
ini yang sedang bertugas pagi ini. Bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang perasaan tersebut? Di mana kita bisa bercakap-
cakap? Berapa lama, bagaimana jika 30 menit? Tujuan kita bercakap-
cakap adalah agar mbak Dini dapat menggunakan anggota tubuh yang
dimiliki saat ini untuk melakukan kegiatan.”?)
Pelaksanaan 1. Anamnesa klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan utama klien (DS 55
(Fase kerja) DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak ada pasien)
2. Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari TTV dan tentang ansietasnya.
3. Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir)
4. Buatlah Analisa data
5. Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa, masalah
utama dan efek
6. Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
7. Buatlah intervensi keperawatan
8. Lakukan Tindakan keperawatanan
(“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian mbak Dini
terhadap diri mbak sendiri setelah dioperasi? Tadi mbak Dini
mengatakan merasa jadi cacat/ jelek dan malu karena dioperasi? Apa
yang menyebabkan mbak Dini merasa demikian? Jadi, mbak Dini
merasa malu bertemu dengan teman-teman dan tidak dapat bekerja
kembali karena operasi kaki mbak. Apakah ada hal lainnya yang tidak
menyenangkan yang mbak rasakan di sini?”
Bagaimana hubungan mbak Dini dengan keluarga dan teman-teman
setelah operasi, apakah ada yang sudah mengunjungi mbak di rumah
sakit? Apa yang mbak rasakan setelah mereka mengunjungi mbak?
Oh, mbak Dini jadi malu dan minder karena merasa tidak dapat
bekerja lagi, apa lagi selain itu?” Apakah harapan mbak setelah
operasi? Bagus sekali, mbak Dini masih ingin tetap bekerja, apa lagi
harapan mbak terhadap teman-teman?
Agar dapat mengurangi rasa minder dan rasa malu mbak, mari kita
sama-sam menilai kemampuan yang masih dimiliki untuk dilatih dan
dikembangkan. Coba mbak sebutkan bagian-bagian tubuh yang masih
sehat atau masih dapat digunakan? Oh iya, mbak masih dapat
berbicara, melihat, bernapas, tangan masih dapat digerakkan, makan
sendiri terus apa lagi? Bagus sekali, ternyata mbak masih bisa
diberikan kemampuan tersebut oleh Tuhan., mbak dapat
mensyukurinya. Coba sekarang mbak lihat kaki yang tidak dioperasi
dan gerakkan. Setelah itu lihat kaki yang dioperasi dan coba gerakkan.

25
Ya bagus, mbak telah berani melihat kaki yang dioperasi, mudah-
mudahan cepat sembuh yah mbak.
Menurut mbak Dni adakah bantuan yang diperlukan untuk melakukan
latihan ini? Iya, bagus sekali. Memang untuk jalan masih perlu
bantuan, namun untuk kegiatan yang lain mbak Dini sudah bisa
mandiri. Untuk latihan jalan mau berapa kali latihan dalam sehari?
Baiklah, 3 x sehari ya mbak Dini)
Pelaksanaan 19. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 20. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
21. Evaluasi respon klien
22. Beri reinforcement positif
23. Buat kontrak pertemuan berikutnya
24. Akhiri pertemuan dengan baik
(Bagaiman perasan mbak Dini setelah kita berdiskusi? Coba mbak
Dini ulangi hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa
malu ? Bagus, mba Dini berjanji untuk latihan menggerakkan kaki ini
sebanyak 3 x sehari. Bagaimana bila besok kita bertemu lagi untuk
berlatih cara menggunakan kruk? Jam berapa dan berapa lama? Mbak
Dini lebih nyaman di mana? Nah, sekarang saya pamit dulu ya .
Selamat pagi mbak Dini.)
Evaluasi 7. Kaji respon klien
8. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa ansietas pada Ny. D.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……

Ttd

Nama Terang Perawat

26
PANDUAN PERTEMUAN 10

ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN

1. Definisi

Kecemasan atau Ansietas merupakan kejadian yang hampir dialami seluruh manusia setiap
saat. Kecemasan dapat terjadi dalam rentang kecemasan ringan sampai dengan panik. Kecemasan
ringan diperlukan oleh individu untuk memotivasi individu agar dapat mengatasi stressor yang sedang
dihadapi. Pasien yang mengalami kecemasan sedang sampai dengan panik memerlukan bantuan
perawat untuk mengatasi masalahnya.
Menderita penyakit fisik, mengalami pengobatan, rencana tindakan medik (contoh: operasi dan
pemeriksaan diagnostik), menunggu hasil pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan menunggu
hasil pengobatan merupakan beberapa contoh stressor yang dialami pasien di rumah sakit umum yang
dapat menimbulkan kecemasan. Terkadang kondisi pasien yang mengalami kecemasan menghambat
prosedur tindakan medis yang direncanakan untuk pengobatan pasien
Tanda dan Gejala dapat berupa respon fisik, respon kognitif dan respon perilaku dan emosi.
Respon fisik diantaranya sering menarik nafas Panjang dan bernafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah, berkeringan, tremor, sakit kepala dan sulit
tidur. Respon kognitif diantaranya lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi dari
luar dan berfokus pada apa yang menjadi perhatian. Respon perilaku dan emosi diantaranya Gerakan
meremas tangan, bicara berlebih dan cepat dan perasaan tidak aman dan menangis.

2. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Kecemasan


Tindakan keperawatan untuk pasien kecemasan juga ditujukan untuk keluarga sehingga
keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan diri.
a. Tujuan :
1) Pasien mampu mengenal kecemasan
2) Pasien mampu mengatasi kecemasan melalui teknik relaksasi
3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untukmengatasi
kecemasan
b. Tindakan Keperawatan :
1) Mendiskusikan kecemasan : penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala,akibat
2) Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran dan emosi
SP1 Pasien: Pengkajian Kecemasan dan Latihan Relaksasi
a. Bina hubungan saling percaya:
27
1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai

28
nama panggilan yang disukai
2) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian kecemasan agar proses
penyembuhan lebih cepat
3) Membuat kontrak (informed consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian
kecemasan
b. Bantu pasien mengenal kecemasan:
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
2) Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan
3) Bantu pasien menyadari perilaku akibat kecemasan
c. Latih teknik relaksasi:
1) Tarik napas dalam
2) Distraksi

SP2 Pasien: Evaluasi Kecemasan, Manfaat Teknik Relaksasi dan Latihan Hipnotis DiriSendiri (latihan
5 jari) dan Kegiatan Spiritual

a. Pertahankan rasa percaya pasien


1) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
2) Kaji ulang kecemasan dan kemampuan melakukan teknik relaksasi
b. Membuat kontrak ulang: latihan pengendalian kecemasan
c. Latihan hipnotis diri sendiri (limajari) dan kegiatan spiritualBuatlah SP sesuai SOP.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ANSIETAS

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 226 No. Revisi :


Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan ansietas
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan ansietas.
29
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan jiwa ansietas
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan jiwa ansietas
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa ansietas.
Pengertian Asuhan keperawatan adalah salah bentuk salah bentuk pelayanan professional
Manfaat Tindakan 1. Menentukan keluhan yang berhubungan dengan kondisi klien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan
Riwayat kesehatan klien
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
4. Masalah dapat teratasi dengan adanya Tindakan keperawatan.
Indikasi ansietas
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan alat dan 1. Form Askep keperawatan jiwa 15
bahan 2. Kasus
3. Pasien gangguan citra tubuh
4. APD (Sarung tangan dan Masker)
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
(Selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya Gloria, bapak boleh
memanggil saya dengan perawat Gio. Saya perawat yang berdinas di
ruangan ini dan hari ini saya bertugas pada shift pagi mulai pukul 07.30
sampai 14.00 WIB. Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Bagaimana perasaan Bapak hari (pagi) ini? Apa yang sedang Bapak
pikirkan? Baiklah Pak, bagaiman jika kita bercakap-cakap tentang
kekhawatiran Bapak tentang tindakan operasi yang akan bapak jalani
besok. Tujuanya adalah agar bapak dapat melakukan cara-cara mengatasi
kecemasan bapak sehingga bapak bisa lebih tenang dalam menghadapi
operasi. Berapa lama kita diskusi? tempatnya di sini saja pak?)
Pelaksanaan 9. Anamnesa klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan utama klien (DS 55
(Fase kerja) DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak ada pasien)
10. Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari TTV dan tentang ansietasnya.
11. Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir)
12. Buatlah Analisa data
13. Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa, masalah
utama dan efek
14. Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
15. Buatlah intervensi keperawatan
16. Lakukan Tindakan keperawatanan
(Apa yang bapak pikirkan tentang tindakan operasi yang akan bapak
jalani besok? Apakah dokter sudah menjelaskan prosedur operasi
termasuk persiapan dan penatalaksaan setelah operasi? Bila sudah,
30
apakah ada bagian (hal) yang bapak rasakan belum jelas
informasinya? Apakah yang membuat bapak merasakan takut dengan
tindakan operasi tersebut? Apakah bapak memiliki pengalaman atau
memiliki informasi yang kurang menyenangkan tentang tindakan
operasi khususnya operasi prostat seperti bapak ? Apa yang bapak
rasakan jika memikirkan hal tersebut? Apakah ada keluhan fisik yang
Bapakrasakan seperti sesak, berkeringat? Apakah hal tersbut membuat
tidura Bapak terganggu? (kajitanda fisiologis kecemasan lainnya) Apa
yang Bapak lakukan saat pikiran itu muncul? Apakah dengan cara
tersebut rasa khawatirBapak berkurang? Apakah Bapak menjadilebih
tenang? Baiklah Pak, saya akan mengajarkan dua cara mengatasi
kecemasan Bapak yaitu dengan tarik napas dalam dan teknik
pengalihan situasi. Tarik napas dalam bisa membuat Bapak relaks dan
tenang. Caranya adalah sebagai berikut: pertama-tama Bapak silahkan
duduk dengan posisi yang Bapak anggap paling nyaman, lalu Bapak
hirup napas dari hidung sampai udara mengisipenuh rongga dada
Bapak , Bapak tahan dalam hitungan 1- 4, setelah itu pada hitungan
ke-5 Bapak keluarkan (hembuskan) udara dalam rongga dada Bapak
melalui mulut secara perlahan. Sekarang Bapak perhatikan dahulu
peragaan saya, setelah itu Bapak ikuti ya.. (perawat memperagakan)
Nah, sekarang giliran Bapak yang melakukannya. Wah, bagus sekali
Bapak mampu melakukannya dengan benar. Cara kedua Pak, adalah
dengan pengalihan situasi, caranya adalah dengan Bapak melakukan
kegiatan lain selama dirawat seperti membaca buku, menonton TV,
atau bercakap-cakap dengan keluarga, teman sekamar atau tamu
Bapak . Jika Bapak tidak melakukan apapun, pikiran Bapak akan
terfokus pada kekhawatiran Bapak , sedangkan dengan melakukan
kegiatan, pikiran Bapak akan teralihkan)
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
(Bagaiman perasaan Bapak setelah kita diskusi? Dapatkah Bapak
ulangi lagi cara tarik napas dalam? Wah bagus sekali Pak, kegiatan
apa yang Bapak pilih untuk mengalihkan kekhawatiran Bapak ? Oh,
jadi Bapak akan mencoba mengobrol dengan teman dan tamu, Bapak
akan membaca buku, mengaji, dan menonton. Bagus sekali. Baiklah
Pak, bagaiman jika Bapak latihan tarik napas dalam setiap dua jam,
dan selalu melakukan kegiatan pengalihan situasi agar tidak ada waktu
yang tersisa untuk Bapak memikirkan ketakutan Bapak ? Baiklah Pak,
jam 11.00 saya akan kembali untuk mengajarkan teknik 5 jari untuk
mengatasi ketakutan Bapak , tempatnya di sini saja ya Pak. Selamat
pagi Pak)
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa ansietas pada Tn.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……
31
Ttd

Nama Terang Perawat

32
PANDUAN PERTEMUAN 11
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

1. Definisi

1. Pengkajian
Dengan membaca data pasien kehilangan mudah-mudahan ingatan Anda tentang tanda
dan gejala pasien kehilangan meningkat. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara
dan observasi pada pasien dan keluarga.

Data Subyektif
a. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa pasien tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi sesuatu
b. Mengungkapkan tidak dapat menghasilakan dan melakukan sesuatu
c. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap kondisi atau situasi dan
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya
d. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran, kemampuan diri
dan kehilangan
e. Mengatakan ketidakmampuan dan ketidakinginan untuk melakukan kegiatan
sehari-hari contoh perawatan diri

Data Obyektif

a. Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan


b. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
c. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
d. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah
e. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
f. Apatis dan pasif
g. Ekspresi muka murung
h. Bicara dan gerak lambat
i. Tidur berlebihan
j. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
k. Menghindari orang lain

33
2. Tindakan Keperawatan pada Pasien Kehilangan

34
Setelah data terkumpul Anda harus melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah pasien. Anda dapat mempelajari kembali kegiatan belajar 1 dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Pasien Kehilangan. Buatlah rencana tindakan keperawatan
sesuai dengan format yang ada pada akhir modul ini.

a. Intervensi Generalis pada Pasien Kehilangan


Tujuan umum
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya
3) Pasien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatif
4) Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan perawatannya sendiri
5) Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
Strategi Pelaksanaan Pertemuan 1 Pasien :
Pengkajian Kehilangan dan Latihan Berpikir Positif
a. Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
nama panggilan yang disukai
2) Menjelaskan tujuan interaksi : melatih pengendalian kehilangan agar
penyembuhan lebih cepat
3) Membuat kontrak dua kali pertemuan latihan pengendalian kehilangan
b. Bantu pasien mengenal kehilangan
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien mengenal penyebab kehilangan
3) Bantu pasien menyadari perilaku akibat kehilangan
4) Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area
situasi kehidupan yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol
5) Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap kehilangan
c. Diskusikan tentang masalah yang duhadapi pasien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan
d. Identifikasi pemikiran negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau
subtitusi
e. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif

35
f. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien
g. Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang
tidak rasional

Strategi Pelaksanaan Pertemuan ke-2 Pasien:


Evaluasi kehilangan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol
perasaan kehilangan.

Buatlah strategi komunikasi selanjutnya sesuai dengan rencana tindakan Anda.


3. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
a. Tujuan:
1) Keluarga mampu mengenal masalah kehilangan pada anggota keluarga
2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami kehilangan
3) Keluarga mampu mem follow up anggota keluarga yang mengalami kehilangan
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Mendiskusikan kondisi pasien : ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi,
tanda dan gejala, akibat kehilangan
2) Melatih keluarga merawat kehilangan pasien
3) Melatih keluarga melakukan follow up

Strategi Pelaksaan Pertemuan 1 Keluarga


Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:
a. Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelasakan ketidakberdayaan pasien dan cara
merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
3) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat
kehilangan

b. Bantu keluarga mengenal kehilangan:


1) Menjelaskan kehilangan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala serta
akibatnya
2) Menjelaskan cara merawat pasien kehilangan pasien : membantu
mengembangkan motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan situasi dan
memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih perawat pada pasien
3) Sertakan keluarga saat melatih afirmasi positif

36
2. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN KEHILANGAN DAN
BERDUKA

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 227 No. Revisi :


Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Tujuan khusus Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Pengertian Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka.
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan jiwa kehilangan dan
berduka
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan jiwa kehilangan dan berduk
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa kehilangan dan berduka.
Manfaat Tindakan Asuhan keperawatan adalah salah bentuk salah bentuk pelayanan professional
Indikasi 1. Menentukan keluhan yang berhubungan dengan kondisi klien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan
Riwayat kesehatan klien
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
4. Masalah dapat teratasi dengan adanya Tindakan keperawatan.
Kontraindikasi Pasien dengan kehilangan dan berduka SKOR
Persiapan alat dan 1. Form Askep keperawatan jiwa 15
bahan 2. Kasus
3. Pasien kehilangan dan berduka
4. APD (Sarung tangan dan Masker)
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.

37
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
(Selamat pagi bu, perkenalkan saya Perawat Ningsih, ibu bisa memanggil
saya Perawat Ning. Saya akan merawat ibu di ruangan ini mulai jam
07.30 sampai 14.00 WIB. Nama ibu siapa? Senang dipangggil apa?
Bagaiman perasaan ibu hari ini? Tampaknya ibu sedang memikirkan
sesuatu? Bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang perasaan ibu saat
ini. Tujuannya agar ibu lebih semangat dalam menjalani pengobatan
sehingga ibu bisa lebih cepat sembuh. Kita akan berdiskusi selama 20
menit? Tempatnya di sini saja bu?
Pelaksanaan 1. Anamnesa klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan utama klien (DS 55
(Fase kerja) DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak ada pasien)
2. Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari TTV dan tentang ansietasnya.
3. Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir)
4. Buatlah Analisa data
5. Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa, masalah
utama dan efek
6. Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
7. Buatlah intervensi keperawatan
8. Lakukan Tindakan keperawatanan
(Apa yang menyebabkan ibu merasa sedih dan kehilangan dengan
penyakit ibu? Oh, jadi ibu sudah dua tahun menderita diabetes dan
sekarang kaki ibu harus diamputasi karena penyakit ini dan ibu merasa
keluarga tidak memahami apa yang ibu rasakan. Ibu merasa sudah
melakukan diet dan minum obat yang dianjurkan dokter, sudah
melakukan olahraga dengan teratur tetapi gula darah ibu sulit turun,
sehingga mengakibatkan luka dan luka tersebut tidak kunjung
sembuh, sehingga akhirnya harus diamputasi ya bu.
Menurut ibu, apa akibatnya jika ibu selalu merasa tidak mampu
mengendalikan perasaan ibu, sehingga ibu merasa begitu sedih dan
merasa sendiri dengan kondisi saat ini dengan penyakit yang tidak
kunjung sembuh? Betul bu, kondisi ini membuat ibu menjadi tidak
bersemangat dalam pengobatan. Ibu merasa tertekan dan stress.
Apakah ibu mengetahui pikiran atau stress juga berpengaruh pada
kemampuan tubuh dalam mengontrol gula darah.
Menurut ibu, apa yang dirasa belum optimal dilakukan untuk
membuat kadar gula darah ibu kembali normal? Betul bu, mengelola
pikiran kita, yaitu bagaimana ibu mampu mengelola pikiran ibu agar
tidak stress. Bu, sebagai makluk ciptaan Tuhan harus terus berusaha
namun Tuhan yang menentukan upaya kita. Kita selalu meminta yang
terbaik dalam doa dan sholat kita.
Baiklah bu, agar kita terus semangat dalam mengupayakan
pengobatan, kita dapat mengembangkan harapan positif. Nama
latihannya adalah Afirmasi Positif. Apa yang ibu harapkan dengan

38
kondisi ini? Sembuh..... Berserah diri pada Tuhan. Terus bersabar.
Nah, harapan-harapan ini terus ibu tanamkan dalam pikiran dan hati
ibu. Katakan pada diri ibu, “Memang saat ini gula darah saya belum
stabil, namun dengan semangat dan kesabaran saya, menjalankan pola
hidup sehat, minum obat teratur saya yakin suatu saat gula darah saya
akan terkontrol, semua saya serahkan pada Tuhan.” Bu, kalimat
tersebut adalah kalimat Afirmasi. Nah, coba sekarang ibu yang
mengungkapkan)
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
(Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi? Coba ibu katakan
kembali kalimat afirmasi yang tadi kita latih. Berapa kali sehari ibu
mau latihan? Baiklah bu, bagaimana jika nanti jam sebelas saya akan
datang lagi, kita diskusikan tentang cara mengontrol perasaan ibu.
Selamat pagi bu.)
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan keperawatan jiwa ansietas pada Tn.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……

Ttd

Nama Terang Perawat

39
PERTEMUAN 12
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAK BERDAYAAN DAN PUTUS ASA
1. Definisi
Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap situasi,
termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi
hasil (NANDA-1, 2018). Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya
tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan ketika individu kurang
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Stuart,2016).
Ketidakberdayaan juga dapat diartikan sebagai sebuah persepsi individu bahwa tindakannya
sendiri tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; kurangnya control terhadap situasi
tertentu (Townsend,2010). Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa ketidakberdayaan adalah suatu kondisi dimana control akan pribadi dan situasi,
termasuk persepsi oraang atau kelompok mengenai tindakan yang dilakukan tidak akan
mempengaruhi hasil yang signifikan. Ketidakberdayaan dapat dialami oleh semua orang
tanpa terkecuali, pada klien dengan masalah kesehatan yang sedang menjalani pengobatan
dan perawatan di rumah sakit. Seperti pada klien dengan diabetes miletus yang sedang
menjalani perawatan. Kannie, Dauli, Nuraini (2011), menjelaskan bahwa kondisi stress pada
klien dapat menyertai perasaan ketidakberdayaan. Stress yang dialami oleh klien dapat
memberikan dampak pula pada ketidakberdayaan klien. Kondisi tersebut dapat memperparah
kondisi klien. Pada klien mengalami ketidakberdayaan, penting untuk memberikan intervensi
keperawatan tentang persepsi klien terhadap penyakit diabetes miletus supaya dapat berubah
menjadi persepsi yanag baik dan menjadi pandangan positif tentang usaha penyembuhan
penyakitnya.
2. Etiologi ketidakberdayaan
Menurut buku asuhan keperawatan jiwa (Keliat,Budi Anna. 2019)
Nyeri
Ansietas
Hargadiri rendah
Strategi koping tidak efektif
Kurang pengetahuan untuk mengelola
masalah Kurang dukungan sosial

40
3. Faktor Presdiposisi dan FaktorPrespitasi
A. Faktor predisposisi
a) Biologis :
1. Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
2. Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
3. Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa)
4. Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
5. Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat
trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal dan limbic.
6. Riwayat menderita penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis
multipel, kanker terminal atau
AIDS
b) Psikologis :
1. Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal
2. Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau kondisi
dirinya
3. Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS
4. Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)

41
5. Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yang sekarang
6.Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7.Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap
perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan
hobi dan aktivitas sehari-hari
8.Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun sebagai
saksi
9.Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah cemas,
rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
10. Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

c) Sosial budaya :
1. Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2. Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai kecenderungan yang sama
untuk mengalami ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalankan dalam
kehidupannya
3. Pendidikan rendah
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan (misalnya:
pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung lebih dari 6 bulan)
5. Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol (misalnya
kontrol lokus internal)
6. Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang lain, tidak
mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul
dan kadang menghindar dari orang lain
7. Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8. Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun secara pasif.

42
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan masyarakat kurang
mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan
perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6
bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atauhampir
bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang
berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat
kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya
ketidakberdayaan adalah sebagai berikut :
a) Biologis :
1. Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program pengobatan
yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks)
(proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
2. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3. Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang atau
trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
4. Terdapat gangguan sistem endokrin
5. Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6. Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7. Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan gender
8. Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b) Psikologis :
1. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2. Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas sosial yang
berdampak pada keputusasaan.

43
3.Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan pekerjaan.
4.Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran.
5.Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang lain.
c) Sosial budaya :
1.Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.
2.Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada dalam
lingkungan perawatan kesehatan).
3.Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab
yang lain
4.Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
5.Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6.Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat

4. Rentang respon ketidakberdayaan

Respon adaftif Respon Maladaftif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak Berdaya Putus Asa

a. Harapan

44
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan penggunaan
mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang tidak
adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.

b. Ketidakpastian

Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu


memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi kemmapuan individu
mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian
menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa

c. Putus asa

Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapanhampa,
kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.

5. Sumber Koping
a) Personal ability
1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.

b) Sosial support
1) Caregiver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.

c) Material asset

45
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki
(tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses
gangguan fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi

d) Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang
dirasakan: tidak ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.

6. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya sehingga
dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan kondisi
kesehatan.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta
bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan
peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan diri,
istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

46
7. Tanda dan gejala Ketidakberdayaan Mayor
a. Subjektif
1) Mengatakan ketidakmampuan
2) Frustasi karena tidak mampu mengatasi situasi
b. Objektif
1) Tidak mampu merawat diri
2) Tidak mampu mencari informasi perawatan
3) Tidak mampu memutuskan
4) Bergantung pada orang lain
Minor
a. Subjektif
1) Menyatakan keraguan tentang kemempuannya
2) Menyatakan kurang mampu mengontrol situasi
3) malu
b. Objektif
1) Kurang partispasi dalam perawatan
2) Depresi

8. Diagnosa Keperawatan

Koping individu tidak efektif

ketidakberdayaan

Kurang pengetahuan

47
9. Tujuan Asuhan Keperawatan
a. Kognitif ,klien mampu
1) Menegtahui pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari
ketidakberdayaan
2) Mengetahui cara mengatasi ketidakberdayaan
b. Psikomotor ,klien mampu
1) Mengidentifikasi situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan dan
dapat dikendalikan
2) Melatih situasi hidup yang dapat dikendalikan
3) Mengidentifikasi pikiran negative yang tidak sesuai
4) Melatih pikiran positif, pikiran rasional, dan harapan positif
c. Afektif ,klien mampu
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2) Menilai latihan yang mengatasi ketidakberdayaan

10. Intervensi Keperawatan


- Individu
Tindakan keperawatan ners
a.Kaji tanda dan gejala ketidakberdayaan
b.Jelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan
c.Latih cara mengendalikan situasi
1) Diskusikan situasi hidup yang tidak dapat dikendalikan
2) Diskusikan situasi hidup yang dapat dikendalikan
3) Latih cara-cara mengendalikan situasi hidup yang dapat
dikendalikan
4) Beri penguatan dan pujian
d.Latih cara mengendalikan pikiran
1) Diskusikan pikiran negative dan pikiran tidak rasional
2) Latih pikiran positif dan rasional
3) Latih mengembangkan harapan positif dan lakukan afirmasi positif
4) Beri penguatan dan pujian

48
e.Latih peran yang dapat dilakukan
1) Diskusikan peran yang dimiliki, yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat
dilakukan
2) Latih peran yang dapat dilakukan
3) Beri penguatan dan pujian

- Keluarga
Tindakan keperawatan ners
a. Kaji masalah yang dirasaka keluarga dalam merawat klien yang mengalami
ketidakberdayaan
b. Jelaskan pengertia, penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya krtidakberdayaan
serta mengambil keputusan merawat klien
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien mengatasi ketidakberdayaan sesuai
dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga yang mendukung mengatasi
ketidakberdayaan
e. Diskusikan tanda dan gejala ketidakberdayaan yang memerlukan rujukan segera serta
menganjurkan memfollow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

2. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN KETIDAK
BERDAYAAN DAN PUTUS ASA

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 228 No. Revisi :


Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan ketidakberdayaan dan putus asa
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan jiwa ketidakberdayaan dan putus asa.
49
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan jiwa ketidakberdayaan dan
putus asa
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan jiwa ketidakberdayaan dan putus asa
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa ketidakberdayaan dan putus asa.
Pengertian Asuhan keperawatan adalah salah bentuk pelayanan profesional
Manfaat Tindakan 1. Menentukan keluhan yang berhubungan dengan kondisi klien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan
Riwayat kesehatan klien
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
4. Masalah dapat teratasi dengan adanya Tindakan keperawatan.
Indikasi Pasien dengan ketidakberdayaan dan putus asa
Kontraindikasi SKOR
Persiapan alat dan 1. Form Askep keperawatan jiwa 15
bahan 2. Kasus
3. Pasien kehilangan dan berduka
4. APD (Sarung tangan dan Masker)
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
(Selamat pagi bu, perkenalkan saya Perawat Ika Lia Putri, ibu bisa
memanggil saya Perawat Ika. Saya akan merawat ibu di ruangan ini mulai
jam 07.30 sampai 14.00 WIB. Nama ibu siapa? Senang dipangggil apa?
Bagaiman perasaan ibu hari ini? Tampaknya ibu sedang memikirkan
sesuatu? Bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang perasaan ibu saat
ini. Tujuannya agar ibu lebih semangat dalam menjalani pengobatan
sehingga ibu bisa lebih cepat sembuh. Kita akan berdiskusi selama 20
menit? Tempatnya di sini saja bu?
Pelaksanaan 1. Anamnesa klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan utama klien (DS 55
(Fase kerja) DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak ada pasien)
2. Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari TTV dan tentang
ketidakberdayaan.
3. Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir)
4. Buatlah Analisa data
5. Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa, masalah
utama dan efek
6. Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
7. Buatlah intervensi keperawatan
8. Lakukan Tindakan keperawatanan
(Apa yang menyebabkan ibu merasa tidak semangat dan tidan berdaya
ibu? Oh, jadi ibu sudah empat tahun menderita diabetes. Ibu merasa
50
sudah melakukan diet dan minum obat yang dianjurkan dokter, tetapi
kadang-kadang lupa. Menurut ibu, apa akibatnya jika ibu selalu
merasa bingung, sehingga ibu merasa begitu sedih dan merasa sendiri
dengan kondisi saat ini dengan penyakit yang tidak kunjung sembuh?
Betul bu, kondisi ini membuat ibu menjadi tidak bersemangat dalam
pengobatan. Ibu merasa tertekan dan stress. Apakah ibu mengetahui
pikiran atau stress juga berpengaruh pada kemampuan tubuh dalam
mengontrol gula darah.
Menurut ibu, apa yang dirasa belum optimal dilakukan untuk
membuat kadar gula darah ibu kembali normal? Betul bu, mengelola
pikiran kita, yaitu bagaimana ibu mampu mengelola pikiran ibu agar
tidak stress. Pikiran ibu yang positif nanti juga akan berpengaruh pada
kondisi ibu..
Baiklah bu, agar kita terus semangat dalam mengupayakan
pengobatan, kita dapat mengembangkan harapan positif. Nama
latihannya adalah Afirmasi Positif. Apa yang ibu harapkan dengan
kondisi ini? Sembuh..... Berserah diri pada Tuhan. Terus bersabar.
Nah, harapan-harapan ini terus ibu tanamkan dalam pikiran dan hati
ibu. Katakan pada diri ibu, “Memang saat ini gula darah saya belum
stabil, namun dengan semangat dan kesabaran saya, menjalankan pola
hidup sehat, minum obat teratur saya yakin suatu saat gula darah saya
akan terkontrol, semua saya serahkan pada Tuhan.” Bu, kalimat
tersebut adalah kalimat Afirmasi. Nah, coba sekarang ibu yang
mengungkapkan)
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
(Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi? Coba ibu katakan
kembali kalimat afirmasi yang tadi kita latih. Berapa kali sehari ibu
mau latihan? Baiklah bu, bagaimana jika nanti jam sebelas saya akan
datang lagi, kita diskusikan tentang cara mengontrol perasaan ibu.
Selamat pagi bu.)
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan keperawatan ketidakberdayaan Ny N.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……

Ttd

Nama Terang Perawat

51
PERTEMUAN 13
ASUHAN KEPERAWATAN DISTRESS SPIRITUAL

1. Definisi

Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan
makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan (PPNI,
2016)
Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan
seseorang dan terintegrasi serta melebihi sifat alamiah biologis dan psikologis seseorang. (Kim, et al.,
1995)
a. Tanda dan Gejala
a) Mayor Subjektif :Mempertahankan makna/tujuan hidup, Menyatakan hidupnya terasa
tidak/kurang bermakna dan merasa menderita/kurang berdaya
b) Mayor Objektif :Tidak mampu beribadah dan Marah pada tuhan
c) Minor Subjektif : Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang, Mengeluh tidak
dapat menerima (kurang pasrah), Merasa bersalah, Merasa terasing dan Menyatakan
telah diabaikan
d) Minor Objektif: Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin spiritual,
Tidak mampu berkreativitas (misal: menyanyi, mendengarkan musik, menulis),
Koping tidak efektif dan Tidak berminat pada alam/literatur spiritual (PPNI, 2016)
b. Etiologi
a) Menjelang ajal
b) Kondisi penyakit kronis
c) Kematian orang terdekat
d) Perubahan pola hidup
e) Kesepian
f) Pengasingan diri
g) Pengasingan social
h) Gangguan sosio-kultural
i) Peningkatan ketergantungan pada orang lain
j) Kejadian hidup yang tidak diharapkan (PPNI, 2016)
c. Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari
stres, namun setiap orang diharapakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stress.
Ketika kita mengalami stress, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuaidengan yang
disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan
respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak
yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stress. Stress akan menyebabkan korteks
serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimulus saraf
simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem
limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yangbertangung jawab terhadap status
emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik
52
menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status
mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi, depresi, nyeri
dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan
seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya gangguan
jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku
sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan timbulnya
depresi. Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.
Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik,
lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi
seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.

2. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DISTRESS SPIRITUAL

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 229 No. Revisi :


Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan ansietas
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan keperawatan jiwa distress spiritual.
2. Menjelaskan tahapan prosedur asuhan keperawatan jiwa distress spiritual
3. Menerapkan prosedur asuhan keperawatan jiwa distress spiritual
4. Melakukan asuhan keperawatan jiwa distress spiritual.
Pengertian Asuhan keperawatan adalah salah bentuk pelayanan profesional
Manfaat Tindakan 1. Menentukan keluhan yang berhubungan dengan kondisi klien
2. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan
Riwayat kesehatan klien
3. Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
4. Masalah dapat teratasi dengan adanya Tindakan keperawatan.
Indikasi Pasien dengan distress spiritual
Kontraindikasi - SKOR

53
Persiapan alat dan 1. Form Askep keperawatan jiwa 15
bahan 2. Kasus
3. Pasien kehilangan dan berduka
4. APD (Sarung tangan dan Masker)
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan 15
(Fase orientasi) mengidentifikasi klien dengan cara memeriksa identitas klien
(nama klien, tanggal lahir, dan cocokkan dengan identitas di
gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai.
6. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
(Selamat pagi mbak, perkenalkan saya Perawat Ika Lia Putri, mba bisa
memanggil saya Perawat Ika. Saya akan merawat ibu di ruangan ini mulai
jam 07.30 sampai 14.00 WIB. Nama mba siapa? Senang dipangggil apa?
Bagaiman perasaan ibu hari ini? Tampaknya mba sedang memikirkan
sesuatu? Bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang perasaan mba saat
ini. Tujuannya agar mba lebih semangat dalam menjalani pengobatan
sehingga mba bisa lebih cepat sembuh. Kita akan berdiskusi selama 20
menit? Tempatnya di sini saja bu?
Pelaksanaan 1. Anamnesa klien terlebih dahulu. Tannyakan keluhan utama klien (DS 55
(Fase kerja) DO bisa sesuai kasus yang diberikan jika tidak ada pasien)
2. Lakukan pemeriksaan fisik mulai dari TTV dan tentang
ketidakberdayaan.
3. Jika sudah selesai melakukan pengkajian (format pengkajian
terlampir)
4. Buatlah Analisa data
5. Buatlah pohon masalah sesuai kasus yang terdiri dari causa, masalah
utama dan efek
6. Buatlah diagonsa keperawatan jiwa
7. Buatlah intervensi keperawatan
8. Lakukan Tindakan keperawatanan
(Apa yang menyebabkan mba merasa tidak semangat dan tidak mau
keluar kamar? Oh, jadi mb sudah beberapa hari ini tidak keluar kamar
k arena takut dimarahi orang tua karena sering berpacaran, keluar
malam dan tidak pernah sholat.
Menurut mba apakah orang tua mb akan marah kalua melihat mb
keluar kamar dan sholat dan ikut mengikuti hal-hal yang berkaitan
dengan keagaam contohnya ngaji?..
Baiklah bu, agar kita terus semangat dalam mengupayakan
pengobatan, kita dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan postif
yang mba dapat lakukan disini ya. Kita jadwalkan bersama-sama ya)
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif

54
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
(Bagaimana perasaan mba setelah kita berdiskusi? Coba mba katakan
kembali kalimat afirmasi yang tadi kita latih. Berapa kali sehari ibu
mau latihan? Baiklah bu, bagaimana jika nanti jam sebelas saya akan
datang lagi, kita diskusikan tentang cara mengontrol perasaan ibu.
Selamat pagi bu.)
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan asuhan keperawatan ketidakberdayaan Ny N.
…… pada hari …. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang
didapatkan …. Respon Klien ……

Ttd

Nama Terang Perawat

55
PERTEMUAN 14
PENYULUHAN KESEHATAN JIWA DI MASYARAKAT
1. Definisi
Penyuluhan adalah salah satu cara dalam pencegahan masalah psikososial yang terjadi di masyarakat.
Harga diri merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi masalah psikososial pada individu. Menurut
Coopersmith (dalam Lestari & Koentjoro, 2002) mengatakan bahwa harga diri merupakan hasil evaluasi
individu terhadap dirinya sendiri yang diekspresikan dalam sikap terhadap diri sendiri. Evaluasi ini
menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu percaya bahwa
dirinya mampu, berarti, berhasil, berharga menurut standart dan nilai pribadinya. Harga diri adalah gagasan
mengenai diri secara global yang mengacu pada keseluruhan evaluasi diri sebagai individu, atau bagaimana
orang merasakan mengenai diri mereka sendiri dalam arti yang komprehensif (Verkuyten, 2003).
Baron & Byrne (2012) juga berpendapat bahwa harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap
individu, sikap orang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif sampai negatif. Baron & Byrne
menegaskan harga diri merujuk pada sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, mulai dari sangat negatif sampai
sangat positif, individu yang ditampilkan Nampak memiliki sikap negatif terhadap dirinya sendiri. Harga diri
yang tinggi berarti seorang individu menyukai dirinya sendiri, evaluasi positif ini Sebagian berdasarkan opini
orang lain dan sebagian berdasarkan dari pengalaman spesifik. Sikap terhadap diri sendiri dimulai dengan
interaksi paling awal antara bayi dengan ibunya atau pengasuh lain, perbedaan budaya juga mempengaruhi
apa yang penting bagi harga diri seseorang.
Menurut Kwan dan Singelis (dalam Baron & Byrne, 2012) harmoni dalam hubungan interpersonal
merupakan elemen yang penting bagi budaya individualis. Tingkah laku individu dengan harga diri yang relatif
rendah lebih mudah diprediksikan dari pada individu dengan harga diri yang tinggi, hal ini dikarenakan skema
diri yang negatif diorganisasikan lebih ketat dari pada skema diri yang positif (Malle & Horowitz dalam Baron
& Byrne, 2012)
2. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KONSELING KELUARGA BERENCANA

Tanggal Terbit : No. Dokumen : 230 No. Revisi :


Ditetapkan,
Stikes Rajekwesi Bojonegoro Kaprodi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

56
Fidrotin Azizah, S. Kep., Ns., M.Kes Eva Riantika Ratna P, S. Kep. Ns, M.Kep
NIK. 020201016 NIK. 190201066
Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan tindakan penyuluhan
Tujuan khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan pemberian penyuluhan masalah psikososial (harga diri)
2. Menjelaskan masalah psikosial (harga diri)
3. Menerapkan pencegahan masalah psikososia;
Pengertian Penyuluhan masalah psikososia; adalah tindakan untuk membantu individu atau
keluarga dan masyarakat dalam pencegahan masalah psikososial.
Manfaat Tindakan Mendapatkan ilmu pengetahuan
Indikasi Masayarakat jiwa sehat
Kontraindikasi - SKOR
Persiapan alat dan 1. Meja 15
bahan 2. Kursi
3. Ruangan yang nyaman dan tertutup
4. Leaflat
5. Buku catatan dan pulpen (SAP)
6. Alat peraga
Pelaksanaan 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri anda,dan mengidentifikasi 15
(Fase orientasi) klien dengan cara memeriksa identitas klien (nama klien, tanggal
lahir, dan cocokkan dengan identitas di gelang klien) secara cermat.
2. Tanyakan keluhan klien.
3. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya.
4. Kontrak waktu dengan klien.
5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai.
6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. Pasang sketsel.
7. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Pelaksanaan 1. Cuci tangan. 55
(Fase kerja) 2. Pakai handscoon dan masker
3. Dekatkan alat di samping klien
4. Memberikan edukasi
5. Bereskan peralatan
6. Buka sarung tangan dan cuci tangan
7. Rapikan kembali klien
Pelaksanaan 1. Jelaskan bahwa tindakan telah selesai (efek tindakan jika ada) 15
(Fase terminasi) 2. Tawarkan posisi yang nyaman setelah tindakan
3. Evaluasi respon klien
4. Beri reinforcement positif
5. Buat kontrak pertemuan berikutnya
6. Akhiri pertemuan dengan baik
Evaluasi 1. Kaji respon klien
2. Perhatikan kenyamanan klien selama tindakan dilakukan
Dokumentasi Telah dilakukan tindakan penyuluhan pada Ny. …… dan Tn. ... pada hari
…. Tanggal …. Bulan ….. Tahun …. Jam …. Hasil yang didapatkan ….
Respon Klien ……

57
Ttd

Nama Terang Perawat

Evaluasi dan Penilaian

Kategori Nilai Angka


A 80-100
AB 75-79
B 70-74
BC 65-69
C 60-64
D 41-59
E <41

Mahasiswa dinyatakan lulus praktikum dengan nilai minimal 75 dengan kriteria AB. Jika mahasiswa
mendapatkan nilai dibawah nilai minimal, mahasiswa harus mengulang praktikum.

58
FORMAT TUGAS

59
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


II. Proses Terjadinya Masalah
III. A. Pohon Masalah
B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
IV. Diagnosa Keperawatan
V. Rencana Tindakan Keperawatan

60
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan : .............................................................

Hari / Tanggal : .............................................................

Nama Pasien (Inisial) : .............................................................

Ruangan : .............................................................
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien :
................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan :
................................................................................
3. Tujuan Khusus :
................................................................................
4. Tindakan Keperawatan :
................................................................................
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik :
................................................................................
b. Evaluasi/Validasi :
................................................................................
c. Kontrak (topik, waktu dan tempat) :
........................................................
d. Tujuan :
................................................................................
2. Kerja (menjabarkan langkah-langkah tindakan keperawatan secara
operasional)
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..................
3. Terminasi
a. Evaluasi (respon pasien terhadap tindakan keperawatan)
1) Evaluasi Subyektif :
....................................................................
2) Evaluasi Obyektif :
....................................................................

61
b. Rencan tindak lanjut ( yang perlu dilatih pasien sesuai hasil tindakan
yang dilakukan)
....................................................................................................
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : ..................... Nomor Register :
...............................
Ruangan Rawat : ..................... Diagnosa Medis :
................................
Tanggal Dirawat : .....................
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : .......................................
Umur : .......................................
Status Perkawinan : .......................................
Agama : .......................................
Suku Bangsa : .......................................
Pendidikan : .......................................
Alamat : .......................................
Sumber Informasi : .......................................
2. ALASAN MASUK
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
............
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ( ) Ya ( ) Tidak
b. Pengobatan sebelumnya ( ) Berhasil ( ) Kurang Berhasil
( ) Tidak Berhasil
c. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik ( ) ( )( ) ( )( ) ( )
Aniaya Seksual ( ) ( )( ) ( )( ) ( )
Penolakan ( ) ( )( ) ( )( ) ( )
Kekerasan dalam Keluarga ( ) ( )( ) ( )( ) ( )

62
Tindakan Kriminal ( ) ( )( ) ( )( ) ( )
Jelaskan a, b, dan c ................................................................................

..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

Masalah Keprawatan : ................................................................................

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda vital :
TD : .........................
N : .........................
S : .........................
P : ..........................
b. Ukur :
TB : ....................
BB : .........................
c. Keluhan Fisik : ( ) Ya ( ) Tidak
Jelaskan
:.................................................................................................................
..................................................................................................................
..........

Masalah Keperawatan : ....................................................................

5. PSIKOSOSIAL
a. Genogram : Gambarkan

63
Jelaskan:..............................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

Masalah Keperawatan :............................................................................

b. Konsep Diri
1) Gambaran diri :
...........................................................................................
2) Identitas :
.........................................................................................
3) Peran :
........................................................................................
4) Ideal Diri : .......................................................................................
5) Harga Diri :
........................................................................................
Masalah Keperawatan : ..............................................................................
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti :
.....................................................................................
2) Perann serta dalam kegiatan kelompko/masyarakat :
.................................
3) Hamabatan dalam berhubungan dengan oang lain :
..................................
Masalah Keperawatan : ....................................................................................
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan :
...............................................................................
2) Kegiatan ibadah :
...............................................................................
6. STATUS MENTAL
a. Penampilan

64
( ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian tidak
sesuai( ) cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan : ...............................................................................
Masalah Keperawatan : .....................................................................
b. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Keras ( ) Gagap ( ) Inkoheren ( ) Apatis
( ) Lambat ( ) Membisu ( ) Tidak mampiu memulai
pembicaraanJelaskan :
..................................................................................

Masalah Keperawatan : ..........................................................................


c. Aktivitas Motorik
( ) Lesu ( ) Tegang ( ) Gelisah ( ) Agitasi
( ) Tik ( ) Grimasen ( ) Tremor ( ) Kompulsif
Jelaskan : .....................................................................................
Masalah Keperawatan : ..........................................................................
d. Alam Perasaan
( ) Sedih ( ) Ketakutan ( ) Putus asa
( ) Khawatir ( ) Gembira berlebihan
Jelaskan : ......................................................................................
Masalah Keperawatan : ............................................................................
e. Afek
( ) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil ( ) Tidak sesuai
Jelaskan :

........................................................................................
Masalah Keperawatan :
................................................................................
f. Interaksi selama wawancara
( ) Bermusuhan ( ) Tidak kooperatif ( ) Mudah
tersinggung( ) Kontak mata kurang ( ) Defensif ()
Curiga Jelaskan :

............................................................................................
Masalah Keperawatan :

65
....................................................................................
g. Memori
( ) Gangguan daya ingat jangka
panjang( ) Gangguan daya ingat
jangka pendek

( ) Gangguan daya ingat saat ini ( ) Konfabulasi


Jelaskan : .................................................................................

Masalah Keperawatan : .......................................................................


h. Daya tilik diri
( ) Mengingkari penyakit yang diderita
( ) menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : ............................................................................
Masalah Keperawatan : ...................................................................
7. MEKANISME KOPING
Adaftif Maladaftif
( ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum Alkohol
( ) Mampu menyelesaikan masalah ( ) Reaksi lambat /
berlebih( ) Teknik relaksasi ( ) Bekerja berlebihan

( ) Aktivitas konstruktif ( ) Menghindar


( ) Olahraga ( ) Mencederai diri
( ) Lainnya............................. ( ) Lainnya..............................
Jelasakan : ................................................................................
Masalah Keperawatan : ............................................................................
8. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
( ) Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik ....................................
( ) Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik .............................
( ) Masalah dengan pendidikan, spesifik .....................................................
( ) Masalah dengan pekerjaan, spesifik .......................................................
( ) Masalah dengan perumahan, spesifik ......................................................
( ) Masalah ekonomi, spesifik .......................................................................
( ) Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik ........................................
( ) Masalah lainnya, spesifik ........................................................................

66
( ) Masalah dengan dukungan lingkungan ....................................................
Masalah Keperawatan :...................................................................................
9. PENGATAHUAN KURANG TENTANG
( ) Sistem pendukung ( ) Faktor presipitasi
( ) Penyakit fisik ( ) Koping ( ) Obat-obatan ( ) Lainnya
Masalah Keperawatan :.................................................................................. ASPEK
MEDIK
Diagnosa medik : ....................................................................................
Terapi medik : ....................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
............

Bojonegoro,......................20
Mahasiswa

(.........................................)

67
10. ANALISA DATA
Initial Nama : ................ Ruangan : ................. No. RM : ...............................

TANGGAL DATA FOKUS MASALAH


/ JAM KEPERAWATAN

68
11. POHON MASALAH

69
B. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

70
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
INITIAL PASIEN : .............. RUANGAN : .......... No.RM : ............................

No. Diagnosa Perencanaan


DX Keperawatan Tujuan Kriteria Tindakan Keperawatan
Evaluasi

Bojonegroro, ..................... 20

Mahasiswa

(.......................................)

71
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
INITIAL PASIEN : ...........RUANGAN : ............... No.RM : ...........................

Hari / Tindakan Keperawatan Kriteria (SOAP) Nama /


Tgl/Jam Paraf

72
PENUTUP

Demikianlah Modul Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Isi dalam modul ini


bermanfaat sebagai panduan praktikum mahasiswa keperawatan. Kami yakin
modul ini masih membutuhkan penyempurnaan yang lebih lanjut. Besar harapan
kami dari beberapa pihak yang ahli di bidang keperawatan untuk menyempurnakan
modul ini. Atas perhatian dan bantuan dari beberapa pihak yang ikut serta dalam
proses pembuatan modul ini kami ucapkan terima kasih.

73
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., dkk. 2005. Modul Basic Course Community Mental-Psychiatric


Nursing. Jakarta: Tidak Diterbitkan
FIK UI & WHO, 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa
(MPKP), Jakarta: Tidak Diterbitkan
Ralph S.S., Rosenberg, M.C., Scroggins, L., Vasallo, B., Warren, J., 2005, Nursing
Diagnoses
: Definitions & Classivication, NANDA International, Philadelphia

Rawlins, R.P., Heacoch, P.E., 1993, Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Mosby
Year Book, Toronto
Rawlins, R.P., Williams, S.R., Beck, C.M., 1993, Mental Health Psychiatric
Nursing a Holistic Life Cicle Approach, Mosby Year Book, London
Stuat, G.W., Sundeen, S.J., 1998, Keperawatan Jiwa, Buku Saku, Terjemahan
Hamid, A.S., Edisi 3, EGC, Jakarta
Stuart, Gall Wiscart and Sundeen, Sandra J. 1998, Pocket Guide to Psychiatric
Nursing (2 nd. Ed) Mosby Year Book, St. Louis, Baltimore. Boston Chicago.
London. Sydney. Toronto.
TIM Jiwa FIK UI dan RSMM 2009. Modul Keperawatan Jiwa. Tidak Diterbitkan

Townsend, M.C. 1998. Diagnosis Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:


Pedoman untuk Pembuatan Rincian Perawatan, Jakarta: EGC

74

Anda mungkin juga menyukai